Beranda / Romansa / Obsesi Sang Pangeran / 34. Bangkitnya Sihir Aruna

Share

34. Bangkitnya Sihir Aruna

Penulis: Cyra Arluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Perlahan, mata itu mulai membuka setelah sengatan sinar matahari pagi masuk melalui celah jendela dan mengenai kulitnya. Melenguh pelan, Aruna berusaha menggerakkan badannya yang terasa nyeri. Mata gadis itu tampak membengkak dan masih sedikit sakit akibat tangisannya semalam.

Aruna bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di atas ranjang. Menoleh ke sekeliling, dia mendapati bahwa hanya ada dirinya di kamar itu. Para pelayan sepertinya belum datang.

Aruna tiba-tiba teringat kejadian semalam. Saat kamarnya tiba-tiba dipenuhi dengan banyak ular yang melilit tubuhnya dengan sangat kuat. Mengedarkan pandangan, pagi ini Aruna tidak mendapati satu pun ular di kamarnya.

Aruna mengerjap. Dia bertanya-tanya dalam hati. Apa mungkin Gielza sudah menarik sihirnya?

Gadis itu lalu menghela napas pelan. Sama seperti biasanya, Gielza pasti tidak ingin ketahuan makanya dia langsung menarik sihirnya. Itu cukup bagus, karena Aruna jadi tidak perlu takut atau menderita karena lilitan ular.

Aruna lalu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi Sang Pangeran   35. Deklarasi Arxen

    Aruna berkedip beberapa kali. Matanya memandang lekat pada manik hazel terang milik Arxen seolah tersihir karenanya. "Aku tidak boleh memberitahukannya pada keluargaku?""Hm." "Kenapa?" Arxen mengelus pelan tangan Aruna yang ada dalam genggamannya. "Ini yang terbaik untuk sekarang. Setidaknya, sampai kau bisa mengendalikan sihirmu sepenuhnya, aku harap kau bisa merahasiakannya dulu."Aruna mengangguk tanpa bantahan sedikit pun.Arxen benar. Aruna harus bisa mengendalikannya sebelum menunjukkan ke semua orang agar dia tidak dituduh dan dipukul lagi seperti hari ini. Karena keluarganya itu kejam. Mereka tidak percaya sekali pun Aruna berkata jujur. Yang mereka inginkan adalah bukti. Mereka tidak akan peduli jika Aruna tidak membawakan bukti ke depan mata mereka. Jadi, Aruna merasa kalau apa yang Arxen katakan itu benar. Lagi pula semua yang Arxen lakukan selama ini adalah untuk Aruna. Arxen selalu memikirkan Aruna, jadi kali ini pun Aruna yakin apa yang Arxen bilang adalah yang terba

  • Obsesi Sang Pangeran   36. Perbincangan Dengan Arlemus

    Suara dentingan pedang yang beradu bergema di seluruh penjuru tempat itu. Dua orang yang saling melawan dengan pedang mereka masing-masing terlihat serius. Tubuh yang berkeringat dan lelah sama sekali tidak menjadi penghalang dalam latihan mereka. "Lancarkan serangan akhir terbaik yang kau miliki sekarang." Ucapan Arlemus langsung diangguki Arxen dengan serius. Pemuda itu memasang kuda-kuda terbaik dan menyiapkan pedangnya. Mata Arxen terlihat tajam saat dia berusaha fokus untuk melihat lawan. Memprediksi dan membayangkan dalam otaknya tentang bagaimana dia harus menyerang. Hanya saat dirasanya telah siap, Arxen maju dengan kecepatan tinggi sambil menghunuskan pedangnya. Tanpa ragu dia membuat gerakan menebas pada Arlemus yang tentu saja mudah untuk ditangkis oleh gurunya. "Seranganmu sudah banyak meningkat." Arlemus memberi pujian sambil menunjukkan senyum tipisnya pada Arxen yang tengah mengatur napasnya. "Kerja bagus. Kau telah me

  • Obsesi Sang Pangeran   37. Tujuh Kehidupan Arxen

    Arxen berjalan-jalan menelusuri taman istana yang rimbun dengan pepohonan dan berbagai macam bunga serta hiasan lainnya. Dalam taman yang besar dan indah itu Arxen sengaja datang untuk menenangkan pikirannya setelah berbincang dengan Arlemus tadi. Ada satu ucapan Arlemus sebelum pria itu pergi yang masih terngiang-ngiang dalam benak Arxen, "kau lebih beruntung dari dua orang itu. Kau juga mendapatkan berkah dari dewa, jadi jalanmu pasti akan berhasil."Arxen benar-benar berharap kalau ucapan Arlemus itu akan terjadi. Arxen sangat ingin perjalanan waktunya membuahkan hasil yang baik. Yaitu keselamatan Aruna, juga Arxen yang bisa hidup bersama Aruna dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Arxen memang sudah menyerah dengan banyak hal. Dia tidak terlalu ambisius pada hal lain dan cenderung merelakannya jika itu tidak berhubungan dengan keselamatan Aruna. Berjalan semakin dalam ke taman istana yang sangat luas itu, Arxen menghentikan langkah saat mendengar suara beberapa orang yang tengah b

  • Obsesi Sang Pangeran   38. Antara Aruna dan Gielza

    Dalam empat tahun Aruna dipaksa untuk melatih sihirnya, tak pernah sekali pun Aruna melaksanakannya dengan gembira. Selalu, Aruna menjalannya dengan terpaksa karena tidak ingin menerima 'hukuman' dari keluarganya. Aruna selalu tertekan setiap kali melakukannya. Namun kali ini berbeda. Sejak pagi tadi dia memulai latihan sihir yang biasanya sangat tidak disukainya, kali ini wajah Aruna dihiasi senyum yang mengembang indah disertai rona kemerahan di kedua pipinya. Aruna senang. Dia merasa bahagia karena pernyataan Arxen padanya. Arxen bilang, dia akan melindungi Aruna dan membahagiakannya. Arxen bilang, Aruna adalah segalanya. Jadi bukankah itu berarti Arxen tidak akan pernah meninggalkan Aruna? "Arxen menyukaiku." Aruna tertawa pelan setelah menggumamkan kata-kata itu. "Arxen sangat menyukaiku."Arxennya sangat menyukainya. Jadi tentu saja Aruna tidak ingin mengecewakan Arxen yang begitu disukainya. Aruna akan berlatih dengan giat, membuat sihirnya tumbuh menjadi hebat hingga Aruna

  • Obsesi Sang Pangeran   39. Sesuatu Yang Disembunyikan

    "Lagi-lagi Aruna! Selalu saja Aruna, Aruna, dan Aruna!" Gielza melempar setiap barang yang ada di dekatnya. Gielza frustrasi. Tidak peduli jika kamarnya hancur berantakan, dia hanya berusaha untuk menyalurkan rasa sesak di dadanya yang terasa menyebalkan. Para pelayan yang semula ada di kamar itu semuanya langsung keluar saat Genio memberi perintah dengan lambaian tangannya. Mereka cepat-cepat melangkah pergi karena takut menjadi sasaran amukan dari sang Nona."HANYA ARUNA SAJA YANG IBU PEDULIKAN!"Gielza berteriak kuat. Matanya memerah dan terbuka lebar--setengah melotot. Hatinya terasa pedih. Dia kesal dan juga marah. Kecewa karena lagi-lagi menganggap Yeslyhn bersikap tidak adil. Sejak kecil Gielza selalu marah saat ibunya hanya selalu menunjukkan kepeduliannya pada Aruna setelah gadis itu lahir. Hanya karena Aruna putri bungsunya yang memiliki badan lemah, tidak seperti Gielza dan Genio, Yeslyhn cenderung hanya memikirkan tentang Aruna. Aruna dibiarkan bersikap manja dan berma

  • Obsesi Sang Pangeran   40. Bangkitnya Legenda

    "Selamat pagi, Tuan."Arxen langsung menyapa setelah tiba di depan Arlemus. Sedikit bingung karena Arlemus yang terdiam sambil melihat ke langit, Arxen memutuskan untuk bertanya karena sapaannya tidak dibalas. "Apa ada sesuatu di atas sana?" "Tidak." Kali ini Arlemus membalas ucapan Arxen. Meski mata obsidiannya masih memandang dengan intens ke atas sana. "Aku hanya memikirkan cara yang tepat untuk membuatmu bisa membangkitkan sihir itu sekarang." "Ya?" "Keluarkan sihirmu." Arlemus memberi perintah saat wajah Arxen terlihat diliputi kebingungan. Pria itu menoleh dan menatap Arxen dengan wajah serius. "Itu pasti sudah lebih kuat sekarang, jadi kau akan berhasil membangkitkannya." Arxen lagi-lagi kebingungan karena ucapan Arlemus yang selalu saja terdengar begitu misterius. Tidak hanya sekali duakali Arxen gagal untuk memahami maksud ucapan sang guru. Namun tetap saja Arxen menurut. Melakukan apa yang disuruh tanpa protes. Dia segera mengangkat kedua tangannya hingga sebatas perut.

  • Obsesi Sang Pangeran   41. Sang Dewa Perang

    "Dewa."Bibir Arxen tanpa sadar menggumamkannya. Dia ikut berlutut di dekat ibunya. Membuat Bellanca kembali mendapatkan akal sehatnya. "Mohon ampuni manusia yang bodoh ini, dewa." Bellanca bersujud di depan sosok itu. Sedikit gemetaran setelah mengalami sesuatu yang luar biasa dan tidak pernah dia sangka sebelumnya. "Saya sangat bodoh hingga tak bisa mengenali Anda padahal Anda telah berada sangat dekat dengan kami." "Itulah tujuanku. Karena tugasku adalah untuk membuat Arxen memperoleh kekuatan itu."Arxen menelan ludah saat mendengar perkataan itu. Meski terlihat ragu, dia memutuskan untuk tetap bertanya. "Apakah ... dewa Althopheus yang memerintahkannya pada Anda?"Sang guru menatap lekat pada Arxen untuk beberapa lama, namun dia memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, dia justru memperkenalkan diri. "Akulah Atlemos, pelayan dari sang dewa tertinggi, dewa agung yang berkuasa atas delapan alam. Aku adalah pedang dan tombak milik dia yang luar biasa." Suara it

  • Obsesi Sang Pangeran   42. Isi Hati Peony

    Kala itu, istana langsung dihebohkan dengan berita tentang keberhasilan Arxen yang membangkitkan sihir yang telah lama menghilang dari peradaban. Banyak desas-desus menyebar di setiap penjuru istana. Ditambah, istana yang terlihat sibuk mempersiapkan pesta yang diperintahkan oleh Bellanca. Bellanca sungguh tidak menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. Dia bergerak dengan cepat untuk melakukan sesuatu yang akan membuat Arxen semakin bersinar lebih dari siapa pun. Dia seolah ingin mengatakan bahwa orang lain selamanya tidak akan bisa merebut posisi Arxen di Kekaisaran dan istana. Lalu diantara hiruk-pikuk istana yang tengah mempersiapkan banyak hal, di sisi lain Theron sedang berada di istana Peony untuk menikmati teh bersama wanita itu dan kedua putranya. Saat sebelumnya Theron mendengar tentang Bellanca yang ingin mengadakan pesta untuk Arxen, awalnya dia hanya membiarkan saja karena sudah lama juga sejak istana terakhir kali melaksanakan pesta. Dengan pesta ini juga Theron nantin

Bab terbaru

  • Obsesi Sang Pangeran   59. Bantuan Yang Dia Berikan

    Saat pagi telah tiba, Aruna bangun dengan tubuh yang terasa lebih ringan dibanding biasanya. Gadis itu tersenyum senang saat memulai hari di kamar baru yang dia akan tempati sementara kamarnya sedang dalam perbaikan. Dengan terbongkarnya sihir Aruna semalam, perlakuan yang dia terima di kediaman ini jadi berbeda. Jelas sekali terlihat bahwa para pelayan jadi semakin segan terhadap Aruna, dan beberapa bahkan seperti menjauh karena takut dengan kekuatannya. Aruna yakin, gara-gara kejadian ini keluarga terlebih kedua kakaknya pun jadi harus berpikir ribuan kali untuk mengganggu dirinya karena takut dengan sihir besar yang dia miliki. Bahkan kedua orang tuanya sekarang tidak bisa berlaku semena-mena. Mereka jadi menahan diri apalagi saat Macario secara terang-terangan menunjukkan dukungan dan keberpihakannya pada Aruna. Bisa dibilang, hidup Aruna di kediaman ini mulai berubah ke arah yang semakin baik hanya karena Aruna menunjukkan kemampuan sihir yang selama ini ditutup-tutupinya. Sa

  • Obsesi Sang Pangeran   58. Amukan Sihir Yang Telah Bebas

    "Aku akan mengirimkan para pelayan yang akan melayanimu. Mereka akan kutugaskan untuk melindungimu dari kejahatan yang dilakukan oleh keluargamu. Mereka akan terus memberi laporan padaku, selain itu kita juga bisa tetap berhubungan. Kau hanya perlu menitipkan suratmu pada mereka, Aruna."Waktu telah banyak berlalu dan mengubah banyal hal, namun Aruna masih mengingat dengan jelas ucapan Arxen yang diucapkan lebih dari enam tahun yang lalu, tepatnya setelah Arxen menyampaikan perpisahannya dan 'menghilang' dari pandangan Aruna. Saat itu, pemuda yang paling Aruna percayai dan yang menjadi tempatnya bergantung itu tiba-tiba saja mengatakan sesuatu yang membuat Aruna langsung kecewa. Arxen keluar dari area yang dapat dijangkau oleh Aruna. Seperti janjinya, Arxen memang mengirimkan beberapa pelayan sebagai gantinya. Awalnya para pelayan itu memang melayani Aruna dengan baik dan menentang siksaan yang ditujukan pada Aruna. Aruna dilindungi oleh mereka dengan membawa nama Arxen. Semua berjal

  • Obsesi Sang Pangeran   57. Perpisahan Yang Dihadapi

    Aruna melangkah ringan di koridor panjang kediaman Evanthe. Gadis itu bersenandung pelan, sedang bibirnya mengulas senyum bahagia. Suasana hati gadis itu terlihat sangat bagus kali ini, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya selama beberapa hari terakhir ini. Di belakangnya, para pelayan dengan setia mengikuti ke mana kaki sang Nona akan melangkah. Aruna lalu mempercepat langkah kakinya dan berhenti tepat di ujung tangga. Sedikit menunduk, Aruna melihat pintu kediamannya yang masih tertutup. Menoleh pada pelayan yang kini sudah ada di sampingnya, Aruna bertanya dengan tidak sabaran, "apa sudah ada kabar dari Arxen lagi? Kapan dia akan sampai?" "Tidak ada kabar lain yang datang, Nona." Salah satu pelayan yang paling senior di antara mereka menjawab. "Kabar terakhir yang diterima hanya surat yang memberi tahu kalau Yang Mulia Pangeran akan berkunjung sore ini." Aruna langsung mendesah meski pelan. Jelas sekali ada kekecewaan yang timbul di raut wajahnya. Dia kembali meliha

  • Obsesi Sang Pangeran   Sedikit Catatan

    Halo, ini Cyra Arluna. Tujuan saya buat bab catatan ini sebenernya karena catatan yang bisa ditambahin perbab itu limit cuma bisa 150 words, sedangkan catatan penulis saya kali ini ada dua kali lipatnya hehehe. Saya rasa ini penting untuk disampaikan, dan dulu sudah pernah saya sampaikan di pf sebelah juga.Di cerita ini saya mengangkat beberapa isu-isu yang sebenarnya sangat disayangkan tapi mungkin orang di sekitar kita atau bahkan kita sendiri gak sadar pengaruh besar yang dihasilkannya. Contohnya pola asuh keluarga Aruna yang buruk akan berdampak pada pertumbuhan Aruna yang pasti akan punya cara berpikir dan bertindak yang melenceng. Saya pengen orang-orang makin sadar kalau pola asuh itu salah satu aspek paling penting yang berpengaruh pada pertumbuhan suatu individu. Gak perlu cara ekstrim kayak keluarga Aruna. Dengan beberapa hal simpel kayak ngebanding-bandingin anak, susah ngasih apresiasi dan selalu menekan anak untuk menjadi sosok yang terbaik, bahkan nakut-nakutin pun

  • Obsesi Sang Pangeran   56. Trauma Yang Menyiksa

    "Eissha."Suara berat seorang lelaki yang menyebut namanya membuat tubuh wanita itu menegang seketika. Tangannya berubah jadi sedingin es saat dia merasa takut. Trauma yang masih cukup membekas dalam ingatannya membuat dia rasanya ingin segera pergi dari sini untuk menghindari si pemanggil. "Eissha!" Suara Beroz meninggi saat wanita bersurai kuning lemon di depannya tidak juga membalikkan badan untuk menghadapnya. Beroz menggeram. Dia mengusir semua pelayan yang ada di sana lalu melangkahkan kaki menghampiri Eissha yang tubuhnya jadi sedikit gemetaran. Pria itu tiba-tiba menarik kuat pergelangan tangan Eissha, memaksa gadis itu untuk melihatnya. "Apa kau berniat mengabaikanku sekarang?!" Beroz terlihat marah. Memandang nyalang pada wanita itu. "Beraninya kau?!""Ti-tidak." Eissha menggeleng keras dengan wajah yang pasi. "A-aku ti-dak--""Jangan kau lupakan! Aku telah membelimu dengan harga yang sangat mahal."Beroz tiba-tiba memajukan wajah, membuat tubuh Eissha semakin gemetar. Ba

  • Obsesi Sang Pangeran   55. Dua Bunga Yang Mulai Layu

    Banyak hal yang berubah di kediaman Evanthe sejak kedatangan selir baru Beroz. Wanita yang usianya masih pertengahan kepala dua, memiliki paras cantik yang tentunya lebih segar dari Yeslyhn. Wanita bernama Eissha Deviella yang merupakan satu-satunya putri yang terlahir bagi Count Deviella. Memiliki penampilan menarik dengan rambut berwarna kuning lemon dan mata hijau terang. Banyak pelayan yang awalnya enggan berdekatan dengan wanita itu karena takut dengan amukan Yeslyhn. Namun mereka yang ditugaskan langsung untuk melayani wanita itu tidak bisa menghindar. Dengan terpaksa, mereka harus melayaninya dengan baik dan selalu berada di dekatnya. Terlebih, wanita itu sedang hamil. Mengandung anak Beroz yang setelah lahir nanti pasti akan menyandang nama Evanthe dan menikmati semua kemewahan dan kekuasaan yang pantas dimiliki oleh seorang Evanthe. Awalnya, para pelayan yang melayaninya memandang Eissha dengan tatapan yang buruk. Apalagi desas-desus yang beredar di kediaman adalah Eissha y

  • Obsesi Sang Pangeran   54. Kekacauan Di Kediaman Evanthe

    "Hey, kau sudah dengar beritanya? Katanya Tuan Beroz ....""Ya, Tuan Grand Duke sangat marah. Nyonya juga sempat menyerang wanita itu, tapi Tuan Beroz melindunginya dan bertengkar dengan Nyonya.""Ah, apa kalian sudah melihatnya? Aku bertemu dengannya saat dia baru tiba tadi, dan kuakui wanita itu sangat cantik. Dia juga masih muda." Siang itu, kediaman Evanthe cukup berisik. Para pelayan yang bekerja di tempat yang sama pasti akan membentuk kelompok-kelompok kecil dan membahas suatu masalah yang sedang hangat sekarang. Mereka bahkan melalaikan pekerjaan mereka dan tidak memerhatikan saat Aruna lewat. Aruna sedikit penasaran, tapi dia tetap melangkahkan kakinya. Dia baru keluar dari kamar setelah menghabiskan pagi harinya di kamar, dan saat keluar tiba-tiba suasana kediaman terlihat berbeda. Orang-orang tampak membahas sesuatu yang tidak dapat Aruna pahami. Wanita? Wanita apa? Apa hubungannya itu dengan ayahnya?Aruna bertanya-tanya dalam hati. Begitu meluruskan pandang, di depan sa

  • Obsesi Sang Pangeran   53. Jarak Yang Mulai Tercipta

    "Kau benar-benar--ck!"Bellanca lagi-lagi berdecak kesal dan meminum tehnya untuk menenangkan diri sendiri. Kepalanya terasa pening. Matanya sejak tadi menatap tajam, memelototi sang putra yang malah mengalihkan pandangan darinya. "Kau beruntung Ibumu ini masih belum terlalu tua sehingga tidak mati terkejut karena perbuatanmu!" Bellanca lagi-lagi memarahi Arxen untuk yang kesekian kalinya. Wanita itu tetap menjaga volume suaranya bahkan memasang sihir di sekitar mereka agar percakapan itu tidak sampai ke luar ruangan dan didengar oleh para pelayan dan prajurit yang menunggu di luar. "Kau beruntung Ibu selalu memihakmu dan bahkan membantu tindakan gilamu walau hal itu jadi memberi dampak besar bagi Kekaisaran ini!" Arxen meringis pelan. Mungkin ini sudah yang keseratus kalinya dia dimarahi oleh Bellanca. Sejak semalam sampai pagi ini, Bellanca terus mengomeli Arxen saat sedang tidak ada orang lain di sekitar mereka. Sebenarnya, omelan sang ibu sempat berhenti cukup lama sampai Arxen

  • Obsesi Sang Pangeran   52. Kegelisahan Kekaisaran

    Saat fajar menyingsing, berita tentang insiden kebakaran yang membakar hangus sebagian besar anggota Keluarga Kekaisaran langsung menyebar secepat angin. Pada pagi-pagi buta, orang-orang sudah berkabung dan menangis meratapi ketidakberuntungan yang melanda Kekaisaran. Bahkan di Ibukota Kekaisaran, hampir semua rakyat yang ada berdesak-desakkan di depan gerbang istana sambil membawa bunga sebagai bentuk rasa dukacita mereka. Satu Kekaisaran diliputi duka. Mereka tidak hanya sekedar kehilangan para pangeran dan putri saja, tapi mereka nyaris kehilangan semua orang yang nantinya akan menjadi pemimpin mereka.Tidak hanya itu. Ada banyak keluarga yang terpuruk karena anggota keluarga mereka yang bekerja sebagai pelayan di istana ikut menjadi korban. Orang-orang marah dan memaki penyihir yang diketahui sebagai dalang dari pembakaran semalam. Mereka semakin murka saat diberitahu kalau niat penyihir itu adalah untuk melenyapkan semua anggota Keluarga Kekaisaran agar Kekaisaran Hillario ini

DMCA.com Protection Status