Diperjalanan, Grace selalu memegang perutnya. Dia menahan lapar, karena hanya meminum segelas besar jus alpukat saja tak membuat perutnya kenyang lebih lama.
'Duh, jangan sampai dia tahu aku kelaparan sekarang. Perut, jangan bunyi, ya. Kalo sempat bunyi, gak aku kasih jatah makan sampai besok-besok pagi. Ingat itu,' batin Grace seraya mengedipkan kepalanya beberapa kali dan mengusap perutnya dari luar seragam yang dia kenakan.Kruk ....Grace memejamkan matanya, malu sangat. Ternyata perutnya tak bisa berkompromi dengan dirinya. Astaga, Marvel yang mendengar suara aneh dari arah Grace pun menoleh.Marvel melihat Grace tengah memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil seraya memegang perutnya. Sesaat ia tersenyum kecil melihat kelakuan Grace.Tadi dia menanyakan keadaan dirinya apakah dia lapar atau tidak. Tetapi, Grace mengatakan tidak dan sekarang malah perutnya yang berbicara. Mengatakan bahwa perut mungil Grace benar-benar lapar.Marvel mengembuskan napasnya dengan kasar."Katanya tadi gak lapar. Terus yang bunyi itu apa?" tanya Marvel sesekali melirik ke arah Grace yang tengah menahan malunya.Marvel menepikan mobilnya tepat di senuah restoran mewah bergaya klasik yang terletak di pinggir jalan."Ayo, turun. Kamu isi perut kamu sekarang," titah Marvel sebelum akhirnya ia keluar dari mobil.Grace hanya bisa diam, membuka pintu mobil dan Marvel tengah menunggunya tepat di depan mobilnya. Setelah Grace menutup pintu mobil milik Marvel, pemiliknya mengunci mobil tersebut dengan remote control lalu ia berjalan lebih dahulu mencari tempat yang nyaman untuk mereka berdua.Grace mengikuti langkah Marvel dari belakang sambil menenteng tas ranselnya. Matanya mengarahkan pandangan saat Grace memasuki restoran tersebut.Matanya berbinar, restoran ini benar-benar cantik sekali. Lalu ia berlari kecil saat Marvel sudah jauh darinya.Marvel memilih tempat di sudut restoran dengan di samping kanannya adalah jendela. Marvel duduk di kursi berbahan kayu yang diberi cat coklat mengkilat tersebut, sementara Grace memilih duduk di sebrang Marvel.Marvel mengangkat tangannya saat ia mencari waiters."Nona," panggil Marvel.Perempuan berpakaian seragam berwarna biru dengan celemek merah tersebut menghampiri meja mereka dengan membawa note kecil dan pena di tangannya."Mau pesan apa Mas, Mbak?" tanyanya menatap Marvel dan Grace lalu ia memberikan map berisi list menu makanan yang tersedia di restoran mereka."Saya pesan gurame asam manis, chicken cordon bleu, sayur asem, sosis asam manis. Minumannya saya ambil Chatime. Kalau kamu apa, Grace?"Marvel menatap Grace yang tengah diam menatap buku menu. Sebenarnya Grace juga bingung dia akan memilih menu apa, karena harganya juga di atas 200 ribu rupiah.Mendengar pertanyaan dari Marvel, Grace tergagap. Ia harus memilih apa? Duh, Grace hanya bisa membolak-balikkan buku menu dan melihat menu minuman yang akan ia pesan."Mm ... saya pesan minumannya ...."Grace melihat menu minuman tersebut lalu dia menunjuk ke salah satu minuman yang tertera di sana."Frappuccino," jawab Grace.Setelah waiters tersebut menulis pesanan Grace yang terakhir, ia mengambil buku menu tersebut dengan sopan."Oh, iya. Saya pesan tolong sediakan sumpit juga," ujar Marvel sebelum waiters itu pergi.Setelah ia pergi, Marvel menatap ke arah Grace yang tengah terdiam sambil menatap keluar jendela.Marvel melipat tangannya di depan dada, lalu menyandarkan punggungnya di kursi."Kamu kenapa, Grace?" tanya Marvel mengagetkan Grace.Grace menggelengkan kepalanya menatap Marvel sekilas lalu ia kembali menatap keluar jendela.Marvel yang penasaran dengan apa yang Grace tatap, ia mengikuti arah pandang Grace keluar jendela lalu ia melihat ada sebuah kolam ikan di sana. Marvel mengembuskan napasnya lalu kembali menatap Grace."Ikannya gede-gede," ujar Grace tersenyum kecil. Marvel menggelengkan kepalanya gemas melihat tingkah Grace yang terlalu lucu menurutnya.'Padahal gue ada di depannya, malah yang ditatap kolam ikan,' gumam Marvel dalam hati.10 menit kemudian, pesanan mereka datang. 5 orang pelayan di restoran tersebut berjalan menuju meja mereka nomor 3. Para pelayan itu meletakkan makanan yang Marvel pesan di atas meja tak lupa dengan sepiring nasi dan minuman mereka."Terima kasih." Grace berucap memamerkan senyumannya kepada mereka. Waiters tersebut menganggukkan kepala dan membalas senyuman Grace sebelum akhirnya mereka izin pamit."Ayo, dimakan. Kamu pasti lapar, 'kan?"Marvel mempersilahkan Grace untuk segera makan. Marvel sebenarnya juga belum makan siang, dia ingin menghabiskan waktunya bersama Grace. Maka, sesuai dengan rencana Marvel akhirnya mereka makan bersama.Grace mencuci tangannya yang sudah disediakan 2 mangkuk kecil berisi air di sana. Lalu ia mulai mengambil satu per satu menu makanan yang ia lahap dengan sendok yang sudah tersedia di sana. Setelahnya, Grace menyuapi dirinya dengan menggunakan tangan.Marvel yang melihat Grace makan dengan tangan pun melongo. Ia tak pernah melihat seorang gadis atau wanita yang makan dengan tangan bersamanya, di depannya.Tetapi, di sisi lain Marvel juga menyukai Grace dengan apa adanya. Grace tipikal gadis yang tak jual mahal, tetapi juga dingin, tak banyak bicara.Marvel tersenyum melihat Grace yang makan dengan lahap. Ia membuka plastik bening yang di dalamnya terdapat sumpit berbahan logam di sana lalu ia meletakkan di samping piringnya. Marvel mulai menyendokkan makanannya ke dalam piringnya lalu dia menyuapi dirinya menggunakan sumpit.Sesaat, Grace terdiam. Sepertinya ia salah gerakan."Kenapa Grace?" tanya Marvel mengunyah makanannya."Ah, maaf Om. Saya makan dengan tangan. Saya gak sadar, gara-gara udah terlanjur lapar."Marvel tersenyum. Dia menganggukkan kepalanya mengerti akan hal itu."Saya lebih senang jika kamu gak jual mahal di depan saya. Saya suka kamu apa adanya," timpal Marvel.Deg!Jantung Grace berpacu saat Marvel mengatakan bahwa ia menyukai dirinya apa adanya. Ah, Grace berdetak tak karuan sekarang. Kakinya bergemetar, matanya bergerak dengan liar lalu ia meneguk Frappucinnonya agar jantungnya kembali berdetak dengan netral.****Setelah selesai makan di restoran mewah, mereka berdua kembali bergerak menuju perkantoran Marvel. Grace hanya diam tak membantah ajakan dari Marvel. Tadi saja, Marvel sudah mentraktirnya makan siang bersama di restoran mewah dan elit.
Sejenak Marvel merasa bahwa mereka tak lagi merasakan canggung yang terlalu. Tetapi, tetap pada keheningan di dalam mobil. Sesekali, Marvel melirik ke arah Grace yang menatap ke depan, menatap ramainya pengendara yang berlalu lalang.Sampainya mereka di perkantoran milik Marvel. Mereka turun, Grace terpanah akan mewahnya gedung yang menjulang tinggi. Ia menghitung di setiap jendela kaca di sana, semuanya berjumlah tiga puluh tujuh lantai.Wah, pasti karyawan di sini semua adalah orang-orang yang berbakat dan pastinya mempunyai otak yang sangat cerdas."Yuk, masuk."Marvel menoleh ke belakang melihat Grace yang tengah menatap kantornya. Grace terpanah akan nama kantor itu. Tremont Corp.Marvel melangkah mendekati Grace, ia menggenggam tangan Grace membuat Grace menatapnya."Di sini panas, mau kulitmu menghitam?"Marvel menarik Grace memasuki area perkantoran miliknya. Astaga, Grace lupa. Kenapa dia tak meminta Marvel untuk berhenti di mall. Dia masih menggunakan seragam abu-abu sekarang. Apa kata mereka di dalam sana?Grace seketika ketakutan, ia takut jika akan dikatai yang tidak-tidak olrh karyawan Marvel.Grace sangat kesusahan mengikuti langkah Marvel yang panjang. Tak sebanding dengan kakinya yang pendek dari Marvel.Marvel dan Grace masuk ke lobi kantor Marvel. Dan benar apa yang dipikirkan Grace. Karyawan dan staff di sana menatap mereka berdua dengan terheran-heran. Bagaimana tidak? Marvel membawa gadis yang masih bersekolah SMA. Seragam putih abu-abu di bawah lutut yang dikenakan Grace, tas ransel, sepatu dan wajah Grace yang benar-benar cantik natural mengalihkan atensi para karyawan dan staff pria yang tadinya tengah menatap modul yang ada di tangan mereka, teralihkan oleh Grace."Astaga, Pak Marvel bawa siapa?""Wah, itu masih gadis, Bro.""Pak Marvel pedofil banget.""Ya ampun, Pak Marvel udah diembat dia.""Wah, gue gak habis pikir dengan Pak Marvel sekarang."Karyawan dan staff sibuk membicarakan Marvel dan Grace setelah mereka masuk ke dalam lift dan pintu lift itu tertutup."Mungkin itu keponakan Pak Marvel kali."***Grace mandongak menatap wajah Marvel yang lebih tinggi darinya. Marvel pun membalas tatapan Grace lalu Grace membuang wajahnya ke samping kanan tanpa melepaskan genggaman Marvel yang sedari tadi menggenggam tangan Grace yang mungil."Om, kalo mereka pikir yang macem-macem, gimana?" tanya Grace gusar."Akan saya pecat mereka," jawab Marvel dingin.Grace mengembuskan napasnya lalu menatap ke arah tombol lift yang menyala menunjukkan nomor 37. Berarti mereka akan menuju ke lantai ke 37.Ting!Setelah pintu lift terbuka, Marvel kembali menarik Grace masuk ke dalam ruangannya. Grace menatap takjub ruangan Grace yang dipadukan dengan cat abu-abu gold. Jendela kaca yang luas, dan ada sofa yang luas di sana. Tak lupa dengan meja kerja milik Marvel dan 2 pintu di sudut ruangan. Mungkin saja itu pintu toilet, pikir Grace."Anggap seperti rumah kamu sendiri, Grace."Marvel berjalan menuju meja kerjanya. Sementara Grace duduk di sofa lalu mengeluarkan ponsel bututnya di dalam tas ransel miliknya.Melihat hal itu, Marvel memanggil Grace."Grace."Grace yang merasa terpanggil pun menoleh. Ia mengangkat kepalanya menatap Grace."Ya?""Sini."Marvel menemuk pahanya. Grace yang tak melihat hal itu karena meja Marvel sangatlah tinggi dari sofa yang ia duduki. Grace beranjak dari sofa tersebut berjalan mendekati Grace yang memegang ponsel bututnya itu dan berhenti tepat di samping Marvel."Apa?" tanya Grace. Marvel kembali menepuk pahanya, menyuruh Grace untuk duduk di atas pangkuan pria tampan tersebut.Grace menggelengkan kepalanya. Ia tak berani untuk naik ke atas pangkuan Marvel.Marvel kembali menepuk pahanya tetapi Grace menatap Marvel seolah ia menolak tawaran Marvel tersebut.Marvel menjulurkan tangannya untuk menarik pinggang ramping Grace lalu mengangkat tubuh Grace dengan kedua tangannya.Grace menegang saat tubuhnya terasa melayang dan berakhir duduk di atas pangkuan pria tersebut.'Kenapa Om tua ini malah nyuruh aku kayak gini, sih? Oh Tuhan, jangan sekarang. Aku belum siap,' batin Grace menatap Marvel yang sulit diartikan.Marvel mengangkat tangan gadis itu yang memegang ponselnya."Kenapa masih pake ponsel butut itu? 'Kan saya udah kasih ponsel baru sama kamu. Kenapa gak dipake?"Grace tergagap. Ia bukan tak bisa menjawab pertanyaan Marvel melainkan karena posisi mereka yang amat dekat, di tambah lagi dengan posisi mereka yang sangat intim membuat Grace tak bisa berpikir dengan jernih.Marvel yang melihat kegugupan gadis yang berada di pangkuannya pun tersenyum. Sementara Grace terpaku melihat senyuman Marvel yang benar-benar tampan."Mm ... gak apa-apa," jawab Grace kikuk. Salah satu tangannya meremas rok yang ia pakai. Ini pertama kalinya Grace duduk di atas pangkuan pria yang bukan suaminya. Pria yang baru beberapa hari ia kenal di bar dan entah bagaimana skenario berdua hingga Marvel merasa ia sangat nyaman berada di dekat Grace apalagi jika seperti ini."Apa kamu bisa ngetik?"Grace menaikkan salah satu alisnya. Apa yang Marvel maksud? Tentu saja bisa."Sedikit," jawab Grace pelan."Kamu bisa gunain Microsoft Excel?" tanya Marvel lagi yang diangguki oleh Grace."Ya sudah, saya punya modul. Tapi, saya malas buat natap monitor komputer. Kamu bisa bantu saya?"Lagi-lagi Grace menganggukkan kepalanya. Ia beranjak turun dari pangkuan Marvel lalu menghidupkan CPU dan menyalakan monitor komputer.Marvel yang melihat Grace berdiri tepat di depannya yang berjarak 5 senti meter itu pun kembali menarik Grace ke dalam pangkuannya."Om, bisa gak jangan kayak gini?""Kenapa?" tanya Marvel berbisik di dekat telinga Grace sambil mengembuskan napas hangatnya di sana. Grace bergidik geli, tubuhnya meremang dan bulu kuduknya juga ikutan berdiri.Marvel menggoda Grace."Nanti kalo ada yang masuk, bisa gawat.""Saya udah kunci kok pintunya. Kamu jangan khawatir. Cepat kerjain modulnya!" perintah Marvel.30 detik kemudian, Marvel melepaskan bibirnya. Ia membuka mata, melihat Grace yang diam dengan matanya terbuka itu pun ia merapatkan kembali tubuhnya."Itu adalah aset berharga saya. Yang nantinya akan membuat kamu ketagihan dan juga akan merasa puas," bisik Marvel."Jangan kayak gini, Om. Gak nyaman," ungkap Grace sambil memainkan kukunya.Marvel yang mendengar penuturan gadis itu tersenyum. Ia mengangkat tubuh Grace ala bridal style. Membaringkannya di sofa yang lebar itu lalu kembali menyesap bibir Grace dengan gairahnya yang kembali berkobar.Marvel menindih Grace dengan lembut, ia menggunakan kedua sikunya untuk menopang tubuhnya yang berat agar tak menabrak tubuh Grace.Kini tangan Marvel terangkat untuk memegang kepala Grace yang bergerak ketika ia mencumbu Grace.Grace hanya diam, ia belum tahu bagaimana respon ketika seseorang berciuman. Tangan Grace keduanya terkepal di atas dadanya. Ia takut jika nanti tubuh kekar Marvel menindih tubuhnya yang mungil. Tak bisa ia menahan be
Marvel mengembuskan napasnya secara perlahan, lalu ia beranjak dari ranjang. Marvel berjalan menuju toilet untuk membersihkan diri. Sampai di rumah, sudah menunjukkan pukul 7 malam.Selesai mandi, Marvel duduk di tepi ranjang dengan keadaan setengah telanjang. Tubuh bagian atasnya terekspos apalagi jika tetesan air di rambutnya itu berjatuhan di bahunya.Marvel menghidupkan ponselnya. Ia melihat kontak Grace yang terhubung langsung dengan aplikasi hijau.Marvel berselancar menuju aplikasi WhatsApp itu, mencari kontak Grace yang ia beri nama Sweetie. Terlebih dahulu Marvel melihat status dari kontak Grace apakah sedang online atau offline.[Sayang.]Marvel mengirim pesan tersebut pada Grace lalu tanda centang abu-abu. Berarti Grace online. Ia menekan tombol kamera dan melakukan panggilan video.Tak berapa lama, Grace menerima panggilan video dari Marvel. Astaga, Grace yang melihat dada bidang Marvel itu langsung menjauhkan kamera ponselnya dari wajahnya. Ia sangat malu melihat keadaan
Grace tersenyum singkat lalu ia keluar dari mobil sport Marvel. Grace berlari masuk ke dalam pekarangan kampusnya sementara Marvel menunggu Grace hilang dari pandangannya. Setelah Grace menghilang dari kerumunan mahasiswa, Marvel menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankan mobil sport itu menuju kantor.Sesampainya di parkiran, Marvel keluar dari mobilnya seraya menenteng jas hitam mengkilat di lengan kiri. Ia berjalan masuk ke dalam lobi kantor tanpa staff-nya ketahui bahwa mereka tengah menggosipi Marvel dan Grace."Siapa yang nyuruh kalian berkerumun seperti ini?!" bentak Marvel membuat mereka terkejut. Tetapi, beberapa orang memilih diam tak melanjutkan perkataan mereka saat Marvel masuk ke kantornya dengan mata terbelalak."Apa yang kalian bicarakan, ha?!" bentaknya lagi pada perempuan yang berpakaian seragam milik mereka. Para staff perempuan itu hanya bisa menundukkan kepala mereka. Takut jika melihat wajah sangar Marvel sekarang, ditambah lagi dengan Marvel yang menyingsingka
"Gak usah Om. Bunda gak pake kayak begituan.""Ih, kamu gimana, sih? Orang saya yang mau beli kok."Terpaksa Grace memilih bungkam karena Marvel yang keras kepala. Padahal hari ini Marvel telah mengeluarkan banyak uang dan lihat, banyak sekali paperbag yang ditenteng Marvel dan satu hanya ada pakaian milik Grace saja.Lalu mereka berdua berjalan menuju perlengkapan dapur. Marvel memilih sayuran segar, sementara Grace memilih buah-buahan sambil mendorong troli. Marvel juga memasukkan beberapa sereal Quaker Instant Oatmeal dengan berat 550 gram, beberapa tomat, 3 piring strawberry, anggur, jeruk kesukaan Marvel, dan juga daging 250 gram.Setelah selesai berbelanja, Marvel dan Grace kembali masuk ke dalam mobil setelah membayar barang mereka. Sampai di villa milik Marvel, Grace sangat terpukau akan keindahannya. Villa Marvel berlantai dua seperti modern house dan sangat luas halamannya. Terdapat kolam berenang juga di sana, tempat duduk santai dan tempat berjemur. Apalagi ketika melihat
10 menit kemudian, Marvel membuka pintu kamar mandi tersebut hingga membjat Grace tersentak kaget mendengarnya karena Grace sejak tadi memfokuskan pikirannya pada ponsel pintar itu.Marvel datang dengan keadaan tubuh bagian atas yang terekspose sementara tubuh bagian bawah ia tutupi dengan handuk putih batas pinggang ke lututnya.Bentuk tubuh Marvel itu body goals maka jika dilihat dari mana saja akan terlihat ototnya yang atletis membuat siapa saya yang sekarang berada di posisi Grace akan terpanah, payah menelan salivanya dan napasnya tercekat. Sungguh melihat Marvel itu membuatnya mati mendadak.Marvel mengambil kaos pendek lengannya, boxer dan celana pendeknya. Ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, tapi sebelum itu Marvel mengedipkan sebelah matanya ke arah Grace yang sesari tadi menatap aktivitasnya.Grace yang mendapatkan kedipan Marvel segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ke arah depan.Tak berapa lama, Marvel keluar membawa hair dryer. Ia berdiri depan tubuh Grace lalu m
Marvel kembali menghangatkan daging sapi itu ke microwave. Ia menunggu Grace sambil menonton televisi di ruang keluarga. Lima belas menit kemudian, Grace keluar dengan piyama baru berwarna orange. Marvel masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap hanya butuh waktu 10 menit Marvel kembali turun dengan gayanya yang cool dan maskulin. Setelan jas hari ini adalah jas dan kemeja berwarna putih, celana kantor berwarna hitam dengan dasi berwarna hitam.Marvek tersenyum melihat Grace menatapnya yang terpukau akan penampilan Marvel saat ini apa lagi beberapa helai rambutnya itu turun menambah kesan hottest."Yuk, kita sarapan."Grace berjalan mengikuti Marvel. Dari belakang, sudah terlihat gagahnya Marvel dengan punggungnya yang lebar, ditambah lagi rambutnya yang macho.Grace duduk di meja makan sementara Marvel mengambil dua piring daging yang telah ia masak dini hari tadi. Grace terperangah melihat sarapannya pagi ini. Sangat menggugah selera dan ini pertama kalinya Grace memakan daging sapi a
Grace menatap foto Marvel dengan senyuman. Xella dan Anggi. mereka main mata. Diam-diam, Xella menjepret Grace yang tengah menatap e arah layar pobselnya dengan pose candid. Sangat cantik."Ho ... senyam-senyum aja!" pekik Anggi."Hahahha ..." Xella tertawa memperlihatkan foto Grace yang tersenyum pada pemiliknya. Grace yang tak ingin Xella menyebar fotonya itu segera mungkin mengambil ponsel Xella dari tangannya, tetapi keberuntungan berpihak pada Xella pagi ini. Guru masuk saat akan terjadi keributan antara Grace dan Xella dan pada akhirnya Grace mengalah. Gadis itu mempoutkan bibirnya lucu, hingga Xella dan Anggi terkikik geli seraya meredam suara tertawa mereka drngan membekap mulutnya dengan telapak tangan.***Marvel yang sudah berjalan menuju lobi kantor dengan cepat ia menuju pintu lift karena 'adik' kecilnya itu tengah terbangun. Astaga, Marvel memukul kapalamya melihat hal itu."Ini kenapa pake acara bangun segala, sih? Cuman keingat paha Grace aja udah on aja nih, junior,"
Grace membiarkan pesan Marvel tanpa membalasnya lalu dia mencari jalan dari pelajaran Kalkulus malam ini. Grace tak mengerti dengan jalan penyelesaian dari dosen bidang studinya Pak Viriyakul.***Marvel berbaring di atas ranjang empuknya dengan sebuah laptop di atas pangkuannya. Malam ini, Marvel menyelesaikan sebuah tugas dari sekretarisnya untuk rapat hari esok karena sekretarisnya itu tengah kemalangan. Marvel tak bisa berbuat apa-apa selain mengerjakan. Jika tidak, rapat itu batal.Waktu adalah uang, itu prinsip Marvel.***Setelah selesai dengan tugas-tugas Grace. Ia meletakkan buku cetak Kalkulus, Bahasa Indonesiadan tata tulis karya ilmiah, dan Kewarganegaraannya itu di atas keranjang khusus untuk buku-bukunya.Grace lalu meletakkan piring bekas makanan yang diberikan Marvel untuknya itu ke baskom tempat piring kotor. Setelah mencuci wajah dan menggosok giginya, Grace mengirim pesan pada Marvel.20.34 WIBTo Sugar Daddy[Sudah, Om.]Marvel yang telah selesai mengerjakan tugasn
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg