Kerajaan Kuno Ellverho.
Sebuah kerajaan yang berdiri hampir seribu tahun lalu, tepatnya saat sebelum Kekaisaran Hillario yang sekarang terbentuk.Dikisahkan bahwa kerajaan itu ada pada masa di mana sihir berada pada puncaknya, dan masa di mana berkat langsung dari para dewa dan dewi tidak lepas dari kehidupan sehari-hari manusia pada zaman itu. Berdasarkan hal itu, dikatakan juga bahwa diantara keturunan keluarga Kerajaan Ellverho, pasti akan ada satu orang yang menerima berkat dari sang dewa perang.Masa saat kerajaan itu berdiri sangat berbeda dengan sekarang. Semua hal yang dianggap biasa di masa itu, sekarang menjadi sesuatu yang langka, atau juga mustahil untuk didapatkan.Itu juga salah satu alasan kenapa Arxen awalnya menganggap Kerajaan Kuno Ellverho sebenarnya hanyalah dongeng buatan seseorang. Karena semua yang menyangkut Kerajaan tersebut sangatlah misterius dan luar biasa. Tidak bisa dipahami dan dijelaskan dengan hal yang ada sekarang.Tapi semakin terang sebuah cahaya, maka bayangan yang tercipta pun pasti akan semakin pekat.Nyatanya, kerajaan yang agung seperti Ellverho mempunyai kisah tragisnya sendiri. Itu juga menjelaskan kenapa kerajaan itu kini menghilang dan digantikan dengan Kekaisaran.Dengan sedikitnya bukti dan catatan-catatan mengenai keberadaan kerajaan itu, tidak banyak pengetahuan yang bisa mereka dapatkan. Namun informasi terbatas itu tampaknya cukup untuk menggambarkan kisah tragis yang pernah terjadi di masa lampau tersebut."Jadi, hal tragis apa yang terjadi?" Mata Bellanca terlihat tidak sabar menanti jawaban dari sang putra."Kerajaan itu runtuh karena perang dan raja terakhirnya yang tidak bisa memiliki keturunan." Arxen menjawab setelah menghela napas panjang. "Ada rumor yang beredar beberapa tahun sebelum runtuhnya kerajaan.""Rumor apa itu?""Rumor tentang kerajaan yang dianggap mulai mendapat kutukan setelah raja dari beberapa generasi sebelumnya jatuh cinta pada seorang putri kerajaan tetangga, dan membantu sang putri yang diberi julukan 'putri yang haus darah' itu menghancurkan kerajaannya sendiri. Hal itu membuat dewa marah dan menarik berkatnya bagi keluarga kerajaan. Sejak saat itu, keluarga kerajaan mulai mengalami kehancuran dan penurunan kekuatan sihir yang jumlahnya semakin hari jadi semakin sedikit."Arxen sebenarnya tidak terlalu yakin, tapi jika yang tertulis di buku itu benar, jika sang putri yang dibawa raja untuk menjadi ratunya itu benar-benar adalah sosok kejam yang tega melenyapkan kerajaannya sendiri tanpa ragu, maka Arxen berpikir kalau sifat kejam Aruna cukup mirip dengan sang ratu, meski Aruna tentu tidak segila ratu Ellverho yang membunuh hanya karena memenuhi nafsu membunuhnya semata.Tidak seperti ratu yang hanya menginginkan kesenangan dari membunuh, Aruna punya alasan sendiri untuk setiap perbuatannya. Meski Aruna tentu tidak ragu melakukan hal ekstrim dan bengis sekali pun hanya untuk memberi pembalasan bagi para musuhnya.Arxen lalu melanjutkan penjelasannya. "Puncaknya adalah saat kerajaan itu dihancurkan oleh Hillario I yang sebenarnya juga masih memiliki darah keluarga kerajaan Ellverho di tubuhnya, meski dia bukan berasal dari keturunan langsung.""Pada akhirnya, Kekaisaran Hillario berhasil dibangun sekitar beberapa puluh tahun setelah kerajaan Ellverho dilenyapkan." Arxen mengakhiri penjelasanya dan kembali melihat ke Ibunya yang kini tersenyum lebar.Sejujurnya, Arxen tidak tahu apakah jawabannya kali ini bisa membuat Ibunya merasa puas atau tidak. Sekali lagi, Arxen berbeda dari Ibunya yang sangat menyukai kisah kuno ini. Arxen sebenarnya tidak tertarik dengan hal semacam ini karena yang ada di pikirannya hanyalah tentang Aruna saja."Ibu senang kau mempelajari sejarah Kerajaan ini dengan baik."Kali ini, aura Bellanca terasa berbeda. Wanita itu terlihat lebih 'hangat' dan terbuka dibanding tadi."Apa kau tahu, Arxen?" Sorot mata wanita itu untuk sesaat seperti berisi sebuah sinar kekaguman. "Lyre dan harpa yang disimpan dengan sangat baik di ruang penyimpanan harta Kekaisaran itu sebenarnya merupakan benda peninggalan kerajaan kuno itu. Kedua benda itu adalah milik dari sang ratu."Arxen terlihat cukup terkejut. Hal yang disampaikan Ibunya ini baru pertama kali dia dengar.Meski Arxen sudah banyak kali melihat kedua benda musik itu, tapi tak sekali pun Arxen mendengar kalau kedua benda itu berasal dari masa yang seperti dongeng tersebut."Konon, ratu yang dikenal sebagai sosok kejam itu merupakan seseorang yang sangat suka dengan musik." Bellanca menghembuskan napas sambil berdiri dari duduknya. "Cukup disayangkan dia selalu mendapat penilaian buruk dan disebut pengikut iblis oleh para rakyat karena perbuatannya pada kerajaannya sendiri.""Perbuatannya itu memang akan sulit diterima rakyat karena mereka pasti takut dan bertanya-tanya: bagaimana jika kerajaan mereka yang akan menjadi korban selanjutnya?" Arxen mengangguk setuju."Putraku ini benar-benar telah berubah banyak hanya dalam semalam, ya."Bellanca berjalan mendekati Arxen. Tatapan hangat yang dilayangkan dan senyuman bangga yang menghias bibirnya. Bellanca memuji, "kau membuatku merasa sangat bangga. Sekarang, aku jadi semakin yakin kalau kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu sebelumnya. Dan aku harap, kau akan tetap seperti ini, Arxen.""Tentu saja." Arxen mengangguk yakin. "Mulai hari ini aku akan mulai melangkah untuk melewati jalan yang memang sudah sejak sebelumnya tercipta untukku."Karena ini adalah kesempatan terakhir untuk menyelamatkan Aruna."Ibu sangat menantikannya. Kau tahu itu, kan?" Bellanca menyeringai samar. "Jangan ragu untuk meminta bantuan apa pun pada Ibumu ini, mengerti? Aku pasti akan melakukan segalanya untuk membawamu tiba di titik akhir dan menjadi satu-satunya pemenang.""Ya, Ibu. Akan kulakukan."Arxen sama sekali tidak meragukan ucapan ibunya. Arxen sangat mengenal Ibunya, apalagi dia telah melewati banyak putaran waktu dan menjalani kehidupan yang sama berulang kali. Arxen sangat tahu, kalau Ibunya itu akan benar-benar melakukan segalanya untuk membawa Arxen duduk di puncak.Ibunya tidak akan ragu sedikit pun. Wanita itu juga tidak akan mundur apa pun alasannya. Karena itu, di kehidupan kali ini Arxen telah bertekad untuk memercayai Ibunya, dan meminta uluran tangan dari wanita itu.Kehidupan ini adalah kesempatan terakhir untuknya. Arxen akan benar-benar menghilang jika kali ini dia gagal lagi. Pada akhirnya, semua perjuangannya selama beberapa putaran akan sia-sia jika dia tidak berhasil dalam kehidupan kali ini.Dan yang terpenting ... Arxen tidak akan bisa membahagiakan Aruna, dia tidak akan bisa hidup bersama gadis yang sangat dia cintai itu jika dia gagal kali ini."Ngomong-ngomong, Ibu sebenarnya memanggilmu ke sini bukan hanya untuk mengetes pengetahuanmu saja."Ucapan Bellanca membuat Arxen membeku dengan jantung yang berdetak sangat kencang.Hal yang Arxen inginkan dan dambakan setiap kali dia baru mengulang waktu pada akhirnya akan segera terwujud sekarang."Ibu ingin mengajakmu ke suatu tempat." Bellanca melanjutkan ucapannya seraya wanita itu memanggil para pelayan yang tadinya dia suruh untuk menunggu di luar.Arxen jadi tidak sabar. Jantungnya makin menggila saat rasa rindu yang ingin segera memeluk gadis yang dia cintai dengan sepenuh hidupnya itu kembali hadir dengan sangat kuat.Sang Permaisuri Kekaisaran Hillario lalu kembali melihat pada putranya. Dia tersenyum lebar."Ibu ingin kau ikut bersama Ibu ke kediaman Evanthe."***"Bangsawan Evanthe memberi salam pada Yang Mulia Permaisuri, dan sang bintang Kekaisaran, Yang Mulia Pangeran." Sekelompok orang menunduk memberi hormat dengan serentak. Dipimpin oleh seorang pria yang usianya sudah tidak muda lagi, dan diikuti oleh anggota keluarganya dan beberapa pelayan yang mengikut mereka untuk menyambut sang bulan dan bintang Kekaisaran."Tegakkan badan kalian." Bellanca memberi senyuman formalnya setelah orang-orang di depannya melakukan seperti yang dia perintahkan. Dia lalu mulai berucap lagi, "aku ingin berterima kasih karena kau menyetujui kunjunganku ini, Grand Duke. Kalian pasti telah melewati waktu yang sibuk karena kunjunganku dan putraku ke mari.""Itu tidak benar, Yang Mulia. Justru keluarga Evanthelah yang beruntung karena Anda berdua mau datang ke kediaman kami. " Pria tua itu menjawab dengan rendah hati. "Tentu sudah sepatutnya kami melakukan yang terbaik untuk menyambut Anda dan Yang Mulia Pangeran." Pria tua itu bersikap dengan sangat baik dan
"Perbuatan tidak sopan macam apa ini, Aruna?!" Teriakan murka Beroz membuat sang putri yang masih kecil berjengit kaget. Gadis kecil itu meringis kesakitan saat sang ayah menarik kasar tangannya, dan hanya bisa menunduk takut saat wajah ayahnya terlihat menyeramkan di matanya. "Bukankah ayah sudah menyuruhmu untuk diam di kamarmu hari ini?!" Beroz masih saja meluapkan amarahnya pada Aruna. Seolah tidak peduli pada sekelilingnya, dia terus saja meneriaki putrinya yang kini terlihat ketakutan. "Kau selalu saja membuatku malu!""Kalian juga! Dasar orang-orang tidak berguna!" Kali ini Beroz memarahi para pelayan Aruna. Dia berdecih pada mereka, "mengurus seorang anak saja tidak becus! "Sialan. Kurang ajar. Dasar sampah.Arxen terus mengumpati Beroz dalam hatinya. Arxen dengan wajah bocahnya itu terlihat geram. Tangannya terkepal erat saat dia menimbang antara apakah dia harus memukul Beroz hingga pria itu mati di sini dan menerima semua konsekuensi nantinya, atau dia hanya harus menggun
Angin yang bertiup melewati celah pepohonan membuat rambut lilac Aruna melambai-lambai. Namun gadis kecil itu seperti tak memedulikannya. Dia dengan semangat menarik Arxen untuk masuk lebih dalam lagi ke taman luas yang terletak di samping kediaman itu. Banyak bunga yang bermekaran dengan indah di taman itu, tapi semuanya seolah tidak bisa menarik perhatian Arxen yang sejak tadi hanya melihat pada sosok Aruna. Hanya Aruna dan Aruna. Satu-satunya yang ada di mata hazel itu hanya Aruna saja, seolah hal lain tidak menarik perhatiannya. "Nah, kita sampai!" Aruna melepaskan tarikannya pada Arxen saat mereka telah berhenti di tengah taman. Tidak memberi kesempatan pada Arxen untuk membuka mulutnya, Aruna segera membawa Arxen untuk duduk di salah satu bangku taman yang ada di sana. "Kakak tunggulah di sini, aku akan mengambil bunga untuk kita berdua.""Tidak, tunggu dulu." Arxen buru-buru menahan tangan Aruna sebelum gadis kecil itu benar-benar melesat pergi. Arxen tersenyum geli. Aruna k
"Genio Evanthe dan Gielza Evanthe memberi salam pada sang Bulan yang agung, Yang Mulia Permaisuri."Bellanca memerhatikan dua anak yang baru masuk dan memberi salam padanya. Yang satu adalah seorang anak laki-laki berambut lilac, dan yang satu lagi adalah seorang anak perempuan berambut cokelat. Mereka adalah anak kembar keluarga Evanthe, kakak dari Aruna. Usia mereka dua tahun lebih tua dari Arxen. "Kemari, duduklah di dekatku agar aku bisa melihat kalian dengan mudah." Bellanca memasang senyum ramahnya. Mendengar ucapan sang permaisuri, dua anak itu tanpa ragu segera mendekat dan duduk di sofa samping permaisuri, berhadapan dengan kedua orang tua mereka. "Mereka berdua adalah anak-anak kebanggaan Evanthe, Yang Mulia." Macario terlihat percaya diri saat dia mulai memuji kedua cucunya itu. "Genio telah menunjukkan kepintarannya sejak dia masih berumur delapan tahun, dan juga bakat pedangnya sejak umurnya masih sepuluh tahun. Saat ini, sihir pedangnya juga tumbuh dengan sangat baik d
Sebagai seseorang yang terlahir dengan menyandang nama Evanthe, Aruna dipaksa hidup dengan berbagai peraturan yang tidak bisa dia pahami. Aruna tidak diijinkan keluar dari kediaman. Kata orang tuanya, dunia luar itu keras. Aruna yang masih kecil dan belum membangkitkan kekuatannya tidak boleh menginjakkan kaki di luar kediaman agar tidak mempermalukan nama keluarga Evanthe.Akibatnya, selama ini Aruna tidak mempunyai teman yang seumuran dengan dirinya. Ada begitu banyak larangan dan tuntutan yang diberikan padanya. Membuat Aruna rasanya jadi tidak bisa bergerak dengan bebas. Namun, Aruna yang masih kecil tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tidak terlalu mengerti dengan hal lain selain bermain, makan, tidur, dan bermain lagi. Jadi, Aruna yang masih berumur tujuh tahun hanya bisa menuruti semua ucapan yang dilontarkan oleh orang tua dan kakeknya. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya Aruna bertemu dengan seorang anak yang bukan bagian dari keluarganya
"Baiklah, jika kau memang seyakin itu, Ibu akan menunda sebentar masalah pertunangan ini."Setelah suasana terdiam sangat lama setelah Arxen menyampaikan isi pikirannya, akhirnya Bellanca mengambil keputusan yang menyenangkan hati Arxen saat kereta yang mereka naiki ini memasuki istana permaisuri. Lagi pula ... Bellanca yakin keyakinan Arxen bukan keyakinan kosong yang tidak berdasar. Hanya dalam semalam, Arxen berubah jadi sosok yang sangat berbeda. Dia terlihat lebih pandai, berani, dan mulai menilai situasi yang dihadapinya dengan lebih bijaksana. Arxen yang dulu memiliki sifat yang lemah dan penakut, kini mulai mengutarakan pikirannya dengan berani. Arxen yang seperti itu pasti memiliki alasan kuat di balik dirinya yang seperti bersikeras demi putri bungsu Evanthe. Bellanca melirik putranya, "sebagai gantinya, kau tidak keberatan, kan, jika Ibu meminta keluarga Evanthe untuk segera mendidik gadis kecil itu?" Arxen tidak
Arxen melanjutkan perjalanan menuju ke istananya sendiri setelah meninggalkan Damon dan Daryan. Kakinya melangkah dengan ringan dan pasti, tanpa keraguan sedikit pun. Tubuhnya tegap dengan tatapan mata yang terlihat teguh. Memancarkan aura agung yang dimiliki oleh si bocah berambut marigold dan bermata hazel terang tersebut. Sepanjang perjalanan, ada beberapa selir dan para pangeran serta putri yang menyapanya, tapi Arxen tidak memedulikan mereka. Seolah mereka adalah sesuatu yang tak terlihat oleh matanya, Arxen mengabaikan semua sapaan mereka. "Selamat datang kembali, Yang Mulia Pangeran." Para pelayan yang berbaris rapih langsung memberi sambutan hangat dengan penuh hormat saat Arxen menginjakkan kaki di istananya sendiri."Apakah perjalanan Anda menyenangkan?" Menanggapi dengan anggukan singkat, Arxen tidak terlalu memedulikan tatapan dari banyak pelayan yang seperti bersinar ke arahnya. Arxen tahu arti tatapan itu. Semua pasti penasaran karena tahu Arxen pergi ke kediaman Eva
Aruna menunduk dalam, tidak berani mengangkat kepala dan melihat situasi yang sedang terjadi di depannya. Gadis kecil itu memainkan jemarinya yang dingin saat dia merasakan atmosfer tak mengenakkan. "Tuan, Nyonya, tolong pikirkanlah sekali lagi." Seorang pelayan tetap berusaha untuk mengutarakan isi pikirannya pada Beroz dan Yeslyhn meski dia juga terlihat takut dan seluruh tubuhnya gemetar. "Mendidik etika Nona mungkin masuk akal, tapi masih tidak benar bagi Nona yang masih kecil mengikuti pelatihan untuk membangkitkan kekuatan sihirnya."Pelayan itu berusaha membela. Sebenarnya, meski sangat ketakutan hingga rasanya dia tidak sanggup berdiri tegak, dia tetap berusaha menyampaikan apa yang dipikirkannya. Bagaimana pun, kejadian beberapa hari lalu saat Aruna dihukum dengan kejam dan dia hanya diam tidak bisa melakukan apa pun itu cukup disesalinya. Apalagi, saat mengingat tatapan permintaan tolong dan kekecewaan Aruna yang gadis kecil itu layangkan membuat hatinya seperti diiris. Dia