"Makanya jangan main cewek," kata Marvel.
"Bukan main cewek, Bang. Cuman pacaran," sahut Gio seraya menghempaskan tubuhnya di atas sofa.Gio adalah tipikal yang sangat sering gonta-ganti wanita. 1 bulan mungkin ada 21 kali ia memutuskan pacarnya. Terbuat dari apa otak dan hati Gio itu?"Sama aja," tandas Marvel dan Gio langsung diam tak menjawab ucapan Marvel. Memang benar adanya.Gio selalu menceramahi Marvel agar menerima istrinya. Tetapi, Marvel malah diam dan menutup telinganya. Bukan tak ingin mendengar perkataan Gio, tetapi Gio juga tak berpikir bagaimana buruknya dirinya dari pada sang kakak."Lu di sini aja. Gue ada rapat."Marvel beranjak dari kursi kebesarannya. Ia mematikan komputernya, mencabut flashdisk dari CPU. Lalu Marvel mengambil kunci mobil, dompet dan ponselnya.Gio hanya menganggukkan kepala dengan santai saat Marvel berjalan melintasinya. Setelah pintu ruangan Marvel ditutup oleh sang pemiliknya, Gio membaringkan tubuhnya di sofa. Ia sangat lelah habis dikejar oleh para wanita itu.Saat Gio tengah duduk seorang diri di cafe, ia mengeluarkan laptopnya. Menyelesaikan tugas kuliahnya dan beberapa menit kemudian, ia mendengar suara teriakan perempuan dari belakang memanggil namanya.Gio menoleh ke belakang, dan melihat mantan-mantannya di sana. Gawat, Gio segera berkemas, ia melipat laptopnya tanpa lebih dahulu meng-shut down atau menekan tombol Alt + F4.Gio berlari hingga menuju ke kantor Marvel yang tak jauh dari cafe yang ia tempati. Padahal ia belum membayar pesanan coffee Americano-nya.***Saat ini, Grace tengah duduk di kantin sekolah bersama dua orang sahabatnya yaitu Xella dan Anggi.Grace tengah termenung. Ia hanya memesan jus alpukat tanpa memesan makanan. Tetapi, Xella dan Anggi tengah menikmati makanan mereka.Melihat Grace yang termenung tak jelas tersebut, Xella menepuk pelan pipi Grace hingga ia sadar dan Anggi langsung tertawa melihat reaksi sahabatnya itu. Sungguh lucu dan menggemaskan."Ngapain melamun sih, lu?" tanya Xella."Lu diet, Ce? Tumben cuman pesan minuman aja. Biasanya pesan makanan, tapi lu jarang pesan jus. Gue sanggup kok traktirin lu kalo lu gak ada duit," timpal Anggi.Ya, mereka sangat heran. Biasanya Grace tak pergi ke kantin karena tak ada uang saku belanjanya. Tetapi, Anggi dan Xella lah yang menolong Grace."Mm ... lagi ada uang soalnya. Tapi, sedikit," pungkas Grace lalu menyeruput jusnya yang dingin."Habisin makanan kalian, 3 menit lagi lonceng."Grace melihat layar ponselnya yang pecah itu, menampilkan sudah pukul 9.12 WIB.Xella dan Anggi dengan sesegera mungkin menghabiskan makanan mereka hingga tak tersisa. Grace selalu marah pada sahabat-sahabatnya itu, karena setiap mereka makan, mereka tak menghabiskan makanannya dan menjadi sisa. Grace menjelaskan bagaimana susahnya petani yang bersusah payah untuk menanam benih padi itu hingga menjadi beras yang kita makan sekarang. Hingga Xella dan Anggi tak pernah lagi menyisakan makanan mereka. Bukan hanya di sekolah, tetapi juga ketika mereka makan di rumah sekalipun.***Selesai rapat, Marvel berjalan menuju ruangannya. Ia membuka pintu ruangannya dan masih ada Gio di sana yang tengah tertidur di atas sofa miliknya.Gio juga lupa melepaskan sepatunya. Marvel yang melihat itu langsung berjalan mendekati sang adik dan menampar pelan pipi Gio hingga Gio membuka matanya.Matanya memerah dan nyawanya masih separuh terkumpul. Pandangannya kabur dan kemudian kembali jelas. Ia mendongakkan kepalanya melihat ke arah Marvel."Pulang sekarang.""Uh ..."Gio melenguh tak jelas. Ia kembali memposisikan tubuhnya senyaman mungkin di atas sofa. Walaupun tidur di sofa akan membuat tubuhnya pegal dan kesakitan."Pulang," ucap Marvel dengan suara rendah.Gio bangkit dari berbaringnya. Jika mendengar suara sang kakak sudah aneh dan rendah seperti itu, pasti Marvel tengah menahan emosinya dan akan meledak pada waktunya seperti bom.Bom simalakama baginya.Gio perlahan berdiri, setelah Marvel mundur dua langkah dari hadapannya tanpa mengalihkan atensinya pada Gio yang terlihat muka bantalnya.Gio menatap sekilas ke arah Marvel sebelum akhirnya ia benar-benar lergi dari ruangannya. Marvel menggelengkan kepala melihat sang adiknya yang berpenampilan seperti itu. Gio sama sekali tak memperhatikan penampilannya sebelum ia beranjak pergi dari ruangan Marvel.Tetapi, Marvel tak terlalu peduli akan hal itu. Dia merongoh saku celananya untuk mengambil ponselnya dan melihat sekarang sudah pukul 12.00 WIB. Berarti masih ada 2 jam lagi untuk dia menjemput Grace."Pukul 13.30 nanti aku akan menjemputnya," gumam Marvel lalu berjalan menuju kursi kebesarannya.Di sana, Marvel menyandarkan ponsel canggihnya di monitor komputer. Ponsel itu ia nyalakan dengan wallpaper berwarna hitam.Hitam?Marvek tak berniat untuk meletakkan fotonya atau foto pernikahan mereka di sana. Baginya itu adalah hal yang buruk ia lakukan. Tapi, tak tahu jika nanti di sanalah akan ia pajang foto Grace seorang atau bersama dengan dirinya dengan senyuman yang manis. Seolah menggambarkan perasaan keduanya yang sangat dan saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.Memikirkan hal itu, membuat Marvel terkekeh kecil. Mendapatkan hati Grace menurutnya sangatlah rumit. Grace yang tak pernah senyum di hadapannya, tak pernah menatapnya dengan tatapan terpesona akan ketampanan wajahnya, kasih sayang dan cinta.Eh, kau ada-ada saja Marvel, pikirnya.Marvel kembali berjalan menuju kursi kebesarannya sambil membawa minuman tersebut lalu melipat kakinya menatap ke arah jendela kaca kantornya.
****Sementara Grace tengah menikmati mata pelajarannya sekarang yaitu seni budaya. Di dalam benaknya, ia ingin sekali masuk ke kelas musik atau pemeran dalam musikalisasi. Entah itu pemeran figuran atau pemeran utama.Tetapi, kehidupan Grace jauh berbeda dengan teman-temannya. Grace mempunyai otak yang genius dan ia memiliki banyak musuh di kelasnya. Tetapi Xella dan Anggi, dia adalah gadis-gadis yang baik hati. Mau berteman dengan Grace dan menolongnya dalam hal keuangan."Sst ... Grace, nomor 21 apa?" bisik Xella dari belakang tempat duduknya.Mereka tengah mengadakan ulangan dadakan. Padahal ulangan akan dimulai 2 Mingggu ke depan, tetapi Pak Viriyakul malah membuat ulangan dadakan.Grace masih merasa aman karena pelajaran senibudaya yang dipegang oleh Pak Viriyakul masih bisa dia hapal. Grace memberikan jawabannya melalui sebuah gerakan tangan.Tangan kanan itu terangkat, dia menyentuh bagian belakang telinganya dengan jari telunjuknya. Mengatakan bahwa jawaban itu adalah A.Xella lalu tersenyum dan menulis jawaban tersebut. Sementara Anggi yang berada di sudut ruangan pun mengetahui dan ia juga menulis jawaban yang sama karena Anggi lah yang menanyakan hal tersebut pada Xella.Tempat duduk mereka berpencar. Grace di bagian kursi nomor 3, Xella nomor 4 dan Anggi terletak di kiri bagian paling belakang.Jika jari telunjuk dan ibu jari itu terlihat dari mereka maka itu adalah jawabannya yaitu A, jika jari tengah itu adalah B, jika jari manis itu adalah C dan jari kelingking itu adalah D.Cukup rumit memang bagi Grace untuk memberikan jawaban seperti itu. Tapi, itulah taktik Xella untuk Grace. Mereka akan mudah nengetahui jawaban tersebut.Grace menyetujui. Tetapi, Xella dan Anggi tak selalu menanyakan semua soal tersebut. Xella sesekali menoleh ke belakang jika Anggi merasa kesulitan dan jika Xella mengetahui jawabannya, ia tak perlu berbisik ke arah Grace.***Sekarang sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB. Marvel berdiri dari kursinya ia merapikan rambut dan jasnya lalu memasukkan dompet, ponsel dan menenteng kunci mobil.Kakinya yang panjang itu melangkah dengan cepat menuju pintu ruangannya. Sangat bersemangat dan bergairah Marvel ingin menjemput Grace dari sekolahannya.Matanya berbinar dan senyumnya terukir saat pintu lift itu tertutup setelah ia menekan tombol lantai 1. Sesekali Marvel melirik ke arah arloji peraknya, ia tak ingin terlambat. Bisa-bisa Grace akan pulang ke rumahnya lebih dulu darinya.Ting!Pintu lift terbuka, Marvel melangkahkan kakinya keluar dari lift. Para karyawan melihat bos mereka tengah berjalan keluar dari ruangannya menuju keluar kantor."Eh, kok Pak Marvel cabut, ya? Ini 'kan waktunya kerja.""Terserah dia, dong. Wong dia yang punya kantor ini.""Mungkin aja Pak Marvel mau bawa istrinya kali. Buat nemenin dia," timpal Gerland."Mungkin aja," sahut para karyawan yang lain. Mereka yanh tengah bekerja pun terkejut saat Marvel dengan tiba-tiba berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari ruangannya.Tak biasa.Marvel menjalankan mobilnya menuju sekolahan Grace. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, hanya anak Sekolah Menengah Pertama yang baru saja pulang dan ada beberapa yang menunggu di halte bis, ada yang berjalan kaki dan duduk di cafe."Semoga aku tak telat," gumam Marvel lalu menambah kecepatan mobilnya saat jalanan sedikit lengang.***Sesampainya di depan gerbang sekolahan Grace, Marvel melihat arlojinya. Pukul 13.55 WIB. Berarti sebentar lagi.Marvel mengambil ponselnya, ia ingin mengirim pesan pada Grace bahwa dia sudah menunggunya di dalam mobil."Aish ... sial."Marvel menghempaskan ponselnya di dashboard. Marvel teringat jika ia belum menyimpan nomor ponsel milik Grace."Bahkan aku belum meminta nomor ponselnya."Marvel memejamkan matanya sesaat. Ia keluar dari mobilnya lalu duduk di bagian depan mobilnyan Sesekali Marvel melirik arlojinya dan menoleh ke arah gerbang sekolah yang belum jua keluar.Menunggu lima menit rasanya lama sekali.***Selesai mereka ulangan, Grace segera menyimpan peralatan sekolahnya. Ia memasukkan buku cetak, buku tulis dan catatan, pena, pensil, penghapus dan Tipp-Ex.***Satu per satu, siswa dan siswi berhamburan keluar dari kelasnya. Marvel lalu berjalan mendekati pos satpam untuk menunggu Grace di sana.Beberapa saat kemudian, Marvel melihat Grace yang berjalan sendirian karena Xella dan Anggi tidak pulang. Mereka mengikuti kelas musikal.Marvel pun berjalan menerobos rombongan dari mereka lalu menahan langkah Grace dengan memegang pergelangan tangan Grace karena Grace tengah berjalan sambil melamun."Lho, Om."Grace yang terkejut pun mendongakkan kepalanya dan ia melihat Marvel. Marvel yang menghentikan langkahnya. Lalu Marvel menarik tangan Grace menuju mobilnya. Dia membuka pintu untuk Grace lalu menutupnya dengan rapat setelah Grace masuk ke dalam mobilnya.Marvel berjalan mengitari mobilnya lalu ia masuk ke dalam mobilnya. Marvel memiringkan tubuhnya menatap Grace. Dia melihat Grace yang memasang wajahnya dengan terkejut."Apa kamu udah makan siang tadi?" tanya Marvel menatapnya.Grace menganggukkan kepala, jujur saja. Tubuhnya sekarang benar-benar lelah. Ia ingin tidur di kasurnya, di dalam kamar kecil mkliknya tanpa ada seorang pun yang mengganggunya yang bersemedi.Marvel yang melihat Grace menganggukkan kepala lantas memasangkan sealtbeat pada tubuh Grace. Marvel mendekatkan dirinya agar dia bisa menggapai tali sealtbeat itu di dekat kaca mobil sebelah kiri lalu Marvel menatap wajah Grace yang sangat dekat dengannya.Marvel tersenyum manis lalu ia menarik tali tersebut, menguncinya di dekat tempat duduk yang diduduki Grace. Marvel melakukan hal yang sama pada dirinya sebelum Marvel akhirnya menjalankan mobil tersebut menuju perkantorannya.Diperjalanan, Grace selalu memegang perutnya. Dia menahan lapar, karena hanya meminum segelas besar jus alpukat saja tak membuat perutnya kenyang lebih lama.'Duh, jangan sampai dia tahu aku kelaparan sekarang. Perut, jangan bunyi, ya. Kalo sempat bunyi, gak aku kasih jatah makan sampai besok-besok pagi. Ingat itu,' batin Grace seraya mengedipkan kepalanya beberapa kali dan mengusap perutnya dari luar seragam yang dia kenakan.Kruk ....Grace memejamkan matanya, malu sangat. Ternyata perutnya tak bisa berkompromi dengan dirinya. Astaga, Marvel yang mendengar suara aneh dari arah Grace pun menoleh.Marvel melihat Grace tengah memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil seraya memegang perutnya. Sesaat ia tersenyum kecil melihat kelakuan Grace.Tadi dia menanyakan keadaan dirinya apakah dia lapar atau tidak. Tetapi, Grace mengatakan tidak dan sekarang malah perutnya yang berbicara. Mengatakan bahwa perut mungil Grace benar-benar lapar.Marvel mengembuskan napasnya dengan kasar."Katanya
30 detik kemudian, Marvel melepaskan bibirnya. Ia membuka mata, melihat Grace yang diam dengan matanya terbuka itu pun ia merapatkan kembali tubuhnya."Itu adalah aset berharga saya. Yang nantinya akan membuat kamu ketagihan dan juga akan merasa puas," bisik Marvel."Jangan kayak gini, Om. Gak nyaman," ungkap Grace sambil memainkan kukunya.Marvel yang mendengar penuturan gadis itu tersenyum. Ia mengangkat tubuh Grace ala bridal style. Membaringkannya di sofa yang lebar itu lalu kembali menyesap bibir Grace dengan gairahnya yang kembali berkobar.Marvel menindih Grace dengan lembut, ia menggunakan kedua sikunya untuk menopang tubuhnya yang berat agar tak menabrak tubuh Grace.Kini tangan Marvel terangkat untuk memegang kepala Grace yang bergerak ketika ia mencumbu Grace.Grace hanya diam, ia belum tahu bagaimana respon ketika seseorang berciuman. Tangan Grace keduanya terkepal di atas dadanya. Ia takut jika nanti tubuh kekar Marvel menindih tubuhnya yang mungil. Tak bisa ia menahan be
Marvel mengembuskan napasnya secara perlahan, lalu ia beranjak dari ranjang. Marvel berjalan menuju toilet untuk membersihkan diri. Sampai di rumah, sudah menunjukkan pukul 7 malam.Selesai mandi, Marvel duduk di tepi ranjang dengan keadaan setengah telanjang. Tubuh bagian atasnya terekspos apalagi jika tetesan air di rambutnya itu berjatuhan di bahunya.Marvel menghidupkan ponselnya. Ia melihat kontak Grace yang terhubung langsung dengan aplikasi hijau.Marvel berselancar menuju aplikasi WhatsApp itu, mencari kontak Grace yang ia beri nama Sweetie. Terlebih dahulu Marvel melihat status dari kontak Grace apakah sedang online atau offline.[Sayang.]Marvel mengirim pesan tersebut pada Grace lalu tanda centang abu-abu. Berarti Grace online. Ia menekan tombol kamera dan melakukan panggilan video.Tak berapa lama, Grace menerima panggilan video dari Marvel. Astaga, Grace yang melihat dada bidang Marvel itu langsung menjauhkan kamera ponselnya dari wajahnya. Ia sangat malu melihat keadaan
Grace tersenyum singkat lalu ia keluar dari mobil sport Marvel. Grace berlari masuk ke dalam pekarangan kampusnya sementara Marvel menunggu Grace hilang dari pandangannya. Setelah Grace menghilang dari kerumunan mahasiswa, Marvel menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankan mobil sport itu menuju kantor.Sesampainya di parkiran, Marvel keluar dari mobilnya seraya menenteng jas hitam mengkilat di lengan kiri. Ia berjalan masuk ke dalam lobi kantor tanpa staff-nya ketahui bahwa mereka tengah menggosipi Marvel dan Grace."Siapa yang nyuruh kalian berkerumun seperti ini?!" bentak Marvel membuat mereka terkejut. Tetapi, beberapa orang memilih diam tak melanjutkan perkataan mereka saat Marvel masuk ke kantornya dengan mata terbelalak."Apa yang kalian bicarakan, ha?!" bentaknya lagi pada perempuan yang berpakaian seragam milik mereka. Para staff perempuan itu hanya bisa menundukkan kepala mereka. Takut jika melihat wajah sangar Marvel sekarang, ditambah lagi dengan Marvel yang menyingsingka
