Beranda / CEO / Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya / Bab 5: Kebaikan Bagiku Hanyalah Kemalangan yang Menyamar

Share

Bab 5: Kebaikan Bagiku Hanyalah Kemalangan yang Menyamar

Penulis: Piyu_Qu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Terima kasih banyak, Tuan Emmm— Pak. Tanpa bantuan anda pasti saya sudah kehilangan pekerjaan. Terima kasih."

Seorang OG membungkuk hormat kepada pria berambut coklat di depannya. Usai tadi sang pria berhasil membantunya keluar dari situasi sulit, gadis itu membuntuti dan mencegat hanya untuk berterima kasih.

"Sudahlah tak usah berlebihan. Aku hanya tak ingin ayahku memarahiku karena membuat salah satu pegawainya dipecat," elak Baladewa menghela napas lelah. "Sudah kan? Kalau gitu minggirlah aku sedang sibuk!" lanjut Baladewa setengah membentak karena merasa tak nyaman melihat banyaknya pasang mata yang memandang ke arahnya.

Nirmala yang paham pun bergegas menyingkir dari hadapan Baladewa. "Apapun alasan anda, saya sungguh berterima kasih," lirih Nirmala menatap dengan penuh binar punggung Baladewa yang semakin lama bergerak menjauh.

"Hey, Mala ada urusan apa kamu sama anaknya Pak Raja?"

Mendengar seseorang berbicara dengannya, Nirmala menoleh.

"Tidak, hanya ada insiden kecil pagi tadi," tanggapnya melirik sekilas rekan kerjanya bernama Keli kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangan tempat penyimpanan perkakas kebersihan.

"Masa sih cuma insiden kecil bikin Pak Baladewa sampe ke sini cuma mau belain kamu. Tadi juga si Nina liat kamu sama Pak Baladewa berangkat barengan. Kamu gak lagi godain Pak Baladewa, kan?"

Pertanyaan tuduhan itu membuat Nirmala menghela napas lelah. Dugaannya tadi benar, sudah pasti akan ada kesalahpahaman melihat seorang anak bos yang datang ke kantor atasannya dan membelanya.

Saat Nirmala tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba tubuhnya tersungkur akibat dorongan kuat seseorang yang baru saja datang. Tentu saja hal tersebut membuat Nirmala juga rekan kerjanya itu terkejut bukan main.

"DASAR OG JALANG! BERANI-BERANINYA KAMU GODAIN CALON TUNANGAN SAYA, HAH?!

Nirmala nyaris menangis merasakan nyeri pada pipinya yang baru saja dihantam seseorang. Sembari memegang pipinya yang masih terasa panas, ia mendongak melihat seseorang yang baru sana datang. Dan ternyata dia adalah Viola, anak dari sekretaris CEO yang kemarin sempat terlibat masalah dengannya.

Gadis berambut blonde itu menatapnya marah. Sorot mata tajamnya itu bahkan telah berwarna merah bersiap menghunus sosok Nirmala yang telah jatuh tersungkur.

"Nona Vi ... ola.... " panggil Nirmala terbata-bata. Ia masih terlalu syok mendapatkan serangan dadakan yang begitu brutal.

"KAMU BENER-BENER CARI MATI YA. APA MAKSUD KAMU BERANGKAT BARENG BALADEWA TADI?"

Bentakan demi bentakan yang Viola lontarkan membuat psikis Nirmala terguncang. Lengkingan suara itu membuat tubuh Nirmala tak henti-hentinya bergetar hebat. Bahkan saking terkejutnya, ia sempat kesulitan bernapas akibat napasnya yang terasa tercekat.

"CEPAT JAWAB SAYA!"

Teriakan Viola yang begitu kencang itu mampu mengundang perhatian orang di sekitar. Karena kejadian ini terjadi di basecamp petugas kebersihan, sebagian besar orang yang berkerumun menyaksikan adalah rekan kerja Nirmala.

Klakkk ...

Viola menendang keras sebuah gagang pel besi hingga membentur pergelangan tangan Nirmala. Tentu saja hal tersebut membuat Nirmala meringis kesakitan.

"Ma ... maaf no ... na. Tadi sa ... saya hanya men ... nunjukkan jalan un ... untuk Pak Bala ... dewa," jawab Nirmala kembali tergagap dengan kucuran air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya.

Rekan Nirmala yang melihat keadaan Nirmala hanya menatap iba. Bahkan sosok Keli yang tadi berada di dekat Nirmala pun tak sedikitpun berniat membantu. Ia justru berlari mundur menghindari pertikaian Nirmala bersama Viola.

"ALAH KAMU PASTI BOONG, DASAR JALANG! AWAS AJA KAMU YA KALAU SAMPAI DEKETIN BALADEWA LAGI, KAMU AKAN SAYA PASTIIN NGGAK AKAN BISA KERJA LAGI DI PERUSAHAAN INI!" gertak Viola lantas meninggalkan Nirmala yang sudah bercucuran air mata.

Kerumunan yang menonton insiden pelabrakan Viola itu pun segera membubarkan diri usai Viola berbalik untuk keluar dari ruangan. Tak ada satu orang pun yang menanyakan keadaan Nirmala, bahkan menghampiri pun tidak.

Dalam diam Nirmala menangis tergugu. Ia sungguh tak pernah membayangkan akan terlibat masalah dengan sosok Viola. Jika saja ia mengetahui akan terjadi kesalahpahaman besar, ia akan menolak dibela oleh Baladewa.

Dengan tertatih ia mencoba bangkit sembari memegang pergelangan tangannya yang terdapat luka memar akibat terkena gagang pel besi.

Ia kemudian berjalan keluar gudang dengan setengaj gemetar dan tatapan kasihan dari beberapa rekan kerjanya menyambutnya begitu ia keluar.

Nirmala hanya bisa tersenyum miris menyadari sampai kapanpun tak akan ada orang yang benar-benar peduli dengannya. Ia telah salah mengira, kebaikan yang Baladewa berikan kepadanya bukanlah kepedulian melainkan sebuah pemicu kemalangan.

"Seharusnya aku tahu tiap kebaikan yang datang ke hidupku hanyalah kemalangan yang menyamar."

***

Dari kejauhan terlihat seorang gadis dengan rambut terikat berjalan gontai menyusuri gang kecil dan gelap. Raut wajahnya nampak lelah dan pucat sedangkan seragamnya nampak lusuh dan kotor.

"Sudah kuduga kau pasti akan lewat jalan ini lagi."

Sebuah suara bariton mengejutkan sang gadis. Ia nampak tersentak dan spontan mendongak. Namun begitu melihat sumber suara, sang gadis buru-buru mempercepat langkahnya.

"Hey kau, kenapa malah pergi?" panggil sang pria mencekal pergelangan tangan hingga membuat sang gadis meringis kesakitan.

"Argh!" seru Nirmala lantas menarik paksa lengan lebamnya yang tanpa sengaja ditarik oleh sang pria.

"EH ASTAGA?! Maafkan aku," pekiknya terkejut melihat rona membiru pada kulit kuning langsat Nirmala.

"Lenganmu .... "

"Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mohon jika anda melihat saya jangan menegur ataupun mendekat. Dan jika memungkinkan tolong menjauh dari saya, Pak Baladewa," seloroh Nirmala dengan suara lirih. Tenaganya telah habis terkuras oleh banyaknya kemalangan yang menimpanya hari ini.

"Ada ap—"

"Permisi."

Tanpa membiarkan Baladewa berbicara, Nirmala terus saja meneruskan langkah kakinya.

Karena masih memiliki urusan, Baladewa menghadang jalan Nirmala.

"Baiklah kalau begitu dengarkan aku dulu. Aku kurang tau apa yang telah terjadi kepadamu hingga membuatmu bersikap demikian, tapi terimalah ini sebagai bentuk tanggung jawabku hari ini. Seperti permintaanmu, lain kali aku tak akan muncul dihadapanmu lagi." ujar Baladewa memberikan sebuah paper bag berwarna peach dengan perasaan sedikir kecewa.

"Oh iya satu lagi, sebelum kau memakan sesuatu sebaiknya kau pastikan dulu makananmu bersih dan tak berjamur."

Usai menuntaskan urusannya, Baladewa lekas berbalik ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

Dengan pandangan yang mengabur akibat menumpuknya air mata di pelupuk matanya, Nirmala menatap kepergian Baladewa dengan perasaan bersalah. Entah mengapa perkataan Baladewa itu membuat dirinya dilanda kesedihan dan rasa bersalah.

Ia mengintip sedikit paperbag itu dan ternyata di dalamnya terdapat seragam OG yang sama dengan yang ia kenakan sekarang. Seketika itu juga tangisnya pecah menyadari ia telah berbicara buruk kepada sosok yang ternyata tulus berbuat baik kepadanya.

***

Ceklek

"Akhirnya kakak pulang!"

Sesosok gadis kecil tiba-tiba keluar dari kamarnya menghampiri sang kakak yang baru saja memasuki rumah.

Nirmala yang tadinya tengah murung akibat pikirannya yang sedang berkecambuk, segera merubah suasana hatinya agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Loh? Kamu udah sembuh, Dek?" tanya Nirmala terkejut melihat Niken yang telah bersemangat menyambut kepulangannya.

Sang adik lantas membantu Nirmala melepaskan sepatu yang dikenakan kakaknya. "Udah, Kak, Niken udah sehat kok. Niken besok juga mau berangkat sekolah," ujar gadis kecil itu penuh semangat.

Nirmala terkekeh kecil melihat adiknya yang sudah lebih lincah dari biasanya. "Bagus kalau gitu besok kakak bangunin buat siap-siap sekolah."

Mendengar hal itu, Niken mengangguk dengan semangat.

"Oh iya, Kak, tadi pagi ada orang yang mengetuk pintu rumah. Tapi aku pagi tadi masih lemas jadi nggak bisa bukain. Terus orang itu pergi gitu aja," tutur Niken menceritakan kejadian pagi tadi usai beberapa saat kakaknya berangkat.

"Oh ya? Tumben banget ada yang bertamu. Kamu tau nggak siapa gitu atau gimana wajahnya?"

Niken menggeleng pelan. "Niken nggak ngeliat wajahnya, Kak. Tapi tadi waktu Niken buka pintu ada kartu nama ini. Apa itu teman kakak?" jawab Niken memberikan sebuah kartu nama berwarna putih dengan sedikit corak merah dan biru.

Kening Nirmala berkerut terheran. Karena tangan kanannya terdapat luka lebam, Nirmala mengambil kartu nama itu dengan tangan kirinya.

"Surya Andreas? Kenapa seorang notaris berkunjung ke sini?"

Tbc

Bab terkait

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 6: Bertemu Pria Agresif dan Meresahkan

    Pagi itu Nirmala menjalani rutinitas seperti biasa, berangkat kerja dipagi buta dengan berjalan menyusuri jalanan lalu menghirup udara pagi yang belum terpapar polusi. Bedanya hari ini wajahnya nampak tak begitu berseri dan tak bersemangat. Tak hanya itu, kantung matanya nampak menghitam seperti kurang tidur. Sepanjang jalan ia cenderung diam dan memandang jalanan dengan tatapan kosong. Ia pun beberapa kali mendengus keras seolah ada beban berat yang sedang ia pikul. "Boleh gak sih cuti dulu? Rasanya aku belum sanggup kalau harus ketemu Baladewa." Nirmala menatap seragam biru putih yang ia kenakan. Seragam ini masih tercium aroma kain baru, ya memang seragam ini adalah pemberian Baladewa kemarin. Saat wanita itu berjalan dengan langkah perlahan, tiba-tiba sebuah motor melaju cepat di jalanan sampingnya. Akibat kencangnya motor itu melaju, Nirmala hampir ikut terhuyung saking kuatnya angin yang menerpa. Ia lantas berteriak marah "Wey! Jangan mentang-mentang jalanan sepi jadi

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Chapter 7: Bukannya Tak Mampu, Aku Hanya Tak Mau

    "Oh iya terima kasih, Bha—Bhaskara." Nirmala melontarkan senyuman ketulusan. "Nope ... kalau nam—" "Oh astaga! Aku tak percaya dengan apa yang kulihat ini. Selain gemar menggoda pasangan orang lain, kau juga tipe wanita yang tak cukup dengan satu pria rupanya." Ucapan Bhaskara terhenti. Sedang Nirmala spontan berbalik. Matanya melebar begitu melihat wanita berpenampilan modis menatapnya remeh. "No—na Viola?" lirih Nirmala dengan degup jantung yang berdetak cepat. Bhaskara sendiri memberikan tatapan sinis pada wanita berlidah tajam itu. "Apa dia juga karyawan di sini?" bisik Bhaskara yang belum paham jika Nirmala merasa terintimidasi. Nirmala mengangguk patah-patah. "Halo apa kau kekasihnya?" tanya Viola yang tiba-tiba menodong pertanyaan kepada Bhaskara. Nirmala panik, ia khawatir jika Viola berbicara yang tidak-tidak kepada Bhaskara. "Bhaskara, kau segeralah pergi," bisik Nirmala mendorong lengan Bhaskara agar lekas menaiki motornya. Pria itu menoleh ke arah

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 8: Pertengkaran yang Tidak Perlu

    Karena pertengkaran kecil pagi tadi, suasana hati Nirmala mendadak berubah buruk. Namun di samping segala percekcokan pagi itu, ia begitu khawatir dengan ancaman Viola. Viona adalah putri dari sekretaris Raja sehingga cukup dekat dengan sang CEO. Nirmala khawatir jika kejutan yang Viona maksud adalah surat pemecatan. Pasalnya bukan hal sulit untuk Viola mengadukan keluhan kepada ayahnya dan akan dilaporkan kepada Raja. Meskipun harinya diawali dengan bersitegang, hari itu Nirmala melaksanakan tugasnya sebagai OG dengan cukup baik. Tak ada hal yang spesial dan tak ada masalah seperti hari lalu. Dan Nirmala cukup bersyukur tak bertemu Baladewa seharian ini. Waktu jam kerja telah usai, Nirmala bergegas berkemas untuk pulang. Beberapa hari ke belakang, Nirmala harus pulang dengan berjalan kaki karena ongkosnya harus dialihkan untuk biaya berobat adiknya. Ketika Nirmala keluar gerbang, ia dikejutkan dengan atensi seorang pria tengah duduk di atas motornya. Dia adalah Bhaskara, pr

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 9: Percikan Dari Sebuah Gesekan

    "ARGH!" Nirmala tergelepar di tanah. Mendengar suara benda terjatuh, Bhaskara juga Baladewa menoleh ke sumber suara. Bughh! Bhaskara bergegas bangkit dan memukul rahang Baladewa dengan kerasnya. "Argh!" Baladewa yang lengah akhirnya terkena serangan telak. Ia terhuyung menjauhi Nirmala "Astaga! Hey, kau tidak apa-apa?" pekik Bhaskara langsung menghampiri Nirmala yang tergeletak. Ia mengangkat kepala Nirmala ke pangkuannya. Wajah kiri Nirmala memerah tepat di bawah mata kirinya. Ia meringis kesakitan merasakan pipinya berdenyut. Jari Bhaskara mengusap pipi kiri Nirmala yang terkena tonjokan tanpa peduli wajahnya yang juga babak belur. "Maafkan aku, Nirmala. Aku ... aku tidak sengaja," ucap Baladewa bergegas menghampiri Nirmala sembari memegangi rahang kananya. Nirmala berusaha bangkit di bantu Bhaskara. "Tidak sengaja kau bilang?!" sungut Bhaskara tersulut amarah. "Sudah! Jangan lagi berantem!" seru Nirmala mencegah percekcokan yang dikhawatirkan akan me

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 10: Isi kepala yang Dipenuhi Tentangnya

    Kepergian Nirmala bersama pria yang tak ia kenali itu membekas di ingatan Baladewa. Bahkan sehari telah berlalu, pikirannya masih tertuju pada kejadian sore itu. Entah apa yang mendadak merasukinya, yang pasti ia merasa khawatir dan penasaran bagaimana kondisi Nirmala sekarang. "Dewa, cepat bawa masuk koper oma!" Teriakan itu membuat lamun Baladewa seketika buyar. "Memangnya oma udah sampai?" tanya Baladewa justru dengan santai mengambil segelas air mineral di meja makan. "Ya ampun! itu omamu udah di depan rumah!" Muncullah sosok wanita paruh baya dengan rambut setengah bahu. Ia menatap garang anak lelakinya yang malas-malasan. Tak ingin terkena semprot lagi, Baladewa bergegas keluar rumah. Begitu sampai diambang pintu, mata Baladewa langsung dimanjakan dengan rimbunnya dedaunan dan rerumputan hijau yang membentang luas. Pandangannya seketika tertuju pada sebuah mobil yang terparkir di garasi rumah. "Halo, Oma, kukira oma pulang bulan depan." Dengan cekatan Baladew

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 11: Ada Apa dengan Hari Ini?

    Seorang wanita berambut sebahu menyusuri lorong dalam keadaan gelap. Tak ada sedikitpun perasaan takut kala tak seorang pun hadir di sekitarnya. Ia tetap fokus memperhatikan kedua kakinya melangkah sepanjang lorong. Ia lantas berbelok ke kanan begitu sampai di simpang tiga. Lagi-lagi wanita itu sama sekali tak mengidahkan kesunyian dan kegelapan yang menemaninya. Ceklek .... Wanita itu membuka sebuah loker bertuliskan 'Nirmala' pada pintunya. Selanjutnya meletakkan tas ransel yang ia bawa ke dalam. Ia membuka resleting tasnya kemudian mengambul sebuah baju kerja yang juga bertuliskan 'Nirmala' pada nametag-nya. Saat ia hendak membuka baju yang ia pakai untuk diganti dengan pakaian seragam, ia dikejutkan dengan sebuah suara gaduh yang berasal dari area kamar mandi. Mata Nirmala yang tadinya sudah setengah tertutup, segera terbuka lebar. "Siapa di sana?!" seru Nirmala mulai was-was dengan sekelilingnya. Ia juga kembali membenarkan kancing bajunya yang sudah sempat ia lepas. Tak

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 12: Malaikat Dalam Kegelapan

    Waktu telah menujukkan pukul 04.50. Di depan sebuah gedung bertuliskan 'Rajya Corp'terlihat sebuah mobil van hitam terparkir di sana. Tak berselang lama, sesosok pria mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan penutup wajah turun dari mobil itu dan berjalan mengendap-endap. Langkahnya begitu was-was ketika memasuki pintu darurat yang tak terkunci. Sekali lagi pria itu mengendap berjalan menelusuri lorong dengan posisi menempel tembok. Pria itu sepertinya tahu betul bagian mana yang tersorot kamera sehingga menggunakan teknik penyamaran untuk mengantisipasi. Krekkk ... Pergerakannya mendadak berhenti. Dari balik penutup wajahnya, wajah tampannya berubah pucat. Dengan hati-hati ia melongokkan kepalanya, namun segera tersadar ternyata bunyi itu timbul akibat dirinya yang tak sengaja menginjak minuman kaleng yang tergeletak di sekitar tempat sampah. Ia lekas mengelus dadanya lega. "Sial, membuat panik saja," bisiknya mengumpat. Ia kembali meneruskan langkahnya hingga tan

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 13: Mengapa Mau Kerepotan Hanya Karena Gadis OG?

    Pria memakai setelan jas maroon terlihat termagu menatap keluar jendela yang jelas terlihat pucuk gedung yang begitu menjulang. Wajahnya menyiratkan kegelisahan juga kekhawatiran. "Akkkk!" Ia bangkit kemudian menengadah wajahnya. Matanya terpejam sesaat. "Gak bisa!" serunya keras. Ia lantas berjalan cepat keluar ruangannya. "Hey!" Baladewa menoleh kepada pria paruh baya yang baru saja muncul dari balik pintu di belakangnya. "Mau kemana?" Wajah gelisah Baladewa mengundang banyak tanya ayahnya. "Dewa ... ada urusan sebentar, Yah. Baladewa pergi dulu." Raja hendak mencegah, namun Baladewa kadung menjauh. Pria berambut two block itu menyusuri lorong sembari sesekali menilik nama ruangan ditiap pintunya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sosok wanita yang beberapa waktu lalu ia buat kelimpungan. "Hey!" panggilnya segera menyentak wanita modis yang tengah berbincang dengan beberapa staf. "Oh kau rupanya ... " gumam Viola menatap Baladewa memberengut. "Kena

Bab terbaru

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 111: Indikasi Terburuk

    Nirmala memandangi pesan di ponselnya dengan perasaan bercampur aduk. Pesan itu singkat memberikan sebuah informasi, tetapi cukup pikiran Nirmala semakin berkecambuk.—'Kau tidak tau apa yang sedang terjadi. Jika ingin tahu kebenarannya, temui aku besok di tempat ini.'Ia berulang kali membaca pesan yang disertai titik lokasi. Titik lokasi itu terasa asing baginya dan terasa sedikit mencurigakan. Alamat yang dikirim berada di pinggiran kota. Yang membuat mencurigakan tempat itu jauh dari pusat bisnis dan gedung-gedung megah yang biasa para pembisnis kunjungi.“Aishh! Siapa sih yang mengirimkan pesan anonim ini? Apa aku harus pergi? Tapi bagaimana kalau ini hanyalah orang iseng atau orang yang hanya akan memperkeruh keadaan?” gumamnya dengan ragu.Namun, rasa ingin tahu tentang masa lalu ayahnua itu jauh lebih besar dari kecurigaan yang singgah dibenaknya. Akhirnya, setelah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan buruk, Nirmala memutuskan untuk memenuhi undangan tersebut karena ia te

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 110: Puzzle

    Malam semakin larut, tapi Nirmala masih saja kesulitan menutup mata. Kata-kata Aditama terus bergema di kepalanya membuatnya terus terjaga dalam kegelisahan.'Ayahmu pernah membuat Surya bangkrut dan jatuh miskin.'Apa yang sebetulnya terjadi? Mengapa tak ada seorang pun yang menceritakan hal ini kepadanya? Bahkan Surya, yang selama ini membantunya dan memberi arahan kepadanya, tak sama sekali menunjukka adanya hubungan buruk kepada ayahnya.Di kamarnya yany cukup sunyi, ia mencoba kembali memutar ulang semua percakapan yang pernah dilakukan dengan Surya, Vani, bahkan Gergio. Dan ia tak menemukan ada yang pernah menyebut masa lalu Rajendra dengan Surya. Semua terasa seperti rahasia besar yang sengaja disembunyikan darinya.“Aku harus mencari tahu,” gumamnya sambil memandang pantulan dirinya di kaca. Tetapi pertanyaannya adalah, di mana ia harus mencari tahu? Dan bagaimana ia harus mulai?***Keesokan harinya, Nirmala memutuskan untuk menemui Vani. Ia berpikir, jika ada orang yang mung

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   109: Pertemuan Penting

    Siang itu, ruang rapat di Rajya Corp dipenuhi ketegangan. Para pemegang saham, investor, dan dewan direksi hadir dalam pertemuan yang disebut-sebut pertemuan penting untuk menentukan langkah perusahaan ke depannyaSelain tokoh penting itu, rupanya Nirmala juga hadir. Ia duduk di tengah perkumpulan itu dengan punggung tegak, mencoba terlihat tenang meskipun pikirannya kalut. Ia tahu bahwa kehadirannya di rapat kali ini akan menjadi sorotan utama. Lebih dari itu, apa yang ia ucapkan nanti akan membawa dampak besar untuk perusahaan inu.Aditama, yang kali ini memimpin rapat, membuka pertemuan dengan pembahasan tentang kebijakan perusahaan untuk menangani krisis. Ia memaparkan situasi finansial terkini dan langkah strategis yang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas. Namun, semua itu hanyalah pembuka, nyatanya pembahasannya lebih luas dari itu.Ketika pembahasan mulai mengarah pada pengangkatan CEO baru, suasana berubah lebih tegang.“Baik,” ucap Aditama sambil menatap sekeliling mej

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 108: Sakit Tak Tertahan

    Malam itu, kamar Nirmala terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena angin yang bertiup dari jendela, melainkan karena rasa hampa yang memenuhi dadanya. Keputusan yang ia buat semalem untuk membuat Bhaskara kecewa yang berujung menghancurkam hatinya terus menggerogoti pikiran Nirmala. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk kedua lututnya dengan erat mencoba meredam kehampaan yang tak kunjung reda."Aku melakukannya untuk dia," gumam wanita itu dengan suara serak. "Aku ingin melindunginya."Sayangnya hatinya tak sejalan dengan ucapannya. Rasa bersalah terus menghantuinya, bahkan membuatnya merasa seperti menghianati cinta yang selama ini mereka perjuangkan.Memori beberapa hari lalu kembali berputar dalam benak Nirmala.~~~"Coba kau pilih kau rela melihatnua kecewa atau melihatnya merasakan kembali trauma masa lalunya?"Kata-kata itu menggema di kepalanya seperti palu yang memukul hati kecilnya. Surya memang tak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksud trauma masa lalunya, sampai V

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 107: Pertengkaran Tak Terelakan

    Malam itu tak seperti biasanya langit begitu kelam, seolah menyimpan rahasia gelap yang tak ingin diungkap. Tak ada bintang, apalagi bulan. Hanya ada angin dingin yang menusuk tulang, berembus lembut dari jendela kamar yang terbuka. Nirmala termenung di sana, menopangkan kepalanya pada kusen jendela. Rambut sebahunya bergoyang lembut ditiup angin, wajahnya terlihat berat penuh beban. Pandangannya menerawang jauh menembus pekarangan rumah yang sunyi tetapi pikirannya melayang entah kemana."Huh .... "Helaan napas kembali lolos dari bibirnya. Pundak yang beberapa waktu lalu mulai ringan, kini kembali memberat oleh segala tekanan yang menghimpit."Apa yang harus aku lakukan? Kenapa tidak berjalan seperti yang aku inginkan," gumamnya dengan suara yang dipenuhi kegelisahan yang sulit diungkapkan.Ponsel di meja bergetar, menyental lamun wanita itu. Layar ponselnya menyala dan terpampang satu nama yang membuat hatinya bergetar. 'Bhaskara's Calling'.Panggilan itu sudah muncul lebih dari

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 106: Tekanan Kian Menghimpit

    Sudah beberapa hari ini Nirmala berusaha untuk tidak menghubungi Bhaskara. Meski begitu ia masih menanti di roomchat dan melihat puluhan kali pesan terakhir yang ia kirim belum juga mendapat balasan.“Harus sampai kapan?” gumam Nirmala menggigit bibir bawahnya. Rasa khawatir terus menghantui pikirannya beberapa hari ini.Ingatan tentang percakapan dengan Vani beberapa hari lalu kembali menggema di kepalanya.'Untuk sementara waktu, tolong jangan menghubungi Bhaskara dahulu. Tante takut ayahnya akan berbuat macam-macam kepadanya.'Hatinya terasa berat, seperti dihimpit batu besar. Ia tak ingin egois membuat kekasihnya terjebak dalam masalah, tapi hatinya juga tersiksa.Ketika pikirannya masih berkecambuk, ponselnya tiba-tiba bergetar. Ia meraihnya cepat, berharap itu dari Bhaskara, tetapi ternyata bukan."Nirmala, kita perlu bicara. Bisa temui aku besok di kantor pusat? Aditama."Pesan singkat yang mengatas namakan Aditama itu pikiran Nirmala kembali terpecah. “Ada apa ini? Apa yang in

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 105: Pilihan Sulit

    Di kamar utama rumahnya, Vani duduk di kursi dekat ranjang dengan wajah yang tampak kusut. Ia baru saja menyaksikan Bhaskara mengunci diri di kamar setelah perbincangan sengit dengannya. Air mata Vani yang tertahan sejak tadi akhirnya mengalir. Ia tahu betapa besar tekanan yang kini dirasakan putranya.Pintu kamar terbuka perlahan dan sosok pria paruh baya masuk dengan langkah berat. Wajahnya masih menyiratkan sisa-sisa kemarahan yang belum reda.Vani segera mengusap air matanya dan terdiam memangu.“Mas Surya,” panggil Vani pelan. Ketika sang istri telah memanggil dengan sebutan nama, dapat diketahui akan ada perbincangan yang serius. Dan Surya sudah paham akan mengarah kemana pembicaraan itu.“Aku tidak ingin membicarakan apa pun, Vani,” jawab Surya dingin kemudian memasuki kamar mandi dalam kamarnya. Jika seperti ini Vani harus sedikit lebih sabar. Ia akan menunggu hingga suaminya keluar.Lima belas menit Vani menunggu, akhirnya suara shower terhenti pertanda sebentar lagi Surya

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 104: Kenapa Setega Itu?

    Bhaskara baru saja memarkir mobilnya di halaman rumah dengan hati yang gelisah. Sepanjang perjalanan pulang, ia tidak bisa menyingkirkan rasa khawatir yang terus menghantui pikirannya. Teringat suara keras ibunya di telepon, ia mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat mamanya terdengar marah.Setelah memasuki rumah, Bhaskara segera mencari keberadaan sang ibu. “Mama?” panggilnya dengan nada penuh kebingungan.Vani, yang sudah menunggu dengan hati resah, muncul dari ruang tamu. Wajahnya yang biasanya lembut kini penuh tanda tanya dan kecemasan. Ia melangkah cepat menghampiri anaknya.“Bhaskara, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa pulang-pulang ayahmu marah? Kau berulah apa hari ini?” tanyanya memberondong pertanyaan dengan suaranya tegas namun penuh kekhawatiran.Bhaskara mengerutkan dahi. Ia benar-benar bingung maksud sang ibu. Boro-borok berulah dengan ayahnya, sudah dua hari ini ia belum bertemu ayahnya.“Aku nggak tahu, Ma. Justru Bhaskara dari kemarin nggak

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 103: Kekhawatiran yang Muncul Kembali

    Malam itu, Surya turun dari mobilnya dengan gerakan kasar, menutup pintu dengan suara bantingan yang menggema. Wajahnya yang lelah terlihat membeku dingin menegaskan amarah yang ia bawa pulang. Rahangnya yang mengeras dan langkah cepatnya menuju rumah memancarkan aura yang membuat siapa pun enggan mendekat.Dari dalam rumah Vani, istrinya, mendengar suara gaduh dari luar. Dengan raut khawatir, ia segera berlari ke depan untuk memeriksa.“Astaga! Ayah ada apa?!” seru Vani terkejut melihat suaminya yang nampak dilingkupi badai amarah.Surya tak menjawab. Ia melangkah cepat melewati istrinya dan menuju kamar mereka. Vani yang kebingungan menatap punggung suaminya dengan ekspresi resah.“Aduh, apa lagi ulah Bhaskara kali ini?” gumamnya, suara kecil yang menggambarkan keresahan seorang ibu. Ia dapat menebaknya karena suaminya cenderung menyembunyikan amarahnya ketika itu adalah masalah di kantor.Vani menyusul Surya ke kamar. Dengan cekatan, ia membantu melepas jas dan dasi yang masih meli

DMCA.com Protection Status