Beranda / CEO / Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya / Bab 5: Kebaikan Bagiku Hanyalah Kemalangan yang Menyamar

Share

Bab 5: Kebaikan Bagiku Hanyalah Kemalangan yang Menyamar

Penulis: Piyu_Qu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-12 19:17:46

"Terima kasih banyak, Tuan Emmm— Pak. Tanpa bantuan anda pasti saya sudah kehilangan pekerjaan. Terima kasih."

Seorang OG membungkuk hormat kepada pria berambut coklat di depannya. Usai tadi sang pria berhasil membantunya keluar dari situasi sulit, gadis itu membuntuti dan mencegat hanya untuk berterima kasih.

"Sudahlah tak usah berlebihan. Aku hanya tak ingin ayahku memarahiku karena membuat salah satu pegawainya dipecat," elak Baladewa menghela napas lelah. "Sudah kan? Kalau gitu minggirlah aku sedang sibuk!" lanjut Baladewa setengah membentak karena merasa tak nyaman melihat banyaknya pasang mata yang memandang ke arahnya.

Nirmala yang paham pun bergegas menyingkir dari hadapan Baladewa. "Apapun alasan anda, saya sungguh berterima kasih," lirih Nirmala menatap dengan penuh binar punggung Baladewa yang semakin lama bergerak menjauh.

"Hey, Mala ada urusan apa kamu sama anaknya Pak Raja?"

Mendengar seseorang berbicara dengannya, Nirmala menoleh.

"Tidak, hanya ada insiden kecil pagi tadi," tanggapnya melirik sekilas rekan kerjanya bernama Keli kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangan tempat penyimpanan perkakas kebersihan.

"Masa sih cuma insiden kecil bikin Pak Baladewa sampe ke sini cuma mau belain kamu. Tadi juga si Nina liat kamu sama Pak Baladewa berangkat barengan. Kamu gak lagi godain Pak Baladewa, kan?"

Pertanyaan tuduhan itu membuat Nirmala menghela napas lelah. Dugaannya tadi benar, sudah pasti akan ada kesalahpahaman melihat seorang anak bos yang datang ke kantor atasannya dan membelanya.

Saat Nirmala tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba tubuhnya tersungkur akibat dorongan kuat seseorang yang baru saja datang. Tentu saja hal tersebut membuat Nirmala juga rekan kerjanya itu terkejut bukan main.

"DASAR OG JALANG! BERANI-BERANINYA KAMU GODAIN CALON TUNANGAN SAYA, HAH?!

Nirmala nyaris menangis merasakan nyeri pada pipinya yang baru saja dihantam seseorang. Sembari memegang pipinya yang masih terasa panas, ia mendongak melihat seseorang yang baru sana datang. Dan ternyata dia adalah Viola, anak dari sekretaris CEO yang kemarin sempat terlibat masalah dengannya.

Gadis berambut blonde itu menatapnya marah. Sorot mata tajamnya itu bahkan telah berwarna merah bersiap menghunus sosok Nirmala yang telah jatuh tersungkur.

"Nona Vi ... ola.... " panggil Nirmala terbata-bata. Ia masih terlalu syok mendapatkan serangan dadakan yang begitu brutal.

"KAMU BENER-BENER CARI MATI YA. APA MAKSUD KAMU BERANGKAT BARENG BALADEWA TADI?"

Bentakan demi bentakan yang Viola lontarkan membuat psikis Nirmala terguncang. Lengkingan suara itu membuat tubuh Nirmala tak henti-hentinya bergetar hebat. Bahkan saking terkejutnya, ia sempat kesulitan bernapas akibat napasnya yang terasa tercekat.

"CEPAT JAWAB SAYA!"

Teriakan Viola yang begitu kencang itu mampu mengundang perhatian orang di sekitar. Karena kejadian ini terjadi di basecamp petugas kebersihan, sebagian besar orang yang berkerumun menyaksikan adalah rekan kerja Nirmala.

Klakkk ...

Viola menendang keras sebuah gagang pel besi hingga membentur pergelangan tangan Nirmala. Tentu saja hal tersebut membuat Nirmala meringis kesakitan.

"Ma ... maaf no ... na. Tadi sa ... saya hanya men ... nunjukkan jalan un ... untuk Pak Bala ... dewa," jawab Nirmala kembali tergagap dengan kucuran air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya.

Rekan Nirmala yang melihat keadaan Nirmala hanya menatap iba. Bahkan sosok Keli yang tadi berada di dekat Nirmala pun tak sedikitpun berniat membantu. Ia justru berlari mundur menghindari pertikaian Nirmala bersama Viola.

"ALAH KAMU PASTI BOONG, DASAR JALANG! AWAS AJA KAMU YA KALAU SAMPAI DEKETIN BALADEWA LAGI, KAMU AKAN SAYA PASTIIN NGGAK AKAN BISA KERJA LAGI DI PERUSAHAAN INI!" gertak Viola lantas meninggalkan Nirmala yang sudah bercucuran air mata.

Kerumunan yang menonton insiden pelabrakan Viola itu pun segera membubarkan diri usai Viola berbalik untuk keluar dari ruangan. Tak ada satu orang pun yang menanyakan keadaan Nirmala, bahkan menghampiri pun tidak.

Dalam diam Nirmala menangis tergugu. Ia sungguh tak pernah membayangkan akan terlibat masalah dengan sosok Viola. Jika saja ia mengetahui akan terjadi kesalahpahaman besar, ia akan menolak dibela oleh Baladewa.

Dengan tertatih ia mencoba bangkit sembari memegang pergelangan tangannya yang terdapat luka memar akibat terkena gagang pel besi.

Ia kemudian berjalan keluar gudang dengan setengaj gemetar dan tatapan kasihan dari beberapa rekan kerjanya menyambutnya begitu ia keluar.

Nirmala hanya bisa tersenyum miris menyadari sampai kapanpun tak akan ada orang yang benar-benar peduli dengannya. Ia telah salah mengira, kebaikan yang Baladewa berikan kepadanya bukanlah kepedulian melainkan sebuah pemicu kemalangan.

"Seharusnya aku tahu tiap kebaikan yang datang ke hidupku hanyalah kemalangan yang menyamar."

***

Dari kejauhan terlihat seorang gadis dengan rambut terikat berjalan gontai menyusuri gang kecil dan gelap. Raut wajahnya nampak lelah dan pucat sedangkan seragamnya nampak lusuh dan kotor.

"Sudah kuduga kau pasti akan lewat jalan ini lagi."

Sebuah suara bariton mengejutkan sang gadis. Ia nampak tersentak dan spontan mendongak. Namun begitu melihat sumber suara, sang gadis buru-buru mempercepat langkahnya.

"Hey kau, kenapa malah pergi?" panggil sang pria mencekal pergelangan tangan hingga membuat sang gadis meringis kesakitan.

"Argh!" seru Nirmala lantas menarik paksa lengan lebamnya yang tanpa sengaja ditarik oleh sang pria.

"EH ASTAGA?! Maafkan aku," pekiknya terkejut melihat rona membiru pada kulit kuning langsat Nirmala.

"Lenganmu .... "

"Tanpa mengurangi rasa hormat, saya mohon jika anda melihat saya jangan menegur ataupun mendekat. Dan jika memungkinkan tolong menjauh dari saya, Pak Baladewa," seloroh Nirmala dengan suara lirih. Tenaganya telah habis terkuras oleh banyaknya kemalangan yang menimpanya hari ini.

"Ada ap—"

"Permisi."

Tanpa membiarkan Baladewa berbicara, Nirmala terus saja meneruskan langkah kakinya.

Karena masih memiliki urusan, Baladewa menghadang jalan Nirmala.

"Baiklah kalau begitu dengarkan aku dulu. Aku kurang tau apa yang telah terjadi kepadamu hingga membuatmu bersikap demikian, tapi terimalah ini sebagai bentuk tanggung jawabku hari ini. Seperti permintaanmu, lain kali aku tak akan muncul dihadapanmu lagi." ujar Baladewa memberikan sebuah paper bag berwarna peach dengan perasaan sedikir kecewa.

"Oh iya satu lagi, sebelum kau memakan sesuatu sebaiknya kau pastikan dulu makananmu bersih dan tak berjamur."

Usai menuntaskan urusannya, Baladewa lekas berbalik ke arah mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

Dengan pandangan yang mengabur akibat menumpuknya air mata di pelupuk matanya, Nirmala menatap kepergian Baladewa dengan perasaan bersalah. Entah mengapa perkataan Baladewa itu membuat dirinya dilanda kesedihan dan rasa bersalah.

Ia mengintip sedikit paperbag itu dan ternyata di dalamnya terdapat seragam OG yang sama dengan yang ia kenakan sekarang. Seketika itu juga tangisnya pecah menyadari ia telah berbicara buruk kepada sosok yang ternyata tulus berbuat baik kepadanya.

***

Ceklek

"Akhirnya kakak pulang!"

Sesosok gadis kecil tiba-tiba keluar dari kamarnya menghampiri sang kakak yang baru saja memasuki rumah.

Nirmala yang tadinya tengah murung akibat pikirannya yang sedang berkecambuk, segera merubah suasana hatinya agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Loh? Kamu udah sembuh, Dek?" tanya Nirmala terkejut melihat Niken yang telah bersemangat menyambut kepulangannya.

Sang adik lantas membantu Nirmala melepaskan sepatu yang dikenakan kakaknya. "Udah, Kak, Niken udah sehat kok. Niken besok juga mau berangkat sekolah," ujar gadis kecil itu penuh semangat.

Nirmala terkekeh kecil melihat adiknya yang sudah lebih lincah dari biasanya. "Bagus kalau gitu besok kakak bangunin buat siap-siap sekolah."

Mendengar hal itu, Niken mengangguk dengan semangat.

"Oh iya, Kak, tadi pagi ada orang yang mengetuk pintu rumah. Tapi aku pagi tadi masih lemas jadi nggak bisa bukain. Terus orang itu pergi gitu aja," tutur Niken menceritakan kejadian pagi tadi usai beberapa saat kakaknya berangkat.

"Oh ya? Tumben banget ada yang bertamu. Kamu tau nggak siapa gitu atau gimana wajahnya?"

Niken menggeleng pelan. "Niken nggak ngeliat wajahnya, Kak. Tapi tadi waktu Niken buka pintu ada kartu nama ini. Apa itu teman kakak?" jawab Niken memberikan sebuah kartu nama berwarna putih dengan sedikit corak merah dan biru.

Kening Nirmala berkerut terheran. Karena tangan kanannya terdapat luka lebam, Nirmala mengambil kartu nama itu dengan tangan kirinya.

"Surya Andreas? Kenapa seorang notaris berkunjung ke sini?"

Tbc

Bab terkait

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 6: Bertemu Pria Agresif dan Meresahkan

    Pagi itu Nirmala menjalani rutinitas seperti biasa, berangkat kerja dipagi buta dengan berjalan menyusuri jalanan lalu menghirup udara pagi yang belum terpapar polusi. Bedanya hari ini wajahnya nampak tak begitu berseri dan tak bersemangat. Tak hanya itu, kantung matanya nampak menghitam seperti kurang tidur. Sepanjang jalan ia cenderung diam dan memandang jalanan dengan tatapan kosong. Ia pun beberapa kali mendengus keras seolah ada beban berat yang sedang ia pikul. "Boleh gak sih cuti dulu? Rasanya aku belum sanggup kalau harus ketemu Baladewa." Nirmala menatap seragam biru putih yang ia kenakan. Seragam ini masih tercium aroma kain baru, ya memang seragam ini adalah pemberian Baladewa kemarin. Saat wanita itu berjalan dengan langkah perlahan, tiba-tiba sebuah motor melaju cepat di jalanan sampingnya. Akibat kencangnya motor itu melaju, Nirmala hampir ikut terhuyung saking kuatnya angin yang menerpa. Ia lantas berteriak marah "Wey! Jangan mentang-mentang jalanan sepi jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Chapter 7: Bukannya Tak Mampu, Aku Hanya Tak Mau

    "Oh iya terima kasih, Bha—Bhaskara." Nirmala melontarkan senyuman ketulusan. "Nope ... kalau nam—" "Oh astaga! Aku tak percaya dengan apa yang kulihat ini. Selain gemar menggoda pasangan orang lain, kau juga tipe wanita yang tak cukup dengan satu pria rupanya." Ucapan Bhaskara terhenti. Sedang Nirmala spontan berbalik. Matanya melebar begitu melihat wanita berpenampilan modis menatapnya remeh. "No—na Viola?" lirih Nirmala dengan degup jantung yang berdetak cepat. Bhaskara sendiri memberikan tatapan sinis pada wanita berlidah tajam itu. "Apa dia juga karyawan di sini?" bisik Bhaskara yang belum paham jika Nirmala merasa terintimidasi. Nirmala mengangguk patah-patah. "Halo apa kau kekasihnya?" tanya Viola yang tiba-tiba menodong pertanyaan kepada Bhaskara. Nirmala panik, ia khawatir jika Viola berbicara yang tidak-tidak kepada Bhaskara. "Bhaskara, kau segeralah pergi," bisik Nirmala mendorong lengan Bhaskara agar lekas menaiki motornya. Pria itu menoleh ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 8: Pertengkaran yang Tidak Perlu

    Karena pertengkaran kecil pagi tadi, suasana hati Nirmala mendadak berubah buruk. Namun di samping segala percekcokan pagi itu, ia begitu khawatir dengan ancaman Viola. Viona adalah putri dari sekretaris Raja sehingga cukup dekat dengan sang CEO. Nirmala khawatir jika kejutan yang Viona maksud adalah surat pemecatan. Pasalnya bukan hal sulit untuk Viola mengadukan keluhan kepada ayahnya dan akan dilaporkan kepada Raja. Meskipun harinya diawali dengan bersitegang, hari itu Nirmala melaksanakan tugasnya sebagai OG dengan cukup baik. Tak ada hal yang spesial dan tak ada masalah seperti hari lalu. Dan Nirmala cukup bersyukur tak bertemu Baladewa seharian ini. Waktu jam kerja telah usai, Nirmala bergegas berkemas untuk pulang. Beberapa hari ke belakang, Nirmala harus pulang dengan berjalan kaki karena ongkosnya harus dialihkan untuk biaya berobat adiknya. Ketika Nirmala keluar gerbang, ia dikejutkan dengan atensi seorang pria tengah duduk di atas motornya. Dia adalah Bhaskara, pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 9: Percikan Dari Sebuah Gesekan

    "ARGH!" Nirmala tergelepar di tanah. Mendengar suara benda terjatuh, Bhaskara juga Baladewa menoleh ke sumber suara. Bughh! Bhaskara bergegas bangkit dan memukul rahang Baladewa dengan kerasnya. "Argh!" Baladewa yang lengah akhirnya terkena serangan telak. Ia terhuyung menjauhi Nirmala "Astaga! Hey, kau tidak apa-apa?" pekik Bhaskara langsung menghampiri Nirmala yang tergeletak. Ia mengangkat kepala Nirmala ke pangkuannya. Wajah kiri Nirmala memerah tepat di bawah mata kirinya. Ia meringis kesakitan merasakan pipinya berdenyut. Jari Bhaskara mengusap pipi kiri Nirmala yang terkena tonjokan tanpa peduli wajahnya yang juga babak belur. "Maafkan aku, Nirmala. Aku ... aku tidak sengaja," ucap Baladewa bergegas menghampiri Nirmala sembari memegangi rahang kananya. Nirmala berusaha bangkit di bantu Bhaskara. "Tidak sengaja kau bilang?!" sungut Bhaskara tersulut amarah. "Sudah! Jangan lagi berantem!" seru Nirmala mencegah percekcokan yang dikhawatirkan akan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 10: Isi kepala yang Dipenuhi Tentangnya

    Kepergian Nirmala bersama pria yang tak ia kenali itu membekas di ingatan Baladewa. Bahkan sehari telah berlalu, pikirannya masih tertuju pada kejadian sore itu. Entah apa yang mendadak merasukinya, yang pasti ia merasa khawatir dan penasaran bagaimana kondisi Nirmala sekarang. "Dewa, cepat bawa masuk koper oma!" Teriakan itu membuat lamun Baladewa seketika buyar. "Memangnya oma udah sampai?" tanya Baladewa justru dengan santai mengambil segelas air mineral di meja makan. "Ya ampun! itu omamu udah di depan rumah!" Muncullah sosok wanita paruh baya dengan rambut setengah bahu. Ia menatap garang anak lelakinya yang malas-malasan. Tak ingin terkena semprot lagi, Baladewa bergegas keluar rumah. Begitu sampai diambang pintu, mata Baladewa langsung dimanjakan dengan rimbunnya dedaunan dan rerumputan hijau yang membentang luas. Pandangannya seketika tertuju pada sebuah mobil yang terparkir di garasi rumah. "Halo, Oma, kukira oma pulang bulan depan." Dengan cekatan Baladew

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-23
  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 11: Ada Apa dengan Hari Ini?

    Seorang wanita berambut sebahu menyusuri lorong dalam keadaan gelap. Tak ada sedikitpun perasaan takut kala tak seorang pun hadir di sekitarnya. Ia tetap fokus memperhatikan kedua kakinya melangkah sepanjang lorong. Ia lantas berbelok ke kanan begitu sampai di simpang tiga. Lagi-lagi wanita itu sama sekali tak mengidahkan kesunyian dan kegelapan yang menemaninya. Ceklek .... Wanita itu membuka sebuah loker bertuliskan 'Nirmala' pada pintunya. Selanjutnya meletakkan tas ransel yang ia bawa ke dalam. Ia membuka resleting tasnya kemudian mengambul sebuah baju kerja yang juga bertuliskan 'Nirmala' pada nametag-nya. Saat ia hendak membuka baju yang ia pakai untuk diganti dengan pakaian seragam, ia dikejutkan dengan sebuah suara gaduh yang berasal dari area kamar mandi. Mata Nirmala yang tadinya sudah setengah tertutup, segera terbuka lebar. "Siapa di sana?!" seru Nirmala mulai was-was dengan sekelilingnya. Ia juga kembali membenarkan kancing bajunya yang sudah sempat ia lepas. Tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 12: Malaikat Dalam Kegelapan

    Waktu telah menujukkan pukul 04.50. Di depan sebuah gedung bertuliskan 'Rajya Corp'terlihat sebuah mobil van hitam terparkir di sana. Tak berselang lama, sesosok pria mengenakan pakaian serba hitam dan mengenakan penutup wajah turun dari mobil itu dan berjalan mengendap-endap. Langkahnya begitu was-was ketika memasuki pintu darurat yang tak terkunci. Sekali lagi pria itu mengendap berjalan menelusuri lorong dengan posisi menempel tembok. Pria itu sepertinya tahu betul bagian mana yang tersorot kamera sehingga menggunakan teknik penyamaran untuk mengantisipasi. Krekkk ... Pergerakannya mendadak berhenti. Dari balik penutup wajahnya, wajah tampannya berubah pucat. Dengan hati-hati ia melongokkan kepalanya, namun segera tersadar ternyata bunyi itu timbul akibat dirinya yang tak sengaja menginjak minuman kaleng yang tergeletak di sekitar tempat sampah. Ia lekas mengelus dadanya lega. "Sial, membuat panik saja," bisiknya mengumpat. Ia kembali meneruskan langkahnya hingga tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 13: Mengapa Mau Kerepotan Hanya Karena Gadis OG?

    Pria memakai setelan jas maroon terlihat termagu menatap keluar jendela yang jelas terlihat pucuk gedung yang begitu menjulang. Wajahnya menyiratkan kegelisahan juga kekhawatiran. "Akkkk!" Ia bangkit kemudian menengadah wajahnya. Matanya terpejam sesaat. "Gak bisa!" serunya keras. Ia lantas berjalan cepat keluar ruangannya. "Hey!" Baladewa menoleh kepada pria paruh baya yang baru saja muncul dari balik pintu di belakangnya. "Mau kemana?" Wajah gelisah Baladewa mengundang banyak tanya ayahnya. "Dewa ... ada urusan sebentar, Yah. Baladewa pergi dulu." Raja hendak mencegah, namun Baladewa kadung menjauh. Pria berambut two block itu menyusuri lorong sembari sesekali menilik nama ruangan ditiap pintunya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sosok wanita yang beberapa waktu lalu ia buat kelimpungan. "Hey!" panggilnya segera menyentak wanita modis yang tengah berbincang dengan beberapa staf. "Oh kau rupanya ... " gumam Viola menatap Baladewa memberengut. "Kena

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26

Bab terbaru

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 135: Ujian Terakhir [END]

    Malam itu, Bhaskara duduk sendirian di kamarnya, menatap ponsel yang tergeletak di meja. Pandangannya kosong, tetapi sorot matanya menunjukkan hatinya tengah penuh kegelisahan. Kegelisahannya bukan tanpa alasan, iatelah mengirimkan pesan demi pesan kepada Nirmala, tetapi tak satu pun yang mendapat balasan.Pikirannya terus melayang ke arah percakapan terakhir mereka, ketika Nirmala, dengan nada lelah dan penuh tekanan, mengatakan bahwa dia butuh waktu untuk sendiri. Bhaskara tahu betul bahwa semuanya bukan karena cinta mereka memudar, melainkan karena tekanan yang mereka hadapi selama berbulan-bulan terakhir ini—dari skandal Aditama, ditambah dengan dirinya harus menstabilkan kembali keadaan perusahaan, hingga beban tanggung jawab yang tak pernah surut.“Apa aku terlalu menekannya?” gumam Bhaskara, menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya.Ponselnya bergetar, tetapi hanya notifikasi pesan otomatis dari operator. Tidak ada pesan dari Nirmala. Tidak ada kabar sama sekali.Bhaskara men

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 134: Hianat Menghianati

    Hari itu tibalah waktunya untuk rapat dewan pemegang saham di Rajya Corp. Suasana dalam rapat itu berlangsung tegang. Aditama duduk di kursinya dengan senyum penuh kemenangan, sementara Nirmala, Bhaskara, dan kini hadir pula Surya berdiri di depan ruangan.“Baiklah,” ujar Aditama dengan nada sinis. “Anda mengatakan memiliki sesuatu yang ingin disampaikan kepada dewan, Pak Surya?”Surya menatap Aditama dengan dingin. “Aku tahu apa yang kau lakukan selama ini, Aditama. Dan aku di sini untuk memastikan semua orang tahu.”Nirmala melangkah maju, meletakkan dokumen di meja dewan. “Ini adalah bukti bahwa Aditama telah memanipulasi proyek Narpati dan menggunakan dana perusahaan untuk keuntungan pribadinya.”Para pemegang saham mulai bergumam, suasana ruangan menjadi semakin gaduh.Aditama tetap tenang. “Bukti ini tidak cukup untuk menjatuhkanku. Kalian tidak punya saksi yang dapat mendukung klaim kalian.”Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan seorang pria masuk dengan langkah mantap. Semua o

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 133: Titik Balik

    Di sebuah ruangan yang remang-remang, Aditama duduk di belakang meja besar dengan segelas anggur di tangannya. Senyumnya dingin, menandakan keyakinannya bahwa permainan ini hampir mencapai puncaknya. Di hadapannya, beberapa dokumen berserakan, sementara layar komputer menampilkan data-data rahasia dari Rajya Corp. “Apa laporan terakhir?” tanya Aditama kepada Arya, yang berdiri di sudut ruangan. Arya, dengan raut wajah serius, mendekat dan menyerahkan sebuah map berisi laporan terkini. “Surya telah kembali bersama Nirmala. Mereka pasti sedang menyusun langkah untuk melawan kita.” Aditama membaca laporan itu dengan seksama, lalu menutup map tersebut dengan keras. “Kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan kendali atas informasi ini. Waktunya memutar balikkan fakta.” “Bagaimana caranya?” tanya Arya dengan hati-hati. Aditama mengangkat salah satu dokumen dari meja, lalu melemparkannya ke arah Arya. “Kita buat mereka terlihat seperti dalang di balik kehancuran proyek Narpati. Publ

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 132: Antara Hidup dan Mati

    Malam itu, hujan turun deras, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Mobil yang dikendarai Bhaskara melaju di jalanan gelap menuju lokasi yang tertera dalam email misterius. Di dalam mobil, Nirmala duduk di kursi penumpang, sesekali menatap layar ponselnya dengan gelisah. “Ini pasti jebakan,” kata Bhaskara, memecah keheningan. Tangannya mencengkeram setir mobil erat-erat. “Aku tahu,” balas Nirmala tanpa menoleh. Ia mendesah pelan berusaha meredakan dadanya yng berdegup cepat. “Tapi kita tidak punya pilihan lain. Jika Om Surya benar-benar ada di sana, kita harus mencarinya.” Vira yang sedari tadi duduk di kursi belakang, menambahkan, “ya memang, kita harus tetap waspada. Aditama bukan orang yang akan menyerah begitu saja.” Tak butuh waktu lama, mereka akhirnya tiba di sebuah gudang tua di pinggiran kota. Bangunan itu tampak usang, dengan pintu besi besar yang hampir sepenuhnya tertutup karat. Bhaskara mematikan mesin mobil dan memandang gedung itu dengan ragu. “Seberapa yakin

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 131: Tawaran Licik

    Pagi yang tegang menyelimuti Rajya Corp. Di ruang rapat utama, Nirmala duduk sendirian, memandang kursi kosong di seberangnya. Pikirannya berputar, membayangkan segala kemungkinan yang akan terjadi. “Dia akan datang,” gumamnya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Sebenarnya ia masih menyimpan keraguan ketika menjalankan strategi ini, namun jika Aditama tidak dipancing, ia tak dapat memiliki bukti kuat. Jadi ini lah waktunya, ia harus yakin usahanya akam berhasil. Beberapa menit kemudian, pintu ruang rapat terbuka, dan Aditama masuk dengan langkah mantap. Wajahnya memancarkan kepercayaan diri yang tinggi. Wajah penuh wibawanya itu menampakkan senyuman miring. “Kau benar-benar berani mengundangku, Nirmala,” ucapnya sambil mengambil tempat di seberang meja. “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” Tak ingin terintimidasi, Nirmala menatapnya dengan penuh tekad. “Aku ingin tahu di mana kau menyembunyikan Pak Surya.” Aditama tersenyum tipis, seolah menikmati momen itu. “Surya? Aku

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 130: Strategi Umpan

    Vira masuk dengan ekspresi serius, membawa dokumen yang baru saja ia periksa.“Kita punya bukti kuat,” katanya. “Namun, untuk menjatuhkan Aditama, kita butuh lebih dari ini. Dia punya banyak pengaruh di luar sana.”Bhaskara mengangguk. “Kita harus memastikan bahwa semua bukti ini dipublikasikan secara luas. Tidak ada jalan keluar baginya.”“Tapi bagaimana dengan Om Surya?” tanya Nirmala. “Aku merasa dia tahu lebih banyak daripada yang ia ceritakan. Dan aku tidak bisa mengabaikan keterlibatan ayahku dalam semua ini.”Vira menghela napas. “Kita memang membutuhka Surya untuk bersuara. Jika dia tidak berbicara, permainan ini tidak akan pernah berakhir.”"Tapi di mana ayahku. Aku juga tak tahu sekarang dia ada dimana," ujar Bhaskara frustrasi."Kita harus menemukan ayahmu, Bhaskara," tandas Nirmala tak terbantahkan.***Langit malam tampak kelabu, seolah menandakan sesuatu yang buruk sedang terjadi. Bhaskara duduk di ruang tamu apartemen dengan wajah tegang, matanya terus menatap layar po

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 129: Crisis Point

    Nirmala dan Bhaskara saling bertukar pandang tanpa sadar menahan napas saat langkah kaki Aditama semakin mendekat. Suara pintu besi yang terbuka sepenuhnya bergema di ruangan kecil itu. Cahaya lampu senter menyapu dinding, nyaris mengenai tempat mereka bersembunyi.“Aku tahu kalian ada di sini,” ujar Aditama dengan nada rendah, tetapi penuh ancaman. “Kalian pikir bisa menggali masa lalu tanpa konsekuensi?”Pria yang bersama Aditama menyisir ruangan dengan cermat. Sementara itu, Nirmala menggenggam tangan Bhaskara erat-erat, berharap keheningan mereka cukup untuk menghindari deteksi.“Apa kalian ini ingin menjadi anak kecil? Aku tidak suka bermain petak umpet,” lanjut Aditama. “Tapi aku juga tidak keberatan. Semakin lama kalian bersembunyi, semakin aku menikmati permainan ini.”Nirmala menatap Bhaskara, memberikan isyarat agar mereka bersiap. Namun, sebelum mereka sempat bergerak, pria yang bersama Aditama berbicara.“Pak, ada dokumen di sini. Sepertinya mereka sudah menemukannya.”Adi

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 128: Hilangnya Surya

    Nirmala dan Bhaskara berdiri di tengah ruang kerja Surya yang berantakan. Dokumen-dokumen berserakan di lantai, kursi terbalik, dan tanda-tanda mencurigakan terlihat jelas.“Dia tidak mungkin pergi begitu saja meninggalkan ruangannya seberantakan ini,” lirih Bhaskara, matanya penuh kekhawatiran.Nirmala memungut sebuah dokumen dari lantai, lalu menatap surat Rajendra yang tertinggal di meja. Sesuatu terasa tidak beres.“Kita harus menemukannya, Bhaskara,” kata Nirmala, suaranya gemetar. “Kepergian Om Surya dalam keadaan seperti ini, ditakutkan karena ulah seseorang. Kau tahu kan Aditama orangnya nekat, dia bisa saja merencanakan penculikan ayahmu untuk menggagalkan rencana kita.”Bhaskara nampak termagu sejenak. “Aku akan menghubungi orang-orang kepercayaan Ayahku. Mungkin mereka tahu di mana dia berada.”Namun, jauh di dalam hati, Bhaskara merasa cemas. Jika benar Surya telah diculik, maka ini bukan lagi sekadar permainan kekuasaan. Ini adalah perang total.***Keesokan harinya, Nirm

  • Office Girl yang Dihina Ternyata Kaya Raya   Bab 127: Permulaan Perang

    Di tengah malam, di sebuah kafe kecil yang sepi di pinggir kota, Bhaskara dan Nirmala bertemu dengan Vira lagi. Kali ini, mereka sedang menyusun rencana yang lebih berani yaitu memanfaatkan bukti-bukti sementara untuk menjebak Aditama dan memancingnya ke langkah berikutnya.“Aku telah menelusuri lebih dalam,” ujar Vira sambil membuka laptopnya. Ia lantas memutarkan laptopnya membuat Nirmala juga Bhaskara mampu melihat isinya. “Ada jaringan transaksi gelap yang melibatkan Aditama, PT Laksana Bhumi, dan sebuah perusahaan cangkang di luar negeri. Tapi ini hanya pucuk dari keseluruhan jaringan.”Nirmala dan Bhaskara melihat secara saksama.“Berapa banyak waktu yang kita punya sebelum mereka menyadari kita sudah menemukan ini?” tanya Bhaskara.Sejenak wanita berambut panjang itu menganalisa. “Tidak lama,” jawab Vira. “Tapi kita bisa memanfaatkan waktu ini untuk melancarkan serangan kecil.”“Serangan kecil seperti apa?” tanya Nirmala yang sedari tadi memilih bungkam.Vira tersenyum tipis. “

DMCA.com Protection Status