Beranda / CEO / Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya / Bab 22: Memangnya Cinta Memandang Status?

Share

Bab 22: Memangnya Cinta Memandang Status?

Penulis: Piyu_Qu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi itu mentari bersinar begitu cerah, langit yang membentang luas pun nampak bersih tanpa awan. Cuaca yang mendukung untuk berlibur atau sekadar berpergian.

"Anes cepat kemari bawa bantal gulingmu yang basah."

Seorang wanita dewasa tengah kerepotan memindahkan sebuah kasur tipis menuju depan rumahnya. Di depan rumah yang bisa dikatakan kecil itu terdapat sebuah tangga bambu yang sengaja digeletakkan di tanah. Tangga bambu itu dimaksudkan untuk dijadikan alas menjemur kasur yang ia bawa.

"Nih, Kak. Untung aja selimutnya aman jadi nggak begitu kerepotan untuk menjemur," ujar seorang gadis kecil yang keluar dari rumahnya menentang satu bantal dan sebuah guling.

Nirmala yang telah selesai merebahkan kasur pada tangga, segera menerima bantal dan guling milik Anes.

"Iya, berdoa aja seharian ini panas jadi bisa kering kasur kamu ya."

Agnes mengangguk patuh.

"Nanti malem kalau masih hujan tidur dikamar kakak aja, gak papa ya? Soalnya gentengnya masih bocor takutnya basah la
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 23: Si Bucin dengan Segala Tingkahnya

    "Sial! Aaaa udah jam 7 lewat aduh gimana nih." Wanita berseragam OG itu berlari tunggang langgang memasuki tempatnya bekerja. Semalam ia tidur terlalu larut sehingga ia dengan bodohnya bangun kesiangan. Raut kekhawatiran nampak begitu kentara. Namun ketika ia melihat rekannya, dengan langkah kilat ia melipir. "Keli, Pak Teti udah dateng?" Keli menoleh dan menatap Nirmala dari ujung kaki hingga ujung rambut. Wajahnya terlihat tidak mengenakan membuat Nirmala berpikir macam-macam. "Kau beruntung, Nirmala. Pak Teti katanya berangkat telat. Udah sana cepet ambil alatmu!" Nirmala menarik napas panjang. "Oke, bagus." Ia segera kembali berlarian menuju basecamp alias ruangan loker. Baru juga Nirmala hendak menuju lorong belakang, tiba-tiba sebuah suara yang tak pernah ia duga terdengar. "Hey! Apa kau telat lagi, Nirmala?" Langkah nirmala terhenti, kemudian menoleh kaku. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang, padahal baru kemarin ia lolos dari pemecatan. Apakah hari ini wa

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 24: Mata-Mata

    "Hey kau petugas kebersihan! Bisakah kau mematikan ponselmu, deringnya membuat kepalaku serasa pecah!" omel seorang resepsionis yang terganggu oleh suara ponsel Nirmala yang tak hentinya berdering. Nirmala yang sengaja mengabaikan telepon masuk dan fokus pada pekerjaannya menjadi tak enak. Ia tak menyangka dering ponselnya ternyata terdengar hingga resepsionis. "Oh, maafkan saya." Dengan segera ia matikan ponsel majapahitnya itu. Ia mendengus kesal melanjutkan aktivitas mengelap jendela. Belum juga sehari ia memiliki seorang kekasih, sudah merasa kerepotan. Nirmala nyaris terjungkal saat sedang membersihkan jendela kaca, tiba-tiba ada sebuah wajah yang muncul dari dalam ruangan. Ia nyaris lupa bagaimana cara bernapas saking terkejutnya melihat wajah Baladewa yang terpampang di sana. "Astaga!" pekiknya sembari mengelus dada. Ia mendelik garang pada atasannya itu. Ingin sekali ia memarahinya, namun situasi sedang tidak tepat. Nirmala lantas bergeser berusaha terlihat tak tergan

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 25: Nirmala Adalah Putri Rajendra

    Bayangan pria dengan balutan kemeja casual menambah daya tariknya terpantul dari cermin besar. Karismanya semakin terpancar dengan gaya rambutnya yang lebih tertata. Senyuman yang tak luntur pada wajahnya juga membuat wajah rupawannya tak bosan dipandang. Lengan panjangnya meraih sebuah kotak berudu berwarna maroon ya g tersimpan di laci meja. Ia membuka, memastikan isiannya masih utuh di tempat. "Kuharap Nirmala menyukai ini," gumamnya mengusap bandul berlian yang tergantung di tali kalung perak terlihat berkilauan. Hari ini genap tiga bulan hubungannya bersama Nirmala terjalin. Selama tiga bulan ini mereka menikmati masa-masa indah, menikmati tiap momen bersama membuat benih cinta mereka mulai berkembang menjadi bunga yang indah. Meskipun tak jarang mereka berselisih paham, semua dapat diselesaikan dengan baik. Termasuk merahasikan hubungan mereka, selama tiga bulan ini berjalan mulus. Baladewa meraih ponselnya kemudian menelpon nomor kontak bernama Nirmala yang diakhiri ga

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 26: Warisan Mengejutkan Peninggalan Ayahku

    Nirmala membuka pintu dengan segera ketika pria itu menyatakan memiliki hubungan dengan Rajendra, ayahnya. Nama Rajendra seperti memiliki daya magis tersendiri bagi sosok Nirmala."Tangan kanan ayah kau bilang?" tanya Nirmala menatap tak percaya. Pria paruh baya bernama Surya itu mengangguk yakin. "Kau adalah Nirmala Hapsari, apa betul?" Wajah Nirmala masih menyiratkan keterkejutan juga kebahagiaan. Selama ini tak ada seorangpun teman ayahnya yang mengunjungi rumahnya bahkan saat ayah dan ibunya wafat pun tak ada seorang pun teman ayahnya yang melayat."Apa yang kau inginkan? Mengapa kau baru mengunjungi rumah ayahku sekarang?" tanya Nirmala muram. Mengingat ingatan betapa sepinya pelayat kala itu membuat hatinya perih. Ia tahu betul ayahnya sosok yang baik dan senang menolong teman-temannya, namun kala itu tak seorang pun yang dahulu dibantu olehnya datang untuk berbelasungkawa.Surya menduduk sesal. "Maaf aku baru sempat berkunjung ke rumah ini. Aku memiliki alasan yang tidak bisa

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 27: Fakta Mencengangkan

    "Kau ini hanya anak kemarin sore, Baladewa. Kau tak mengerti apapun persaingan dalam dunia bisnis. Oma yakin Nirmala menggodamu hingga membuatmu jatuh hati kepadanya tak lebih karena ingin memperdayamu!"Merasa direndahkan juga tersinggung karena kekasihnya yang dituduh tidak-tidak, Baladewa berbalik marah. "Oma gak boleh menuduh orang sembarangan. Baladewa lebih tahu dari siapapun, siapa dan bagaimana sosok Nirmala itu!" ujarnya tegas.Raja yang melihat perdebatan sengit antara anak dan ibunya, bergagas melerai."CUKUP! Kita bicarakan baik-baik. Oma sampai menuduhkan hal itu pasti punya bukti yang akurat, kan?" "Tentu, Aditama yang selama ini telah menyelidiki," sambar Helena tak ingin kalah.Baladewa memberenggut kesal. "Mana buktinya. Katakan kepadaku.""Aditama ... " panggil Raja membuat anak buahnya itu mendongak. "Jelaskan!"Aditama yang merasa bertanggung jawab atas pecahnya pertengkaran ini pun seger menjelaskan."Sebelumnya maafkan saya yang bekerja sama dengan Oma Helena t

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 28: Perang Dingin dan Pertentangan Batin

    Di tengah kegelapan pagi itu, terlihat seorang wanita terduduk di depan pintu. Ia nampak terdiam seolah sengaja menjelma sebagai patung di kegelapan.Ceklek Pintu segera terbuka menampakkan seorang gadis belia yang telah mengenakan seragam putih birunya. Saat ia hendak mengambil kaus kaki, ia dikejutkan dengan tubuh seseorang di depannya."ASTAGA KAKAK! Apa yang kakak lakukan di sini? Kenapa belum berangkat kerja?" pekiknya terkejut melihat kakaknya duduk terdiam.Nirmala menoleh dengan raut datarnya. Ia terlihat menatap kosong kepada adiknya. "Entahlah, Nes. Kakak kayaknya nggak sanggup berangkat kerja hari ini.""HAH?! Kakak sakit?"Perkataan ambigu kakaknya itu membuat Anes khawatir. Pasalnya kemarin bahkan semalam ia melihat kakaknya sehat-sehat saja walaupun terkadang terlihat tak fokus.Nirmala kembali menatap lurus tanpa menjawab. Lama ia termagu menatap langit hitam di atasnya. Hingga helaan napas membuat Anes menatap khawatir."Kakak gak punya muka dihadapan Kak Baladewa la

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 29: Kebohongan Untunh Saling Menjaga

    "Untuk apa meminta maaf jika kau masih memandangku sebagai tuanmu, bukan kekasihmu?"Nirmala segera terdiam tak percay. Ia menatap kekasihnya meminta penjelasan."Tanpa kau sadari, selama ini masih ada penghalangan di antara kita. Kau tidak merasa, ya?" Baladewa terkekeh sedih. "Bagi seorang kekasih tak seharusnya memandang nominal pada hadiah yang diberikan. Terlebih merasa sungkan menerima sesuatu yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari."Wanita itu masih tertunduk menyesal. Jawaban itu mampu menohok hatinya yang terdalam. Selama ini ia mengira semua baik-baik saja, namun ternyata itu hanya kelihatannya saja."Salahku sendiri yang kurang bisa membuatmu nyaman.""TIDAK! Selama ini kamu telah membuatku nyaman hingga aku tak tahan didiamkan olehmu barang sejenak," sergah Nirmala cepat. "Sepertinya apa yang kau katakan benar adanya. Selama ini aku masih denial hingga tanpa sadar memperlakukanmu sebagai tuanku bukan kekasihku."Tangan Nirmala terulur menyentuh punggung tangan Baladewa. "U

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 30: Candaan yang Membuat Tertekan

    Usai saling berbaikan, akhirnya Nirmala dan Baladewa pulang bersama. Keadaan kantor kala itu sudah sepi karena waktu sudah hampir malam. Tak terasa ternyata mereka menghabiskan hampir 1 jam untuk berbincang dan menuntaskan semuanya."Sudah hampir malam aku antar kamu, ya," usul Baladewa sembari menyelipkan anak rambut Nirmala yang terjatuh ke depan.Nirmala membalas dengan senyuman indah. "Kita lihat dulu kalau aman kamu boleh mengantarkanku."Baladewa mendesah pelan. "Kira-kira sampai kapan kita harus sembunyi-sembunyi seperti ini. Aku kan juga ingin memamerkan kekasihku yang cantik ini," ujarnya pura-pura merajuk.Melihat kekasihnya bertingkah demikian, Nirmala terkekeh kecil. Ia lantas meninju lengan lelakinya pelan. "Kau ini berhentilah menggombal." Wanita itu berusaha menutupi rasa tersipunya hingga salah tingkah sendiri."Kenapa gitu? Cieee ada yang salting nih ye," goda Baladewa sembari mencolek dagu Nirmala gemas.Nirmala tak tahan terus menerus di goda. Karena tak kuasa mered

Bab terbaru

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 111: Indikasi Terburuk

    Nirmala memandangi pesan di ponselnya dengan perasaan bercampur aduk. Pesan itu singkat memberikan sebuah informasi, tetapi cukup pikiran Nirmala semakin berkecambuk.—'Kau tidak tau apa yang sedang terjadi. Jika ingin tahu kebenarannya, temui aku besok di tempat ini.'Ia berulang kali membaca pesan yang disertai titik lokasi. Titik lokasi itu terasa asing baginya dan terasa sedikit mencurigakan. Alamat yang dikirim berada di pinggiran kota. Yang membuat mencurigakan tempat itu jauh dari pusat bisnis dan gedung-gedung megah yang biasa para pembisnis kunjungi.“Aishh! Siapa sih yang mengirimkan pesan anonim ini? Apa aku harus pergi? Tapi bagaimana kalau ini hanyalah orang iseng atau orang yang hanya akan memperkeruh keadaan?” gumamnya dengan ragu.Namun, rasa ingin tahu tentang masa lalu ayahnua itu jauh lebih besar dari kecurigaan yang singgah dibenaknya. Akhirnya, setelah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan buruk, Nirmala memutuskan untuk memenuhi undangan tersebut karena ia te

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 110: Puzzle

    Malam semakin larut, tapi Nirmala masih saja kesulitan menutup mata. Kata-kata Aditama terus bergema di kepalanya membuatnya terus terjaga dalam kegelisahan.'Ayahmu pernah membuat Surya bangkrut dan jatuh miskin.'Apa yang sebetulnya terjadi? Mengapa tak ada seorang pun yang menceritakan hal ini kepadanya? Bahkan Surya, yang selama ini membantunya dan memberi arahan kepadanya, tak sama sekali menunjukka adanya hubungan buruk kepada ayahnya.Di kamarnya yany cukup sunyi, ia mencoba kembali memutar ulang semua percakapan yang pernah dilakukan dengan Surya, Vani, bahkan Gergio. Dan ia tak menemukan ada yang pernah menyebut masa lalu Rajendra dengan Surya. Semua terasa seperti rahasia besar yang sengaja disembunyikan darinya.“Aku harus mencari tahu,” gumamnya sambil memandang pantulan dirinya di kaca. Tetapi pertanyaannya adalah, di mana ia harus mencari tahu? Dan bagaimana ia harus mulai?***Keesokan harinya, Nirmala memutuskan untuk menemui Vani. Ia berpikir, jika ada orang yang mung

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   109: Pertemuan Penting

    Siang itu, ruang rapat di Rajya Corp dipenuhi ketegangan. Para pemegang saham, investor, dan dewan direksi hadir dalam pertemuan yang disebut-sebut pertemuan penting untuk menentukan langkah perusahaan ke depannyaSelain tokoh penting itu, rupanya Nirmala juga hadir. Ia duduk di tengah perkumpulan itu dengan punggung tegak, mencoba terlihat tenang meskipun pikirannya kalut. Ia tahu bahwa kehadirannya di rapat kali ini akan menjadi sorotan utama. Lebih dari itu, apa yang ia ucapkan nanti akan membawa dampak besar untuk perusahaan inu.Aditama, yang kali ini memimpin rapat, membuka pertemuan dengan pembahasan tentang kebijakan perusahaan untuk menangani krisis. Ia memaparkan situasi finansial terkini dan langkah strategis yang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas. Namun, semua itu hanyalah pembuka, nyatanya pembahasannya lebih luas dari itu.Ketika pembahasan mulai mengarah pada pengangkatan CEO baru, suasana berubah lebih tegang.“Baik,” ucap Aditama sambil menatap sekeliling mej

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 108: Sakit Tak Tertahan

    Malam itu, kamar Nirmala terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena angin yang bertiup dari jendela, melainkan karena rasa hampa yang memenuhi dadanya. Keputusan yang ia buat semalem untuk membuat Bhaskara kecewa yang berujung menghancurkam hatinya terus menggerogoti pikiran Nirmala. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk kedua lututnya dengan erat mencoba meredam kehampaan yang tak kunjung reda."Aku melakukannya untuk dia," gumam wanita itu dengan suara serak. "Aku ingin melindunginya."Sayangnya hatinya tak sejalan dengan ucapannya. Rasa bersalah terus menghantuinya, bahkan membuatnya merasa seperti menghianati cinta yang selama ini mereka perjuangkan.Memori beberapa hari lalu kembali berputar dalam benak Nirmala.~~~"Coba kau pilih kau rela melihatnua kecewa atau melihatnya merasakan kembali trauma masa lalunya?"Kata-kata itu menggema di kepalanya seperti palu yang memukul hati kecilnya. Surya memang tak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud trauma masa lalunya, sampai V

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 107: Pertengkaran Tak Terelakan

    Malam itu tak seperti biasanya langit begitu kelam, seolah menyimpan rahasia gelap yang tak ingin diungkap. Tak ada bintang, apalagi bulan. Hanya ada angin dingin yang menusuk tulang, berembus lembut dari jendela kamar yang terbuka. Nirmala termenung di sana, menopangkan kepalanya pada kusen jendela. Rambut sebahunya bergoyang lembut ditiup angin, wajahnya terlihat berat penuh beban. Pandangannya menerawang jauh menembus pekarangan rumah yang sunyi tetapi pikirannya melayang entah kemana."Huh .... "Helaan napas kembali lolos dari bibirnya. Pundak yang beberapa waktu lalu mulai ringan, kini kembali memberat oleh segala tekanan yang menghimpit."Apa yang harus aku lakukan? Kenapa tidak berjalan seperti yang aku inginkan," gumamnya dengan suara yang dipenuhi kegelisahan yang sulit diungkapkan.Ponsel di meja bergetar, menyental lamun wanita itu. Layar ponselnya menyala dan terpampang satu nama yang membuat hatinya bergetar. 'Bhaskara's Calling'.Panggilan itu sudah muncul lebih dari

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 106: Tekanan Kian Menghimpit

    Sudah beberapa hari ini Nirmala berusaha untuk tidak menghubungi Bhaskara. Meski begitu ia masih menanti di roomchat dan melihat puluhan kali pesan terakhir yang ia kirim belum juga mendapat balasan.“Harus sampai kapan?” gumam Nirmala menggigit bibir bawahnya. Rasa khawatir terus menghantui pikirannya beberapa hari ini.Ingatan tentang percakapan dengan Vani beberapa hari lalu kembali menggema di kepalanya.'Untuk sementara waktu, tolong jangan menghubungi Bhaskara dahulu. Tante takut ayahnya akan berbuat macam-macam kepadanya.'Hatinya terasa berat, seperti dihimpit batu besar. Ia tak ingin egois membuat kekasihnya terjebak dalam masalah, tapi hatinya juga tersiksa.Ketika pikirannya masih berkecambuk, ponselnya tiba-tiba bergetar. Ia meraihnya cepat, berharap itu dari Bhaskara, tetapi ternyata bukan."Nirmala, kita perlu bicara. Bisa temui aku besok di kantor pusat? Aditama."Pesan singkat yang mengatas namakan Aditama itu pikiran Nirmala kembali terpecah. “Ada apa ini? Apa yang in

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 105: Pilihan Sulit

    Di kamar utama rumahnya, Vani duduk di kursi dekat ranjang dengan wajah yang tampak kusut. Ia baru saja menyaksikan Bhaskara mengunci diri di kamar setelah perbincangan sengit dengannya. Air mata Vani yang tertahan sejak tadi akhirnya mengalir. Ia tahu betapa besar tekanan yang kini dirasakan putranya.Pintu kamar terbuka perlahan dan sosok pria paruh baya masuk dengan langkah berat. Wajahnya masih menyiratkan sisa-sisa kemarahan yang belum reda.Vani segera mengusap air matanya dan terdiam memangu.“Mas Surya,” panggil Vani pelan. Ketika sang istri telah memanggil dengan sebutan nama, dapat diketahui akan ada perbincangan yang serius. Dan Surya sudah paham akan mengarah kemana pembicaraan itu.“Aku tidak ingin membicarakan apa pun, Vani,” jawab Surya dingin kemudian memasuki kamar mandi dalam kamarnya. Jika seperti ini Vani harus sedikit lebih sabar. Ia akan menunggu hingga suaminya keluar.Lima belas menit Vani menunggu, akhirnya suara shower terhenti pertanda sebentar lagi Surya

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 104: Kenapa Setega Itu?

    Bhaskara baru saja memarkir mobilnya di halaman rumah dengan hati yang gelisah. Sepanjang perjalanan pulang, ia tidak bisa menyingkirkan rasa khawatir yang terus menghantui pikirannya. Teringat suara keras ibunya di telepon, ia mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat mamanya terdengar marah.Setelah memasuki rumah, Bhaskara segera mencari keberadaan sang ibu. “Mama?” panggilnya dengan nada penuh kebingungan.Vani, yang sudah menunggu dengan hati resah, muncul dari ruang tamu. Wajahnya yang biasanya lembut kini penuh tanda tanya dan kecemasan. Ia melangkah cepat menghampiri anaknya.“Bhaskara, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pulang-pulang ayahmu marah? Kau berulah apa hari ini?” tanyanya memberondong pertanyaan dengan suaranya tegas namun penuh kekhawatiran.Bhaskara mengerutkan dahi. Ia benar-benar bingung maksud sang ibu. Boro-borok berulah dengan ayahnya, sudah dua hari ini ia belum bertemu ayahnya.“Aku nggak tahu, Ma. Justru Bhaskara dari kemarin nggak

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 103: Kekhawatiran yang Muncul Kembali

    Malam itu, Surya turun dari mobilnya dengan gerakan kasar, menutup pintu dengan suara bantingan yang menggema. Wajahnya yang lelah terlihat membeku dingin menegaskan amarah yang ia bawa pulang. Rahangnya yang mengeras dan langkah cepatnya menuju rumah memancarkan aura yang membuat siapa pun enggan mendekat.Dari dalam rumah Vani, istrinya, mendengar suara gaduh dari luar. Dengan raut khawatir, ia segera berlari ke depan untuk memeriksa.“Astaga! Ayah ada apa?!” seru Vani terkejut melihat suaminya yang nampak dilingkupi badai amarah.Surya tak menjawab. Ia melangkah cepat melewati istrinya dan menuju kamar mereka. Vani yang kebingungan menatap punggung suaminya dengan ekspresi resah.“Aduh, apa lagi ulah Bhaskara kali ini?” gumamnya, suara kecil yang menggambarkan keresahan seorang ibu. Ia dapat menebaknya karena suaminya cenderung menyembunyikan amarahnya ketika itu adalah masalah di kantor.Vani menyusul Surya ke kamar. Dengan cekatan, ia membantu melepas jas dan dasi yang masih meli

DMCA.com Protection Status