"Gak usah Om. Bunda gak pake kayak begituan.""Ih, kamu gimana, sih? Orang saya yang mau beli kok."Terpaksa Grace memilih bungkam karena Marvel yang keras kepala. Padahal hari ini Marvel telah mengeluarkan banyak uang dan lihat, banyak sekali paperbag yang ditenteng Marvel dan satu hanya ada pakaian milik Grace saja.Lalu mereka berdua berjalan menuju perlengkapan dapur. Marvel memilih sayuran segar, sementara Grace memilih buah-buahan sambil mendorong troli. Marvel juga memasukkan beberapa sereal Quaker Instant Oatmeal dengan berat 550 gram, beberapa tomat, 3 piring strawberry, anggur, jeruk kesukaan Marvel, dan juga daging 250 gram.Setelah selesai berbelanja, Marvel dan Grace kembali masuk ke dalam mobil setelah membayar barang mereka. Sampai di villa milik Marvel, Grace sangat terpukau akan keindahannya. Villa Marvel berlantai dua seperti modern house dan sangat luas halamannya. Terdapat kolam berenang juga di sana, tempat duduk santai dan tempat berjemur. Apalagi ketika melihat
10 menit kemudian, Marvel membuka pintu kamar mandi tersebut hingga membjat Grace tersentak kaget mendengarnya karena Grace sejak tadi memfokuskan pikirannya pada ponsel pintar itu.Marvel datang dengan keadaan tubuh bagian atas yang terekspose sementara tubuh bagian bawah ia tutupi dengan handuk putih batas pinggang ke lututnya.Bentuk tubuh Marvel itu body goals maka jika dilihat dari mana saja akan terlihat ototnya yang atletis membuat siapa saya yang sekarang berada di posisi Grace akan terpanah, payah menelan salivanya dan napasnya tercekat. Sungguh melihat Marvel itu membuatnya mati mendadak.Marvel mengambil kaos pendek lengannya, boxer dan celana pendeknya. Ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, tapi sebelum itu Marvel mengedipkan sebelah matanya ke arah Grace yang sesari tadi menatap aktivitasnya.Grace yang mendapatkan kedipan Marvel segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ke arah depan.Tak berapa lama, Marvel keluar membawa hair dryer. Ia berdiri depan tubuh Grace lalu m
Marvel kembali menghangatkan daging sapi itu ke microwave. Ia menunggu Grace sambil menonton televisi di ruang keluarga. Lima belas menit kemudian, Grace keluar dengan piyama baru berwarna orange. Marvel masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap hanya butuh waktu 10 menit Marvel kembali turun dengan gayanya yang cool dan maskulin. Setelan jas hari ini adalah jas dan kemeja berwarna putih, celana kantor berwarna hitam dengan dasi berwarna hitam.Marvek tersenyum melihat Grace menatapnya yang terpukau akan penampilan Marvel saat ini apa lagi beberapa helai rambutnya itu turun menambah kesan hottest."Yuk, kita sarapan."Grace berjalan mengikuti Marvel. Dari belakang, sudah terlihat gagahnya Marvel dengan punggungnya yang lebar, ditambah lagi rambutnya yang macho.Grace duduk di meja makan sementara Marvel mengambil dua piring daging yang telah ia masak dini hari tadi. Grace terperangah melihat sarapannya pagi ini. Sangat menggugah selera dan ini pertama kalinya Grace memakan daging sapi a
Grace menatap foto Marvel dengan senyuman. Xella dan Anggi. mereka main mata. Diam-diam, Xella menjepret Grace yang tengah menatap e arah layar pobselnya dengan pose candid. Sangat cantik."Ho ... senyam-senyum aja!" pekik Anggi."Hahahha ..." Xella tertawa memperlihatkan foto Grace yang tersenyum pada pemiliknya. Grace yang tak ingin Xella menyebar fotonya itu segera mungkin mengambil ponsel Xella dari tangannya, tetapi keberuntungan berpihak pada Xella pagi ini. Guru masuk saat akan terjadi keributan antara Grace dan Xella dan pada akhirnya Grace mengalah. Gadis itu mempoutkan bibirnya lucu, hingga Xella dan Anggi terkikik geli seraya meredam suara tertawa mereka drngan membekap mulutnya dengan telapak tangan.***Marvel yang sudah berjalan menuju lobi kantor dengan cepat ia menuju pintu lift karena 'adik' kecilnya itu tengah terbangun. Astaga, Marvel memukul kapalamya melihat hal itu."Ini kenapa pake acara bangun segala, sih? Cuman keingat paha Grace aja udah on aja nih, junior,"
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg