Home / CEO / Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya / Bab 15: Mulutmu Berbohong, Tapi Alam Tak Bisa Berbohong

Share

Bab 15: Mulutmu Berbohong, Tapi Alam Tak Bisa Berbohong

Author: Piyu_Qu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Blugh!

Tubuh Nirmala terhuyung membentur kursi penumpang yang tepat di sebelah Baladewa duduk.

"CEPAT PASANG SEATBELTMU!"

Nirmala masih berusaha mencerna apa yang dilakukan pria di sampingnya itu. Ia masih membeku melihat Baladewa dengan cekatan menghidupkan mesin mobilnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Baladewa mengetahui Nirmala masih termagu.

Nirmala tersentak segera mengikuti perintah Baladewa tanpa penolakan. Bisa terlihat di mata Nirmala raut wajah Baladewa berubah menyeramkan.

"Kita pergi dari sini sebelum orang gila itu mengejar."

Perkataan singkat itu menguatkan aura mencekam yang menguar dari tubuhnya. Nirmala yang ada di dekatnya sampai tak dapat berkutik.

"HEY, AKU HANYA INGIN BERBICARA SEBENTAR!"

Sayup-sayup teriakan Bhaskara mampu Nirmala dengar meski semakin menjauh di belakangnya. Ia hanya melihat dari kaca spion Bhaskara menatapnya sedih.

Mobil yang dikendarai Baladewa melaju begitu cepat hingga tanpa sadar telah berada jauh dari Rajya Corp.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 16: Gejolak Rasa

    Brak! Pintu dibanting dengan kerasnya. Baladewa dengan gontai menuju ranjangnya. Kepalanya tertunduk menatap ubin dengan tatapan kosong. Bahunya turun menyiratkan tubuhnya yang lemas juga terdengar deru napas lemah dari bibir mungilnya. "Argh!" Baladewa tiba-tiba berteriak frustrasi, menjambak dan mengacak rambutnya yang telah acak-acakan. Bahkan kemejanya turut kusut seolah baru saja melakukan aktivitas berat. "Mau ditaruh di mana wajahku ini?!" serunya dengan wajah tertekan. Semua ini karena Nirmala. Wanita yang bekerja sebagai petugas kebersihan di perusahaan ayahnya itu berhasil mengobrak-abrik hati seorang Baladewa yang terkenal dingin pada seorang wanita. Ia tak pernah menyangka hanya karena wanita 'rendahan' itu membuat Baladewa rela kalang kabut mempertaruhkan harga dirinya. Tadi seusai Nirmala turun, ia tak lantas pergi begitu saja. Karena begitu menyadari Nirmala mengetahui kebohongannya soal obat, dadanya mendadak hampir meledak saking kencangnya jantungnya berd

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 17: Kita Hidup di Dunia yang Berbeda

    Baladewa berjalan santai begitu mulai memasuki pintu otomatis. Pandangannya menyapu ke penjuru arah melihat betapa sibuknya para pegawai berlalu lalang. Ia yang merupakan CEO masa depan perushaan ini harus mulai mengakrabkan diri dan beradaptasi dengan kinerja staffnya. Namun begitu pandangannya searah jarum jam 9, langkahnya terhenti. Ia dengan langkah senyap beringsut mundur. Itu Nirmala. Kehadiran sosok itu nampaknya masih mempengaruhi batinnya pagi ini. Pandangannya menatap lurus wajah Nirmala yang tersenyum anggun. Jantungnya kembali berulah begitu senyumannya nerekah bak bunga. Spontan saja Baladewa menyentuh dadanya yang berdetak tak sehat. Tak ingin terlalu lama membiarkan dirinya dalam pisisi sulit, Baladewa berbalik. Ia butuh menenangkan emosionalnya. Ya! Untuk sementara waktu ia tidak boleh bertemu dengan Nirmala. Ketika hendak keluar lagi, siapa sangka dari dalam ada seseorang yang meneriaki namanya. "Baladewa!" Baladewa sontak menoleh kembali agar tak dicuri

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 18: Aku Tak Ingin Dikasihani

    Nirmala duduk disamping kursi kemudi dengan tenang. Tatapannya lurus memandang jalanan yang bergerak lamban akibat penumpukan kendaraan. Ia memang nampak tenang, namun tetap saja kegugupannya tak dapat ia tutupi kala terlihat jelas kedua tangannya bergerak gelisah. Pikirannya bekerja keras memikirkan mengapa ia dengan mudahnya menurut pada anak bosnya itu. "Yang mengirimkan obat-obatan itu memanglah aku." Kepala Nirmala berputar, melirik lamban pria di sebelahnya. "Orang suruhanku yang mengantarkannya pagi itu," lanjut Baladewa cepat seolah tak ingin disela. Nirmala manggut-manggut tak menanggapi dengan verbal. Ia masih menanti apa pembicaraan selanjutnya, namun Baladewa kembali terdiam mencengkeram setirnya dan fokus pada jalanan. "Kau memanggilku masuk hanya untuk memberi klarifikasi itu?" tanyanya tak tahan terjadi keheningan kembali. Baladewa mengangguk tak yakin. Jelas diraut wajahnya bahwa sebenarnya ada sesuatu yang belum ia sampaikan. Karena tak ada yang perlu

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 19: Mengapa Mereka Menghinakanku?

    Saat Nirmala berjalan menyusuri lorong, dari arah berlawanan muncul OG dan OB yang baru akan menjalankan pekerjaannya masing-masing. Mereka terlihat memandang Nirmala dengan sinis. Bahkan beberapa terlihat membuang muka. Dalam hati Nirmala tentu bertanya-tanya, sekalipun ada yang tak suka dengannya, mereka akan bersikap acuh tak acuh. Namun kini mereka justru terlihat berbeda. "Aduh!" Nirmala hampir saja terjerembab, untung saja ada sebuah bangku yang dapat dijadikan pegangan. "Ups!" pekik seorang OG berambut keriting berpura-pura terkejut. "Sorry, tanganku licin jadi sapunya jatuh deh." Nirmala hanya melirik dalam diam. Ia mampu melihat dengan jelas jika Siska sengaja menjatuhkan sapunya tepat ketika Nirmala melintas. Karena tak ingin memperpanjang masalah, Nimala pun hanya tersenyum palsu kemudian melanjutkan langkah kembali. "Liat, bisa-bisanya dia masih menutupi perbuatan menjijikan itu dengan wajah sok lugunya?!" "Asli! Muak banget liat wajah sok polosnya itu."

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 20: Video Syur Membuat Duniaku Hampir Hancur

    Kabar kejadian yang menimpa Nirmala santer terdengar dan dibicarakan tiap divisi Rajya Corp. Sebuah potongan video tidak senonoh yang di dalamnya terpampang wajah salah satu pegawai membuat kegemparan seantero Rajya Corp. Selain Nirmala, sosok Baladewa juga ikut terseret dalam perbincangan hangat itu. Berawal dari peristiwa sore itu, banyak spekulasi mulai bermunculan mengenai kedekatan Nirmala dengan anak CEO Rajya Corp tersebut. Kabar itu pun akhirnya sampai di telinga Maharaja Wahyatma. Ia marah besar ketika mengetahui anaknya justru mengambil tindakan yang menurutnya berpotensi mengancam nama baiknya. "Yah, itu semua tidak seperti yang ayah kira! Percaya sama Dewa." Plakkk! Tamparan keras mendarat pada sisi kanan wajah sang pemuda. "Terus apa?! Percuma kamu menjelaskan ke ayah kalau diluaran sana telah banyak beredar rumor yang mencoreng nama baikmu!" Raja meluapkan amarahnya kepada anak semata wayangnya itu. Pasalnya berkat tindakan gegabah sang putra, menyebabka

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 21: Angin Segar Kesengsaraanku

    Banyak karyawan menyaksikan pertikaian besar di lantai dasar. Mereka yang awalnya hanya menyimak, kini terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu mencemooh Nirmala yang tak tahu malu menyangkal bukti nyata dan satu kubu lainnya mengasihani Nirmala dan berharap keadilan untuknya. "Siapa yang tahu ketika orang tengah butuh uang dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang termasuk mengambil jalan pintas menjadi wanita pel*cur!" sindir Viola yang masih tak gentar. "VIOLA!" bentak Aditama, sekretaris Raja, memperingatkan putrinya untuk tak melewati batas. Raja lantas menengadahkan kepalanya membuat pertimbangan. Suasana kala itu seketika hening, tak ada seorangpun yang berani bersuara bahkan staff yang hanya menonton dari kejauhan. "Aditama, segera bentuk tim untuk menyelidiki masalah ini. Aku ingin masalah ini selesai dua hari lagi." "Baik, Pak." Seketika itu juga Nirmala sujud syukur menangis sejadi-jadinya. Keinginannya dikabulkan, ia masih memiliki peluang untuk berta

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 22: Memangnya Cinta Memandang Status?

    Pagi itu mentari bersinar begitu cerah, langit yang membentang luas pun nampak bersih tanpa awan. Cuaca yang mendukung untuk berlibur atau sekadar berpergian. "Anes cepat kemari bawa bantal gulingmu yang basah." Seorang wanita dewasa tengah kerepotan memindahkan sebuah kasur tipis menuju depan rumahnya. Di depan rumah yang bisa dikatakan kecil itu terdapat sebuah tangga bambu yang sengaja digeletakkan di tanah. Tangga bambu itu dimaksudkan untuk dijadikan alas menjemur kasur yang ia bawa. "Nih, Kak. Untung aja selimutnya aman jadi nggak begitu kerepotan untuk menjemur," ujar seorang gadis kecil yang keluar dari rumahnya menentang satu bantal dan sebuah guling. Nirmala yang telah selesai merebahkan kasur pada tangga, segera menerima bantal dan guling milik Anes. "Iya, berdoa aja seharian ini panas jadi bisa kering kasur kamu ya." Agnes mengangguk patuh. "Nanti malem kalau masih hujan tidur dikamar kakak aja, gak papa ya? Soalnya gentengnya masih bocor takutnya basah la

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 23: Si Bucin dengan Segala Tingkahnya

    "Sial! Aaaa udah jam 7 lewat aduh gimana nih." Wanita berseragam OG itu berlari tunggang langgang memasuki tempatnya bekerja. Semalam ia tidur terlalu larut sehingga ia dengan bodohnya bangun kesiangan. Raut kekhawatiran nampak begitu kentara. Namun ketika ia melihat rekannya, dengan langkah kilat ia melipir. "Keli, Pak Teti udah dateng?" Keli menoleh dan menatap Nirmala dari ujung kaki hingga ujung rambut. Wajahnya terlihat tidak mengenakan membuat Nirmala berpikir macam-macam. "Kau beruntung, Nirmala. Pak Teti katanya berangkat telat. Udah sana cepet ambil alatmu!" Nirmala menarik napas panjang. "Oke, bagus." Ia segera kembali berlarian menuju basecamp alias ruangan loker. Baru juga Nirmala hendak menuju lorong belakang, tiba-tiba sebuah suara yang tak pernah ia duga terdengar. "Hey! Apa kau telat lagi, Nirmala?" Langkah nirmala terhenti, kemudian menoleh kaku. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang, padahal baru kemarin ia lolos dari pemecatan. Apakah hari ini wa

Latest chapter

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 111: Indikasi Terburuk

    Nirmala memandangi pesan di ponselnya dengan perasaan bercampur aduk. Pesan itu singkat memberikan sebuah informasi, tetapi cukup pikiran Nirmala semakin berkecambuk.—'Kau tidak tau apa yang sedang terjadi. Jika ingin tahu kebenarannya, temui aku besok di tempat ini.'Ia berulang kali membaca pesan yang disertai titik lokasi. Titik lokasi itu terasa asing baginya dan terasa sedikit mencurigakan. Alamat yang dikirim berada di pinggiran kota. Yang membuat mencurigakan tempat itu jauh dari pusat bisnis dan gedung-gedung megah yang biasa para pembisnis kunjungi.“Aishh! Siapa sih yang mengirimkan pesan anonim ini? Apa aku harus pergi? Tapi bagaimana kalau ini hanyalah orang iseng atau orang yang hanya akan memperkeruh keadaan?” gumamnya dengan ragu.Namun, rasa ingin tahu tentang masa lalu ayahnua itu jauh lebih besar dari kecurigaan yang singgah dibenaknya. Akhirnya, setelah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan buruk, Nirmala memutuskan untuk memenuhi undangan tersebut karena ia te

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 110: Puzzle

    Malam semakin larut, tapi Nirmala masih saja kesulitan menutup mata. Kata-kata Aditama terus bergema di kepalanya membuatnya terus terjaga dalam kegelisahan.'Ayahmu pernah membuat Surya bangkrut dan jatuh miskin.'Apa yang sebetulnya terjadi? Mengapa tak ada seorang pun yang menceritakan hal ini kepadanya? Bahkan Surya, yang selama ini membantunya dan memberi arahan kepadanya, tak sama sekali menunjukka adanya hubungan buruk kepada ayahnya.Di kamarnya yany cukup sunyi, ia mencoba kembali memutar ulang semua percakapan yang pernah dilakukan dengan Surya, Vani, bahkan Gergio. Dan ia tak menemukan ada yang pernah menyebut masa lalu Rajendra dengan Surya. Semua terasa seperti rahasia besar yang sengaja disembunyikan darinya.“Aku harus mencari tahu,” gumamnya sambil memandang pantulan dirinya di kaca. Tetapi pertanyaannya adalah, di mana ia harus mencari tahu? Dan bagaimana ia harus mulai?***Keesokan harinya, Nirmala memutuskan untuk menemui Vani. Ia berpikir, jika ada orang yang mung

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   109: Pertemuan Penting

    Siang itu, ruang rapat di Rajya Corp dipenuhi ketegangan. Para pemegang saham, investor, dan dewan direksi hadir dalam pertemuan yang disebut-sebut pertemuan penting untuk menentukan langkah perusahaan ke depannyaSelain tokoh penting itu, rupanya Nirmala juga hadir. Ia duduk di tengah perkumpulan itu dengan punggung tegak, mencoba terlihat tenang meskipun pikirannya kalut. Ia tahu bahwa kehadirannya di rapat kali ini akan menjadi sorotan utama. Lebih dari itu, apa yang ia ucapkan nanti akan membawa dampak besar untuk perusahaan inu.Aditama, yang kali ini memimpin rapat, membuka pertemuan dengan pembahasan tentang kebijakan perusahaan untuk menangani krisis. Ia memaparkan situasi finansial terkini dan langkah strategis yang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas. Namun, semua itu hanyalah pembuka, nyatanya pembahasannya lebih luas dari itu.Ketika pembahasan mulai mengarah pada pengangkatan CEO baru, suasana berubah lebih tegang.“Baik,” ucap Aditama sambil menatap sekeliling mej

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 108: Sakit Tak Tertahan

    Malam itu, kamar Nirmala terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena angin yang bertiup dari jendela, melainkan karena rasa hampa yang memenuhi dadanya. Keputusan yang ia buat semalem untuk membuat Bhaskara kecewa yang berujung menghancurkam hatinya terus menggerogoti pikiran Nirmala. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk kedua lututnya dengan erat mencoba meredam kehampaan yang tak kunjung reda."Aku melakukannya untuk dia," gumam wanita itu dengan suara serak. "Aku ingin melindunginya."Sayangnya hatinya tak sejalan dengan ucapannya. Rasa bersalah terus menghantuinya, bahkan membuatnya merasa seperti menghianati cinta yang selama ini mereka perjuangkan.Memori beberapa hari lalu kembali berputar dalam benak Nirmala.~~~"Coba kau pilih kau rela melihatnua kecewa atau melihatnya merasakan kembali trauma masa lalunya?"Kata-kata itu menggema di kepalanya seperti palu yang memukul hati kecilnya. Surya memang tak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud trauma masa lalunya, sampai V

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 107: Pertengkaran Tak Terelakan

    Malam itu tak seperti biasanya langit begitu kelam, seolah menyimpan rahasia gelap yang tak ingin diungkap. Tak ada bintang, apalagi bulan. Hanya ada angin dingin yang menusuk tulang, berembus lembut dari jendela kamar yang terbuka. Nirmala termenung di sana, menopangkan kepalanya pada kusen jendela. Rambut sebahunya bergoyang lembut ditiup angin, wajahnya terlihat berat penuh beban. Pandangannya menerawang jauh menembus pekarangan rumah yang sunyi tetapi pikirannya melayang entah kemana."Huh .... "Helaan napas kembali lolos dari bibirnya. Pundak yang beberapa waktu lalu mulai ringan, kini kembali memberat oleh segala tekanan yang menghimpit."Apa yang harus aku lakukan? Kenapa tidak berjalan seperti yang aku inginkan," gumamnya dengan suara yang dipenuhi kegelisahan yang sulit diungkapkan.Ponsel di meja bergetar, menyental lamun wanita itu. Layar ponselnya menyala dan terpampang satu nama yang membuat hatinya bergetar. 'Bhaskara's Calling'.Panggilan itu sudah muncul lebih dari

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 106: Tekanan Kian Menghimpit

    Sudah beberapa hari ini Nirmala berusaha untuk tidak menghubungi Bhaskara. Meski begitu ia masih menanti di roomchat dan melihat puluhan kali pesan terakhir yang ia kirim belum juga mendapat balasan.“Harus sampai kapan?” gumam Nirmala menggigit bibir bawahnya. Rasa khawatir terus menghantui pikirannya beberapa hari ini.Ingatan tentang percakapan dengan Vani beberapa hari lalu kembali menggema di kepalanya.'Untuk sementara waktu, tolong jangan menghubungi Bhaskara dahulu. Tante takut ayahnya akan berbuat macam-macam kepadanya.'Hatinya terasa berat, seperti dihimpit batu besar. Ia tak ingin egois membuat kekasihnya terjebak dalam masalah, tapi hatinya juga tersiksa.Ketika pikirannya masih berkecambuk, ponselnya tiba-tiba bergetar. Ia meraihnya cepat, berharap itu dari Bhaskara, tetapi ternyata bukan."Nirmala, kita perlu bicara. Bisa temui aku besok di kantor pusat? Aditama."Pesan singkat yang mengatas namakan Aditama itu pikiran Nirmala kembali terpecah. “Ada apa ini? Apa yang in

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 105: Pilihan Sulit

    Di kamar utama rumahnya, Vani duduk di kursi dekat ranjang dengan wajah yang tampak kusut. Ia baru saja menyaksikan Bhaskara mengunci diri di kamar setelah perbincangan sengit dengannya. Air mata Vani yang tertahan sejak tadi akhirnya mengalir. Ia tahu betapa besar tekanan yang kini dirasakan putranya.Pintu kamar terbuka perlahan dan sosok pria paruh baya masuk dengan langkah berat. Wajahnya masih menyiratkan sisa-sisa kemarahan yang belum reda.Vani segera mengusap air matanya dan terdiam memangu.“Mas Surya,” panggil Vani pelan. Ketika sang istri telah memanggil dengan sebutan nama, dapat diketahui akan ada perbincangan yang serius. Dan Surya sudah paham akan mengarah kemana pembicaraan itu.“Aku tidak ingin membicarakan apa pun, Vani,” jawab Surya dingin kemudian memasuki kamar mandi dalam kamarnya. Jika seperti ini Vani harus sedikit lebih sabar. Ia akan menunggu hingga suaminya keluar.Lima belas menit Vani menunggu, akhirnya suara shower terhenti pertanda sebentar lagi Surya

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 104: Kenapa Setega Itu?

    Bhaskara baru saja memarkir mobilnya di halaman rumah dengan hati yang gelisah. Sepanjang perjalanan pulang, ia tidak bisa menyingkirkan rasa khawatir yang terus menghantui pikirannya. Teringat suara keras ibunya di telepon, ia mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat mamanya terdengar marah.Setelah memasuki rumah, Bhaskara segera mencari keberadaan sang ibu. “Mama?” panggilnya dengan nada penuh kebingungan.Vani, yang sudah menunggu dengan hati resah, muncul dari ruang tamu. Wajahnya yang biasanya lembut kini penuh tanda tanya dan kecemasan. Ia melangkah cepat menghampiri anaknya.“Bhaskara, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pulang-pulang ayahmu marah? Kau berulah apa hari ini?” tanyanya memberondong pertanyaan dengan suaranya tegas namun penuh kekhawatiran.Bhaskara mengerutkan dahi. Ia benar-benar bingung maksud sang ibu. Boro-borok berulah dengan ayahnya, sudah dua hari ini ia belum bertemu ayahnya.“Aku nggak tahu, Ma. Justru Bhaskara dari kemarin nggak

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 103: Kekhawatiran yang Muncul Kembali

    Malam itu, Surya turun dari mobilnya dengan gerakan kasar, menutup pintu dengan suara bantingan yang menggema. Wajahnya yang lelah terlihat membeku dingin menegaskan amarah yang ia bawa pulang. Rahangnya yang mengeras dan langkah cepatnya menuju rumah memancarkan aura yang membuat siapa pun enggan mendekat.Dari dalam rumah Vani, istrinya, mendengar suara gaduh dari luar. Dengan raut khawatir, ia segera berlari ke depan untuk memeriksa.“Astaga! Ayah ada apa?!” seru Vani terkejut melihat suaminya yang nampak dilingkupi badai amarah.Surya tak menjawab. Ia melangkah cepat melewati istrinya dan menuju kamar mereka. Vani yang kebingungan menatap punggung suaminya dengan ekspresi resah.“Aduh, apa lagi ulah Bhaskara kali ini?” gumamnya, suara kecil yang menggambarkan keresahan seorang ibu. Ia dapat menebaknya karena suaminya cenderung menyembunyikan amarahnya ketika itu adalah masalah di kantor.Vani menyusul Surya ke kamar. Dengan cekatan, ia membantu melepas jas dan dasi yang masih meli

DMCA.com Protection Status