Home / CEO / Obsesi Liar CEO / Ayo, Masuk!

Share

Obsesi Liar CEO
Obsesi Liar CEO
Author: Authoring

Ayo, Masuk!

Author: Authoring
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Tante, kumohon jangan, Tan. Aku belum siap!"

Terdengar suara teriakan dari pintu belakang club dan juga suara kebisingan musik disco yang sangat menggelegar. Memekakkan telinga. Tetapi, banyak manusia yang menyukainya.

Buktinya, perempuan berpakaian minim setengah telanjang tengah memamerkan bentuk tubuhnya dan juga wajahnya yang benar-benar menggoda iman pria yang berada di dalam clubini.

Musik, tarian erotis, minuman berbau menyengat yang disukai mereka di sini, asap rokok dan masih banyak lagi.

Seorang wanita berusia 35 tahun yang mengenakan dress di bawah lutut dengan atasan yang terbuka tengah menarik tubuh mungil gadis yang berumur 21 tahun.

Apa? 21 tahun? Ya, gadis itu dulu bertanya padanya bagaimana cara menghasilkan uang, karena orangtuanya tak sanggup membayar biaya sekolah yang menunggak 7 bulan lamanya.

Sangat mengenaskan.

Tapi, tak mengurung niat wanita itu untuk terus menyeret gadis yang memberontak itu ke meja di mana pria dan wanita tengah duduk di sofa sambil bermain judi.

Untuk membayar lebih tinggi gadis yang masih virgin itu kepada lelaki hidung belang dan berdompet tebal atau lelaki yang kesepian.

"Hei, apa kabar kalian? Now, aku bawakan gadis ini. Dia berumur 16 tahun dan membutuhkan uang untuk biaya hidupnya," ucap wanita itu setelah mereka sampai di sana.

Suara musik yang menggelegar itu tak terdengar dengan kerasnya sehingga atensi mereka yang tadi sempat berteriak histeris karena kekalahan.

"Berapa bayarannya?" tanya pria berbadan gempal dan perut buncitnya. Jangan lupakan jas hitam yang mahal melekat di tubuhnya.

"Cukup mahal, lima ratus juta gimana?"

Gadis itu menatap wanita yang menyeretnya tak percaya. Ternyata ini yang dilakukan padanya. Pantas saja ia menyuruhnya untuk berdandan dengan cantik dan membelikannya dress ketat berwarna maroon sepuluh senti di atas lutut.

Dia gugup.

Mata berkaca-kaca.

Jantungnya berdetak kencang karena ia benar-benar takut akan dibawa ke hotel oleh pria-pria yang berada di depannya.

"Oke, Aku ambil tujuh ratus gimana?" tanya pria lain yang tengah megang segelas wine. Di samping kiri dan di samping kanannya terdapat wanita-wanita berpakaian sexy yang duduk di dekatnya.

"Sembilan ratus juta," ucap pria yang memangku jalang di atas pangkuannya.

Sementara pria yang tengah duduk sendirian, menatap ke arah mereka yang bernegosiasi untuk menawarkan harga yang fantastis pada gadis yang berada di samping wanita paruh baya tersebut.

Dia bersama dengan bodyguardnya. Bukan takut akan dicopet, melainkan dia hanya ingin sendiri tanpa harus diganggu oleh wanita-wanita yang berada di club ini.

"Ada apa di sana?" tanya pria berkulit putih tersebut.

"Ada negosiasi, Tuan. Karena gadis baru yang bekerja sebagai gadis sewaan. Jadi, mereka menawarkan harga tersebut, Tuan," jelas salah satu dari mereka yang tengah duduk di sofa lain.

"Panggilkan Fanya, aku ingin melihat gadis itu," pinta pria tersebut yang diangguki oleh mereka.

Salah seorang dari bodyguard itu berjalan menuju meja yang tak jauh dari para pria yang tengah bernegosiasi itu.

"Tuan Marvel meminta Anda untuk segera ke mejanya."

Pria berbadan kekar itu berdiri tepat di samping Fanya, wanita yang membawa gadis virgin itu. Dengan sekali anggukan, pria berbadan kekar itu berlalu dan diikuti oleh Fanya dengan menarik pergelangan tangan gadis yang tengah hancur tersebut.

Terpaksa ia harus mengikuti langkah Fanya menuju ruangan yang dituju. Ruangan yang berdinding kaca buram dengan sofa merah.

Sesampainya di depan pria itu, Fanya menundukkan kepalanya dan tersenyum manis kepada pria yang tengah menatap gadis yang berada di sampingnya.

"Ada apa, Tuan?" tanya Fanya dag dig dug.

Pria itu menatap Fanya sebentar lalu kembali menatap gadis yang menundukkan kepalanya sejak ia berjalan ke mejanya hingga berada di depannya.

Rambutnya yang sedikit kusut, dress yang melekat di tubuhnya dan tak lupa ia menggenggam ujung dress-nya.

Gugup.

Takut.

Ia ingin pulang saja dari clubitu.

"Berapa kau akan menyewa gadis itu? Apa dia masih virgin?" tanya pria itu membuat gadis yang menundukkan kepalanya tetap menundukkan kepalanya tak berkutik.

'Ya Tuhan, selamatkan aku dari manusia-manusia yang bodoh ini,' batin gadis itu seraya memainkan kuku-kukunya.

"Ah, a-apakah Anda akan membelinya, Tuan? Dia masih gadis, masih virgin. Dia belum berpengalaman untuk menghangatkan ranjang Anda, Tuan. Nanti saya carikan yang lain sa--"

"Berapa kau akan menyewa gadis itu?" potong pria tersebut dengan menatap tajam ke arah Fanya.

Fanya terlihat gugup, tapi ia berusaha untuk terlihat biasa saja sambil mengangkat tangan kirinya dan menyingsingkan beberapa helai rambitnya ke belakang telinga.

'Huh, sabar Fanya. Dia sangatlah kaya. Kenapa kau harus gugup seperti ini,' batinnya.

"Aku akan menjualnya seharga 2 miliar, Tuan."

Gadis yang berada di sampingnya mendongakkan kepala menatapnya tak percaya.

Apakah 2 miliar itu akan dibagikan padanya juga? Atau uang sebanyak itu hanya untuk dia sendiri?

Gadis itu kembali menundukkan kepalanya. Takut berhadapan dengan pria yang berada di depannya.

Pria itu menyandarkan punggungnya di kepala sofa dan meneguk air mineral di gelasnya.

3 botol wine di atas meja itu hanya terbuka 1 botol saja dan yang meminumnya hanyalah 2 bodyguardnya saja.

"Apa itu terlalu mahal? Apa kau yakin dia masih virgin? Bagaimana jika dia tak virgin?" tanya pria itu dengan nada yang meremehkan.

Gadis itu hanya menelan ludahnya dengan kasar. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Ini demi perekonomian keluarganya.

"Ya, saya yakin, Tuan. Jika Anda tak percaya, Anda bisa membuktikannya sekarang juga. Tapi, bayar dulu uang mukanya. Setelah gadis ini benar-benar virgin, barulah Anda bayar sesuai dengan apa yang saya inginkan," terang Fanya seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

Sombong.

Pria itu tersenyum kecut. Bagaimana bisa ada gadis yang masih virgin di jaman sekarang? Bahkan dengan tawaran yang dikeluarkan Fanya membuatnya ingin membuktikan apakah gadis itu masih perawan atau tidak. Atau itu hanyalah permainan Fanya saja? Uang muka? Ini pertama kalinya Fanya meminta uang muka saat ia menawarkan jalang-jalang miliknya. Biasanya pria itu akan membawa ke sebuah kamar khusus dan membayarnya pada Fanya atau pada jalang tersebut.

Pria itu menatap gadis yang masih saja menundukkan kepalanya. Ia benar-benar terancam sekarang. Harga dirinya ia jual kepada pria yang benar-benar tak ia kenal sama sekali.

"Baiklah, aku akan membawanya."

Pria itu memberikan kode pada bodyguardnya agar memberikan amplop coklat itu pada Fanya.

Tap!

Amplop coklat itu mereka letakkan di atas meja. Tebal dan ia bisa mengira-ngira harganya pasti sangat banyak.

Fanya mengulurkan tangannya untuk mengambil amplop yang berisi uang tersebut lalu membukanya.

"Follow me!" perintah pria tersebut pada gadis yang sedari tadi menundukkan kepalanya.

"Grace, ikuti pria itu. Dia sudah membayarmu padaku, nanti kau akan mendapatkan bayaran juga darinya. Kau harus memuaskannya, jadilah yang terbaik. Maka bayaranmu akan berlebih dari padaku," ujar Fanya seraya berbisik sebelum akhirnya para bodyguard itu menyuruhnya agar berjalan di belakang sang majikan mereka.

Grace perlahan melangkahkan kakinya mengikuti pria yang telah membayarnya melalui Fanya.

Gugup, sangat gugup dan ia tak tahu bagaimana takdir dan kehidupan selanjutnya nanti.

Baru 5 langkah, Grace menoleh ke belakang dan mendapati Fanya yang tengah tersenyum bahagia seraya mengecup uang dengan lembaran yang tebal.

"Manusia licik," umpat Grace lalu kembali menoleh ke depan.

Ternyata mereka sudah di parkiran mobil.

"Masuklah bersama Tuan, Nona. Duduklah di belakang bersamanya," kata pria itu lalu menutup pintu kursi penumpang setelah Grace masuk ke dalam mobil mewah dan mobil itu berjalan meninggalkan parkiran club.

Pria yang berada di samling Grace hanya diam sambil memegang i-Padnya. Entah apa yang ada di dalam sana, tetapi Grace tak ambil pusing. Saat ini, dia harus menenangkan pikiran dan hatinya.

"Kita ke hotel xxx, ya."

Pria itu memberi arahan pada sang bodyguardnya. Sementara Grace semakin ketakutan. Apa yang akan mereka lakukan di hotel sana? Pikiran Grace mulai berkecamuk.

Pria yang berada di sampingnya melirik ke arah Grace yang diam-diam memperhatikan guratan wajah gadis itu.

Takut.

Gugup.

Rasanya beradu menjadi satu. Tak mengubah penasaran pria tersebut untuk membuktikan bahwa gadis yang ia bawa dengan mobil mewahnya sekarang apakah benar masih virgin atau tidak.

Di perjalanan, Grace memilih bungkam seribu bahasa. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Rasa menyesal sudah muncul di lubuk hatinya. Ini yang pertama dan terakhir kalinya. Ia tak mau terlibat dalam permasalahan seperti ini lagi dalam hidupnya. Harga dirinya telah hilang oleh Fanya.

"Nona, ini air mineral. Minumlah."

Pria kekar yang duduk di depannya memberikan sebotol air mineral yang masih disegel itu pada Grace.

Dari tadi, pria yang mengemudikan mobil sang majikannya itu memperhatikan bagaimana raut wajah Grace yang tampak gugup dan memberikan kode pada sang teman untuk membuka dashboard mobil yang terdapat air mineral di sana.

"Ah, terimakasih."

Grace mengambil sebotol air mineral itu, lalu membuka segel dan meneguk air tersebut agar gugupnya hilang.

Lega, tetapi hanya sedikit. Tak masalah, ia bahkan tak menyadati bahwa tenggorokannya sangat kering dan seharusnya ia siram dengan air dingin.

"Bisa dipercepat lajunya, Pak Yudi?" tanya pria yang berada di samping Grace tersebut tanpa melepas tatapannya dari i-Pad yang berada di pangkuannya.

"Baik."

Mobil mewah yang Grace tumpangi melaju melewati malam dan Grace hanya bisa diam.

***

Sesampainya di depan hotel mewah, pria itu turun tanpa menunggu sang bodyguard membukakan pintu untuknya. Grace tetap dengan wajah datarnya saat bodyguard pria tersebut membukakan pintu untuknya.

"Masuklah ke dalam hotel itu, Nona. Tuan sedang melakukan check in hotel."

Mereka mengarahkan Grace agar masuk ke dalam lobi hotel itu karena majikan mereka sudah berada di sana untuk melakukan check in memakai hotel malam ini.

Grace melipat bibirnya sejenak seraya memandang megahnya hotel di depannya. Di mana tempat inilah nantinya, tidur bersama pria yang tak ia kenal.

Grace melangkahkan kakinya perlahan, memasuki hotel tersebut dan melihat bahwa pria itu tengah menatapnya datar.

"Bisakah kau percepat langkahmu? Lamban sekali."

Pria itu berjalan memasuki hotel tersebut dan diikuti Grace dari belakang. Grace menatap ke kanan dan ke kiri.

'Hotelnya benar-benar mewah, pasti bayarannya mahal untuk beberapa malam saja,' batin gadis itu lalu masuk ke dalam lift dan pria itu menekan tombol 29.

Di dalam lift, hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Grace diam dan sedikit melirik ke arah pria yang tengah berdiri di samping kanannya dengan wajah datar.

Setelan jas merah dengan warna senada di celana dan kemeja hitam yang melekat di tubuhnya menambah kesan dingin pada pria ini.

Grace menelan salivanya saat pria yang berada di sampingnya menoleh ke arahnya.

"Kenapa kau menatapku begitu? Saya tahu saya tampan, jangan sampai air liurmu jatuh ke lantai saat kau menatapku seperti itu," ujar pria tersebut.

'Benar-benar sombong sekali. Masih banyak kok, laki-laki yang lebih tampan darinya. Contohnya Vito,' batin Grace sambil mencebikkan bibirnya.

Ting!

Pintu lift terbuka, mereka berjalan keluar lift dan Grace tetap mengikuti pria tersebut dari belakang. Langkah pria itu sangatlah cepat, sehingga Grace harus menahan dressnya agar tak tersingkap ke atas saat ia melangkah.

Pria itu berhenti di depan pintu dengan nomor 345 seraya memasukkan kunci yang ia bawa saat selesai melakukan check in.

Ceklek!

Pintu hotel terbuka, pria itu terlebih dahulu masuk lalu membuka sedikit pintu untuk Grace yang sedari tadi masih berdiri di depan pintu kamar hotel mereka.

"Ayo masuk," ujar pria tersebut.

Glek!

Grace menelan salivanya lalu melangkahkan kakinya perlahan seiring jantungnya berdetak kencang.

Apa selanjutnya yang akan pria ini lakukan padanya?

Itulah yang bersarang di dalam otaknya. Pria itu mengunci pintu tersebut saat Grace masuk ke dalam kamar mereka dan memasukkan kunci pintu kamar ke dalam guci kecil bergambar kelinci putih di dekat nakas pintu.

Pria itu membalikkan tubuhnya lalu menatap Grace yang masih berdiri yang tak jauh dari pintu kamar.

Lalu Grace masuk ke dalam kamar dan duduk di bibir ranjang dengan tangan gemetar dan berkeringat.

Sementara pria itu melihat gelagat aneh dari Grace yang tak biasa. Wanita yang selalu menghangatkan ranjangnya biasa langsung menerkam dirinya. Sangat agresif. Tetapi, Grace hanya diam tanpa berkata-kata.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dissa Patania
......... gmna ya klnjutannya
goodnovel comment avatar
Farhan Iyan
Penasaran dengan kelanjutannya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Obsesi Liar CEO   Berikan Saya Alamat Rumahmu

    Marvel menatap Grace dengan dalam. Jika dilihat dari dekat, Grace memanglah cantik. Cantik sekali. Bahkan mata pria itu tak berkedip beberapa detik yang lalu.Keindahan kulit wajah dan bola mata milik Grace seakan menghipnotis Marvel agar menatap gadis di bawahnya lebih lama."Apa saya bisa untuk mulai menyicipi kamu, Grace?"Bola mata Grace membulat, bagaimana bisa Marvel mengetahui namanya? Padahal mereka belum saja berkenalan atau bahkan berjabatan tangan.Pria ini sangat misterius, apakah dia paranormal? Pikir Grace seraya mengusap jari tangannya dengan ibu jari yang ditahan Marvel.Grace sungguh gugup sekali sekarang, ia belum pernah melakukannya dan ia bahkan tak menonton tutorial cara berciuman dengan pasangan dengan benar.'Tunggu, kenapa aku malah memikirkan diriku sendiri?' batin Grace. Sementara Marvel menunggu persetujuan dari gadisnya.Ralat, gadis itu. Gadis yang ia tindih di bawahnya. Benar-benar fantasinya selama ia berada di kamar mandi beberapa waktu lalu.Ya, Marvel

  • Obsesi Liar CEO   Bibirnya Begitu Manis dan Kecil

    Grace yang mendapat ketukan pintu saat ia kembali memasang dressnya dengan benar, dia membuka pintu dan terlihat seorang bodyguard Marvel memberikan paperbag padanya."Ini pesanan Tuan Muda untuk Anda, Nona.""Saya Pak Yudi," katanya lagi seraya memperkenalkan diri pada Grace.Sejenak Grace berpikir bahwa pria bertubuh besar ini tadilah yang menyetir mobil. Grace menganggukkan kepala lalu menerima paperbag itu dan kembali menutup pintu kamar.Sebelum Marvel keluar dari kamar mandi, Grace dengan tergesa-gesa memakai baju kaos dan celana training yang baru saja dibeli oleh bodyguard Marvel. Tak lupa dia memasukkan dressnya ke paperbag itu dan merapikan rambutnya. Grace mengikat rambut yang panjang dan ia kembali duduk di ranjang.Hujan belum reda, apakah hujan ini akan reda hingga subuh?Ting!1 pesan masuk dari ponsel Grace.Bunda[Kamu di mana, Sayang? Jam berapa akan pulang?]Ibu Grace mengirim pesan pada anak perempuannya karena malam ini sudah menunjukkan pukul 22.12 WIB.[Sebentar

  • Obsesi Liar CEO   Sudah Saya Katakan, Kamu Harus Membayarnya

    ***"Tapi, itu tak gratis. Kau harus membayarnya."Mendengar penuturan Marvel, seketika senyuman yang terukir di bibirnya yang mungil pudar. Bagaimana ia harus membayarnya? Ponsel ini sangat mahal, dan ia membalikkan kotak ponsel itu. Melihat harga ponsel tersebut.21 juta rupiah.Grace gugup, ia harus bagaimana? Bagaimana cara membayar uang sebanyak itu? Apakah ia harus mengembalikan uang milik Marvel padanya?"Maaf, aku akan membalikkan ponsel ini padamu."Grace meletakkan kotak ponsel itu di atas dashboard mobil Marvel. Seketika wajah Marvel jadi muram dan ia merasa marah karena Grace menolak pemberiannya.Marvel menghela napasnya dengan kasar lalu meremas stir mobil. Melihat urat-urat di tangan kekar Marvel, ia ketakutan. Apakah nasibnya akan sama dengan stir mobil itu?Grace dengan sembunyi membuka pintu mobil itu. Tetapi tak bisa. Melihat gelagat Grace yang ingin kabur secara diam-diam diketahui Marvel.Seketika Marvel tersenyum smirk. Ia tahu jika Grace akan keluar dari mobilny

  • Obsesi Liar CEO   Bentar Bang, Haus

    Marvel berjalan masuk menuju ruang kepala kampus yang di sana sudah menunggu lelaki paruh baya yang tengah duduk seraya tersenyum padanya."Selamat datang, Pak," sapanya seraya menjabat tangan Marvel."Baik, Pak. Saya ada perlu dengan Anda," ujar Marvel."Silahkan duduk, Pak."Marvel menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi merah tersebut lalu pria itu memperbaiki posisi kacamata yang bertengger di hidungnya."Saya gak bisa basa-basi, Pak. Tujuan saya kemari untuk mengurus pembayaran siswi kelas xxx atas nama Grace Mirza Rania," kata Marvel."Oh, iya. Sebentar, saya ambilkan dulu bukunya."Sapron sang kepala kampus Grace beranjak dari kursi kebesaran menuju rak buku. Di sana sudah tertulis nama mahasiswa kelas xxx, mahasiswa skor, mahasiswa keluar, mahasiswa pindah kampus dan lainnya.Sang bendahara yang ada di sana membuka almari kaca itu lalu mengecek satu per satu nama buku yang tertera di sana. Nama jurusan dan tahun ajaran mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di sini.Sapron k

  • Obsesi Liar CEO   Bahkan Aku Belum Meminta Nomor Ponselnya

    "Makanya jangan main cewek," kata Marvel."Bukan main cewek, Bang. Cuman pacaran," sahut Gio seraya menghempaskan tubuhnya di atas sofa.Gio adalah tipikal yang sangat sering gonta-ganti wanita. 1 bulan mungkin ada 21 kali ia memutuskan pacarnya. Terbuat dari apa otak dan hati Gio itu?"Sama aja," tandas Marvel dan Gio langsung diam tak menjawab ucapan Marvel. Memang benar adanya.Gio selalu menceramahi Marvel agar menerima istrinya. Tetapi, Marvel malah diam dan menutup telinganya. Bukan tak ingin mendengar perkataan Gio, tetapi Gio juga tak berpikir bagaimana buruknya dirinya dari pada sang kakak."Lu di sini aja. Gue ada rapat."Marvel beranjak dari kursi kebesarannya. Ia mematikan komputernya, mencabut flashdisk dari CPU. Lalu Marvel mengambil kunci mobil, dompet dan ponselnya.Gio hanya menganggukkan kepala dengan santai saat Marvel berjalan melintasinya. Setelah pintu ruangan Marvel ditutup oleh sang pemiliknya, Gio membaringkan tubuhnya di sofa. Ia sangat lelah habis dikejar ol

  • Obsesi Liar CEO   Saya Udah Kunci Kok Pintunya

    Diperjalanan, Grace selalu memegang perutnya. Dia menahan lapar, karena hanya meminum segelas besar jus alpukat saja tak membuat perutnya kenyang lebih lama.'Duh, jangan sampai dia tahu aku kelaparan sekarang. Perut, jangan bunyi, ya. Kalo sempat bunyi, gak aku kasih jatah makan sampai besok-besok pagi. Ingat itu,' batin Grace seraya mengedipkan kepalanya beberapa kali dan mengusap perutnya dari luar seragam yang dia kenakan.Kruk ....Grace memejamkan matanya, malu sangat. Ternyata perutnya tak bisa berkompromi dengan dirinya. Astaga, Marvel yang mendengar suara aneh dari arah Grace pun menoleh.Marvel melihat Grace tengah memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil seraya memegang perutnya. Sesaat ia tersenyum kecil melihat kelakuan Grace.Tadi dia menanyakan keadaan dirinya apakah dia lapar atau tidak. Tetapi, Grace mengatakan tidak dan sekarang malah perutnya yang berbicara. Mengatakan bahwa perut mungil Grace benar-benar lapar.Marvel mengembuskan napasnya dengan kasar."Katanya

  • Obsesi Liar CEO   Kami Dipertemukan Secara Mendadak, Pak

    30 detik kemudian, Marvel melepaskan bibirnya. Ia membuka mata, melihat Grace yang diam dengan matanya terbuka itu pun ia merapatkan kembali tubuhnya."Itu adalah aset berharga saya. Yang nantinya akan membuat kamu ketagihan dan juga akan merasa puas," bisik Marvel."Jangan kayak gini, Om. Gak nyaman," ungkap Grace sambil memainkan kukunya.Marvel yang mendengar penuturan gadis itu tersenyum. Ia mengangkat tubuh Grace ala bridal style. Membaringkannya di sofa yang lebar itu lalu kembali menyesap bibir Grace dengan gairahnya yang kembali berkobar.Marvel menindih Grace dengan lembut, ia menggunakan kedua sikunya untuk menopang tubuhnya yang berat agar tak menabrak tubuh Grace.Kini tangan Marvel terangkat untuk memegang kepala Grace yang bergerak ketika ia mencumbu Grace.Grace hanya diam, ia belum tahu bagaimana respon ketika seseorang berciuman. Tangan Grace keduanya terkepal di atas dadanya. Ia takut jika nanti tubuh kekar Marvel menindih tubuhnya yang mungil. Tak bisa ia menahan be

  • Obsesi Liar CEO   Gak Tahan? Cium Aku?

    Marvel mengembuskan napasnya secara perlahan, lalu ia beranjak dari ranjang. Marvel berjalan menuju toilet untuk membersihkan diri. Sampai di rumah, sudah menunjukkan pukul 7 malam.Selesai mandi, Marvel duduk di tepi ranjang dengan keadaan setengah telanjang. Tubuh bagian atasnya terekspos apalagi jika tetesan air di rambutnya itu berjatuhan di bahunya.Marvel menghidupkan ponselnya. Ia melihat kontak Grace yang terhubung langsung dengan aplikasi hijau.Marvel berselancar menuju aplikasi WhatsApp itu, mencari kontak Grace yang ia beri nama Sweetie. Terlebih dahulu Marvel melihat status dari kontak Grace apakah sedang online atau offline.[Sayang.]Marvel mengirim pesan tersebut pada Grace lalu tanda centang abu-abu. Berarti Grace online. Ia menekan tombol kamera dan melakukan panggilan video.Tak berapa lama, Grace menerima panggilan video dari Marvel. Astaga, Grace yang melihat dada bidang Marvel itu langsung menjauhkan kamera ponselnya dari wajahnya. Ia sangat malu melihat keadaan

Latest chapter

  • Obsesi Liar CEO   Batalkan Semua Rapat Hari Ini

    "Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha

  • Obsesi Liar CEO   TIDAK!!

    Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku

  • Obsesi Liar CEO   Harus Menjadi Milikku

    "Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.

  • Obsesi Liar CEO   King Of Diamond

    Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun

  • Obsesi Liar CEO   Pesonaku Memang Luar Biasa

    Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.

  • Obsesi Liar CEO   Kok Belum Tidur?

    Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan

  • Obsesi Liar CEO   Setengah Jam Mungkin Ada

    la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.

  • Obsesi Liar CEO   Capek Ya?

    "Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe

  • Obsesi Liar CEO   Kenapa Bandel?

    "Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg

DMCA.com Protection Status