Waktu sudah menunjukan pukul 08.00 pagi. Reno pun sudah bangun dari tidur lelapnya. Dia kini keluar dari kamarnya, namun dia melihat apartemennya masih sepi dan sepertinya belum ada yang membersihkan ruangan apartemennya itu. Tentu saja Reno terlihat kesal lalu dia pun menuju kamar tamu untuk membangunkan Ellina. Karena dia yakin gadis itu pasti belum bangun.
Dok Dok Dok
"Ellin bangun kamu...!" Teriak Reno. Sambil menggedor-gedor pintu kamarnya dengan kesal.
Ellina pun akhirnya keluar dengan baju yang dia pakai kemarin. Karena memang dia tidak memiliki baju satu pun. Tidak ada satu pun bajunya yang tersisa akibat kopernya hilang di bandara.
"Ada apa sih? Ini kan masih pagi. Tapi sudah gedor pintu kayak penagih hutang saja." Tan merasa bersalah sedikit pun Ellina malah mengomel. Dan lebih parahnya dia menguap di depan Reno. Membuat pemuda itu geram dan menarik tangan Ellina untuk keluar dari kamarnya.
"Lo bilang ini masih pagi? Lihat jam berapa sekarang? Lo disini bua kerja bukan buat tidur kayaknya pemilik rumah!" Ketus Reno. Dan ucapan Reno pun menyadarkan Ellina karena saat tadi Reno membangunkannya tadi nyawa Ellina masih belum terkumpul jadi antara sadar dan tidak.
"Ma-maaf tuan. Aku lupa kalau aku sekarang tinggal di rumahmu. Soalnya kalau dirumah aku bangun tidur jam 10 pagi kalau tidak ada jadwal kuliah hehe. Oh iya Tuan aku tidak punya baju ganti, kalau boleh tolong belikan aku beberapa pakaian Tuan," Ucap Ellina tanpa rasa malu sedikit pun.
"Astaga gadis ini benar-benar membuatku tidak waras. Bunda apa salah ku? kenapa aku bisa bertemu dengan gadis konyol dan menyebalkan seperti dia," ujar Reno sambil mengusap kasar wajahnya yang terlihat frustasi karena menghadapi gadis seperti Ellina.
"Please Tuan boleh ya? aku tidak punya baju ganti lagi soalnya, nanti kalau aku tidak pakai baju disini bahaya loh tuan," Ucap Ellina lagi kali ini dengan memohon dan sedikit memaksa dengan ucapan konyolnya.
Mana berani dia tidak memakai baju dihadapan seorang pria dia mengatakan itu hanya untuk menggertak Reno saja, agar mau membelikan baju untuknya.
Ellina Ellina memang si gadis konyol yang tidak tahu malu.
"Tuhan ampunilah dosaku jika aku mempunyai kesalahan. Kenapa kau harus menghukumku dengan kesialan seperti ini," Gerutu Reno. Lagi-lagi sambil mengusap kasar wajahnya.
"Banyak beramal pada yang membutuhkan pahalanya besar loh, Tuan. Nanti tuan bisa masuk surga," ucap Ellina lagi namun kali ini dengan wajah seriusnya sambil menatap wajah Reno.
"Baiklah-baiklah sekarang lo mandi lalu bersiap. Setelah itu gue anterin lo beli baju," Ucap Reno. Dengan pasrah dari pada harus mendengar perkataan Ellina. Yang bisa membuatnya pusing kepala nantinya, lalu dia pun kini pergi ke kamarnya untuk bersiap mengantar Ellina ke toko baju.
Beberapa menit kemudian. Ellina pun sudah selesai bersiap. Begitu pun dengan Reno yang kini sudah tampil gagah dan tampan. Lalu Reno pun menatap Ellina yang kini sedang bengong sambil menatap Reno membuat Reno risih karena terus ditatap oleh Ellina.
"Wah, kalau seperti ini dia memang sangat tampan," Ucap Ellina dalam batinnya, sambil terus menatap kearah Reno.
"Hey lo! Hey kenapa malah bengong hah?!" Ucap Reno sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Ellina yang terlihat sedang melamun.
"Eh. I-iyaya Tuan, ada apa?" Sahut Ellina bertanya yang mulai tersadar dari lamunannya.
"Nanti setelah gue belikan baju. Lo buang baju lo itu, lihat bajunya udah kotor," Ucap Reno.
"What! Tidak Tuan, ini baju kesayanganku. Aku akan mencuci dan menyimpannya Aku tidak akan pernah membuangnya sampai kapan pun," Tolak Ellina. Kali ini tanpa rasa takut sedikit pun pada Reno.
"Astaga! Lo ini benar-benar membuatku gila nona Ellina. Ter-se-rah Lo! Terserah lo aja." Reno mulai memijat pelipisnya yang sudah benar-benar pusing karena selalu dibuat kesal oleh Ellina. Dan akhirnya Reno dan Ellina pun menuju kesebuah butik ternama di Jakarta.
*****
Setibanya disebuah butik Ellina langsung nyelonong masuk tanpa disuruh. Reno hanya bisa menggeleng kan kepala dan mengelus dada dengan kekacauan apa yang akan terjadi didalam butik nanti. Dia melangkah kan kakinya dan matanya terbelalak saat Ellina malah tengah asik memilih baju-baju yang bermerk. Tentu saja Reno tidak percaya karena gadis yg terlihat polos begitu lihai dalam memilih barang dan baju bermerk. Pasti lah dia pandai karena sebenarnya Ellina bukan anak dari kalangan biasa-biasa saja. Dia itu seorang putri dari pengusaha yang sukses di London dan ibunya pun seorang dokter Psikolog ternama di London. Lalu Ellina pergi ke Indonesia hanya untuk bertemu kerabatnya dan menikmati hadiah liburan dari orang tuanya, karena Ellina sudah lulus kuliah dan dia pun seorang spesialis dokter anak.
Jika kemalangan tidak menimpanya mungkin saat ini dia sedang duduk manis disebuah villa di Bali karena itu tujuan Ellina. Tapi sayang kesialan menimpanya. Dan akhirnya mempertemukannya dengan pria yang kini menjadi majikannya itu.
"Hey kemarilah. Apa ini cocok untukku?" Panggil Ellina bertanya pada pelayan butik itu sambil menempelkan dress bercorak bunga-bunga ditubuhnya.
"Cocok nyonya anda terlihat sangat cantik dan suami anda juga terlihat sangat tampan sekali nyonya," Ucap pelayan butik itu. Sementara Reno hanya duduk di sebuah sofa dan menatap malas pada Ellina. Yang masih memilih beberapa baju. Namun, tiba-tiba tanpa diduga dari dalam sebuah ruangan, keluar seorang gadis dan bersamaan dengan seorang pria baru keluar dari ruangan membuat mata Reno membulat seketika.
"Alya!" Reno kini berdiri mematung sambil menatap gadis yang bernama Alya itu.
"Ren, kamu disini?" Tanya Alya dengan senyuman manisnya. Sementara Reno hanya menatap lirih pada perempuan dihadapanya itu. Dan hatinya seakan hancur berkeping-keping setelah melihat Alya kini dengan pria lain.
"Dia siapa?" Tanya Randi yang kini merengkuh pinggang Alya.
"Oh dia Reno. Temanku, kapan kamu datang? Dan kamu kesini dengan siapa apa dengan Inna, Ren?" Tanya Alya. Kini Reno berusaha menahan emosinya hatinya mencelos melihat kemesraan Alya entah dengan siapa dia? Mungkin saja kekasihnya karena mereka terlihat begitu mesra.
"Hah. Tidak aku kesini bersama kekasihku," jawab Reno. Spontan Reno pun langsung mendekati ruang ganti.
"Sayang apa kau sudah selesai? Cepat lah keluar, aku ingin mengenalkan mu dengan seseorang," Lanjut Reno dari luar ruang ganti.
"Isshhh.... Siapa yang teriak-teriak sih? Terus ngapain manggil-manggil sayang segala," Umpat Ellina. Lalu dia pun keluar dengan memakai dress warna biru dongker polos selutut. Membuat aura kecantikannya semakin terpancar.
"Ada apa Tu-"
belum Ellina menyudahi ucapannya Reno langsung membekap mulut Ellina. Membuat Alya dan Randi juga beberapa pelayan bingung dengan kelakuan pemuda itu.
"Dengar! Hari ini lo harus nolong gue. Lo harus berpura-pura jadi kekasih gue. Kalau tidak gue akan membuat lo masuk penjara karena kebohongan yang lo lakukan saat di bandara. Gue akan bilang sama mereka kalau lo bukan istri gue. Setelah itu lo akan dipenjara," Ancam Reno dengan berbisik agar tidak terdengar oleh yang lainnya dan itu membuat Ellina ketakutan. Dia pun langsung mangangguk mengikuti keinginan Reno. Kini Reno pun melepaskan bekapannya pada Ellina. Dan mereka menghampiri Alya dan Randi.
"Kenapa Ren, dia kenapa?" Tanya Alya. Sambil menatap Ellina.
"Maaf dia sedang marajuk padaku jadi tadi sedikit berteriak. Dia kekasihku. Kami berkenalan di London dan dia kesini untuk bertemu dengan orang tuaku," Ucap Reno. Memulai kebohongannya membuat Ellina menatapnya tajam.
"Oh, hay Nona kenalkan namaku Alya. Temannya Reno," Ucap Alya sambil mengulurkan tangannya dengan senyuman manisnya.
"Aku Ellina. Panggil saja Ellin," sahut Ellina dengan menjabat tangan Alya dan membalas dengan senyuman yang tak kalah manisnya.
"Ok kapan-kapan kita makan malam bersama ya, mau kan?" Ajak Alya. Belum sempat menjawab ucapan Alya. Ellina sudah ditarik oleh Reno kearah kasir untuk membayar baju-baju yang Ellina pilih tadi.
"Aku pergi dulu Alya. Soalnya sedang buru-buru," Ucap Reno. Lalu menarik tangan Ellina keluar dari butik itu.
"Temanmu aneh sekali sayang," Ucap Randi yang melihat tingkah Reno yang membuatnya bingung.
"Sudah lupakan tentang Reno. Kita kan ada acara harus bertemu beberapa desainer lain. Nanti kita terlambat," sahut Alya. Lalu dia mengmbil tas diruangannya.
"Iiiihh.... Lepasin sakit tahu nggak! bisa gak sih nariknya pelan-pelan jangan kasar begini. Kau ini benar-benar ya. Selalu membuatku kesal dan terpojok," Protes Ellina. Sambil mengelus lengannya yang Reno tarik kasar tadi.
"Sudah jangan banyak bicara. Masuk ke mobil! Gue akan bawa lo pada seseorang yang akan ngajarin lo masak agar dapur gue gak berantakkan lagi," Ucap Reno. Yang kini sudah menuju ke pintu masuk mobil.
"Tapi kan ini baru jam 09.00. Masih pagi, Tuan. Tidakkah kau memberikan aku sarapan lebih dulu," Ucap Ellina dengan wajah memelas.
"Masuklah. Nanti lo akan mendapatkan makanan disana. Dasar gadis aneh. Cantik-cantik tapi aneh dan selalu membuat gue kesal," Ucap Reno sambil mulai melajukan mobilnya setelah Ellina duduk disampingnya.
"Aku memang cantik, Tuan. Ands baru sadar kalau aku cantik. Kau tahu saat aku masih kuliah dulu banyak yang tergila-gila padaku tapi tidak ada yang membuatku tertarik. Aku ingin mencari suami yang berasal dari Indonesia. Karena aku ingin menetap di Indonesia," Ucap Ellina sambil tersenyum.
"Bisa tidak kau diem saja! Tutup mulut lo. Lo tahu ocehan lo itu bikin gue gak bisa konsentrasi nyetir," Ucap Reno. Membuat Ellina seketika menghentikan ucapanya. Reno pun akhirnya kembali fokus menyetir mobilnya.
*****
Kini mereka berdua pun sampai di rumah orang tua Reno. Dia pun memencet belnya beberapa kali sampai akhirnya Inna membuka pintunya. Dan saat membuka pintu dia sangat terkejut melihat seorang gadis yang sangat mirip sekali dengan ibunya.
"Kakak jadi ini yang bernama, Kak Alya?" Tanya Inna pasalnya Reno belum pernah membawa Alya kerumahnya. Hanya namanya saja yang keluarganya kenal sedang orangnya belum pernah dipertemukan karena Reno tidak berani mengajak Alya untuk bertemu kaluarganya karena gadis itu hanya menganggapnya sebagai teman.
"Kok mirip banget sama bunda sih, kak? Kayak Duplikat bunda aja," Sambung Inna. Membuat Ellina mengerenyitkan keningnya. Dia ingat nama Alya adalah pemilik butik tempat dia berbelanja baju tadi.
"Diem kau anak kecil! Dia bukan Alya namanya Ellina dia asistenku yang akan membersihkan apartemen dan memasak untukku," Ucap Reno dengan exsfresi datarnya.
"Hay kak Ellina. Maaf ya aku kira nama kakak, Kak Alya," Ucap Inna dengan senyuman manisnya.
"Iya gak apa-apa. Panggil aja Ellin," sahut Ellina sambil tersenyum pada Inna yang adalah adik Reno.
"Iya kak Ellin. Kak Reno sayang banget loh dia cuma dijadiin asisten. Terlalu cantik, pantasnya jadi kakak iparku saja," Goda Inna sambil terkekeh saat melihat ekspresi wajah kakaknya itu.
"Diam kau bocah! Bunda ada gak?" Tanya Reno. Yang sudah kesal dengan ocehan adiknya itu.
"Ada dia hari ini tidak kerumah sakit kok," Ucap Inna sambil tersenyum.
"Kebetulan kalau gitu. Ayo masuk, lo harus belajar memasak pada bunda. Agar dapur gue gsk berantakan dan makanan gue gak terbuang sia-sia. Inna tolong kau panggil bunda," Ucap Reno. Lalu masuk diikuti oleh Ellina.
Kini semua keluarga sudah berkumpul diruang keluarga. Mereka menatap Ellina lalu menatap Renata secara bergantian. Mereka tidak percaya ada yang sangat mirip dengan Renata. Bisa dibilang Ellina itu benar-benar seperti duplikat Renata. Dia seperti Renata saat masih remaja namun yang ini lebih modern dan pakaiannya lebih modis. Dewa yang memang belum pergi ke kantor hanya bisa melongo karena ada yang bisa menandingi kecantikan Renata istri tercantiknya
"Hey kalian kenapa segitunya ngelihatin dia? Nanti dia nangis loh dilihatin terus. Aku membawanya kesini agar Bunda mengajarkannya memasak. Bukan untuk menatapnya seperti itu. Kalian tahu dapurku berantakan karena dia untung saja tidak kebakaran. Jadi Bun tolong ajari dia memasak. Aku harus melihat kantor baruku, nanti kalau sudah selesai aku akan menjemputnya kesini," Ucap Reno. Pemuda itu terkejut karena keluarganya masih menatap Ellina.
"Hey kalian! Aku bicara denger gak sih?! Apa yang aku bilang." Reno setengah berteriak dan akhirnya menyadarkan mereka semua dari lamunan mereka saat menatap Ellina.
"Iya Ren. Bunda pasti ngajarin dia masak kok sampai pintar. Tadi siapa nama kamu, Nak?" Tanya Renata. Sambil menatap lembut kearah Ellina.
"Ellina, Tante." Ellina menjawab sambil tersenyum.
"Uluh manis banget sih kamu, sayang" Ucap Alena
"Iya manis banget. Boleh gak kalau jadi calon menantu Aditama saja?" Tanya Ara.
“Nenek. Jangan mulai ya," Ucap Reno memprotes ucapan neneknya. Ara.
"Iya, Kakak juga setuju dengan apa yang nenek katakan. Habis dia imut dan gemesin banget sih," Sahut Alena dengan tersenyum manis pada Ellina.
"Kakak," Rajuk Reno. Pada sang kakak
"Sudahlah, Aku pergi dulu kalau tetap disini aku bisa gila. Tolong ajarkan dia memasak," Ucap Reno. Lalu dia pergi meninggalkan keluarganya.
Sementara keluarganya malah tertawa melihat Reno yang kesal karena ulah mereka. Bukan langsung mengajari Ellina memasak, mereka malah mengajaknya sarapan sambil mengobrol untuk mengorek informasi lebih dalam tentang jati diri Ellina yang sebenarnya. Setelah para pria pergi ke kantor dan setelah tahu lebih dalam tentang diri Ellina. Renata, Alena dan Aina pun mengajari Ellina memasak
Sedangkan Inna pergi ke kampusnya jadi tidak bisa ikut mengobrol bersama mereka.Bersambung
Sore pun berganti malam. Makanan yang Ellina masak pun sudah tersaji dimeja makan. Seteleh selesai masak Ellina pun kini merapikan dapur yang semula berantakan karena bekas memasak. Kini sudah kembali rapih."Hufh! Lelah sekali aku mandi dulu ah. Badanku sudah sangat lengket," Ucap Ellina. Lalu dia pun kembali ke kamarnya.Didalam kamar dia melihat paperbag yang berisi baju-baju yang tadi pagi dia beli. Kini sudah berada di ranjangnya."Ternyata meski galak tapi Reno bisa bersikap baik juga. Buktinya baju-baju ini aku hampir lupa karena terlalu lama dirumah keluarga Reno. Tapi pria itu masih ingat dan membawakannya untukku. Mungkin dia pulang dan menaruh ini tadi pagi," Lanjutannya lalu dia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Sementara Reno. Dia baru
Kini Ellina dan Reno pun mendatangi butik Alya. Mereka pun berpura-pura ingin memesan baju desain Alya untuk acara pertunangan mereka.“Hey! Apa yang lo katakan? Sejak kapan gue mau bertunangan sama lo!" Protes Reno tidak terima. Dengan apa yang dikatakan Ellina.“Ssttt..., Jangan bawel Tuan. Ikuti saja rencanaku cuma dengan ini kamu bisa mulai dekat dengan Alya tuan. Dan aku akan mencoba mengajaknya mengunjungi apartemenmu. Nanti aku akan membuat rencana agar kalian bisa mengobrol,” Bisik Ellina.“Lo yakin ini bisa berhasil? Lalu bagai mana caranya gue mendekati Alya. Kan dia tahunya kita akan bertunangan," sahut Reno. Dengan suara pelan.“Dasar bodoh! Ini kan cuma memancing saja agar Alya mau berdekatan denganmu. Dan kau punya alasan untuk mendekatinya! Setelah kalian dekat dan Alya mulai membuka
Sudah beberapa hari setelah kejadian itu. Reno mengurung diri dikamarnya, dia keluar jika membutuhkan sesuatu saja. Dan itu membuat Ellina khawatir, sebenarnya Ellina bisa saja senang karena itu berarti Reno yang bawel dan galak itu tidak akan memerintahkannya sesuka hati. Tapi entah kenapa Ellina malah merindukan kebawelannya dan sikap galaknya Reno.Ellina pun pamit pada Reno untuk kaluar membeli stok makanan karena makanan yang ada dikulkas sudah menipis Reno pun memberikan izin dan memberinya kartu kridit miliknya pada Ellina. Kini Ellina pun pergi dengan naik taksi untuk pergi ke supermarket.“Astaga aku bingung apa saja yang harus aku beli ya?” Tanya Ellina pada dirinya sendiri. Namun, tiba-tiba dia mendapat ide menanyakan pada ibu Reno. Lalu Ellina pun mengambil ponsel di tas kecilnya, ponsel itu sengaja Reno berikan untuk jaga-jaga jika ada seseuatu terjadi pada Ellina agar dia bisa langsung menghubunginya.“Halo tante sibuk
Kini Reno pun menuju kearah pintu, dia pun segera membuka pintunya, namun saat pintu terbuka Reno sangat terkejut, karena melihat Alya yg kini sedang berdiri didepan pintu apartemennya sambol menangis, bruk Tanpa izin Alya pun langsung menubruk tubuh tegap Reno, tanpa sungkan Alya pun memeluk Reno dengan erat, perlahan tapi pasti kini Reno mulai membalas pelukan Alya, ini lah yg Reno dambakan sejak dulu, mereka pun berpelukan didepan pintu, Ellina yg merasa Reno terlalu lama membuka pintu pun kini menghampiri Reno. “Ren, siapa yang dat-“ ucapan Ellina pun terhenti dia menutup mulutnya lalu memilih untuk pergi karena tak ingin menganggu kebersamaan mereka. “Maaf kan aku Ren, maaf kan aku karena aku tidak mempercayai ucapanmu, untung saja Ellina menemui ku tadi siang, jadi berekat dia aku mengetahui kebusukan Randi,” ucap Alya masih dalam keadaan memeluk Reno. “Ellin, jadi gadis itu pamit padaku untuk menemui Alya, tapi kenapa dia berbohong, dengan bilang
Pagi hari pun tiba, Ellina pun terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan ngilu lalu dia menoleh ke sampingnya, danbetapa terkejutnya Ellina saat melihat Reno tertidur disampingnya dengan keadaan polos tanpa sehelai benang pun. “Ya tuhan, Apa yang terjadi? Apakah aku dan Reno semalam melakukanya, tidak ini tidak mungkin hiks.. hiks..,” ucap Ellina, kini dia menatap lirih bajunya yang berserakan dilantai, Ellina pun turun dari ranjang dan memunguti pakaiannya lalu mengenakannya kembali, dan kini dia duduk dilantai disamping ranjang Reno, sambil terus menangis menyesali perbuatannya, Reno yang masih tertidur pun akhirnya terbangun karena mendengar suara tangisan, dia pun langsung terduduk dan mencari suara tangisan itu, dan alangkah terkejutnya Reno saat dia melihat Ellina tengah menangis disamping ranjangnya.“Ellin kau kenapa menangis? A-apa aku melakukan hal itu
Reno dan Ellina pun kini sudah ada didalam mobil. Namun, hanya ada keheningan didalam mobil itu, Ellina pun menatap Reno yg kini akan melajukan mobilnya.“Apa kau siap bertemu dengan keluarga, sebagai tunanganku?" tanya Reno, Ellina yang medengar ucapan Reno pun terkejut.“A-apa tuan, ta-tapi aku, aku belum siap ke-kerumah Keluargamu. Ak...aku-“ belum sempat Ellina melanjutkan ucapannya Reno sudah melajukan mobilnya menuju ke arah rumah keluarga Aditama.“Siap tidak siap kau harus bertemu keluarga ku, dan satu lagi jangan panggil aku tuan kan sudah kubilang namaku Reno, bukan Tuan,” tegas Reno sambil melajukan mobilnya. Ellina pun mengangguk seakan patuh pada apa yang dikatakan Reno.“Ren, apa yg kita lakukan ini salah, bagaimana dengan Alya nanti?, pasti dia akan hancur kalau mengetahui tentang ini," ucap Ellina yang merasa bersalah pada Alya.“Ssttt ... d
“Benarkah itu Yah? Benarkah Ayah melakukan dengan Bunda sebelum kalian menikah?” tanya Reno sambil menatap sang ayah penuh tanda tanya. Dewa hanya bisa meneguk salivanya entah berapa kali dia menelan salivanya sendiri, karena pertanyaan putranya yang kini melakukan hal yang sama dengannya cuma situasinya sedikit berbeda, Reno langsung bertanggung jawab dan langsung mengikat Ellina sebelum menikahinya karena harus meminta izin dan juga restu kepada kedua orang tua Ellina. “Emm ... Itu Ayah waktu itu sama sepertimu dalam keadaan mabuk, tapi Ayah tidak menyangka kau juga akan mengulangi kesalahan Ayah,” jawab Dewa sambil cengengesan, tiba-tiba Adrian tertawa terbahak-terbahak mendengar cerita putra dan cucunya yang sangat mirip sama-sama tidak bisa menahan nafsunya.Dewa dan Reno saling melirik melihat Adrisn yang tertawa terbahak-bahak, sedang Elvano hanya bisa menahan tawa, karena tidak ingin durhaka pada ayah mertuanya dengan menertawakannya. “Aww ... sakit sayang,” p
Kini Reno pun sudah sampai dibutik Alya. Ia langsung masuk untuk menemui Alya, yang sedang santai sambil memakan buah dan mengotak ngatik laptopnya diruanganya. Namun, saat pintu ruangan nya terbuka Alya langsung menoleh dan dia tersenyum melihat kedatangan Reno, kini Reno pun duduk di sofa namun tidak disebelah Alya, dia seakan menjaga jarak dengan Alya.“Tumben pagi-pagi sudah datang Ren?Pasti kangen ya,” goda Alya sambil tersenyum, membuat Reno mulai bingung harus memulai memberi tahu Alya dari mana, dia hanya tersenyum pada Alya dengan sedikit canggung.“Ren ... Reno," Panggil Alya yg menjentikkan jarinya di depan Reno karena tidak mendapat respon dari Reno, sehingga Reno tersadar dari lamunannya.“Ada apa? Kenapa melamun?” tanya Alya, yang kini menatap dengan penuh tanda tanya, kemudian duduk disampingnya, akhirnya Reno pun memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya pada Alya, setelah mendengar pertanyaan Alya. Ki