Keesokan harinya.
Ellina tengah sibuk menyiapkan sarapan bersama Renata dan Alena, setelah sehari yang lalu terus menangis saat kedua orang tuanya pulang ke London, namun pagi harinya Ellina kembali seperti semula seperti kata sang ibu mertuanya dia tidak boleh sedih masih ada keluarga sang suami yang menyayanginya, dan dia juga bisa menelepon atau Video Call jika merindukan Mommy dan Daddynya, dan bisa berkunjung kesana jika Reno ada waktu.
Sarapan pun sudah siap semua anggota keluarga pun sudah berkumpul diruang makan untuk sarapan bersama, begitu pun dengan Reno yang sudah rapih dengan kemeja putih dipadu dengan jas berwarna hitam, membuat aura ketampanannya berkali lipat lebih tampan.
“Kamu udah mulai ngantor lagi Ren?” tanya Dewa yang melihat putranya sudah rapih.
“Iya Yah, hari ini ada klien penting dari luar negeri,” sahut Reno sambil menatap istrinya yang
Kini Ellina kembali ke Apartemen, dia sangat kecewa pada Reno, karena dia tidak akan menyangka kalau Reno masih menemui Alya, kini dia memasuki kamarnya bersama Reno dia terus menangis, sesekali dia memegangi kepalanya mungkin karena terlalu banyak mengeluarkan air mata jadi kepalanya terasa sedikit pening sekarang.“Kenapa kamu tega mas?, kenapa kamu tega sama aku, kenapa mas diam-diam masih menemui Alya kenapa tidak jujur padaku, kenapa kamu harus berbohong sama aku, aku kecewa sama kamu mas sangat kecewa hikz... hikz..., apa kamu hanya mempermainkan perasaanku saja hiks... hiks..."Kini tangis Ellina semakin menjadi, setelah cukup lama menangis akhirnya dia pun kini tidur meringkuk di ranjangnya karena keleha.Malam pun tiba, Reno baru saja pulang dari kantornya, saat dia memasuki apartemen Reno sangat bingung dia melihat apartemennya gelap karena lampu-lampu diapartemennya belum dinyalakan.“Kenapa gelap begini,”Ucap Reno lalu
Reno kini terlihat panik dengan terus mengguncangkan tubuh istrinya agar sadar dari pingsannya, namun hasilnya nihil, karena tidak berhasil Reno pun lalu membopong tubuh Ellina ala bridal style untuk dibawa ke rumah sakit.“Bangunlah sayang, jangan membuatku khawatir,” ucap Reno yg kini sedang menyetir untuk membawa Ellina kerumah sakit.beberapa menit kemudian Reno pun sampai dirumah sakit dan dia langsung membawa Ellina masuk ke dalam rumah sakit.“Dokter, Suster tolong istri saya,” teriak Reno seperti kesetan.“Ada apa Ren?" tanya Renata yg memang sedang tugas malam dan tidak sengaja mendengar teriakan dari lobby rumah sakit, dan saat dilihat dia adalah putranya dengan seorang wanita dalam gendongannya.“Bun, tolong Reno Bun Ellina tiba-tiba pingsan, Reno takut terjadi sesuatu pada Ellin. Bun,” ucap Reno yg kini terlihat panik.“Astaga Ellin, baiklah bawa dia keruang IGD, suster tolong siapkan peralatan ku tolong ambil diruangan ku,” Ucap Renata pun kini mengikuti Reno yang membawa
Kini Reno dan Renata pun sedang menunggu Ellina siuman, Reno duduk disamping brankar Ellina, sedangkan Renata kini duduk di sofa sesekali dia memejam kan matanya karena malam sudah semakin larut, untungnya Renata sedang jaga malam, jadi keluarga tidak khawatir kalau Renata tidak pulang, satu jam kemudian Ellina pun akhirnya siuman, dia melihat Reno tengah mengenggam tangannya sambil menyandarkan kepalanya ke brankar Ellina. “Kenapa aku ada disini?" batin Ellina bertanya pada dirinya sendiri, lalu dia menatap kearah Reneta yang sedang bersandar disandaran sofa, sambil memejamkan matanya, setelah itu dia kembali menoleh kearah Reno dan berusaha melepaskan genggaman Renata sambil bersandar dipinggiran brankarnya, namun tiba-tiba Reno terbangun karena merasakan tangan Ellina yg terlepas darinya, kini Reno menatap Ellina dengan lekat.“Kamu sudah bangun sayang, apa kau membutuhkan sesuatu? Kalau ada biar aku ambilkan,” cercah Reno lalu kembali mengenggam tangan Ellina.“Tidak lepaskan tan
Kini Reno dan Ellina pun sudah sampai dirumah kediaman Aditama, keluarga Aditama pun menyambut Ellina dan Reno dengan penuh gembira, bahkan Ellina diperlakukan sangat baik oleh Semua keluarga, karena semalam Renata sudah memberi tahukan tentang kehamilan Ellina, kini mereka pun berkumpul diruang keluarga mereka sangat bahagia karena kini keluarga Aditama akan kedatangan satu anggota keluarga baru. “Wah aku kalah saing dengan Dewa, ternyata dia akan mendapatkan cucu dengan cepat dari Ellina dan Reno,” seru Adrian dengan riang. “hahaha putraku memang sangat hebat dia sama denganku, bisa dengan cepat memberikan Reno junior dirahim Ellin, siapa dulu ayahnya Sadewa Aditama hahaha," Mendengar ucapan Dewa semua pun menatap Dewa dengan tatapan horornya, membuat Dewa menghentikankan tawanya. “Kenapa? Kenapa menatap ku seperti itu?” tanya Dewa dengan menatap datar semua yang kini menatapnya dengan aneh, tapi tiba-tiba Semua pun tertawa membuat Dewa mendengus kesal pada semuanya. “Selamat ya
Ditengah hiruk pikuk keramaian bandara soekarno hatta. Terlihat seorang pemuda tengah berbicara bersama seseorang lewat ponselnya tanpa memperdulikan orang-orang sekitarnya."Iya Bun. Sebentar lagi Reno sampai kok. Tapi ke apartemen dulu ya." "Baiklah, Nak. Tapi yakin kamu gak mau dijemput? Biar Inna yang jemput." Sang bunda berkata dari seberang sana."Gak usah bunda sayang. Reno bisa pulang sendiri aja kok.""Ya sudah kalau gitu. Kamu hati-hati dijalan ya, Nak. Jangan lupa nanti pulang ke rumah, sudah 5 tahun kamu gak pulang, Ren." Peringat sang bunda."Iya bunda kesayangan. Udah dulu ya, bun. Reno mau ke pesan taksi dulu soalnya."Reno pun lalu menyudahi pembicaraannya dengan sang bunda lewat ponselnya. Lalu dia pun memasukan ponselnya ke dalam kantong celana jeansnya. Namun, saat dia akan melanjutkan langkahnya. Tiba-tiba dia mendengar suara teriakan seorang perempuan yang entah memanggil siapa."Itu dia! Iya it
"hufh! aku jadi bingung harus masak apa ya?" Tanya Ellina. Pada dirinya sendiri, lalu dia pun membuka kulkas dan disana tertata rapi bahan makanan mentah, sayuran, daging dan ikan juga telur. Ellina hanya melongo lalu dia mengambil beberapa butir telur dan juga ikan. Dia pun mulai memotong ikan dengan asal tentunya, dia juga mengambil sayuran untuk dia masak."Aku coba masak ini deh. Ibu sudah pernah memberi tahu aku cara memasak, meski cuma sedikit," ucap Ellina. Dia pun jadi teringat dengan pesan ibunya dulu, agar dia belajar memasak. Andaikan saja dia menuruti saran ibunya pasti sekarang tidak akan begini jadinya. Ellina pun kini bertarung didapur dengan pearalatan dapur milik Reno.Sementara itu dikediaman Aditama. Reno sedang berbincang dengan ayah, kakenya juga kakak iparnya diruang keluarga. Sedangkan para wanita memasak didapur untuk makan malam bersama."Bagaimana kamu bisa sehebat itu, Ren?" Tanya Elvano pada a
Waktu sudah menunjukan pukul 08.00 pagi. Reno pun sudah bangun dari tidur lelapnya. Dia kini keluar dari kamarnya, namun dia melihat apartemennya masih sepi dan sepertinya belum ada yang membersihkan ruangan apartemennya itu. Tentu saja Reno terlihat kesal lalu dia pun menuju kamar tamu untuk membangunkan Ellina. Karena dia yakin gadis itu pasti belum bangun.Dok Dok Dok"Ellin bangun kamu...!" Teriak Reno. Sambil menggedor-gedor pintu kamarnya dengan kesal.Ellina pun akhirnya keluar dengan baju yang dia pakai kemarin. Karena memang dia tidak memiliki baju satu pun. Tidak ada satu pun bajunya yang tersisa akibat kopernya hilang di bandara."Ada apa sih? Ini kan masih pagi. Tapi sudah gedor pintu kayak penagih hutang saja." Tan merasa bersalah sedikit pun Ellina malah
Sore pun berganti malam. Makanan yang Ellina masak pun sudah tersaji dimeja makan. Seteleh selesai masak Ellina pun kini merapikan dapur yang semula berantakan karena bekas memasak. Kini sudah kembali rapih."Hufh! Lelah sekali aku mandi dulu ah. Badanku sudah sangat lengket," Ucap Ellina. Lalu dia pun kembali ke kamarnya.Didalam kamar dia melihat paperbag yang berisi baju-baju yang tadi pagi dia beli. Kini sudah berada di ranjangnya."Ternyata meski galak tapi Reno bisa bersikap baik juga. Buktinya baju-baju ini aku hampir lupa karena terlalu lama dirumah keluarga Reno. Tapi pria itu masih ingat dan membawakannya untukku. Mungkin dia pulang dan menaruh ini tadi pagi," Lanjutannya lalu dia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Sementara Reno. Dia baru