Kini Ellina dan Reno pun mendatangi butik Alya. Mereka pun berpura-pura ingin memesan baju desain Alya untuk acara pertunangan mereka.
“Hey! Apa yang lo katakan? Sejak kapan gue mau bertunangan sama lo!" Protes Reno tidak terima. Dengan apa yang dikatakan Ellina.
“Ssttt..., Jangan bawel Tuan. Ikuti saja rencanaku cuma dengan ini kamu bisa mulai dekat dengan Alya tuan. Dan aku akan mencoba mengajaknya mengunjungi apartemenmu. Nanti aku akan membuat rencana agar kalian bisa mengobrol,” Bisik Ellina.
“Lo yakin ini bisa berhasil? Lalu bagai mana caranya gue mendekati Alya. Kan dia tahunya kita akan bertunangan," sahut Reno. Dengan suara pelan.
“Dasar bodoh! Ini kan cuma memancing saja agar Alya mau berdekatan denganmu. Dan kau punya alasan untuk mendekatinya! Setelah kalian dekat dan Alya mulai membuka hatinya. Kau bisa menjelaskan semuanya dan tugasku selanjutnya mencari tahu tentang kekasihnya,” bisik Ellina lagi dengan penuh percaya diri.
“Nona, Tuan. Ibu Alya memanggil kalian keruangannya,” Ucap pelayan butik itu. Ellina dan Reno pun memasuki ruangan Alya. Dan disana tampak Alya sedang duduk dis sambil mengotak ngatik laptopnya.
“Duduklah,” Ucap Alya yang menyadari kedatangan Reno dan Ellina. Kini mereka pun duduk berdampingan, sedang Alya masih fokus dengan laptopnya diruang kerja. Alya pun kini hanya ada keheningan tanpa ada yang memulai pembicaraan.
“Nona Alya, desain-desain bajumu sangat indah. Aku ingin memakai desainmu untuk gaun diacara pertunanganku dengan Reno. Iya kan sayang?" Ellina pun bertanya pada Reno untuk memulai pembicaraan. Tentu saja dengan meminta persetujuan Reno. Membuat Reno manatap tajam ke arah Ellina. Tapi bukannya takut Ellina malah mengedipkan sebelah matanya pada Reno membuat Reno mengernyitkan keningnya. Alya menghentikan aktivitasnya dan menatap Ellina dan Reno secara bergantian.
“Jadi kamu mau tunangan, Ren? Ya ampun selamat ya, aku seneng banget akhirnya sahabatku yang selalu takut didekati wanita mendapat pasangan juga,” Ucap Alya. Yang kini duduk disamping Reno dan itu membuat Reno tegang karena harus duduk sedekat itu dengan Alya setelah sekian lama. Alya pun merangkul pundak Reno sambil tersenyum sumringah tanpa terlihat sedih sedikit pun.
"Baiklah Nona Ellina. Gaunnya mau pake desain yang mana?” Tanya Alya. Yang terlihat begitu antusias.
“Emm.... Gimana kalau kita bicarain ini nanti malam di apartemen Reno. Sayang tolong berikan alamatnya. Kita bisa sambil makan malam aku ingin kau mencicipi masakan ku. Mau ya.” Ajak Ellina pada Alya.
Alya pun nampak berpikir sejenak. Sampai akhirnya dia pun setuju dengan ajakan Ellina untuk berkunjung ke apartemen sahabatnya itu.
“Ok baiklah. Ide bagus juga, lagi pula malam ini aku sedang tidak ada acara apapun,” Sahut Alya. Tanpa curiga sedikit pun. Bahwa itu semua hanya rencana Ellina untuk mendekatinya dengan Reno.
“Ok aku tunggu ya. Oh ya sayang ini sudah selesai kita pulang yuk. Atau kamu mau mengobrol dulu dengan sahabatmu ini?” Tanya Ellina. Yang kini mengedipkan matanya pada Reno. Namun sayangnya Reno tidak mengerti kode yg diberikan oleh Ellina. Agar dia tetap bersama Alya dan menemaninya.
“Ayo kita pulang,” Ajak Reno sambil menggenggam tangan Ellina.
“Ya ampun pria ini. benar-benar ya! Pantas saja Alya terus menganggapnya teman lihatlah dia. Malah memilih pulang dari pada menemani Alya padahal ini kesempatan bagus untuknya," Gerutu batin Ellina.
Dan disinilah Reno dan Ellina sudah sekarang sudah berada ditempat parkir di butik milik Alya.
“Masuk! Apa lo gak mau pulang?!” Reno kini terlihat kesal. Karena tidak ingin ditinggalkan sendirian akhirnya Ellina pun masuk dengan kesal kedalam mobil Reno.
"Lo kenapa diam aja dari tadi? Biasanya kau mengoceh terus kalau aku belum menyuruhmu diam,” Ujar Reno. Sambil fokus menatap ke depan karena sedang menyetir. Namun, Ellina tetap diam dan itu membuat Reno kini menoleh kearah Ellina yang masih terdiam tanpa menjawab pertanyaan Reno.
"Baiklah gue mengaku salah. Tapi gue benar-benar malu. Gue juga bingung harus bicara apa kalau cuma hanya berdua saja dengan dia." Reno memang merasa bersalah karena tidak menggunakan kesempatan dengan baik untuk lebih dekat dengan Alya.
“Kau ini pria atau bukan sih, Tuan? Kamu tahu susah payah aku merencanakan ini dan memberimu kesempatan untuk berdua dengannya agar kalian bisa dekat lagi. Tapi kau malah menyia-nyiakannya tuan,” Ucap Ellina yang kini terlihat kesal. Dia pun menghela nafasnya, untuk menghalau emosinya.
“Ssstt... diam! Lo ini ya. Sekalinya bicara bikin kepala gue pusing. Lo sadar tidak kalau lo bicara kadang tanpa titik dan koma. Gue sampai pusing mendengar saat kau bicara." Protes Reno. Membuat Ellina mengigit bibir bawahnya karena memang dia merasa bicara tanpa jeda.
“Maaf tuan hehe habis aku kesal pada, Tuan. Oh ya tuan tolong kau bilang pada Tante Renata. Kalau belajar masaknya disambung lagi besok. Karena hari ini aku harus menyiapkan makan malam yang romantis untukmu dan Alya. Jadi aku harus mendekor apartemenmu dengan indah setelah itu aku akan memasak masakan special untuk kalian berdua dan kali ini aku tidak mau tahu kau harus berusaha membuatnya nyaman denganmu," Ucap Ellina. Reno pun hanya menganggukkan kepalanya, tidak butuh waktu lama kini Reno pun sudah memarkirkan mobilnya dibasmen apartemennya.
Setelah masuk apartemen. Ellina pun memulai memikirkan apa saja yang dia butuhkan lalu memberikan daftar belanjaannya pada Reno. Awalnya Reno protes tapi akhirnya karena paksaan dari Ellina ia pun pergi membeli semua barang yang ada pada daftar belanjaan yang Ellina tulis. Setelah mendapatkan semua Ellina pun langsung memulai mendekorasi apartemen Reno dengan indah dan Reno pun dibuat terkagum-kagum dengan dekorasi yang terlihat begitu indah dan terkesan romantis diruang makannya itu.
*****
Malam pun akhirnya tiba. Kini persiapan pun sudah selesai. Meja makan juga sudah tetata rapih dan makanan pun sudah tersaji. Sedang Reno kini tampak gagah dan tampan dengan setelan jasnya karena ingin membuat Alya terkesan dengan penampilannya.
“Wow ternyata dia memang tampan. Andai saja aku bertemu dengannya dengan cara berbeda pasti aku akan membuatnya tergila-gila padaku. Astaga apa yang kau pikirkan Ellin. Kau memang sudah tidak waras,” Ucap batin Ellina. Sambil memukul-mukul kepalanya dengan pelan.
“Ellin, lo kenapa? Lo baik-baik saja kan?” Tanya Reno. Yang kini duduk dengan santai disofa. Meski dalam hatinya merasa deg degan karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.
“Eh. Ti-tidak apa-apa hanya kok, Tuan. Cuma kepalaku agak sedikit pusing mungkin karena kelelahan. Apa aku boleh makan dulu tuan? Sebelum Alya datang?” Tanya Ellina. Reno pun mengangguk. Namun, baru saja Ellina akan melangkahkan kakinya kedapur tiba-tiba bel pintu apartemen pun berbunyi.
“Astaga jangan-jangan itu Alya, Tuan. Sepertinya Alya sudah datang! Tuan kau bukalah pintunya. Aku akan sembunyi. Jika dia menanyakan aku bilang saja kalau aku sedang pergi sebentar,” Ucap Ellina. Dengan tersenyum pada Reno.
“Tapi lo belum makan,” Sahut Reno yang juga sedikit khawatir pada asistennya itu.
“Jangan khawatirkan aku, Tuan. Aku bisa makan nanti, ini kesempatanmu jangan kau sia-siakan malam ini adalah malam yang menentukan kau dan Alya akan bersama atau kau akan kehilangan kesempatanmu jika kau hanya diam saja. Kalau perlu kau lamar saja dia langsung," Ucap Ellina. Memberikan semangat pada Reno. Dan Reno pun kini mulai yakin karena semangat dan dukungan yang diberikan Ellina padanya.
"Ellin." Panggil Reno saat Ellina akan memasuki kamarnya.
“Ya tuan,” Sahut Ellina sambil menoleh kearah Reno.
“Terima kasih, aku janji aku tidak akan mengecewakanmu. Aku akan berusaha untuk membuat Alya menerimaku,” Ucap Reno. Sambil tersenyum. Ellina pun mengangguk dan membalas senyuman yang Reno tujukan untuknya. Namun, entah kenapa kini perasaan Ellina sangat senang saat melihat Reno tersenyum padanya. Tapi Ellina mencoba menepis pikirannya dan kini dia pun masuk kedalam kamarnya. Sementara Reno kini dia membuka pintu apartemennya dan kini Reno melihat Alya didepan pintu. Gadis itu tampil cantik dengan mini dressnya yang agak ketat. Membuat Reno semakin terpesona dengan penampilan Alya.
Reno pun mempersilahkan Alya masuk dan akhirnya tanpa ragu Alya pun masuk lalu Reno pun mengajak Alya keruang keluarga. Setelah sama-sama duduk. Hanya ada keheningan di ruangan itu, sampai akhirnya Alya lebih dulu membuka suaranya.
“Ellina mana Ren? Kok gak ada?” Tanya Alya. Yang tidak melihat ada tanda-tanda orang lain di apartemen itu selain Reno dan dirinya.
“Ellin dia sedang ada keperluan. Jadi dia pergi sebentar mungkin sebentar lagi dia pulang. Emm.... Kamu pasti lapar kan? Ellina sudah masakin buat kamu. Dia bilang kamu harus mencicipi masakannya,” Ucap Reno. Meski semula dia tidak mau. Tapi karena Ellina menelepon dan nemaksa untuk makan lebih dulu. Jadi Alya pun mau, kini Reno dan Alya sudah ada dimeja makan yang terlihat sangat romantis. Alya sangat bingung dengan suasana romantis diruangan itu. Bukankah mereka hanya ingin membicarakan soal gaun pertunangan mereka berdua saja. Lalu untuk apa dia dibawa keruang makan yang terlihat sangat romantis dan itu benar-benar membuat Alya bingung.
“Ren, apa aku tidak salah lihat? Bukannya kita akan membicarakan gaun pertunanganmu dengan Ellina?" Tanya Alya. Dengan penuh tanda tanya dibenaknya.
“Ayo tuan pasti kau bisa,” Ujar Ellina menyemangati Reno dari dalam kamarnya. Karena Ellina yang mengintip dari celah pintu yang dia buka sedikit.
“Se-sebenarnya aku dan Ellina tidak ada hubungan apa-apa Al. Dia hanya gadis yang aku tolong karena dia sudah terkena jambret di bandara dan soal gaun itu. Ellina hanya membuat alasan karena dia ingin menolongku, agar kau mau datang kesini. Aku memang pria pengecut Alya. Aku tidak bisa menyatakan perasaanku sendiri," Ucap Reno dengan penuh keberanian.
“Maksud kamu apa, Ren?” Tanya Alya. Yang masih bingung dengan apa yang Reno bicarakan.
“Aku mencintaimu Alya," Ungkap Reno to the point dan itu membuat Alya terkejut saat mendengar pengakuan Reno.
“A-apa! Sejak kapan, Ren? Sejak kapan kamu mencintaiku?” Tanya Alya. Yang mulai mengerti arah pembicaraan Reno.
“Sejak kita SMA Alya. Dan sampai sekarang aku masih memendam rasa cintaku untuk kamu, Al. Dan hari ini dengan mengumpul kan seluruh keberanianku, aku mengatakannya. Apa kau mau menerimaku Alya? Aku ingin kita menuju jenjang yg lebih serius bukan hanya pacaran," Ucap Reno. Sambil menyodorkan sebuah cincin yang cantik pada Alya. Namun, ucapan Alya membuat hati Reno kembali hancur dan kali ini dia terlihat begitu kecewa karena penolakan Alya.
“Maaf Ren. Tapi aku tidak bisa. kamu tahu kalau sudah ada Randi dalam hidupku,” ucap Alya. dengan selembut mungkin agar tidak terlalu menyakiti hati pria itu. Akhirnya Reno pun kembali menarik tangannya dan menutup kotak cincin yang terlihat indah dan cantik itu.
“Sudah aku duga ini semua akan sia-sia. Tapi tidak apa-apa setidaknya aku sudah menyatakan perasaanku. Perlu kamu tahu Al. Bahwa Randi itu pria tidak baik, aku pernah melihat dia beberapa kali bermesraan dengan beberapa wanita,” ucap Reno. Alya yang mendengar perkataan Reno pun tidak terima karena Reno sudah berani menjelek-jelekkan kekasihnya. Alya akhirnya mendekati Reno dan tanpa diduga
Plakk! Plakk!
Reno pun mendapatkan tamparan dari Alya. Ellina yang memang sedikit memgintip kini menutup mulutnya yang menganga karena melihat Alya yang menampar Reno dengan dua kali tamparan dipipinya.
“Ingat Reno! Jangan pernah kau menuduh Randi dengan tuduhan yang tidak-tidak. Aku tidak akan percaya padamu meski kau sahabatku. Dan aku tidak akan membiarkanmu menuduh kekasihku dengan tuduhan kejam seperti yang kau tuduhkan tadi,” ucap Alya dengan penuh amarah pada Reno lalu setelah bicara seperti itu Alya pun akhirnya pergi dengan kemarahannya. Meninggalkan Reno yang masih mematung dengan penolakan yang begitu mengiris hatinya.
Setelah Alya pergi. Kini Reno memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Alya. Ellina pun keluar dari kamar dan menghampiri Reno yang masih berdiri di ruang makan, Ellina mendekati Reno dengan takut-takut karena rencananya sudah gagal, meski bukan dia yang membuat semuanya gagal.
“Tuan maaf. Aku tidak tahu kalau Alya akan marah seperti itu,” ucap Ellina dengan suara Pelan. Karena tidak ingin Reno menyalahkannya.
“Sudahlah lupakan itu bukan kesalahan lo. Oh ya lo belum makan dari tadi. Sekarang makanlah nanti lo sakit,” Ucap Reno yang kini matanya sudah berkaca-kaca. Melihat itu Ellina pun langsung memeluk Reno dengan erat.
“Menangislah Tuan. Jika kau ingin menangis jangan dipendam karena itu akan sangat menyakitkan,” ucap Ellina. Sambil memeluk Reno dengan erat dan sesekali mengusap punggungnya.
“Kenapa? Kenapa Alya tidak pernah menyukai gue, Lin? Apa gue tidak pantas untuk mendapatkan cintanya? Apa gue sangat buruk dimata Alya. Jawab Ellina?!”
Kini Reno benar-benar menangis membuat Ellina ikut menitikan air matanya. Karena baru kali ini dia melihat sisi rapuh dari seorang Reno yang selalu terlihat cool dan galak saat dihadapannya.
“Tidak Tuan. Aku yakin Alya akan kembali padamu setelah dia melihat sifat busuk kekasihnya. Sabar lah aku pasti akan membuat Alya menyadari perasaannya padamu tuan,” Ucap Ellina berusaha menenangkan Reno. Mendengar ucapan Ellina. Reno pun mengangguk lalu dia melepaskan pelukannya pada Ellina.
“Terima kasih Ellina. Terima kasih karena sudah ada saat gue membutuhkan dukungan. Baiklah lo pasti laparkan? Jadi ayo kita makan nanti keburu dingin makanannya. Nanti gak enak makanannya kalau sudah dingin. Dan maaf ya mungkin gue terlalu lebay jadi cowok,” Ucap Reno. Ellina dan Reno akhirnya pun makan bersama dan sesekali Ellina pun mencuri pandang pada Reno yang kini terlihat raut kesedihan diwajahnya.
“Eh, enggak kok tuan wajarlah dan manusiawi kalau sedih gak usah dipendam nangis aja gak apa-apa kok. Dari pada dipendam jadi penyakit loh Tuan hehe,” ucap Ellina. Sambil tertawa kecil, membuat Reno tersenyum karena melihat tingkah menggemaskan asistennya itu.
“Aku berjanji Ren. Dia akan menyesali penolakannya padamu,” Ucap batin Ellina. Lalu akhirnya mereka pun memakan makan malam berdua saja dengan santai dengan sesekali Reno tersenyum melihat tingkah Ellina yang lucu saat makan. Sementara yang diperhatikan malah asik makan karena memang dia sedang sangat lapar.
Bersambung
Sudah beberapa hari setelah kejadian itu. Reno mengurung diri dikamarnya, dia keluar jika membutuhkan sesuatu saja. Dan itu membuat Ellina khawatir, sebenarnya Ellina bisa saja senang karena itu berarti Reno yang bawel dan galak itu tidak akan memerintahkannya sesuka hati. Tapi entah kenapa Ellina malah merindukan kebawelannya dan sikap galaknya Reno.Ellina pun pamit pada Reno untuk kaluar membeli stok makanan karena makanan yang ada dikulkas sudah menipis Reno pun memberikan izin dan memberinya kartu kridit miliknya pada Ellina. Kini Ellina pun pergi dengan naik taksi untuk pergi ke supermarket.“Astaga aku bingung apa saja yang harus aku beli ya?” Tanya Ellina pada dirinya sendiri. Namun, tiba-tiba dia mendapat ide menanyakan pada ibu Reno. Lalu Ellina pun mengambil ponsel di tas kecilnya, ponsel itu sengaja Reno berikan untuk jaga-jaga jika ada seseuatu terjadi pada Ellina agar dia bisa langsung menghubunginya.“Halo tante sibuk
Kini Reno pun menuju kearah pintu, dia pun segera membuka pintunya, namun saat pintu terbuka Reno sangat terkejut, karena melihat Alya yg kini sedang berdiri didepan pintu apartemennya sambol menangis, bruk Tanpa izin Alya pun langsung menubruk tubuh tegap Reno, tanpa sungkan Alya pun memeluk Reno dengan erat, perlahan tapi pasti kini Reno mulai membalas pelukan Alya, ini lah yg Reno dambakan sejak dulu, mereka pun berpelukan didepan pintu, Ellina yg merasa Reno terlalu lama membuka pintu pun kini menghampiri Reno. “Ren, siapa yang dat-“ ucapan Ellina pun terhenti dia menutup mulutnya lalu memilih untuk pergi karena tak ingin menganggu kebersamaan mereka. “Maaf kan aku Ren, maaf kan aku karena aku tidak mempercayai ucapanmu, untung saja Ellina menemui ku tadi siang, jadi berekat dia aku mengetahui kebusukan Randi,” ucap Alya masih dalam keadaan memeluk Reno. “Ellin, jadi gadis itu pamit padaku untuk menemui Alya, tapi kenapa dia berbohong, dengan bilang
Pagi hari pun tiba, Ellina pun terbangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sakit dan ngilu lalu dia menoleh ke sampingnya, danbetapa terkejutnya Ellina saat melihat Reno tertidur disampingnya dengan keadaan polos tanpa sehelai benang pun. “Ya tuhan, Apa yang terjadi? Apakah aku dan Reno semalam melakukanya, tidak ini tidak mungkin hiks.. hiks..,” ucap Ellina, kini dia menatap lirih bajunya yang berserakan dilantai, Ellina pun turun dari ranjang dan memunguti pakaiannya lalu mengenakannya kembali, dan kini dia duduk dilantai disamping ranjang Reno, sambil terus menangis menyesali perbuatannya, Reno yang masih tertidur pun akhirnya terbangun karena mendengar suara tangisan, dia pun langsung terduduk dan mencari suara tangisan itu, dan alangkah terkejutnya Reno saat dia melihat Ellina tengah menangis disamping ranjangnya.“Ellin kau kenapa menangis? A-apa aku melakukan hal itu
Reno dan Ellina pun kini sudah ada didalam mobil. Namun, hanya ada keheningan didalam mobil itu, Ellina pun menatap Reno yg kini akan melajukan mobilnya.“Apa kau siap bertemu dengan keluarga, sebagai tunanganku?" tanya Reno, Ellina yang medengar ucapan Reno pun terkejut.“A-apa tuan, ta-tapi aku, aku belum siap ke-kerumah Keluargamu. Ak...aku-“ belum sempat Ellina melanjutkan ucapannya Reno sudah melajukan mobilnya menuju ke arah rumah keluarga Aditama.“Siap tidak siap kau harus bertemu keluarga ku, dan satu lagi jangan panggil aku tuan kan sudah kubilang namaku Reno, bukan Tuan,” tegas Reno sambil melajukan mobilnya. Ellina pun mengangguk seakan patuh pada apa yang dikatakan Reno.“Ren, apa yg kita lakukan ini salah, bagaimana dengan Alya nanti?, pasti dia akan hancur kalau mengetahui tentang ini," ucap Ellina yang merasa bersalah pada Alya.“Ssttt ... d
“Benarkah itu Yah? Benarkah Ayah melakukan dengan Bunda sebelum kalian menikah?” tanya Reno sambil menatap sang ayah penuh tanda tanya. Dewa hanya bisa meneguk salivanya entah berapa kali dia menelan salivanya sendiri, karena pertanyaan putranya yang kini melakukan hal yang sama dengannya cuma situasinya sedikit berbeda, Reno langsung bertanggung jawab dan langsung mengikat Ellina sebelum menikahinya karena harus meminta izin dan juga restu kepada kedua orang tua Ellina. “Emm ... Itu Ayah waktu itu sama sepertimu dalam keadaan mabuk, tapi Ayah tidak menyangka kau juga akan mengulangi kesalahan Ayah,” jawab Dewa sambil cengengesan, tiba-tiba Adrian tertawa terbahak-terbahak mendengar cerita putra dan cucunya yang sangat mirip sama-sama tidak bisa menahan nafsunya.Dewa dan Reno saling melirik melihat Adrisn yang tertawa terbahak-bahak, sedang Elvano hanya bisa menahan tawa, karena tidak ingin durhaka pada ayah mertuanya dengan menertawakannya. “Aww ... sakit sayang,” p
Kini Reno pun sudah sampai dibutik Alya. Ia langsung masuk untuk menemui Alya, yang sedang santai sambil memakan buah dan mengotak ngatik laptopnya diruanganya. Namun, saat pintu ruangan nya terbuka Alya langsung menoleh dan dia tersenyum melihat kedatangan Reno, kini Reno pun duduk di sofa namun tidak disebelah Alya, dia seakan menjaga jarak dengan Alya.“Tumben pagi-pagi sudah datang Ren?Pasti kangen ya,” goda Alya sambil tersenyum, membuat Reno mulai bingung harus memulai memberi tahu Alya dari mana, dia hanya tersenyum pada Alya dengan sedikit canggung.“Ren ... Reno," Panggil Alya yg menjentikkan jarinya di depan Reno karena tidak mendapat respon dari Reno, sehingga Reno tersadar dari lamunannya.“Ada apa? Kenapa melamun?” tanya Alya, yang kini menatap dengan penuh tanda tanya, kemudian duduk disampingnya, akhirnya Reno pun memberanikan diri untuk menjelaskan semuanya pada Alya, setelah mendengar pertanyaan Alya. Ki
“kau tidur lah, aku akan menemani mu disini, sampai orang tuamu datang,” ucap Reno, mendengar itu Alya pun tersenyum dan memejamkan matanya.“Maafkan aku Al, semoga kau bisa mengerti dan memaafkanku tapi aku harus bertanggung jawab pada Ellina,” Ucap batin Reno kini matanya menatap lekat wajah Alya yg terlihat teduh saat tertidur.“Andai saja kau menarimaku dari dullu Al, kita pasti sudah menikah dan tidak ada hari ini, hari dimana aku dalam posisi dilema antara kau dan calon istriku,” Sambung Reno, yg kemudian membaringkan kepalanya ditepi brangkar Alya, karena kepalanya terasa sangat berat seakan mau pecah memikirkan semua masalahnya.Sementara dirumah Aditama Ellina baru saja terbangun, dia melihat kearah Sofa namun tak menemukun Reno di sana, tapi ponselnya masih tergeletak dimeja, Ellina pun berpikir kalau Reno sudah bangun terlebih dahulu dan berkumpul dengan keluarganya dibawah, kini Ellinaa pun membersihkan diri,
Kini Ellina pun masuk ke kamarnya, dia melihat Reno sedang berdiri dideket jendela dan menatap keluar jendela tanpa menyadari kedatangan Ellina.“Ren, kamu pasti belum makan iya kan?, ini aku bawakan makanan kesukaan kamu,” ucap Ellina lalu menyodorkan sepiring spageti kepada Reno dengan senyuman manisnya.“Aku bilang aku tidak lapar!” Teriak Reno.PrangggKini piring yang berisi makanan pun Reno lempar dengan kasar, melihat itu Ellina sangat terkejut dan ketakutan senyumannya pun langsung menghilang dari bibir ranumnya, lalu dia berjalan mundur sambil menutup mulutnya dia seakan tidak percaya dengan apa yang Reno lakukan padanya.“Aku kan sudah bilang, aku tidak lapar!” ucap Reno yang kini dengan suara pelan, lalu dia berbaring disofa, tanpa merasa bersalah dengan apa yang telah dia lakukan pada Ellina.