Karena pertengkaran kecil pagi tadi, suasana hati Nirmala mendadak berubah buruk. Namun di samping segala percekcokan pagi itu, ia begitu khawatir dengan ancaman Viola. Viona adalah putri dari sekretaris Raja sehingga cukup dekat dengan sang CEO. Nirmala khawatir jika kejutan yang Viona maksud adalah surat pemecatan. Pasalnya bukan hal sulit untuk Viola mengadukan keluhan kepada ayahnya dan akan dilaporkan kepada Raja.
Meskipun harinya diawali dengan bersitegang, hari itu Nirmala melaksanakan tugasnya sebagai OG dengan cukup baik. Tak ada hal yang spesial dan tak ada masalah seperti hari lalu. Dan Nirmala cukup bersyukur tak bertemu Baladewa seharian ini. Waktu jam kerja telah usai, Nirmala bergegas berkemas untuk pulang. Beberapa hari ke belakang, Nirmala harus pulang dengan berjalan kaki karena ongkosnya harus dialihkan untuk biaya berobat adiknya. Ketika Nirmala keluar gerbang, ia dikejutkan dengan atensi seorang pria tengah duduk di atas motornya. Dia adalah Bhaskara, pria asing yang pagi tadi tak sengaja bertemu dengannya dan mengantarkannya bekerja. Mengingat pertemuan terakhir mereka berakhir sedikit cekcok, Nirmala melewati Bhaskara begitu saja. Ia bersikap acuh, bahkan sekadar melirik pun tidak. "Hey!" Panggilan dari Bhaskara tak ia idahkan. Nirmala tetap berjalan seolah tak ada siapapun di sekitarnya. Begitu mendengar suara langkah kaki membuntutinya, Nirmala mempercepat laju jalannya. Sehingga membuatnya sangat kentara tengah menghindari Bhaskara. Bhaskara yang menyadari hal itu pun tak tinggal diam. Ia nekat mengejar Nirmala dan meninggalkan motornya terparkir sembarangan di depan gerbang. Dan akhirnya usahanya berhasil, ia mencekal lengan Nirmala menahannya untuk pergi. "Hey! Aku ingin berbicara dengamu, tolong jangan menghindariku," celetuk Bhaskara memelas. Rupanya ia masih merasa bersalah dengan apa yang ia katakan pagi tadi. Nirmala membuang napas kasar. Tanpa berbalik ia berusaha melepaskan diri, sayangnya tenaganya tak cukup kuat. "Ada apa sih?!" sentak Nirmala berbalik dengan kesal. Dapat ia lihat Bhaskara menatapnya dengan tatapan memohon. Tak ingin terbujuk, Nirmala membuang muka menatap arah lain. "Lepaskan atau aku akan teriak," ancam Nirmala dengan menekan suaranya agar terlihat bersungguh-sungguh. Sayangnya Bhaskara tetap bersikukuh menahan lengan Nirmala. Karena tak ada yang mau mengalah, terjadi adegan tarik menarik dan tentu dimenangkan oleh Bhaskara. Nirmala menatap Bhaskara berang. "LEPAS!" gertaknya sedikit berteriak. Bhaskara tetap menolak. Ia tak bergerak sedikitpun dari posisinya. Sedang Nirmala, tetap berpegang teguh pada egonya untuk menghindari Bhaskara. *** Di tempat lain, dari balik gerbang perusahaan muncul sebuah mobil pajero hitam yang dikendarai seorang pria bersetelan jas. Ia terpaksa menghentikan mobilnya ketika ada sebuah motor yang menghalangi jalannya. "Motor siapa sih ini nekat parkir di depan gerbang!" gerutu Baladewa terpaksa turun dari mobil. Saat itu kebetulan di pos satpam tak ada seorang pun yang berjaga, sehingga mau tak mau membuat Baladewa harus menanganinya sendiri. Baladewa hendak memindahkan motor tersebut, namun sayup-sayup ia mendengar sebuah suara. Pandangannya menyapu ke segala penjuru dan matanya menyipit ketika melihat di ujung jalan terdapat seorang pria dan wanita yang terlihat cekcok. Ia awalnya hanya mengamati sekilas, namun ketika melihat ada kontak fisik yang terlihat sebuah paksaan, Baladewa pun tergerak untuk mendekat. Anak CEO itu berhenti beberapa meter dibelakang pria wanita dan wanita yang cekcok tersebut. "Bukankah itu .... " "LEPASKAN TANGANKU SEKARANG JUGA! Kumohon aku sudah cukup lelah, jangan memaksaku!" Dalam posisi itu Baladewa masih membeku ditempatnya. Ia bimbang haruskan ia menolong atau mengabaikannya, karena ia mendadak teringat ucapan Nirmala padanya soal dirinya yang harus mengabaikannya. "Aish! biarkan sajalah paling juga berantem sama pacar doang," ucap Baladewa berusaha tak peduli. Ia lantas berbalik kembali ke mobilnya. Tapi baru juga ia berjalan tiga langkah, tumitnya berlutar arah. Ia dengan sadar memutuskan untuk melerai pertengkaran itu. Sejenak ia akan berpura-pura lupa dengan ucapan wanita itu tempo hari. *** Nirmala masih berusaha memberontak melepaskan cekalan tangan Bhaskara, namun tetap saja tak berhasil. "Kumohon sekali saja aku hanya ingin berbicara sebentar," ujar Bhaskara kembali memohon. "Lain kali oke? Aku sedang ingin cepat kembali ke rumah!" tolak Nirmala kini telah menggunakan perkataan lebih halus. Sayangnya Bhaskara yang keras kepala itu tetap bersikukuh hingga tanpa sadar cekalannya berubah menjadi cengkeraman. Nirmala mendesis kecil merasakan lengannya mulai terasa ngilu. Sepertinya cekalan Bhaskara tepat mengenai luka sontekan gagang pel beberapa hari lalu. "LEPASKAN, BERENGSEK!" Nirmala dan Bhaskara sama-sama terkejut menyadari presensi pria lain di tengah mereka. "Ba .... Baladewa?" Baladewa segera mencengkeram erat lengan Bhasakara yang digunakan untuk mencekal lengan Nirmala. Sehingga jika digambarkan, posisi tangan mereka sedang bertumpuk, saling mencekal satu sama lain. "A—Argh!" Seketika itu juga tangan Nirmala terbebas dari cengkeraman Bhaskara. "Jangan jadi banci! Beraninya sama cewek doang," geram Baladewa kemudian mendaratkan satu pukulan pada wajah Bhaskara sebelah kiri. Bughh! Nirmala menutup mulutnya tak percaya. Sepersekian detik ia hanya bisa membeku menyaksikan Baladewa memukuli Bhaskara. "Astaga! BALADEWA STOP!!" teriak Nirmala menarik jas Baladewa agar berhenti melukai Bhaskara. Baladewa tiba-tiba merasakan amarah yang menggebu-gebu dalam dadanya hingga ia kehilangan kendali memukuli wajah Bhaskara beberapa kali. Ketika Nirmala berniat melerai, tanpa di duga ia terlalu dekat dengan posisi Baladewa. Sehingga ketika Baladewa tengah mengayunkan lengannya untuk kembali melayangkan bogem mentah, tanpa sengaja wajah Nirmala terkena siku dan langsung membuat Nirmala tersungkur. "ARGH!" Tbc"ARGH!" Nirmala tergelepar di tanah. Mendengar suara benda terjatuh, Bhaskara juga Baladewa menoleh ke sumber suara. Bughh! Bhaskara bergegas bangkit dan memukul rahang Baladewa dengan kerasnya. "Argh!" Baladewa yang lengah akhirnya terkena serangan telak. Ia terhuyung menjauhi Nirmala "Astaga! Hey, kau tidak apa-apa?" pekik Bhaskara langsung menghampiri Nirmala yang tergeletak. Ia mengangkat kepala Nirmala ke pangkuannya. Wajah kiri Nirmala memerah tepat di bawah mata kirinya. Ia meringis kesakitan merasakan pipinya berdenyut. Jari Bhaskara mengusap pipi kiri Nirmala yang terkena tonjokan tanpa peduli wajahnya yang juga babak belur. "Maafkan aku, Nirmala. Aku ... aku tidak sengaja," ucap Baladewa bergegas menghampiri Nirmala sembari memegangi rahang kananya. Nirmala berusaha bangkit di bantu Bhaskara. "Tidak sengaja kau bilang?!" sungut Bhaskara tersulut amarah. "Sudah! Jangan lagi berantem!" seru Nirmala mencegah percekcokan yang dikhawatirkan akan me
Kepergian Nirmala bersama pria yang tak ia kenali itu membekas di ingatan Baladewa. Bahkan sehari telah berlalu, pikirannya masih tertuju pada kejadian sore itu. Entah apa yang mendadak merasukinya, yang pasti ia merasa khawatir dan penasaran bagaimana kondisi Nirmala sekarang. "Dewa, cepat bawa masuk koper oma!" Teriakan itu membuat lamun Baladewa seketika buyar. "Memangnya oma udah sampai?" tanya Baladewa justru dengan santai mengambil segelas air mineral di meja makan. "Ya ampun! itu omamu udah di depan rumah!" Muncullah sosok wanita paruh baya dengan rambut setengah bahu. Ia menatap garang anak lelakinya yang malas-malasan. Tak ingin terkena semprot lagi, Baladewa bergegas keluar rumah. Begitu sampai diambang pintu, mata Baladewa langsung dimanjakan dengan rimbunnya dedaunan dan rerumputan hijau yang membentang luas. Pandangannya seketika tertuju pada sebuah mobil yang terparkir di garasi rumah. "Halo, Oma, kukira oma pulang bulan depan." Dengan cekatan Baladew
Seorang wanita berambut sebahu menyusuri lorong dalam keadaan gelap. Tak ada sedikitpun perasaan takut kala tak seorang pun hadir di sekitarnya. Ia tetap fokus memperhatikan kedua kakinya melangkah sepanjang lorong. Ia lantas berbelok ke kanan begitu sampai di simpang tiga. Lagi-lagi wanita itu sama sekali tak mengidahkan kesunyian dan kegelapan yang menemaninya. Ceklek .... Wanita itu membuka sebuah loker bertuliskan 'Nirmala' pada pintunya. Selanjutnya meletakkan tas ransel yang ia bawa ke dalam. Ia membuka resleting tasnya kemudian mengambul sebuah baju kerja yang juga bertuliskan 'Nirmala' pada nametag-nya. Saat ia hendak membuka baju yang ia pakai untuk diganti dengan pakaian seragam, ia dikejutkan dengan sebuah suara gaduh yang berasal dari area kamar mandi. Mata Nirmala yang tadinya sudah setengah tertutup, segera terbuka lebar. "Siapa di sana?!" seru Nirmala mulai was-was dengan sekelilingnya. Ia juga kembali membenarkan kancing bajunya yang sudah sempat ia lepas. Tak
Waktu telah menujukkan pukul 04.50. Di depan sebuah gedung bertuliskan 'Rajya Corp'terlihat sebuah mobil van hitam terparkir di sana. Tak berselang lama, sesosok pria mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan penutup wajah turun dari mobil itu dan berjalan mengendap-endap. Langkahnya begitu was-was ketika memasuki pintu darurat yang tak terkunci. Sekali lagi pria itu mengendap berjalan menelusuri lorong dengan posisi menempel tembok. Pria itu sepertinya tahu betul bagian mana yang tersorot kamera sehingga menggunakan teknik penyamaran untuk mengantisipasi. Krekkk ... Pergerakannya mendadak berhenti. Dari balik penutup wajahnya, wajah tampannya berubah pucat. Dengan hati-hati ia melongokkan kepalanya, namun segera tersadar ternyata bunyi itu timbul akibat dirinya yang tak sengaja menginjak minuman kaleng yang tergeletak di sekitar tempat sampah. Ia lekas mengelus dadanya lega. "Sial, membuat panik saja," bisiknya mengumpat. Ia kembali meneruskan langkahnya hingga tan
Pria memakai setelan jas maroon terlihat termagu menatap keluar jendela yang jelas terlihat pucuk gedung yang begitu menjulang. Wajahnya menyiratkan kegelisahan juga kekhawatiran. "Akkkk!" Ia bangkit kemudian menengadah wajahnya. Matanya terpejam sesaat. "Gak bisa!" serunya keras. Ia lantas berjalan cepat keluar ruangannya. "Hey!" Baladewa menoleh kepada pria paruh baya yang baru saja muncul dari balik pintu di belakangnya. "Mau kemana?" Wajah gelisah Baladewa mengundang banyak tanya ayahnya. "Dewa ... ada urusan sebentar, Yah. Baladewa pergi dulu." Raja hendak mencegah, namun Baladewa kadung menjauh. Pria berambut two block itu menyusuri lorong sembari sesekali menilik nama ruangan ditiap pintunya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sosok wanita yang beberapa waktu lalu ia buat kelimpungan. "Hey!" panggilnya segera menyentak wanita modis yang tengah berbincang dengan beberapa staf. "Oh kau rupanya ... " gumam Viola menatap Baladewa memberengut. "Kena
Biasanya para pekerja kantoran akan mulai berbondong-bondong pulang begitu waktu menunjukkan pukul 4 sore. Jalanan yang semula sepi berubah padat dalam sekejap. Kemacetan terjadi dimana-mana akibat menumpuknya kendaraan pada jam pulang kantor. Sementara dalam gedung Rajya Corp, penghuninya mulai berangsur meninggalkan tempatnya. "Nirmala ... " Seorang wanita berambut keriting berlarian menghampiri Nirmala yang sebentar lagi menyelesaikan pekerjaannya. Nirmala menoleh memandang lawan bicaranya heran. "Bisa tungguin aku sebentar nggak?" ucapnya dengan wajah memelas. "Kerjaanku di gudang masih ada dikit lagi, tapi orang-orang udah mulai pulang duluan. Jadi temenin aku dulu mau ya?" lanjutnya tiba-tiba bergelendotan di lengan Nirmala. Nirmala berfikir sembari melihat sekitar yang memang mulai lengang. Hanya ada beberapa orang saja yang masih tinggal. "Oke deh. Kamu ke gudang duluan aja. Habis nyimpen alat, aku nyusul." Setelah bersepakat, Nirmala pun bergegas menuju lokerny
Blugh! Tubuh Nirmala terhuyung membentur kursi penumpang yang tepat di sebelah Baladewa duduk. "CEPAT PASANG SEATBELTMU!" Nirmala masih berusaha mencerna apa yang dilakukan pria di sampingnya itu. Ia masih membeku melihat Baladewa dengan cekatan menghidupkan mesin mobilnya. "APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Baladewa mengetahui Nirmala masih termagu. Nirmala tersentak segera mengikuti perintah Baladewa tanpa penolakan. Bisa terlihat di mata Nirmala raut wajah Baladewa berubah menyeramkan. "Kita pergi dari sini sebelum orang gila itu mengejar." Perkataan singkat itu menguatkan aura mencekam yang menguar dari tubuhnya. Nirmala yang ada di dekatnya sampai tak dapat berkutik. "HEY, AKU HANYA INGIN BERBICARA SEBENTAR!" Sayup-sayup teriakan Bhaskara mampu Nirmala dengar meski semakin menjauh di belakangnya. Ia hanya melihat dari kaca spion Bhaskara menatapnya sedih. Mobil yang dikendarai Baladewa melaju begitu cepat hingga tanpa sadar telah berada jauh dari Rajya Corp.
Brak! Pintu dibanting dengan kerasnya. Baladewa dengan gontai menuju ranjangnya. Kepalanya tertunduk menatap ubin dengan tatapan kosong. Bahunya turun menyiratkan tubuhnya yang lemas juga terdengar deru napas lemah dari bibir mungilnya. "Argh!" Baladewa tiba-tiba berteriak frustrasi, menjambak dan mengacak rambutnya yang telah acak-acakan. Bahkan kemejanya turut kusut seolah baru saja melakukan aktivitas berat. "Mau ditaruh di mana wajahku ini?!" serunya dengan wajah tertekan. Semua ini karena Nirmala. Wanita yang bekerja sebagai petugas kebersihan di perusahaan ayahnya itu berhasil mengobrak-abrik hati seorang Baladewa yang terkenal dingin pada seorang wanita. Ia tak pernah menyangka hanya karena wanita 'rendahan' itu membuat Baladewa rela kalang kabut mempertaruhkan harga dirinya. Tadi seusai Nirmala turun, ia tak lantas pergi begitu saja. Karena begitu menyadari Nirmala mengetahui kebohongannya soal obat, dadanya mendadak hampir meledak saking kencangnya jantungnya berd