Marvel berjalan masuk menuju ruang kepala kampus yang di sana sudah menunggu lelaki paruh baya yang tengah duduk seraya tersenyum padanya.
"Selamat datang, Pak," sapanya seraya menjabat tangan Marvel."Baik, Pak. Saya ada perlu dengan Anda," ujar Marvel."Silahkan duduk, Pak."Marvel menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi merah tersebut lalu pria itu memperbaiki posisi kacamata yang bertengger di hidungnya."Saya gak bisa basa-basi, Pak. Tujuan saya kemari untuk mengurus pembayaran siswi kelas xxx atas nama Grace Mirza Rania," kata Marvel."Oh, iya. Sebentar, saya ambilkan dulu bukunya."Sapron sang kepala kampus Grace beranjak dari kursi kebesaran menuju rak buku. Di sana sudah tertulis nama mahasiswa kelas xxx, mahasiswa skor, mahasiswa keluar, mahasiswa pindah kampus dan lainnya.Sang bendahara yang ada di sana membuka almari kaca itu lalu mengecek satu per satu nama buku yang tertera di sana. Nama jurusan dan tahun ajaran mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di sini.Sapron kembali menduduki kursinya seraya membawa map tebal di tangannya. Ia mencari nama Grace lalu memperlihatkan pada Marvel.Marvel segera mengambil map tersebut, melihat biodata Grace. Di sana terpampang foto Grace dengan pakaian seragamnya dari kepala hingga batas dada. Grace yang tersenyum tanpa kemperlihatkan giginya. Matanya yang bersinar, wajahnya yang cantik dan di sana rambutnya ia gerai.Ia juga membaca nama orang tua Grace dan ayah Grace berstatus meninggal dunia. Ia juga melihat nomor ponsel Grace di sana."Pak, tunggakan Grace ada di sebalik halamnannya."Marvel membuka lembaran sebaliknya. Di sana tertera pembayaran sekolah atas nama Grace. Mulai dari SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) yang tunggak 7 bulan."Jadi, berapa semuanya, Pak?" tanya Marvel menatap Sapron.
"SPP itu ada 5 juta," ujar Sapron menjelaskan.Marvel mengambil dompetnya yang berada di balik jasnya. Ia memberikan kartu black card pada Sapron."Saya akan bayar semuanya termasuk tahun depan juga."Marvel meletakkan black card miliknya lalu Sapron mengambil mesin gesek khusus kartu debit. Terlebih dahulu Sapron mengalikan total biaya yang akan dibayar Marvel lalu menggesekkan kartu tersebut."Pinnya, Pak." Sapron memberikan mesin tersebut lalu Marvel mengetik pin kartu tersebut dan Sapron mengembalikan black card milik Marvel."Terima kasih banyak, Pak atas bantuan Anda.""Ya, sama-sama Pak. Kalau boleh tahu kelas Grace di sebelah mana?" tanya Marvel setelah ia menyimpan kembali kartu tersebut ke dalam dompetnya."Ada di belakang gedung ini, Pak. Grace ada di kelas xxx. Ngomong-ngomong, Bapak siapanya Grace?" tanya Sapron penasaran.Ya, Sapron penasaran dengan Marvel yang datang padanya. Dia terlihat seperti orang kaya raya dan juga tampan. Sapron menduga bahwa Marvel ada kekasih dari Grace. Tetapi, Sapron kembali menduga bahwa itu tak mungkin karena Grace adalah orang yang biasa. Dia bukanlah keturunan konglomerat.Sementara Marvel terdiam dengan pertanyaan Sapron. Jantungnya berdetak dan ia gugup harus mengatakan statusnya apa dengan Grace pada Sapron."Saya pamannya."Setelah mengatakan itu, Marvel beranjak dati kursinya lalu berjalan krluar dari ruangan tersebut. Tanpa mengatakan hal lain, Marvel segera berjalan ke belakang gedung yang menjulang tinggi.Di sanalah ia melihat kelas sebelas jurusan SI yang berjumlah sepuluh kelas. terletak di bagian atas sementara kelas bawah adalah kelas SI.Sekolah yang bercat abu-abu dan voklat itu, sangat mewah dan sekolah bergengsi yang dimasuki Grace. Kenapa Grace memilih sekolah yang mahal? Pikir Marvel.Ia segera menaiki anak tangga lalu mencari kelas Grace.Dia tak bisa melihat ke dalam karena jendela kaca itu lebih tinggi darinya dan kelas ini juga dilengkapi pendingin ruangan di dalamnya. Pantas saja mahal.Marvel terlebih dahulu mengecek lenampilannya. Mulai dari rambut, jas dan ia menyemprot sedikit parfum di jasnya.Lalu berdehem sesaat menormalkan jantungnya yang berperang di sana dan mengembuskan napasnya perlahan.Marvel melangkahkan kakinya 3 langkah di depan pintu kelas Grace lalu mengangkat tangannya.Tok ... tok ... tok ...Marvel mengetuk pintu kelas tersebut sedikit keras. Lalu ia berbalik membelakangi pintu tersebut.Ceklek."Anda mencari siapa, Pak?"Terdengar suara wanita setelah suara pintu itu terbuka. Marvel membalikkan tubuhnya menghadap kembali ke belakang. Betapa terpanahnya guru wanita tersebut melihat Marvel.Tubuhnya yang tinggi dan kekar membungkus di balik jasnya itu, wajahnya yang tampan dengan tatapannya yang dingin di tambah lagi dengan aroma parfum milik Marvel."Maaf, Bu. Saya mau cari Grace. Bisa panggilkan dia untuk saya?" tanya Marvel dengan wajahnya yang datar. Wanita tersebut menganggukkan kepalanya lalu ia memanggil Grace."Grace, ada yang mencarimu."Lalu wanita tersebut berjalan menuju mejanya kembali. Marvel melangkah memasuki kelas Grace yang berjalan mrnghampirinya.Grace yang biasa saja mengira jika ibunya datang ke sekolah. Langkahnya terhrnti ketika melihat sepatu pantofel hitam mengkilat milik Marvel karena Grace menatap ke arah bawah lalu matanya bergerak ke atas.Benar itu Marvel.Di dalam kelas, semuanya terdiam melihat pria tampan yang tengah memanggil Grace. Siapa dia? Pikir teman-teman Grace.Marvel menarik tangan Grace keluar dari kelasnya. Lalu Grace menahan langkahnya hingga langkah keduanya terhenti. Marvel membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Grace."Mau ngapain lagi sih, Om?" tanya Grace dengan wajahnya yang gusar."Saya cuman mau ketemu kamu aja. Ah, maaf. Ada yang ingin saya sampaikan sama kamu."Grace mengangkat wajahnya menatap Marvel sambil mengerutkan keningnya."Apa?" tanya Grace penasaran."Saya udah bayar tunggakan kamu di sekolah ini."Pupil mata Grace membesar."Kenapa di bayar, sih? Aku ada uang kok."Marvel menggelengkan kepalanya."Nanti, kamu saya jemput. Saya mau bawa kamu ke kantor saya. Kamu pulang jam berapa nanti?"Marvel mengangkat tangan kirinya, melihat arloji berwarna perak yang melingkar manis di sana."Mau ngapain? Gak usah. Banyak tugas sekolah." Grace menolak."Ikuti saja. Apa susahnya, sih? Saya jemput kamu.""Jam 1 siang."Marvel menganggukan kepalanya mengerti. Lalu Marvel melangkah lebih dekat ke Grace. Dia menangkupkan wajah Grace dengan kedua tangannya.Marvel mengecup lama kening Grace lalu ia berpamitan tanpa menunggu gadis itu membalas.Grace mematung melihat Marvel yang berjalan meninggalkannya. Punggung lebar itu menghilang dari pandangannya saat Marvel menuruni anak tangga.***
Marvel keluar dari pekarangan sekolah menuju mobilnya. Perlahan senyumannya terukir di sana. Marvel sangat merindukan gadis polos itu.
Dia menjalankan mobilnya melesat menuju kantornya. Sesampai di kantor, Marvel masuk ke dalam lobi kantor menuju lift. Di perjalanannya, banyak karyawan dan staff yang terheran-heran dengan kehadiran Marvel. Sekarang sudah pukul 8.30 WIB. Tak biasanya boss mereka yang tampan dan sangar itu datang ke kantor kesiangan.Ya, memang Marvel yang memegang kendali. Tapi, biasanya Marvel selalu disiplin dan paling terlambat pada jam 7.12 WIB.Sungguh mengherankan."Tumben ya, Pak Marvel datang telat gini.""Iya, gak kayak biasanya.""Mm, Pak Marvel datang ke kantor wajahnya udah berseri aja. Apa kalian gak liat tadi dia senyum? Tapi, dia senyum kecil, sih.""Wah, mungkin Pak Marvel sedang kasmaran kali.""Wah, siapa sih wanita yang berhasil membidik hatinya? Eh, Pak Marvel 'kan udah punya bini. Dia gak ada tuh posting foto kemesraan mereka di akun Instagramnya.""Mungkin Pak Marvel gak mau publish aja. Secara 'kan bininya cantik banget. Tapi, emang bininya gak pernah ke kantor setelah 1 tahun 9 bulan mereka nikah."Mereka berkumpul di area lobi kantor saat Marvel memasuki lift. Membicarakan Marvel dan istrinya. Marvel sudah menikah, tetapi dia tak pernah mengubar istrinya itu hingga ia tak pernah membawa ke kantor. Ada apa gerangan?***Grace berjalan masuk ke dalam kelasnya dengan wajah tegang. Tegang dan grogi karena Marvel lagi dan lagi memberikan hadiah kecupan. Perlakuannya sungguh manis.Dia tak menyangka akan mendapatkan seorang pria yang tampan, gagah, dan kaya raya itu. Bahkan ia sempat menduga akan meninggalkan clubbing itu. Untuk pertama dan terakhir kalinya jika ia telah mendapatkan uang.Tetapi, ia bertemu dengan Marvel. Memberikannya ponsel yang sangat mahal, dan juga membayar uang tunggakannya di sekolah."Aku gak boleh jatuh cinta. Aku gak tahu latar belakangnya kayak apa."Grace menduduki kursinya lalu satu per satu teman-temannya menanyakan mengenai Marvel."Ce, lo dapat cowok itu dari mane?""Ih, lo kok bisa deket sama dia, sih?""Sumpah, gue iri sama Grace.""Grace, bagi tahu dong resepnya apaan. Kok lo bisa dapat laki-laki yang tajir?"Grace hanya diam, tak menghiraukan pertanyaan temannya. Walaupun mereka tak mendekati Grace. Tapi, nanti setelah jam istirahat. Ia harus menjawab apa? Tak mungkin Grace berkata jujur pada temannya.***Sesampainya Marvel ke dalam ruangannya. Ia menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi kebesaran seraya tersenyum berpangku dagu.Marvel menyentuh bibirnya. Ia teringat akan kelakuannya yang mengecup kening Grace di sekolahannya tadi. Sunggu manis dan imut sekali Grace di mata Marvel.Ia tak sabar ingin membawa Grace ke kantornya. Ada rasa tersendiri saat Marvel berada di dekat Grace. Sangat nyaman dan ia sangat mengagumi Grace.Marvel menghidupkan komputernya setelah ia membayangkan raut wajah Grace yang terkejut dan kikuk. Sangat mengemaskan sekali.Tok ... tok ... tok ....Marvel melirik ke arah pintu kantornya."Masuk," ujar Marvel.Ceklek!Pintu ruangannya terbuka. Menampilkan penampakan pria berkulit kuning langsat, menggunakan setelan jas biru senada dengan celananya dengan kemeja biru muda bergaris putih."Ada apa Gerland?""1 jam lagi kita akan ada rapat, Bos.""Mm, kamu boleh keluar," usir Marvel.Manager Gerland menganggukkan kepalanya. Bossnya tak bisa diganggung dan ia menutup pintu ruangan Marvel dengan rapat.Sementara Marvel menyandarkan punggungnya lalu memutar kursi ke belakang, menghadap ke arah jendela kaca.Tok ... tok ... tok ...Lagi-lagi pintu ruangannya kembali diketuk oleh seseorang."Masuk," ujar Marvel tanpa mengalihkan atensinya menatap gedung-gedung di balik jendela kantornya."Bang."Marvel membalikkan kursinya. Ia menatap seorang pria yang lebih pendek darinya, memakai baju kaos oblong dengan celana jeans. Tak lupa ia membawa ras ranselnya."Ada apa, Gio?"Gio adalah adik laki-laki Marvel. Sebenarnya dia adalah anak ketiga. Tetapi, Mama Marvel keguguran di saat usia kandungannya menginjam 9 bulan 2 hari. Dan kembali mengandung janin dan lahirlah Gio.Mereka tampan. Diturunkan oleh ayahnya yang tampan dan mereka juga mendapatkan kulit sang ibunya yang putih pucat keturunan Sydney, Austalia.Gio tersenyum melihat sang kakaknya yang berada di kantor. Ia meletakkan tas ranselnya lalu mengambil minuman di kulkas mini yang berada di sudut ruangan elegan milik Marvel."Mau apa?" tanya Marvel lagi."Bentar, Bang. Haus."Gio membuka minuman kaleng berlabel Cola itu dan mengeguknya. Terlihat keringatnya keluar dari pelipis dan turun ke lehernya. Sedang apa anak itu? Pikir Marvel."Bang, gue dikejar-kejar sama perempuan. Perempuan yang gue putusin. Huh, untung aja jantung nih gak copot dan gue masih beuntung masih bisa bernapas dengan lega dan ketemu lo, Bang."Marvel memutar bola matanya malas. Adiknya sangat playboy. Tetapi, banyak yang naksir padanya. Karyawan perempuannya. Mereka tak berani mengatakan langsung pada Marvel, Gerlandlah yang membongkarnya.Marvek hanya diam, mereka mungkin tak tahu watak Gio yang terkenal dengan playboy cap kadal itu. Jika pun mereka tahu, mereka akan rela melakukan hubungan main-main dengannya. Dan kembali dicampakkan Gio ketika dia bosan.Sementara Marvel? Ia lebih memilih mengembangkan usahanya dalam berbisnis. Uang, uang dan uang. Semuanya akan terpenuhi dengan uang apalagi perempuan."Makanya jangan main cewek," kata Marvel."Bukan main cewek, Bang. Cuman pacaran," sahut Gio seraya menghempaskan tubuhnya di atas sofa.Gio adalah tipikal yang sangat sering gonta-ganti wanita. 1 bulan mungkin ada 21 kali ia memutuskan pacarnya. Terbuat dari apa otak dan hati Gio itu?"Sama aja," tandas Marvel dan Gio langsung diam tak menjawab ucapan Marvel. Memang benar adanya.Gio selalu menceramahi Marvel agar menerima istrinya. Tetapi, Marvel malah diam dan menutup telinganya. Bukan tak ingin mendengar perkataan Gio, tetapi Gio juga tak berpikir bagaimana buruknya dirinya dari pada sang kakak."Lu di sini aja. Gue ada rapat."Marvel beranjak dari kursi kebesarannya. Ia mematikan komputernya, mencabut flashdisk dari CPU. Lalu Marvel mengambil kunci mobil, dompet dan ponselnya.Gio hanya menganggukkan kepala dengan santai saat Marvel berjalan melintasinya. Setelah pintu ruangan Marvel ditutup oleh sang pemiliknya, Gio membaringkan tubuhnya di sofa. Ia sangat lelah habis dikejar ol
Diperjalanan, Grace selalu memegang perutnya. Dia menahan lapar, karena hanya meminum segelas besar jus alpukat saja tak membuat perutnya kenyang lebih lama.'Duh, jangan sampai dia tahu aku kelaparan sekarang. Perut, jangan bunyi, ya. Kalo sempat bunyi, gak aku kasih jatah makan sampai besok-besok pagi. Ingat itu,' batin Grace seraya mengedipkan kepalanya beberapa kali dan mengusap perutnya dari luar seragam yang dia kenakan.Kruk ....Grace memejamkan matanya, malu sangat. Ternyata perutnya tak bisa berkompromi dengan dirinya. Astaga, Marvel yang mendengar suara aneh dari arah Grace pun menoleh.Marvel melihat Grace tengah memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil seraya memegang perutnya. Sesaat ia tersenyum kecil melihat kelakuan Grace.Tadi dia menanyakan keadaan dirinya apakah dia lapar atau tidak. Tetapi, Grace mengatakan tidak dan sekarang malah perutnya yang berbicara. Mengatakan bahwa perut mungil Grace benar-benar lapar.Marvel mengembuskan napasnya dengan kasar."Katanya
30 detik kemudian, Marvel melepaskan bibirnya. Ia membuka mata, melihat Grace yang diam dengan matanya terbuka itu pun ia merapatkan kembali tubuhnya."Itu adalah aset berharga saya. Yang nantinya akan membuat kamu ketagihan dan juga akan merasa puas," bisik Marvel."Jangan kayak gini, Om. Gak nyaman," ungkap Grace sambil memainkan kukunya.Marvel yang mendengar penuturan gadis itu tersenyum. Ia mengangkat tubuh Grace ala bridal style. Membaringkannya di sofa yang lebar itu lalu kembali menyesap bibir Grace dengan gairahnya yang kembali berkobar.Marvel menindih Grace dengan lembut, ia menggunakan kedua sikunya untuk menopang tubuhnya yang berat agar tak menabrak tubuh Grace.Kini tangan Marvel terangkat untuk memegang kepala Grace yang bergerak ketika ia mencumbu Grace.Grace hanya diam, ia belum tahu bagaimana respon ketika seseorang berciuman. Tangan Grace keduanya terkepal di atas dadanya. Ia takut jika nanti tubuh kekar Marvel menindih tubuhnya yang mungil. Tak bisa ia menahan be
Marvel mengembuskan napasnya secara perlahan, lalu ia beranjak dari ranjang. Marvel berjalan menuju toilet untuk membersihkan diri. Sampai di rumah, sudah menunjukkan pukul 7 malam.Selesai mandi, Marvel duduk di tepi ranjang dengan keadaan setengah telanjang. Tubuh bagian atasnya terekspos apalagi jika tetesan air di rambutnya itu berjatuhan di bahunya.Marvel menghidupkan ponselnya. Ia melihat kontak Grace yang terhubung langsung dengan aplikasi hijau.Marvel berselancar menuju aplikasi WhatsApp itu, mencari kontak Grace yang ia beri nama Sweetie. Terlebih dahulu Marvel melihat status dari kontak Grace apakah sedang online atau offline.[Sayang.]Marvel mengirim pesan tersebut pada Grace lalu tanda centang abu-abu. Berarti Grace online. Ia menekan tombol kamera dan melakukan panggilan video.Tak berapa lama, Grace menerima panggilan video dari Marvel. Astaga, Grace yang melihat dada bidang Marvel itu langsung menjauhkan kamera ponselnya dari wajahnya. Ia sangat malu melihat keadaan
Grace tersenyum singkat lalu ia keluar dari mobil sport Marvel. Grace berlari masuk ke dalam pekarangan kampusnya sementara Marvel menunggu Grace hilang dari pandangannya. Setelah Grace menghilang dari kerumunan mahasiswa, Marvel menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankan mobil sport itu menuju kantor.Sesampainya di parkiran, Marvel keluar dari mobilnya seraya menenteng jas hitam mengkilat di lengan kiri. Ia berjalan masuk ke dalam lobi kantor tanpa staff-nya ketahui bahwa mereka tengah menggosipi Marvel dan Grace."Siapa yang nyuruh kalian berkerumun seperti ini?!" bentak Marvel membuat mereka terkejut. Tetapi, beberapa orang memilih diam tak melanjutkan perkataan mereka saat Marvel masuk ke kantornya dengan mata terbelalak."Apa yang kalian bicarakan, ha?!" bentaknya lagi pada perempuan yang berpakaian seragam milik mereka. Para staff perempuan itu hanya bisa menundukkan kepala mereka. Takut jika melihat wajah sangar Marvel sekarang, ditambah lagi dengan Marvel yang menyingsingka
"Gak usah Om. Bunda gak pake kayak begituan.""Ih, kamu gimana, sih? Orang saya yang mau beli kok."Terpaksa Grace memilih bungkam karena Marvel yang keras kepala. Padahal hari ini Marvel telah mengeluarkan banyak uang dan lihat, banyak sekali paperbag yang ditenteng Marvel dan satu hanya ada pakaian milik Grace saja.Lalu mereka berdua berjalan menuju perlengkapan dapur. Marvel memilih sayuran segar, sementara Grace memilih buah-buahan sambil mendorong troli. Marvel juga memasukkan beberapa sereal Quaker Instant Oatmeal dengan berat 550 gram, beberapa tomat, 3 piring strawberry, anggur, jeruk kesukaan Marvel, dan juga daging 250 gram.Setelah selesai berbelanja, Marvel dan Grace kembali masuk ke dalam mobil setelah membayar barang mereka. Sampai di villa milik Marvel, Grace sangat terpukau akan keindahannya. Villa Marvel berlantai dua seperti modern house dan sangat luas halamannya. Terdapat kolam berenang juga di sana, tempat duduk santai dan tempat berjemur. Apalagi ketika melihat
10 menit kemudian, Marvel membuka pintu kamar mandi tersebut hingga membjat Grace tersentak kaget mendengarnya karena Grace sejak tadi memfokuskan pikirannya pada ponsel pintar itu.Marvel datang dengan keadaan tubuh bagian atas yang terekspose sementara tubuh bagian bawah ia tutupi dengan handuk putih batas pinggang ke lututnya.Bentuk tubuh Marvel itu body goals maka jika dilihat dari mana saja akan terlihat ototnya yang atletis membuat siapa saya yang sekarang berada di posisi Grace akan terpanah, payah menelan salivanya dan napasnya tercekat. Sungguh melihat Marvel itu membuatnya mati mendadak.Marvel mengambil kaos pendek lengannya, boxer dan celana pendeknya. Ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, tapi sebelum itu Marvel mengedipkan sebelah matanya ke arah Grace yang sesari tadi menatap aktivitasnya.Grace yang mendapatkan kedipan Marvel segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Ke arah depan.Tak berapa lama, Marvel keluar membawa hair dryer. Ia berdiri depan tubuh Grace lalu m
Marvel kembali menghangatkan daging sapi itu ke microwave. Ia menunggu Grace sambil menonton televisi di ruang keluarga. Lima belas menit kemudian, Grace keluar dengan piyama baru berwarna orange. Marvel masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap hanya butuh waktu 10 menit Marvel kembali turun dengan gayanya yang cool dan maskulin. Setelan jas hari ini adalah jas dan kemeja berwarna putih, celana kantor berwarna hitam dengan dasi berwarna hitam.Marvek tersenyum melihat Grace menatapnya yang terpukau akan penampilan Marvel saat ini apa lagi beberapa helai rambutnya itu turun menambah kesan hottest."Yuk, kita sarapan."Grace berjalan mengikuti Marvel. Dari belakang, sudah terlihat gagahnya Marvel dengan punggungnya yang lebar, ditambah lagi rambutnya yang macho.Grace duduk di meja makan sementara Marvel mengambil dua piring daging yang telah ia masak dini hari tadi. Grace terperangah melihat sarapannya pagi ini. Sangat menggugah selera dan ini pertama kalinya Grace memakan daging sapi a
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg