"Ada sesuatu yang membuatku penasaran tentang Sereia. Namun sebelum itu, aku mau bilang. Aku tidak pernah berniat untuk mengira dia sebagai yang tidak-tidak. Tapi apa maksudnya kupu-kupu malam yang dibicarakan teman-temanmu?" tanya Gina. "Sepertinya dia tidak tahu apapun mengenai Sereia. Tentu saja Sereia akan menyembunyikannya dari teman-temannyq," batin El. "Kenapa kau penasaran hanya soal seperti itu?" tanya El. "Hanya soal seperti itu?"ulang Gina. "Memangnya kalau kau tahu, apa yang akan kau lakukan? Mau menyebar fitnah tentang Sereia?" "Aku sudah membayar biaya perawatan rumah sakitmu dan kamu berani bilang begitu?" "Kenapa tidak. Aku hanya bertanya." "Sudah kukatakan aku tidak bermaksud buruk." "Aku sudah memberitahumu kalau dia sangat menderita. Aku juga tidak tahu banyak," kata El. "Ternyata kau juga sangat menyukainya ya?" El diam sejenak. "Apakah kau cemburu?" "Kau masih bercanda seperti itu?" kaget Gina. "Aku cuma bertanya tidak perlu marah. Iya aku
Sereia Selamat malam Sam. Ini aku Sereia, aku ingin memberitahumu sesuatu yang sangat penting. Tapi aku mau minta maaf sebelumnya kalau selama ini bekerja di kantormu, aku memiliki banyak kesalahan. Aku berencana mengundurkan diri karena aku sudah pindah ke rumahku yang sebenarnya dan aku tidak bisa jauh-jauh dari adikku. Terima kasih. Setelah mengirimkan pesan tersebut, Sereia mengembalikan ponselnya ke El. Setelah pulang dari rumah sakit, El mengambil motornya di bengkel dan langsung ke rumahnya Sereia tanpa pulang ke rumahnya lebih dulu. Sereia merasa semakin bersalah dengan luka-luka di badan El. Dia seperti merusak asetnya. El menyimpan ponselnya di saku kemudian memandangi Sereia. Sereia merasa risih dengan tatapan El. "Sudah selesai kan? Kau tidak mau pulang dulu dan menemui ibumu?" tanya Sereia. "Tidak mau mengambil ponselku? Aku menerimanya karena memikirkan kamu bersama Samuel," kata El. "Tidak perlu basa-basi," kata Sereia. "Sudahlah! Pulang sana!" usirnya
Sereia tidak bisa membayangkan masa depan bersama El karena keadaan pria itu sekarang. Dia tidak percaya sama sekali El mendapatkan sebuah cincin dengan cara yang halal. Hari kedua setelah pindah, Sereia pergi ke rumah makan untuk mendaftar lagi bekerja di tempat tersebut. Raden tentu saja dengan senang hati menerima Sereia. Karena memang harapan dia Sereia tetap berada di rumah makan ini. Namun ternyata pemilik rumah makan itu ingin bicara lebih dulu dengan Sereia."Apa kamu menceritakan kepada bu bos mengenai diriku?" tanya Sereia.Raden melihat ke arah lain. "Maafkan aku. Aku tidak bercerita banyak kok. Hanya memberitahunya kalau kamu sudah pindah kesini.""Untuk beberapa alasan, aku menyesal pindah ke rumah itu," kata Sereia."Maksudmu pindah kesini?""Tidak. Ke rumah keluarga dari ayahku.""Kenapa? Sebenarnya aku juga merasa ada yang tidak beres denganmu karena menurutku seharusnya mereka mengantarkanmu pindah kesini. Maksudku, yah sebagai keluarga seharusnya mereka melakukanny
Seandainya hari itu dia tidak menerima El, mungkin situasi ini tidak akan pernah datang. "Aku rasa pria itu bukan pria yang baik," kata El. "Kalau dia tidak baik, dia tidak akan menerimaku di perusahaannya," kata Sereia. "Kurangi polosmu itu! Dia sengaja melakukan itu untuk menjebak mangsanya. Kamu menyadari dirimu sekarang berubah menjadi cantik kan? Dia sudah terpikat padamu. Jelas sekali terlihat dari matanya," kata El. Sereia menekan handuk yang ia gunakan untuk mengobati pipi El semakin keras. "Sakit," ringis El. "Bukan aku yang harus mengurangi polosku tetapi kamu yang harus mengurangi gampang emosimu! Jika kamu tidak menyerangnya sembarangan, aku mungkin bisa keluar dari perusahaannya. Besok aku harus berangkat ke kantor. Memikrikannya saja membuatku lelah," kata Sereia. El menyentuh tangan Sereia yang sedang mengobati pipinya. "Tidak usah berangkat. Tinggal tinggalkan saja! Tidak perlu menjadi orang yang bertanggung jawab.""El, kamu benar-benar membawa pengaruh buruk b
Sereia tetap saja meragukannya. Dia pergi ke toko emas, berpura-pura untuk menjual cincin dari El. Dia juga akan bertanya apakah itu emas asli atau bukan. "Iya kak ini emas asli. Dan kalau mau dijual harganya sekitar lima juta." "Huh?" Sereia terkejut bukan main. Uang darimana El sehingga bisa mendapatkan cincin tersebut. Dia langsung kepikiran cowok itu mencuri dari toko emas. Dia berharap bukan toko emas ini. "Kenapa kak?" "Tidak apa-apa. Kalau begitu terima kasih kak. Saya tidak jadi menjualnya," kata Sereia. Sereia memutuskan untuk ke rumah El dan menanyakannya langsung pada cowok itu. El terus ingin berkeliaran disekitarnya tetapi dia menyuruh pria itu untuk pergi karena dia merasa risih dan tidak enak jika ada tetangga yang menyaksikan mereka terus bersama khawatir mereka berpikir yang tidak-tidak. Dia pikir El sekarang sedang melakukan sesuatu yang menghasilkan uang. "Tidak mungkin dia mengambil jalan yang sama sepertiku kan? Aku tahu diriku murahan tetapi jika
Sereia tidak memberitahukan kepada pria lumpuh ini mengenai Elias yang dia kenal. Dia tiba-tiba kepikiran sesuatu. Dia tidak tahu apapun soal El. Apalagi mengenai orang tuanya. Saat El memanggilnya pertama kali, itu adalah pertama kalinya dia datang ke rumahnya. Lalu saat El pura-pura mabuk, itu kedua kalinya dia datang ke rumahnya kemudian bertemu dengan ibunya. Hanya ada ibu. Tidak ada ayah. Dia pikir ayahnya El sudah meninggal. Sepertinya dia juga sempat mendengar kabarnya begitu. Setelah kembali dari toko emas, Sereia pulang ke rumah lebih dulu untuk menyambut ketiga adiknya pulang sekolah. "Kau dari mana saja Sereia?" tanya Erix. "Ada urusan sebentar. Kalian senggang bukan? Biar kita tidak bertemu dengan orang asing yang mungkin mengganggu kita, bagaimana kalau kita datang ke rumahnya El?" tawar Sereia. "Apa yang akan kita lakukan disana? Apakah ada cara atau sesuatu?" tanya Erix. Sereia tidak memberitahu kepada Erix mengenai pertunangannya. Lagi pula, pertunangan
El masuk ke dalam rumahnya denga tergesa-gesa. Keringatnya bercucuran dan nafasnya memburu. Setelah membuka pintu, hatinya yang gelisah dan berdebar-debar, langsung terasa lega luar biasa karena melihat wanita yang ia cari-cari. El mendekati Sereia kemudian menarik lengannya kemudian dipeluknya wanita itu erat. "El, kamu kenapa?" tanya Sereia. "Syukurlah kamu baik-baik saja," kata El. "Aku baru saja menghajar orang yang telah berani menyentuhmu. DImas bukan? Beberapa temanku sangat setia kepadaku sampai mereka berani menjadi seorang pengkhianat. Mereka memberitahu soal Dimas kepadaku." Sereia mengusap-usap punggung El. "Aku baik-baik saja El." El menarik diri. "Aku sempat datang ke rumahmu tetapi kamu tidak ada. Pintunya dikunci. Aku pikir kamu pergi lagi. Aku berteriak di sepanjang jalan sampai akhirnya ada orang yang memberitahuku kalau kamu berjalan ke arah rumahku. Aku langsung pulang. Ternyata kamu disini." "Sereia, kamu diganggu sama temannya El?" tanya ibunya El.
Erix berkali-kali memperhatikan ke arah Sereia dan El yang berdiri di depan rumah tapi agak jauh. Mereka sengaja sekali memilih tempat dimana ketiga adiknya Sereia tidak bisa mendengarkan. Menurut pengamatan Erix, kakaknya tengah dimarahi oleh El. Tampaknya ibunya El juga berpikiran hal yang sama seperti Erix. Dia akhirnya ke depan untuk memperingati El supaya tidak kasar kepada Sereia karena dia memahami bagaimana anaknya itu. "Sebentar ma. Jangan ikut campur dulu!" tukas El."Kau? Ke ibumu juga bersikap seperti itu? Apakah kau sadar apa yang sudah kau katakan ke ibumu?""Dengar, aku tidak suka bertengkar jadi stop bertengkar!""Siapa yang mengajak bertengkar!" tukas Sereia tajam."Sereia, sudahlah! Sini masuk ke dalam! Tinggalkan El sendirian!"Sereia tahu jika ia melepas cincin yang diberikan El padanya, El kemungkinan besar akan mengamuk. Dia memutuskan untuk melepasnya di rumah.Sereia berbalik dan akan menghampiri ibunya El tetapi tangan satunya ditarik El."Sudah selesai urus