Setelah meeting dengan client, Samuel langsung menuju ke rumah pamannya Sereia. Dia bertemu dengan bibinya Sereia yang tengah berbicara dengan seorang pria yang usianya kira-kira 45 tahun lebih. "Permisi bu, apakah Sereia ada?" tanya Samuel pada bibinya Sereia. "Apa yang kalian rencanakan hah?" Bibinya Sereia malah menyerang Samuel. Samuel menghindar dengan keterkejutan luar biasa. Samuel yakin sudah terjadi sesuatu. Semenjak saat itu, dia menyadari kalau keluarga Sereia ini berperilaku buruk terhadap Sereia dan adik-adiknya. Dia lengah. Dia seharusnya tidak menanyakan keberadaan Sereia pada bibinya. "Rencana apa ya? Aku sama sekali tidak tahu apapun!" ucap Samuel. "Kau dipanggil oleh pria itu kan?" "Pria itu?" "Yang datang kesini bersama Erix. Kurang ajar kalian semua. Kalian sudah menghabisi suamiku? Kalian akan mendapatkan akibatnya!" Bibinya Sereia mulai mrnangis. Hanya air matanya yang keluar, ekspresi kesedihan tidak terlihat karena sekarang dia luar biasa marah. Dia men
Erix direbut paksa oleh bibinya Sereia. Erix sudah memberontak sekuat tenaga dengan air mata sudah menghiasi wajahnya. Bajunya yang dktarik-tarik itu menjadi pemandangan yang sangat mengerikan bagi Sereia. Erix pasti kesakitan. Rambutnya sempat dijambak. "Apa-apaan ini?" bisik Sereia. Saat Sereia mencoba bangkit dan meraih tangan Erix yang terulur padanya, dia justru dipegangi oleh beberapa orang. "Seharusnya kehidupanku tidak seperti ini. Pasti ada yang salah," bisik Sereia. Kedua matanya menatap kosong ke depan. "Sudahlah! Adikmu itu hanya perlu waktu untuk menerimaku sebagai abangnya!" kata si juragan. "Kalian tidak punya hati nurani apa bagaimana? Melihat anak kecil dipaksa untuk dikurung..." "Aku bilang dia hanya perlu waktu untuk menerima pernikahan kita. Nanti malam kita akan menikah. Itu harus! Jadi persiapkan dirimu!" kata si juragan. "Aku tahu kalau diriku sudah tidak berharga. Tapi memangnya karena hal itu aku jadi tidak boleh mengharapkan sesuatu seperti aku
Sereia pikir El sudah sampai. Dia benar-benar berharap hari ini bisa pulang bersama ketiga adiknya. Dia percaya kepada El. "Kak Sereia! Kakak!"Sereia menatap tembok di dekatnya. Jika saja dia dan Erix dikurung di kamar yang sama, mereka pasti sudah keluar sekarang. Entah dengan cara memecahkan kaca jendela, mendobrak pintu bersama, atau bahkan merusak lubang angin.Teriakan Erix sejak tadi terus menggema. Sereia sudah membalas dengan teriakan juga, berusaha sekeras mungkin tetapi tampaknya Erix masih tidak bisa mendengarnya. Sereia terus menunggu dibalik pintu.El dipaksa untuk ikut ke kantor polisi bersama pamannya Sereia tapi keduanya menolak. El sempat berurusan dengan polisi di tempat ia tinggal tetapi tidak sampai ditangkap karena yang melakukan kesalahan bukan dia tetapi temannya. Hanya dimintai informasi. Kali ini dia sampai ditangkap dan kemungkinan dipenjara itu terasa nyata. Itu membuat El semakin marah."Selidiki dulu di dalam rumahnya! Aku curiga Sereia dan adiknya, an
Sereia tidak mau membebani El lagi. Saat polisi akan menangkapnya, dia meminta kepada pamannya untuk tidak menjebloskan El ke penjara dan memaafkannya. Sebagai gantinya, dia juga akan melepaskan pamannya dan memaafkannya meskipun Erix tidak setuju begitu juga dengan El. El tidak masalah dirinya dimasukkan ke penjara asalkan Sereia bisa hidup dengan tenang. Namun paman Sereia menerima keputusan Sereia. Setelah berkompromi, akhirnya kedua polisi tersebut pergi. Sereia juga sudah mendengar tentang ayahnya. Namun dia masih tidak bisa menerima tindakan mereka yang didasari oleh sifat dan perilaku ayahnya terhadap mereka karena terkesan mereka seperti balas dendam. Meskipun dia telah mencabut penangkapan pamannya, dia tidak bisa memaafkan mereka. "Aku akan mengambilkan barang-barangmu. Tapi sebelum itu..." El melirik tajam ke arah paman dan bibinya Sereia. "Kalian, bersimpuh di bawah kakinya cepat!" Dalam keheningan yang diselimuti tangisan si kembar, El tiba-tiba memecahkannya. Si
Samuel menghubungi Gina, menyuruhnya untuk berkomunikasi dengan Sereia. Gina yang sedang bekerja, langsung melakukannya. Ponselnya Sereia masih berada di bibinya. Terdengar dering ponsel cukup keras."Jika kamu menolak menikah dengan laki-laki mapan, maka sama saja kamu tidak mempedulikan adik-adikmu dan mementingkan keegoisanmu sendiri," kata pamannya Sereia.Bibinya Sereia memeriksa ponsel Sereia. Sereia juga memperhatikan ponselnya. Dia berdiri dan akan mengambil ponselnya tetapi bibinya sudah waspada dulu. Dia langsung menekan tombol mati. "Siapa yang menghubungiku?" tanya Sereia."Entah," jawab si bibi. "Kembalikan ponselku!" teriak Sereia. "Aku akan mengembalikannya kalau kamu mau menikah dengan si juragan," kata si bibi. Erix langsung berlari ke bibinya dengan cepat dan berusaha merebut ponsel Sereia. Namun usahanya mengalami kegagalan. Dia pun menyerang bibinya tetapi pamannya langsung mencoba menghentikannya dengan menyita kedua tangan Erix ke belakang punggngnya. "Lepas
Seandainya dia bisa kembali ke masa lalu, dia akan kembali ke masa-masa baru memasuki Sma. Dia akan mendekati Sereia, melindunginya, dan membuatnya bahagia. Dia merasa sekarang benar-benar terkena karma. Gadis yang pernah ia buli jatuh ke dalam putus asa sampai berencana bunuh diri karena sudah tidak tahan lagi menghadapi lika-liku kehidupan. Dia mencoba bertahan dan berjuang sebisa mungkin tapi apakah hasilnya selalu seperti yang ia lihat sekarang?Dia adalah salah satu alasan kehancurannya.Bagaimana caranya mengembalikan semuanya?Semua perempuan yang dekat dengannya, banyak yang mengharapkan sosok seperti pangeran yang mewarnai kehidupan mereka, memberikan mereka perhatian, kemanyamanan, kebahagiaan, atau apapun yang mereka inginkan.Namun sebagai laki-laki yang telah merasakan bahwa mencari uang itu susah, dimarahi oleh ibu setiap hari, dan kesenangan seperti judi dan mabuk-mabukkan itu bahkan masih membuat stress membuatnya tidak peduli dengan harapan para perempuan yang mendek
GinaEl, Sereia marah kepadaku apa ya? Dia tidak mengangkat teleponku. Pesanku juga tidak dibalas. Saat aku mencoba menghubunginya lagi, ponselnya malah tidak aktif. Dia tidak kenapa-napa kan? GinaKalau aku mengajakmu menjenguk Sereia, kamu mau atau tidak?"Kak, apa tidak apa-apa meninggalkan El sendirian? Dia sudah berdarah. Dia mungkin akan pingsan lagi. Siapa yang akan menolongnya? Dari tadi orang-orang yang lewat tampak tidak peduli dengan kita. Bagaimana kalau dia pingsan lagi?" tanya Erix."Haruskah kita memanggil polisi?" tanya si supir.Sereia merasa pusing. Dia berpikir keras. Apakah memanggil polisi sudah benar? Mereka pastinya akan bertindak sebelum polisi datang kan? Jika El sampai mati, dia pasti akan terlibat dan disalahkan. Tidak hanya oleh ibunya El saja, tetapi juga teman-temannya. Apalagi teman-teman El sebelas dua belas kasarnya dengan El.Sereia memutuskan untuk meminta bantuan Gina. Dia berpura-pura sebagai El.ElBisa datang ke rumah Sereia sekarang tidak? Aku
El dibawa ke rumah sakit terdekat oleh Gina dan teman-temannya. "Rencana kita hancur sudah," keluh bibi Sereia. "Kenapa Sereia memiliki orang-orang seperti itu?" ketus pamannya Sereia. "Jangan tanya aku! Aku juga tidak tahu. Gadis itu benar-benar berubah drastis. Bahkan pria yang dipanggil El itu berhasil memukul mundur si juragan dan meninggalkan ancaman kepada kita. KIta harus melakukan sesuatu kalau tidak maka-""Keluarga di belakang juga bedebah tidak mau membantu sama sekali," keluh pamannya Sereia. "Ah benar juga. Aku akan melakukan sesuatu dengan motor pria itu di bengkel.""Apalagi yang kau rencanakan? Rencanamu yang kau buat itu selalu berantakan," keluh bibinya Sereia. "Diamlah! Kali ini pasti berhasil," ketus pamannya Sereia. Saat pamannya Sereia keluar, dari arah kejauhan terdengar suara banyak sekali motor mendekat. Mereka berhenti di depan rumah paman dan bibinya Sereia. "Kami mencari teman kami, Elias. Biasa dipanggil El. Katanya dia berada disini dan sedang disik