Home / Romansa / Obsesi Sang Pangeran / 2. Kegagalan Yang Terulang

Share

2. Kegagalan Yang Terulang

Author: Cyra Arluna
last update Last Updated: 2023-05-21 17:41:08

"Kali ini gagal lagi, ya."

Arxen jatuh berlutut dengan tubuh yang gemetar hebat dan tangan yang menutupi telinganya, berharap suara-suara yang terus bermunculan di otaknya segera menghilang saat itu juga. Peluh membasahi seluruh tubuh pria itu dan menetes turun seperti bulir darah. Mata hazel terangnya yang terbuka lebar--setengah melotot--terlihat memerah dan bergetar.

Di depan Arxen telah berdiri sosok pria misterius yang tubuhnya terlihat bersinar dengan cahaya tipis yang menyelimuti. Rambut seputih salju yang dimiliki pria itu panjangnya nyaris mencapai mata kaki, dilengkapi dengan mata abu-abu yang menatap Arxen tanpa riak apa pun.

"Aruna ... mati lagi." Suara serak Arxen terdengar pelan bahkan nyaris seperti bisikan. "Aku ... gagal menyelamatkannya lagi."

"Sejak awal, ini memang tidak mudah." Pria di depan Arxen menghela napas pelan. Kedua tangannya dia lipat di depan dada saat kepalanya menunduk sedikit pada Arxen yang terlihat berantakan. "Apalagi, kepribadian aslimu terlalu lembut. Kau tidak akan bisa meraih apa pun jika kau terus seperti ini."

Arxen tertegun. Tubuhnya membeku.

Kepribadiannya terlalu ... lembut?

Itu ... yang menjadi alasan dari setiap kegagalannya selama ini?

Pria dengan rambut berwarna marigold dan pemilik mata hazel terang itu lalu terkekeh setelah menyadari sesuatu.

"Benar. Ini kesalahanku." Setetes air mata berhasil lolos dari mata itu. Arxen lalu melanjutkan dengan lirih, "Aruna mati karena kesalahanku. Karena aku yang lemah dan terlalu memercayai orang-orang busuk itu, Aruna yang harus menjadi korban. Ini semua ... kesalahanku."

"Lalu, sekarang kau mau bagaimana?"

Arxen langsung mengangkat wajah setelah mendengar pertanyaan pria itu. Dia memperbaiki posisinya dan menatap pria di depannya dengan tatapan memohon.

Arxen menyatukan kedua tangannya di depan dada, lagi-lagi mengemis hanya untuk satu orang yang sama. Sosok orang yang selama ini tak pernah berhenti menjadi alasan dari setiap tindakan dan keputusan yang Arxen ambil.

"Tolong berikan kesempatan padaku lagi, dewa. Aku ... benar-benar ingin menyelamatkan Aruna."

Suara Arxen terdengar putus asa.

Kali ini, dia bersujud dengan mukanya sampai ke lantai. Untuk yang kesekian kalinya, Arxen kembali membuang harga diri dan kebanggaannya dan mengemis untuk keselamatan Aruna.

Dia sangat ingin menyelamatkan Aruna, gadis yang paling dicintainya di dunia ini. Arxen ingin hidup bersama Aruna, melindunginya, dan mencurahkan seluruh cintanya pada gadis itu.

Arxen ingin hidup bahagia bersama Aruna meski hanya untuk satu kehidupan saja.

"Aku sangat mencintainya. Aku tidak ingin berpisah dengan Aruna seperti ini." Air mata Arxen mulai keluar membasahi lantai. Dia terlihat hancur dan hanya fokus dengan permohonan kepada sosok dewa di depannya yang dianggap sebagai satu-satunya penyelamat yang dimilikinya.

"Dewa Khranos ... hanya dewa saja yang bisa menolongku." Tangan Arxen terkepal erat. "Aku mohon, bantu aku, dewa."

"Jiwamu sudah nyaris hancur." Pria yang dipanggil dewa itu terlihat tenang. Manik abu-abunya menyorot Arxen dalam. "Sekali saja kau gagal lagi, jiwamu akan hancur sepenuhnya dan menghilang. Kau tidak akan bisa bereinkarnasi."

"Aku tidak peduli, dewa. Aku hanya menginginkan Aruna." Arxen langsung mengangkat kepala dan menatap Khranos di depannya. Mata sembab Arxen terlihat jujur dan putus asa di saat yang bersamaan. "Menghilang selamanya pun tidak apa-apa."

Khranos terdiam cukup lama hingga Arxen khawatir kalau permintaannya akan ditolak. Arxen takut. Jika Khranos menolak untuk memenuhi permintaannya ... maka semua akan berakhir sia-sia.

Tapi di luar dugaan, sang dewa justru melontarkan pertanyaan yang tak disangka olehnya.

"Apa kau tidak lelah?" Suara Khranos terdengar datar, tapi Arxen merasa ada sesuatu dibaliknya. "Menghabiskan puluhan tahun untuk mengulang kehidupan yang sama berulang kali pasti sangat menyiksa seorang manusia biasa sepertimu."

Mata Arxen sedikit melebar mendengar pertanyaan itu. Tapi lalu dia justru mengulas senyuman lemah dan menjawab tanpa ragu.

"Itu memang sangat menyiksa." Arxen menjawab jujur. "Aku selalu merasa cemas dan menderita hingga rasanya akan gila. Aku tahu hal-hal yang akan terjadi di sana, entah itu hal baik atau pun hal buruk. Semua itu terasa seperti beban yang mencoba meremukkanku."

"Lalu kenapa kau tidak berhenti?"

"Aku tidak bisa." Senyum Arxen semakin melebar seiring dengan pipinya yang basah oleh air mata yang mengalir semakin deras. "Semua hal itu memang menyiksaku. Tapi yang paling membuatku hancur ... adalah saat aku terpaksa harus melihat wanita yang kucintai mati di depan mataku, karena ketidakberdayaanku untuk menyelamatkannya."

Jawaban Arxen membuat tubuh Khranos menjadi kaku. Manik kelabunya bergetar dan berkilat merah saat urat-urat di dahinya mulai menonjol. Tapi sang dewa berusaha keras mengontrol emosi yang dirasakannya sebelum mata Arxen bisa menangkap perubahan tersebut. 

"Karena itu, meski jiwaku akan hancur dan menghilang selamanya, aku tidak akan menyesali ini." Arxen berucap yakin. "Aku akan tetap menyelamatkan Aruna."

"Kuharap kau akan memegang perkataanmu ini."

Sang dewa mulai mengangkat sebelah tangannya. Saat itu juga, muncul sebuah lingkaran raksasa yang dipenuhi angka dan belasan jarum panjang terukir di lantai yang mereka pijaki. Tanda itu mengeluarkan cahaya terang dan angin yang entah berasal dari mana menerpa mereka dengan cukup kuat.

Penampilan dewa itu juga ikut berubah. Manik abu-abunya kini jadi berwarna perak dan memiliki ukiran sebuah simbol rumit berwarna keemasan. Sudut bibirnya terangkat, membentuk sebuah senyum yang tidak dapat diartikan.

"Aku akan menghapus beberapa ingatan yang tidak penting agar jiwamu bisa bertahan." Seiring dengan ucapannya itu, jarum raksasa di bawah mereka mulai berputar dengan perlahan. Senyum Khranos semakin mengembang, "sekarang, jiwamu bisa mendapat sedikit ketenangan dan kau bisa fokus dengan tujuanmu."

Setelah mengatakan itu, jarum tiba-tiba berputar dengan sangat cepat dan seperti tak terkendali, lalu secara tiba-tiba membawa Arxen menghilang dari sana.

Khranos masih diam di tempatnya saat suasana di tempat itu berangsur-angsur kembali tenang. Jam raksasa menghilang, dan angin pun reda. Iris perak yang muncul mulai memudar dan mengembalikan iris abu-abu yang semula.

"Sepertinya, kau benar-benar berniat menghancurkan dunia ini hanya untuk keturunan gadis setengah peri itu, ya. Kau bahkan sampai memanfaatkan manusia yang putus asa dan bergantung padamu itu."

Khranos menoleh saat mengenali suara menyebalkan seseorang. Dia lalu membalikkan badannya, menatap datar seorang pria berambut navy yang tersenyum padanya.

Sosok itu terlihat agung. Sekeliling tubuh pria itu memiliki sinar tipis yang lebih terang dari miliknya dan kakinya juga memijak di udara, seolah lantai ruangan ini sama sekali tidak layak untuk menjadi pijakannya.

Khranos sangat mengenalnya. Orang itu adalah salah satu dari dua orang selain dirinya sendiri yang bisa masuk dengan mudah ke ruang dimensi yang dia ciptakan ini.

"Kau melakukan sejauh ini hanya untuk mengubah takdir si Putri Perak?" Senyum pria misterius itu semakin manis saat dia melanjutkan, "Kau akan menghancurkan dunia ini karena keegoisanmu. "

Khranos mengernyit mendengar ucapan yang dilontarkan orang di depannya. Terasa sangat menjengkelkan sampai dia rasanya ingin melontarkan kekuatannya pada pria berambut navy itu.

"Apa yang kau inginkan dengan datang ke sini, Althopheus?"

Khranos memberi aura yang tak bersahabat dengan datangnya sosok dewa yang dia panggil sebagai Althopheus. Amarah dan dendam lama terhadap orang itu yang hampir berhasil dia kubur kini menguar lagi dengan kedatangan pria itu. Apalagi, setelah mendengar perkataan Arxen tadi membuat sebuah tragedi lama yang memilukan kembali teringat olehnya.

"Apakah aku tidak boleh datang menemui saudaraku sendiri?" Althopheus menjawab dengan kekehan. Sama sekali tidak terusik dengan aura permusuhan yang dilayangkan dewa Khranos padanya. "Lagi pula, Vheroz secara khusus memohon padaku untuk menyeretmu kembali ke Caeleus karena kau terlihat berencana untuk menghancurkan dunia ini karena terobsesi dengan seorang gadis manusia."

"Hentikan omong kosongmu, dan enyah dari sini jika kau datang hanya untuk mengajakku berkelahi."

"Kau sangat dingin terhadap orang yang kau mintai tolong dulu, ya." Althopheus geleng-geleng dengan senyum guyonnya. Namun ekspresinya berubah sedetik kemudian.

Dia terlihat serius saat menatap Khranos. "Aku datang untuk menagih balasan atas bantuanku padamu dulu, Khranos."

***

Related chapters

  • Obsesi Sang Pangeran   3. Titik Awal Yang Sama

    Pelan-pelan, kelopak mata itu mulai terbuka hingga menampilkan iris hazel terang yang indah. Mengangkat wajah dari buku yang menjadi bantal tidurnya, seorang anak laki-laki dengan rambut marigold itu mengerjap berkali-kali untuk memfokuskan pandangannya yang masih mengabur. Butuh beberapa detik agar kesadarannya bisa kembali pulih seutuhnya. Menoleh ke kanan-kiri, terlihat bahwa sekelilingnya penuh dengan rak-rak raksasa berisi ratusan bahkan mungkin ribuan buku dengan berbagai jenisnya masing-masing. Kembali meluruskan pandangan, dia mendapati berbagai jenis buku yang terbuka dan memenuhi meja di depannya. Mulai dari buku strategi perang, ilmu politik, sejarah terbentuknya kekaisaran, hingga buku usang yang sempat dijadikan bantal tidurnya tadi. Sebuah buku arkais berjudul "Sejarah Kerajaan Kuno Ellverho". Sudah dipastikan kalau dia sekarang tengah berada di sebuah perpustakaan besar nan megah. Lalu karena suasana di sekitarnya sepi dan tak seorang pun dapat dilihat oleh mata hazel

    Last Updated : 2023-05-21
  • Obsesi Sang Pangeran   4. Ujian Dari Sang Permaisuri

    "Kalau begitu, harapanmu itu pasti berkaitan dengan hal yang Ibu inginkan darimu." Bellanca menebak tepat sasaran. Di sisi lain, diamnya Arxen membuat Bellanca jadi lebih yakin bahwa harapan yang dibilang putranya itu pasti berkaitan erat dengan keinginan Bellanca, atau setidaknya, harapan Arxen bisa dengan mudah diraih putranya saat dia berhasil memenuhi keinginan Bellanca.Bellanca sangat mengenal Arxen. Bagaimana pun, Bellanca sendiri yang merawat dan membesarkan Arxen, jadi dia tahu semua isi pikiran anak itu. Selama ini Arxen sering menolak keinginan Bellanca karena anak itu merasa apa yang diinginkan ibunya tidak sesuai dengan harapannya. Jadi Arxen tidak akan mungkin mengubah pikirannya hanya dalam semalam, jika tidak ada hal kuat yang mendasarinya. "Baiklah!" Bellanca bertepuk tangan sekali. Arxen jadi kembali fokus. "Ibu akan mengajukan pertanyaan padamu lagi, seperti kemarin.""Silakan tanyakan apa saja, Ibu." Arxen tersenyum percaya diri. "Aku pasti akan bisa menjawab se

    Last Updated : 2023-06-01
  • Obsesi Sang Pangeran   5. Kisah Usang Yang Tragis

    Kerajaan Kuno Ellverho. Sebuah kerajaan yang berdiri hampir seribu tahun lalu, tepatnya saat sebelum Kekaisaran Hillario yang sekarang terbentuk. Dikisahkan bahwa kerajaan itu ada pada masa di mana sihir berada pada puncaknya, dan masa di mana berkat langsung dari para dewa dan dewi tidak lepas dari kehidupan sehari-hari manusia pada zaman itu. Berdasarkan hal itu, dikatakan juga bahwa diantara keturunan keluarga Kerajaan Ellverho, pasti akan ada satu orang yang menerima berkat dari sang dewa perang. Masa saat kerajaan itu berdiri sangat berbeda dengan sekarang. Semua hal yang dianggap biasa di masa itu, sekarang menjadi sesuatu yang langka, atau juga mustahil untuk didapatkan. Itu juga salah satu alasan kenapa Arxen awalnya menganggap Kerajaan Kuno Ellverho sebenarnya hanyalah dongeng buatan seseorang. Karena semua yang menyangkut Kerajaan tersebut sangatlah misterius dan luar biasa. Tidak bisa dipahami dan dijelaskan dengan hal yang ada sekarang.Tapi semakin terang sebuah cahaya

    Last Updated : 2023-06-01
  • Obsesi Sang Pangeran   6. Pertemuan Pertama Mereka

    "Bangsawan Evanthe memberi salam pada Yang Mulia Permaisuri, dan sang bintang Kekaisaran, Yang Mulia Pangeran." Sekelompok orang menunduk memberi hormat dengan serentak. Dipimpin oleh seorang pria yang usianya sudah tidak muda lagi, dan diikuti oleh anggota keluarganya dan beberapa pelayan yang mengikut mereka untuk menyambut sang bulan dan bintang Kekaisaran."Tegakkan badan kalian." Bellanca memberi senyuman formalnya setelah orang-orang di depannya melakukan seperti yang dia perintahkan. Dia lalu mulai berucap lagi, "aku ingin berterima kasih karena kau menyetujui kunjunganku ini, Grand Duke. Kalian pasti telah melewati waktu yang sibuk karena kunjunganku dan putraku ke mari.""Itu tidak benar, Yang Mulia. Justru keluarga Evanthelah yang beruntung karena Anda berdua mau datang ke kediaman kami. " Pria tua itu menjawab dengan rendah hati. "Tentu sudah sepatutnya kami melakukan yang terbaik untuk menyambut Anda dan Yang Mulia Pangeran." Pria tua itu bersikap dengan sangat baik dan

    Last Updated : 2023-06-03
  • Obsesi Sang Pangeran   7. Arxen dan Aruna

    "Perbuatan tidak sopan macam apa ini, Aruna?!" Teriakan murka Beroz membuat sang putri yang masih kecil berjengit kaget. Gadis kecil itu meringis kesakitan saat sang ayah menarik kasar tangannya, dan hanya bisa menunduk takut saat wajah ayahnya terlihat menyeramkan di matanya. "Bukankah ayah sudah menyuruhmu untuk diam di kamarmu hari ini?!" Beroz masih saja meluapkan amarahnya pada Aruna. Seolah tidak peduli pada sekelilingnya, dia terus saja meneriaki putrinya yang kini terlihat ketakutan. "Kau selalu saja membuatku malu!""Kalian juga! Dasar orang-orang tidak berguna!" Kali ini Beroz memarahi para pelayan Aruna. Dia berdecih pada mereka, "mengurus seorang anak saja tidak becus! "Sialan. Kurang ajar. Dasar sampah.Arxen terus mengumpati Beroz dalam hatinya. Arxen dengan wajah bocahnya itu terlihat geram. Tangannya terkepal erat saat dia menimbang antara apakah dia harus memukul Beroz hingga pria itu mati di sini dan menerima semua konsekuensi nantinya, atau dia hanya harus menggun

    Last Updated : 2023-06-04
  • Obsesi Sang Pangeran   8. Arxen dan Aruna (b)

    Angin yang bertiup melewati celah pepohonan membuat rambut lilac Aruna melambai-lambai. Namun gadis kecil itu seperti tak memedulikannya. Dia dengan semangat menarik Arxen untuk masuk lebih dalam lagi ke taman luas yang terletak di samping kediaman itu. Banyak bunga yang bermekaran dengan indah di taman itu, tapi semuanya seolah tidak bisa menarik perhatian Arxen yang sejak tadi hanya melihat pada sosok Aruna. Hanya Aruna dan Aruna. Satu-satunya yang ada di mata hazel itu hanya Aruna saja, seolah hal lain tidak menarik perhatiannya. "Nah, kita sampai!" Aruna melepaskan tarikannya pada Arxen saat mereka telah berhenti di tengah taman. Tidak memberi kesempatan pada Arxen untuk membuka mulutnya, Aruna segera membawa Arxen untuk duduk di salah satu bangku taman yang ada di sana. "Kakak tunggulah di sini, aku akan mengambil bunga untuk kita berdua.""Tidak, tunggu dulu." Arxen buru-buru menahan tangan Aruna sebelum gadis kecil itu benar-benar melesat pergi. Arxen tersenyum geli. Aruna k

    Last Updated : 2023-06-14
  • Obsesi Sang Pangeran   9. Kedekatan Yang Mulai Tercipta

    "Genio Evanthe dan Gielza Evanthe memberi salam pada sang Bulan yang agung, Yang Mulia Permaisuri."Bellanca memerhatikan dua anak yang baru masuk dan memberi salam padanya. Yang satu adalah seorang anak laki-laki berambut lilac, dan yang satu lagi adalah seorang anak perempuan berambut cokelat. Mereka adalah anak kembar keluarga Evanthe, kakak dari Aruna. Usia mereka dua tahun lebih tua dari Arxen. "Kemari, duduklah di dekatku agar aku bisa melihat kalian dengan mudah." Bellanca memasang senyum ramahnya. Mendengar ucapan sang permaisuri, dua anak itu tanpa ragu segera mendekat dan duduk di sofa samping permaisuri, berhadapan dengan kedua orang tua mereka. "Mereka berdua adalah anak-anak kebanggaan Evanthe, Yang Mulia." Macario terlihat percaya diri saat dia mulai memuji kedua cucunya itu. "Genio telah menunjukkan kepintarannya sejak dia masih berumur delapan tahun, dan juga bakat pedangnya sejak umurnya masih sepuluh tahun. Saat ini, sihir pedangnya juga tumbuh dengan sangat baik d

    Last Updated : 2023-06-15
  • Obsesi Sang Pangeran   10. Kekejaman Yang Pertama Kali Dialami

    Sebagai seseorang yang terlahir dengan menyandang nama Evanthe, Aruna dipaksa hidup dengan berbagai peraturan yang tidak bisa dia pahami. Aruna tidak diijinkan keluar dari kediaman. Kata orang tuanya, dunia luar itu keras. Aruna yang masih kecil dan belum membangkitkan kekuatannya tidak boleh menginjakkan kaki di luar kediaman agar tidak mempermalukan nama keluarga Evanthe.Akibatnya, selama ini Aruna tidak mempunyai teman yang seumuran dengan dirinya. Ada begitu banyak larangan dan tuntutan yang diberikan padanya. Membuat Aruna rasanya jadi tidak bisa bergerak dengan bebas. Namun, Aruna yang masih kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak terlalu mengerti dengan hal lain selain bermain, makan, tidur, dan bermain lagi. Jadi, Aruna yang masih berumur tujuh tahun hanya bisa menuruti semua ucapan yang dilontarkan oleh orang tua dan kakeknya. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya Aruna bertemu dengan seorang anak yang bukan bagian dari keluarganya

    Last Updated : 2023-06-16

Latest chapter

  • Obsesi Sang Pangeran   59. Bantuan Yang Dia Berikan

    Saat pagi telah tiba, Aruna bangun dengan tubuh yang terasa lebih ringan dibanding biasanya. Gadis itu tersenyum senang saat memulai hari di kamar baru yang dia akan tempati sementara kamarnya sedang dalam perbaikan. Dengan terbongkarnya sihir Aruna semalam, perlakuan yang dia terima di kediaman ini jadi berbeda. Jelas sekali terlihat bahwa para pelayan jadi semakin segan terhadap Aruna, dan beberapa bahkan seperti menjauh karena takut dengan kekuatannya. Aruna yakin, gara-gara kejadian ini keluarga terlebih kedua kakaknya pun jadi harus berpikir ribuan kali untuk mengganggu dirinya karena takut dengan sihir besar yang dia miliki. Bahkan kedua orang tuanya sekarang tidak bisa berlaku semena-mena. Mereka jadi menahan diri apalagi saat Macario secara terang-terangan menunjukkan dukungan dan keberpihakannya pada Aruna. Bisa dibilang, hidup Aruna di kediaman ini mulai berubah ke arah yang semakin baik hanya karena Aruna menunjukkan kemampuan sihir yang selama ini ditutup-tutupinya. Sa

  • Obsesi Sang Pangeran   58. Amukan Sihir Yang Telah Bebas

    "Aku akan mengirimkan para pelayan yang akan melayanimu. Mereka akan kutugaskan untuk melindungimu dari kejahatan yang dilakukan oleh keluargamu. Mereka akan terus memberi laporan padaku, selain itu kita juga bisa tetap berhubungan. Kau hanya perlu menitipkan suratmu pada mereka, Aruna."Waktu telah banyak berlalu dan mengubah banyal hal, namun Aruna masih mengingat dengan jelas ucapan Arxen yang diucapkan lebih dari enam tahun yang lalu, tepatnya setelah Arxen menyampaikan perpisahannya dan 'menghilang' dari pandangan Aruna. Saat itu, pemuda yang paling Aruna percayai dan yang menjadi tempatnya bergantung itu tiba-tiba saja mengatakan sesuatu yang membuat Aruna langsung kecewa. Arxen keluar dari area yang dapat dijangkau oleh Aruna. Seperti janjinya, Arxen memang mengirimkan beberapa pelayan sebagai gantinya. Awalnya para pelayan itu memang melayani Aruna dengan baik dan menentang siksaan yang ditujukan pada Aruna. Aruna dilindungi oleh mereka dengan membawa nama Arxen. Semua berjal

  • Obsesi Sang Pangeran   57. Perpisahan Yang Dihadapi

    Aruna melangkah ringan di koridor panjang kediaman Evanthe. Gadis itu bersenandung pelan, sedang bibirnya mengulas senyum bahagia. Suasana hati gadis itu terlihat sangat bagus kali ini, berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya selama beberapa hari terakhir ini. Di belakangnya, para pelayan dengan setia mengikuti ke mana kaki sang Nona akan melangkah. Aruna lalu mempercepat langkah kakinya dan berhenti tepat di ujung tangga. Sedikit menunduk, Aruna melihat pintu kediamannya yang masih tertutup. Menoleh pada pelayan yang kini sudah ada di sampingnya, Aruna bertanya dengan tidak sabaran, "apa sudah ada kabar dari Arxen lagi? Kapan dia akan sampai?" "Tidak ada kabar lain yang datang, Nona." Salah satu pelayan yang paling senior di antara mereka menjawab. "Kabar terakhir yang diterima hanya surat yang memberi tahu kalau Yang Mulia Pangeran akan berkunjung sore ini." Aruna langsung mendesah meski pelan. Jelas sekali ada kekecewaan yang timbul di raut wajahnya. Dia kembali meliha

  • Obsesi Sang Pangeran   Sedikit Catatan

    Halo, ini Cyra Arluna. Tujuan saya buat bab catatan ini sebenernya karena catatan yang bisa ditambahin perbab itu limit cuma bisa 150 words, sedangkan catatan penulis saya kali ini ada dua kali lipatnya hehehe. Saya rasa ini penting untuk disampaikan, dan dulu sudah pernah saya sampaikan di pf sebelah juga.Di cerita ini saya mengangkat beberapa isu-isu yang sebenarnya sangat disayangkan tapi mungkin orang di sekitar kita atau bahkan kita sendiri gak sadar pengaruh besar yang dihasilkannya. Contohnya pola asuh keluarga Aruna yang buruk akan berdampak pada pertumbuhan Aruna yang pasti akan punya cara berpikir dan bertindak yang melenceng. Saya pengen orang-orang makin sadar kalau pola asuh itu salah satu aspek paling penting yang berpengaruh pada pertumbuhan suatu individu. Gak perlu cara ekstrim kayak keluarga Aruna. Dengan beberapa hal simpel kayak ngebanding-bandingin anak, susah ngasih apresiasi dan selalu menekan anak untuk menjadi sosok yang terbaik, bahkan nakut-nakutin pun

  • Obsesi Sang Pangeran   56. Trauma Yang Menyiksa

    "Eissha."Suara berat seorang lelaki yang menyebut namanya membuat tubuh wanita itu menegang seketika. Tangannya berubah jadi sedingin es saat dia merasa takut. Trauma yang masih cukup membekas dalam ingatannya membuat dia rasanya ingin segera pergi dari sini untuk menghindari si pemanggil. "Eissha!" Suara Beroz meninggi saat wanita bersurai kuning lemon di depannya tidak juga membalikkan badan untuk menghadapnya. Beroz menggeram. Dia mengusir semua pelayan yang ada di sana lalu melangkahkan kaki menghampiri Eissha yang tubuhnya jadi sedikit gemetaran. Pria itu tiba-tiba menarik kuat pergelangan tangan Eissha, memaksa gadis itu untuk melihatnya. "Apa kau berniat mengabaikanku sekarang?!" Beroz terlihat marah. Memandang nyalang pada wanita itu. "Beraninya kau?!""Ti-tidak." Eissha menggeleng keras dengan wajah yang pasi. "A-aku ti-dak--""Jangan kau lupakan! Aku telah membelimu dengan harga yang sangat mahal."Beroz tiba-tiba memajukan wajah, membuat tubuh Eissha semakin gemetar. Ba

  • Obsesi Sang Pangeran   55. Dua Bunga Yang Mulai Layu

    Banyak hal yang berubah di kediaman Evanthe sejak kedatangan selir baru Beroz. Wanita yang usianya masih pertengahan kepala dua, memiliki paras cantik yang tentunya lebih segar dari Yeslyhn. Wanita bernama Eissha Deviella yang merupakan satu-satunya putri yang terlahir bagi Count Deviella. Memiliki penampilan menarik dengan rambut berwarna kuning lemon dan mata hijau terang. Banyak pelayan yang awalnya enggan berdekatan dengan wanita itu karena takut dengan amukan Yeslyhn. Namun mereka yang ditugaskan langsung untuk melayani wanita itu tidak bisa menghindar. Dengan terpaksa, mereka harus melayaninya dengan baik dan selalu berada di dekatnya. Terlebih, wanita itu sedang hamil. Mengandung anak Beroz yang setelah lahir nanti pasti akan menyandang nama Evanthe dan menikmati semua kemewahan dan kekuasaan yang pantas dimiliki oleh seorang Evanthe. Awalnya, para pelayan yang melayaninya memandang Eissha dengan tatapan yang buruk. Apalagi desas-desus yang beredar di kediaman adalah Eissha y

  • Obsesi Sang Pangeran   54. Kekacauan Di Kediaman Evanthe

    "Hey, kau sudah dengar beritanya? Katanya Tuan Beroz ....""Ya, Tuan Grand Duke sangat marah. Nyonya juga sempat menyerang wanita itu, tapi Tuan Beroz melindunginya dan bertengkar dengan Nyonya.""Ah, apa kalian sudah melihatnya? Aku bertemu dengannya saat dia baru tiba tadi, dan kuakui wanita itu sangat cantik. Dia juga masih muda." Siang itu, kediaman Evanthe cukup berisik. Para pelayan yang bekerja di tempat yang sama pasti akan membentuk kelompok-kelompok kecil dan membahas suatu masalah yang sedang hangat sekarang. Mereka bahkan melalaikan pekerjaan mereka dan tidak memerhatikan saat Aruna lewat. Aruna sedikit penasaran, tapi dia tetap melangkahkan kakinya. Dia baru keluar dari kamar setelah menghabiskan pagi harinya di kamar, dan saat keluar tiba-tiba suasana kediaman terlihat berbeda. Orang-orang tampak membahas sesuatu yang tidak dapat Aruna pahami. Wanita? Wanita apa? Apa hubungannya itu dengan ayahnya?Aruna bertanya-tanya dalam hati. Begitu meluruskan pandang, di depan sa

  • Obsesi Sang Pangeran   53. Jarak Yang Mulai Tercipta

    "Kau benar-benar--ck!"Bellanca lagi-lagi berdecak kesal dan meminum tehnya untuk menenangkan diri sendiri. Kepalanya terasa pening. Matanya sejak tadi menatap tajam, memelototi sang putra yang malah mengalihkan pandangan darinya. "Kau beruntung Ibumu ini masih belum terlalu tua sehingga tidak mati terkejut karena perbuatanmu!" Bellanca lagi-lagi memarahi Arxen untuk yang kesekian kalinya. Wanita itu tetap menjaga volume suaranya bahkan memasang sihir di sekitar mereka agar percakapan itu tidak sampai ke luar ruangan dan didengar oleh para pelayan dan prajurit yang menunggu di luar. "Kau beruntung Ibu selalu memihakmu dan bahkan membantu tindakan gilamu walau hal itu jadi memberi dampak besar bagi Kekaisaran ini!" Arxen meringis pelan. Mungkin ini sudah yang keseratus kalinya dia dimarahi oleh Bellanca. Sejak semalam sampai pagi ini, Bellanca terus mengomeli Arxen saat sedang tidak ada orang lain di sekitar mereka. Sebenarnya, omelan sang ibu sempat berhenti cukup lama sampai Arxen

  • Obsesi Sang Pangeran   52. Kegelisahan Kekaisaran

    Saat fajar menyingsing, berita tentang insiden kebakaran yang membakar hangus sebagian besar anggota Keluarga Kekaisaran langsung menyebar secepat angin. Pada pagi-pagi buta, orang-orang sudah berkabung dan menangis meratapi ketidakberuntungan yang melanda Kekaisaran. Bahkan di Ibukota Kekaisaran, hampir semua rakyat yang ada berdesak-desakkan di depan gerbang istana sambil membawa bunga sebagai bentuk rasa dukacita mereka. Satu Kekaisaran diliputi duka. Mereka tidak hanya sekedar kehilangan para pangeran dan putri saja, tapi mereka nyaris kehilangan semua orang yang nantinya akan menjadi pemimpin mereka.Tidak hanya itu. Ada banyak keluarga yang terpuruk karena anggota keluarga mereka yang bekerja sebagai pelayan di istana ikut menjadi korban. Orang-orang marah dan memaki penyihir yang diketahui sebagai dalang dari pembakaran semalam. Mereka semakin murka saat diberitahu kalau niat penyihir itu adalah untuk melenyapkan semua anggota Keluarga Kekaisaran agar Kekaisaran Hillario ini

DMCA.com Protection Status