Marvel menatap Grace dengan dalam. Jika dilihat dari dekat, Grace memanglah cantik. Cantik sekali. Bahkan mata pria itu tak berkedip beberapa detik yang lalu.
Keindahan kulit wajah dan bola mata milik Grace seakan menghipnotis Marvel agar menatap gadis di bawahnya lebih lama."Apa saya bisa untuk mulai menyicipi kamu, Grace?"Bola mata Grace membulat, bagaimana bisa Marvel mengetahui namanya? Padahal mereka belum saja berkenalan atau bahkan berjabatan tangan.Pria ini sangat misterius, apakah dia paranormal? Pikir Grace seraya mengusap jari tangannya dengan ibu jari yang ditahan Marvel.Grace sungguh gugup sekali sekarang, ia belum pernah melakukannya dan ia bahkan tak menonton tutorial cara berciuman dengan pasangan dengan benar.'Tunggu, kenapa aku malah memikirkan diriku sendiri?' batin Grace. Sementara Marvel menunggu persetujuan dari gadisnya.Ralat, gadis itu. Gadis yang ia tindih di bawahnya. Benar-benar fantasinya selama ia berada di kamar mandi beberapa waktu lalu.Ya, Marvel sempat memikirkan bagaimana cara membuat Grace terkesan. Setelah ia membersihkan wajahnya, terlebih dahulu Marvel mengirim pesan pada Fanya tentang gadis tersebut, mulai dari nama, tempat sekolah dan tempat tinggal.Marvel tak ingin menanyakan mengenai latar belakang gadis itu, karena nanti ia takut Fanya curiga mengenai penasaran Marvel yang terdengar sangatlah berlebihan."Om ..." Grace berbisik lirih. Suaranya tercekat di tenggorokan dan ia hanya bisa meminta takdir yang akan memberikan keberuntungan padanya malam ini.Grace pun memberanikan diri menatap Marvel yang ada di atasnya.Matanya benar-benar tajam, menghunus ke lubuk hatinya. Wajahnya sangatlah tampan berseri, Rahangnya tegas, bulu mata yang lebat dan lentik, bibir yang merah berisi, tak ada bulu di rahang dan di atas bibirnya.'Dia sangat ahli dalam merawat wajahnya,' batin Grace.Marvel menggerakkan kepalanya ke arah kanan, pasalnya Grace tengah melamun. Melihat Grace yang tersadar, Marvel terkikik geli.'Apakah dia bisa tertawa?' batin Grace seraya mengerutkan keningnya menatap Marvel.Aura dinginnya menghilang dan digantikan dengan perasaan hangat.Marvel kembali menatapnya dengan penuh keinginan. Jika bukan dia memiliki hasrat penasaran, tidak mungkin pria ini sampai memberikan uang muka kepada Fanya, bukan?Marvel mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Grace. Matanya yang tadi menatap manik mata Grace, kini teralihkan atensinya ke bibir mungil nan tipis milik Grace. Seolah-olah bibir itu memanggilnya untuk segera mencicipi bagaimana manisnya bibir yang pertama kali belum tersentuh oleh pria manapun kecuali dirinya.Marvel mulai menempelkan bibirnya di atas bibir milik Grace. Ia merasakan aroma strawberry di sana. Apakah dia baru saja memakan buah strawberry? Pikir Marvel.Marvel melepaskan bibirnya lalu menatap ke arah Grace yang menatapnya dengan penuh keterkejutan. Bagaimana tidak terkejut, ini pertama kalinya Grace melihat wajah pria tampan dari dekat. Sedekat ini hingga menempel pada kulit wajahnya.Aroma wangi dari kulit wajah pria itu, napas Marvel yang berembus dengan perisa mint, wangi tubuh Marvel yang sangat memabukkan, dan masih banyak lagi hingga Grace tak bisa menjabarkan satu per satu.Marvel kembali mendekatkan wajahnya, kali ini Marvel mulai menggerakkan bibirnya. Menyesap bibir manis milik Grace.Dia mulai menggerakkan dengan melumat setiap inci daging ranum gadis itu dengan diam tak membalas ciuman dari Marvel.Di sinilah Marvel baru percaya bahwa gadis ini memang tak ahli dalam permainan ciuman atau perang bibir.Grace benar-benar gugup hingga bibinya terasa gemetaran oleh Marvel. Kaki dan seluruh tubuhnya menegang sempurna saat Marvel mulai menyesapi mulai dari bibir gadis itu.Tetapi, Marvel melakukan hal itu dengan lembut. Selembut mungkin, dia ingin membawa gadis yang berada di kungkungannya merasakan lebih dalam lagi permainan yang senikmat ini. Surga dunia namanya.Bibir miliknya mulai menghisap bibir mungil yang kaku itu perlahan. Grace hanya diam lalu memejamkan matanya dengan kuat. Kedua tangannya dilepas oleh Marvel guna menahan tengkuk gadis itu yang ingin melepaskan diri darinya.Grace meremas baju kaos abu-abu milik Marvel. Dia ingin melepaskan perasaannya dengan cara yang seperti itu. Gugup, takut detak jantungnya terdengar oleh Marvel.Marvel melepas bibirnya yang membungkam bibir Grace saat Grace memukul bahunya beberapa kali untuk menyadarkan pria tersebut."Ha ... ha ..."Grace menghirup oksigen sebanyak mungkin. Pasokan oksigen di paru-parunya telah habis. Dia menahan napasnya saat Marvel berada di dekatnya dan mengembuskan napasnya dengan perlahan-lahan. Tapi, tetap saja membuat ia sesak napas."Kenapa?" tanya Marvel menatap wajah gadis yang berada di kungkungannya memerah."Kamu mendadak bisu, ha?""Saya sesak napas, Om. Om kalau cium saya itu liat-liat kondisi, dong. Kalau saya mati mendadak bagaimana?! Saya baru saja lulus SMA, Om. Saya masih ingin seko--"Bibir gadis itu kembali dibungkam oleh bibir Marvel yang sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.Shit! Shit! Shit! Kenapa Marvel sekarang sangat bernafsu melihat bibir tipis dan mungil itu mengoceh dan memaki-makinya? Bukannya sakit hati, tapi Marvel justru merasa sangat lucu dan merasa bahwa menimbulkan gelanyar aneh dalam dirinya.Apakah gadis kecil itu sedang mengajarinya tentang bagaimana cara berciuman dengan baik dan benar dengan gadis yang belum mengetahui perkara ini? Marvel tersenyum saat gadis itu kembali diam, tubuhnya menegang. Marvel tertawa di dalam hati."Hmph ..." Grace mendesah saat napasnya mulai tercekat.
Marvel tidak akan membiarkan gadis itu melepaskan pangutan bibir mereka. Marvel menyesap semua inci bibir dan mendesak lidahnya ke dalam rongga mulut gadis itu dengan lembut.Dan hal yang paling disukai Marvel sekarang adalah sedang memeluk gadis kecil yang seperti anak kecilitu dengan posesif tepat di pinggang dan tengkuknya.Gadis itu semula diam dan beberapa lama melakukan perlawanan. Marvel memberikan ruangnya untuk bernapas, menghirup udara sebanyak dua kali helaan dan kembali membungkam gadis tersebut.Otaknya sudah korslet. Penolakannya seakan bertolak belakang dengan debaran jantungnya. Untuk pertama kalinya Grace berciuman dan ternyata rasanya seperti ini. Aneh, tetapi membuat candu.Dua bibir yang kenyal menyatu. Lidah pun saling bertabrakan dan membelit. Grace tak berbuat apa-apa, yang mendominan adalah Marvel. Sensasinya kini menimbulkan rasa geli di beberapa titik tubuh Grace. Terutama bagian intinya. Rasanya ... dia mulai basah.'Apa aku pipis?' batinnya.Marvel melepaskan pangutan mereka. Grace menahan Marvel yang semakin dekat dengan tubuhnya dengan menahan dadanya.Rambut Grace berantakan karena ulah Marvel. Berantakan. Mereka berdua sama-sama berantakan. Melihat Grace yang tengah menghirup udara sebanyak mungkin, membuat Marvel tersenyum kecil.Cup!"Bibir ini milik saya." Marvel me-labeli bibir Grace sebagai miliknya membuat Grace tertegun sesaat. Bagaimana bisa Marvel berkata seperti itu? Hei, ini hanya sesaat. Kemudian, tomorrow Grace akan menghilang. Melupakan malam ini dan kembali memulai hidupnya seperti biasa setelah ia mendapatkan uang dari Marvel."Jangan gila," umpat Grace menatap tajam Marvel lalu ia mencoba untuk duduk, namun siapa sangka jika jemari Marvel malah akan nakal dan mulai bermain. Tak tanggung-tanggung, bagian bawah Grace langsung menjadi jangkauan Marvel untuk membuat Grace diam, tak melawan, tanpa sadar mendesah."Brengsek!" pekik Grace menatap tajam ke arah Marvel."Anda ... ah ...""Bicara kasar lagi, satu sentuhan," ucap Marvel seraya mendekatkan wajahnya ke samping wajah Grace, berbisik di telinga Grace."Jangan gila ya, saya ... hmpp ..."Grace membungkam mulutnya dengan tangannya sendiri, sementara tangan yang satunya ia gunakan untuk menahan pergelangan tangan Marvel yang sudah berani menyentuh mahkota yang selalu ia jaga.Grace merinding dikala jemari Marvel berhasil menyentuh daging kenyal miliknya dari luar hotpansnya.Grace mendorong Marvel hingga ia terhuyung ke belakang. Marvel terkejut dengan kekuatan gadis yang berada di ranjang bersamanya.Gadis itu memilih untuk berjalan menuju pintu keluar, tapi sebelum itu terjadi Marvel lebih dahulu menahan gadis tersebut.Sret!Grace terbaring ke ranjang lalu Marvel kembali mengukungnya. Marvel menatap gadis itu dengan tatapan iba, agar ia tetap berada di kamar hotel menjelang fajar."Tetaplah di sini," pinta Marvel yang ditolak oleh Grace dengan menggelengkan kepalanya."Saya besok mau masuk sekolah tinggi."Deg!"What?!"Marvel kehilangan kata-kata. Ia kira Grace adalah seorang gadis yang baru saja lulus SMA. Ternyata dia masih ingin bersekolah lagi."Kamu dulu kelas berapa?" tanya Marvel."3 IPA," jawab Grace singkat.Marvel beranjak di atas tubuh Grace, wajahnya terlihat kecewa dan kepalanya pusing memikirkan hasratnya belum terpenuhi.Miliknya sudah menegang sedari tadi. Saat mereka berciuman selama empat puluh lima menit tadi, Marvel mencoba untuk membuat Grace nyaman dan ia bisa merasakan nikmatnya tubuh Grace.Sementara Grace memilih berdiri karena jika ia berlama-lama untuk duduk di depan Marvel, dress mininya tersingkap ke atas dan itu bisa jadi bahan tontonan Marvel.Ia malu.Beruntung Marvel kini tengah memakai baju kaos oversize jadi Grace tak melihat milik Marvel yang menegang di dalam celana Marvel.Marvel beranjak dari ranjang menuju nakas, mengambil dompetnya lalu memberikan semua uang tunai yang ada di dalam dompetnya kepada Grace.Grace yang melihat lembaran uang berwarna merah itu sangat tertegun. Ia menelan salivanya dan impiannya terwujud dalam semalam.Hap!Saat Grace ingin mengambil uang dari tangan Marvel, terlebih dahulu Marvel menaikkan tangannya di atas kepala sehingga Grace tak bisa mengambil uang miliknya."Ada apa lagi, Om?" tanya Grace kesal. Pasalnya ini sudah jam 9 malam."Berikan saya alamat rumahmu.""Enggak, hak Anda apa?""Saya akan kasih kamu uang ini, tapi kamu harus kasih tahu alamat rumah kamu. Atau sekolah kamu."Marvel memberikan pilihan yang sulit untuk Grace. Pasalnya ia sudah mengetahui tempat tinggal Grace, hanya saja ia ingin menggoda gadis itu. Apakah ia mengatakan hal yang bohong atau dia adalah gadis yang jujur.Grace mengetikkan pesan di ponsel bututnya lalu memperlihatkan layar ponselnya yang pecah. Di sana tertulis alamat rumah Grace.Benar. Sesuai dengan apa yang dikirim oleh Fanya padanya.Marvel menganggukkan kepalanya. Lalu dia mengirim pesan kepada bodyguardnya untuk membelikan baju kaos panjang lengan dan celana training khusus perempuan dengan tinggi badan 155 cm."Tunggulah di sini, saya harus bersiap-siap," ujar Marvel seraya pergi ke kamar mandi. Guna untuk menuntaskan hasratnya di sana. Ia butuh berendam air dingin sekarang."Om, pakaian saya ada sama Bu Fanya," kata Grace."Saya akan membelikan baju untukmu. Tunggulah, nanti ada orang yang akan memberinya."Ceklek!Marvel masuk ke dalam kamar mandi lalu kembali mengirim pesan pada Fanya untuk mengantarkan peralatan milik Grace pada bodyguardnya.Marvel membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya lalu ia menyalakan kran air dingin di bathup dan merendamkan tubuhnya di sana.Untuk pertama kalinya Marvel tersiksa oleh seorang gadis. Rasanya ia ingin menuntaskan dengan sabut batang saja. Tapi, tak mungkin. Karena Grace berada di 1 ruangan bersamanya. Jika nanti Grace mendengar desahan, umpatan dan erangannya, bagaimana? Marvel masih punya urat malu di sarafnya.5 menit berendam, tapi miliknya masih saja menegang. Membuat kepala pria itu pusing tak karuan. Bagaimana ini?! Pikir Marvel menatap ke bawah."Ayo, tidurlah. Aku akan mengantar gadis itu pulang ke rumahnya. Jika kau masih on begini, gimana aku akan keluar dari bathup ini?" ujar Marvel seraya memijit pelipisnya.Grace yang mendapat ketukan pintu saat ia kembali memasang dressnya dengan benar, dia membuka pintu dan terlihat seorang bodyguard Marvel memberikan paperbag padanya."Ini pesanan Tuan Muda untuk Anda, Nona.""Saya Pak Yudi," katanya lagi seraya memperkenalkan diri pada Grace.Sejenak Grace berpikir bahwa pria bertubuh besar ini tadilah yang menyetir mobil. Grace menganggukkan kepala lalu menerima paperbag itu dan kembali menutup pintu kamar.Sebelum Marvel keluar dari kamar mandi, Grace dengan tergesa-gesa memakai baju kaos dan celana training yang baru saja dibeli oleh bodyguard Marvel. Tak lupa dia memasukkan dressnya ke paperbag itu dan merapikan rambutnya. Grace mengikat rambut yang panjang dan ia kembali duduk di ranjang.Hujan belum reda, apakah hujan ini akan reda hingga subuh?Ting!1 pesan masuk dari ponsel Grace.Bunda[Kamu di mana, Sayang? Jam berapa akan pulang?]Ibu Grace mengirim pesan pada anak perempuannya karena malam ini sudah menunjukkan pukul 22.12 WIB.[Sebentar
***"Tapi, itu tak gratis. Kau harus membayarnya."Mendengar penuturan Marvel, seketika senyuman yang terukir di bibirnya yang mungil pudar. Bagaimana ia harus membayarnya? Ponsel ini sangat mahal, dan ia membalikkan kotak ponsel itu. Melihat harga ponsel tersebut.21 juta rupiah.Grace gugup, ia harus bagaimana? Bagaimana cara membayar uang sebanyak itu? Apakah ia harus mengembalikan uang milik Marvel padanya?"Maaf, aku akan membalikkan ponsel ini padamu."Grace meletakkan kotak ponsel itu di atas dashboard mobil Marvel. Seketika wajah Marvel jadi muram dan ia merasa marah karena Grace menolak pemberiannya.Marvel menghela napasnya dengan kasar lalu meremas stir mobil. Melihat urat-urat di tangan kekar Marvel, ia ketakutan. Apakah nasibnya akan sama dengan stir mobil itu?Grace dengan sembunyi membuka pintu mobil itu. Tetapi tak bisa. Melihat gelagat Grace yang ingin kabur secara diam-diam diketahui Marvel.Seketika Marvel tersenyum smirk. Ia tahu jika Grace akan keluar dari mobilny
Marvel berjalan masuk menuju ruang kepala kampus yang di sana sudah menunggu lelaki paruh baya yang tengah duduk seraya tersenyum padanya."Selamat datang, Pak," sapanya seraya menjabat tangan Marvel."Baik, Pak. Saya ada perlu dengan Anda," ujar Marvel."Silahkan duduk, Pak."Marvel menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi merah tersebut lalu pria itu memperbaiki posisi kacamata yang bertengger di hidungnya."Saya gak bisa basa-basi, Pak. Tujuan saya kemari untuk mengurus pembayaran siswi kelas xxx atas nama Grace Mirza Rania," kata Marvel."Oh, iya. Sebentar, saya ambilkan dulu bukunya."Sapron sang kepala kampus Grace beranjak dari kursi kebesaran menuju rak buku. Di sana sudah tertulis nama mahasiswa kelas xxx, mahasiswa skor, mahasiswa keluar, mahasiswa pindah kampus dan lainnya.Sang bendahara yang ada di sana membuka almari kaca itu lalu mengecek satu per satu nama buku yang tertera di sana. Nama jurusan dan tahun ajaran mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tinggi di sini.Sapron k
"Makanya jangan main cewek," kata Marvel."Bukan main cewek, Bang. Cuman pacaran," sahut Gio seraya menghempaskan tubuhnya di atas sofa.Gio adalah tipikal yang sangat sering gonta-ganti wanita. 1 bulan mungkin ada 21 kali ia memutuskan pacarnya. Terbuat dari apa otak dan hati Gio itu?"Sama aja," tandas Marvel dan Gio langsung diam tak menjawab ucapan Marvel. Memang benar adanya.Gio selalu menceramahi Marvel agar menerima istrinya. Tetapi, Marvel malah diam dan menutup telinganya. Bukan tak ingin mendengar perkataan Gio, tetapi Gio juga tak berpikir bagaimana buruknya dirinya dari pada sang kakak."Lu di sini aja. Gue ada rapat."Marvel beranjak dari kursi kebesarannya. Ia mematikan komputernya, mencabut flashdisk dari CPU. Lalu Marvel mengambil kunci mobil, dompet dan ponselnya.Gio hanya menganggukkan kepala dengan santai saat Marvel berjalan melintasinya. Setelah pintu ruangan Marvel ditutup oleh sang pemiliknya, Gio membaringkan tubuhnya di sofa. Ia sangat lelah habis dikejar ol
Diperjalanan, Grace selalu memegang perutnya. Dia menahan lapar, karena hanya meminum segelas besar jus alpukat saja tak membuat perutnya kenyang lebih lama.'Duh, jangan sampai dia tahu aku kelaparan sekarang. Perut, jangan bunyi, ya. Kalo sempat bunyi, gak aku kasih jatah makan sampai besok-besok pagi. Ingat itu,' batin Grace seraya mengedipkan kepalanya beberapa kali dan mengusap perutnya dari luar seragam yang dia kenakan.Kruk ....Grace memejamkan matanya, malu sangat. Ternyata perutnya tak bisa berkompromi dengan dirinya. Astaga, Marvel yang mendengar suara aneh dari arah Grace pun menoleh.Marvel melihat Grace tengah memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil seraya memegang perutnya. Sesaat ia tersenyum kecil melihat kelakuan Grace.Tadi dia menanyakan keadaan dirinya apakah dia lapar atau tidak. Tetapi, Grace mengatakan tidak dan sekarang malah perutnya yang berbicara. Mengatakan bahwa perut mungil Grace benar-benar lapar.Marvel mengembuskan napasnya dengan kasar."Katanya
30 detik kemudian, Marvel melepaskan bibirnya. Ia membuka mata, melihat Grace yang diam dengan matanya terbuka itu pun ia merapatkan kembali tubuhnya."Itu adalah aset berharga saya. Yang nantinya akan membuat kamu ketagihan dan juga akan merasa puas," bisik Marvel."Jangan kayak gini, Om. Gak nyaman," ungkap Grace sambil memainkan kukunya.Marvel yang mendengar penuturan gadis itu tersenyum. Ia mengangkat tubuh Grace ala bridal style. Membaringkannya di sofa yang lebar itu lalu kembali menyesap bibir Grace dengan gairahnya yang kembali berkobar.Marvel menindih Grace dengan lembut, ia menggunakan kedua sikunya untuk menopang tubuhnya yang berat agar tak menabrak tubuh Grace.Kini tangan Marvel terangkat untuk memegang kepala Grace yang bergerak ketika ia mencumbu Grace.Grace hanya diam, ia belum tahu bagaimana respon ketika seseorang berciuman. Tangan Grace keduanya terkepal di atas dadanya. Ia takut jika nanti tubuh kekar Marvel menindih tubuhnya yang mungil. Tak bisa ia menahan be
Marvel mengembuskan napasnya secara perlahan, lalu ia beranjak dari ranjang. Marvel berjalan menuju toilet untuk membersihkan diri. Sampai di rumah, sudah menunjukkan pukul 7 malam.Selesai mandi, Marvel duduk di tepi ranjang dengan keadaan setengah telanjang. Tubuh bagian atasnya terekspos apalagi jika tetesan air di rambutnya itu berjatuhan di bahunya.Marvel menghidupkan ponselnya. Ia melihat kontak Grace yang terhubung langsung dengan aplikasi hijau.Marvel berselancar menuju aplikasi WhatsApp itu, mencari kontak Grace yang ia beri nama Sweetie. Terlebih dahulu Marvel melihat status dari kontak Grace apakah sedang online atau offline.[Sayang.]Marvel mengirim pesan tersebut pada Grace lalu tanda centang abu-abu. Berarti Grace online. Ia menekan tombol kamera dan melakukan panggilan video.Tak berapa lama, Grace menerima panggilan video dari Marvel. Astaga, Grace yang melihat dada bidang Marvel itu langsung menjauhkan kamera ponselnya dari wajahnya. Ia sangat malu melihat keadaan
Grace tersenyum singkat lalu ia keluar dari mobil sport Marvel. Grace berlari masuk ke dalam pekarangan kampusnya sementara Marvel menunggu Grace hilang dari pandangannya. Setelah Grace menghilang dari kerumunan mahasiswa, Marvel menghidupkan mesin mobilnya lalu menjalankan mobil sport itu menuju kantor.Sesampainya di parkiran, Marvel keluar dari mobilnya seraya menenteng jas hitam mengkilat di lengan kiri. Ia berjalan masuk ke dalam lobi kantor tanpa staff-nya ketahui bahwa mereka tengah menggosipi Marvel dan Grace."Siapa yang nyuruh kalian berkerumun seperti ini?!" bentak Marvel membuat mereka terkejut. Tetapi, beberapa orang memilih diam tak melanjutkan perkataan mereka saat Marvel masuk ke kantornya dengan mata terbelalak."Apa yang kalian bicarakan, ha?!" bentaknya lagi pada perempuan yang berpakaian seragam milik mereka. Para staff perempuan itu hanya bisa menundukkan kepala mereka. Takut jika melihat wajah sangar Marvel sekarang, ditambah lagi dengan Marvel yang menyingsingka
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg