# 02 Januari 2016, @ DELUXE TOWER
‘’Hahh, leganya… Erina, gimana malam akhir Tahunmu? Pasti menyenangkan, kan?’’ Goda Jong Yo
‘’Apaan sih, Oppa. Biasa aja. Tidak ada yang spesial. Kalau Kau, Oppa?’’ Tanya Erina balik karena dia menghindari pertanyaan selanjutnya.
‘’Kalau Aku, Aku menghabiskan waktu Bersama my fiancé. He..he..’’ Ucap Jong Yo malu-malu.
‘'Oh, pasti seru sekali,’’
‘’Tentu saja. Oh iya, Kau sudah tahu belum, saat Aku berjalan-jalan bersama my fiancé di Apgujeong-Dong, Aku melihat Arthur di sana. Entah apa yang dilakukannya di sana. Aku curiga kalau dia tidak sendiri disana. Lagian itu tempat couple kalau menghabiskan waktu bersama, tidak mungkin kalau dia sendiri. Eh, tapi ini asumsi ku, ya, Erina. Jangan terlalu difikirkan. he..he..’’ Cerita Jong Yo antusias yang berhasil membuat suasana hati Erina menjadi berubah. Entah kenapa dia merasakan ulu hatinya sakit.
‘’Apa Aku cemburu? Lantas untuk apa Aku cemburu? Dia bahkan bukan siapa-siapa Aku. Lagian dia juga tidak terlihat di kantor belakangan ini sampai pergantian Tahun. Ada apa dengannya? Aishh, bodo amat dia mau ngapain. Bukan urusanku! Hihh, dasar Pria menyebalkan. Kau bilang Aku tidak perlu mengkhawatirkanmu, tapi ternyata seperti ini. Kau tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Bahkan setelah Kau meminta kontakku, Kau sama sekali tidak menghubungiku. Kenapa? Apa sebenarnya Kau sudah mempunyai kekasih, Arthur?! Hahh, sudahlah, lebih baik Aku sendiri saja dan menutup kembali hatiku rapat-rapat. Dan pura-pura tidak tahu apa-apa tentangnya. Hahhh…’’ Ucap Erina dalam hati dengan sedihnya.
Perubahan ekspresi pada wajah cantiknya juga mengundang tanya Jong Yo.
‘’Hei, Erina, waegeraeyo? Kenapa tiba-tiba murung, ya? Ahh, jangan-jangan Kau mempunyai perasaan, ya sama si Pria berhati dingin itu?’’ Tanya Jong Yo antusias seraya menatap Erina tidak percaya.
‘’Apaan sih, Kau ini. Bukan! Aku tidak apa-apa. Kajja, kita ke kantin, yuk!’’ Erina mencoba mengalihkan pembicaraan Jong Yo yang tidak ingin didengarnya sambil menarik lengan kekar Jong Yo menuju kantin.
@ Kantin
Disaat mereka berdua sedang menikmati makan siang, percakapan rekan-rekan kerja mereka berhasil menghentikan aktivitas Jong Yo dan Erina sejenak.
‘’Hey, Kau sudah dengar belum, nanti kita kedatangan Presdirut baru? Kau tahu, kalau dia pewaris kerajaan bisnis ayahnya. Tapi kenapa malah lebih memilih bekerja di sini, ya? Jauh banget dengan perusahaan milik ayahnya. Dia seorang Chaebol,’’ Ungkap teman kerja mereka, Yeri.
‘’Hahh, masa? Jinjjayo? Jeongmal? Apakah dia tampan?’’ Ucap rekan kerja yang lain, Sorim.
‘’Yey, Kau ini! Kalau masalah begitu saja langsung, deh yang ditanyain cakep apa tidak. Memangnya dia mau memilihmu?’’ Ledek Jonggi disertai dengan tawa lepas dari teman-temannya.
‘’Woii, tidak apa-apa, dong. Pede aja, dulu, lagian kalau memang beneran cakep, kan kita yang bersyukur banget. Berarti dikantor kita sudah ada dua pangeran tampan tapi berhati dingin semua. Aihh,’’ Ungkap Sorim sedih.
‘’Wah, benar juga, ya. Apa dia sedingin Arthur, ya? Aku juga tidak mengerti kenapa Arthur sedingin itu, apalagi sama gadis cantik-cantik yang ada disini,’’ Tanya Sunggyu penasaran.
‘’Hey, Sayangnya kata-kata Sorim yang terakhir memang benar. Presdirut baru kita memang dingin, jutek, arogan dan tegas. Tidak segan-segan terhadap orang yang tidak disukainya,’’ Terang Yeri sambil mengingat pertama kali melihat Presdirut barunya itu dan mampu membuatnya bergidik ngeri.
Presdirut baru ini memang tampan, tapi jauh lebih mengerikan dibanding Arthur. Tipikal Arthur itu dingin, pendiam, cuek, misterius. Tapi Presdirut baru itu cenderung arogan, dingin, jutek, misterius.
Hahh, dua-duanya memang sama saja!
.
.
.
‘’Ssttt, ada yang datang!’’ Ucap Jonggi memberitahu kawannya.
Suasana kantin pun menjadi hening seketika, karena CEO yang lama tiba-tiba ada dikantin bersama CTO, Arthur Eryk Shaquile. Seketika menjadi riuh karena sudah hampir 1 bulan mereka tidak bertemu Pangeran tampan ini. Dan satu lagi ekspresinya saat ini, sangat datar. Bahkan membuat orang enggan untuk menyapa apalagi mendekat.
‘’Wahh, cakep sekali Arthur! Aku tidak menyangka auranya keluar,’’ Ucap Sorim sambil menutup mulutnya tanda kalau dia menahan kekagumannya.
‘’Yakh, Sorim-Ssi!! Aishh, apaan sih!’’ Tegur Sunggyu. Namun malah mereka tertawa bersamaan.
.
.
Di lain sisi,
‘’Si Arthur kenapa, ya?’’ Bisik Jong Yo pada Erina, namun diabaikan oleh Erina karena gadis cantik itu sedang memperhatikan Arthur dengan sendu.
‘’Hah, kajja, Oppa! Aku sudah kenyang. Oppa mau kembali apa tetap di sini?’’ Pertanyaan tiba-tiba itu berhasil membuat Jong Yo heran.
‘’What? Aku belum selesai, lihatlah ini? Kau, kenapa Erina?’’ Tanya Jong Yo khawatir
‘’Aku duluan, Oppa! Masih banyak pekerjaanku yang belum selesai, dah,’’ Ucap Erina sambil beranjak dari duduknya.
Jong Yo hanya bisa menghela nafas sedih.
‘’Ada apa lagi dengan anak itu? Apa benar ada hubungannya dengan Arthur? Tapi apa masalahnya? Bahkan Arthur pun tidak cerita padaku. Apa benar Erina menyukai Arthur? Bahkan si Arthur pun berlagak tidak terjadi apa-apa, bahkan cuek-cuek saja, Hahh, jinjja!!’’ Ucap Jong Yo pasrah sambil mengacak-acak rambutnya.
Di sisi lain,
Pria tampan yang sedang menikmati makan siangnya, pusat perhatiannya teralihkan dengan suara di seberang mejanya. Suara gadis yang selama ini selalu menghantuinya disetiap malam. Suara gadis yang sanggup membuatnya tidak berdaya saat sendirian dan tidak bertemu dengan si pemilik suara.
Dan suara itu yang mampu menyadarkan dirinya bahwa kenyataan akan berjalan pahit.
Ia tahu itu.
Pria tampan itu sadar kenyataan pahit apa yang sebentar lagi akan ia hadapi. Kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya. Dan jikalau ia harus memilih, lebih baik ia memilih memimpin perusahaannya sendiri daripada harus mengorbankan kebahagiaannya. Lebih baik dulu ia tidak melamar pekerjaan di sini, lebih baik juga ia tidak bertemu Erina. Lebih baik ia sendiri daripada harus diabaikan seperti ini.
Menyakitkan sekali melihatnya berlalu begitu saja tanpa menyapanya sama sekali.
Sakit.
Ia pun hanya bisa menundukkan kepalanya dan menekan pelipis keningnya. Salah satu tanda kalau dia sedang tertekan.
Di seberangnya, ada seseorang yang sedari tadi terus memperhatikan perubahan dari seorang Arthur Eryk Shaquile. Sampai akhirnya seseorang itu hanya menggeleng pelan.
💘
# 12 Februari 2016, @ PT Deluxe Tower
Suasana pagi ini terasa begitu indah. Hari ini hari Jumat, hari masuk kerja sebelum hari weekend. Sebagai karyawan di bagian Divisi Pemasaran, ia cukup senang karena kali ini tidak ada yang perlu dirisaukan lagi tentang kerjaan. Karena tidak adanya lembur. Dan ia teramat senang terlebih lagi ia sama sekali tidak pernah bertemu dengan Arthur semenjak di kantin bulan Januari lalu. Dan ia cukup terbiasa oleh itu semua.
Belum selesai dirinya berbahagia, seseorang meruntuhkan kebahagiaannya.
---
‘’Erina, Kau dipanggil Pak Presdir ke ruangannya,’’ Ucap salah satu rekan kerjanya.
‘’Mwo?? AKU?!!’’ Ulang Erina sambil berdiri was-was. Bahkan membuat rekan-rekannya yang lain ikutan was-was.
Selama ini tidak pernah ada yang sampai dipanggil oleh Presdir.
‘’Ne . . .Gih,’’
‘’Aishhh! Ngapain juga? Hahh,’’ Omel Erina karena merasa tidak melakukan kesalahan. Ia pun menoleh ke teman-temannya yang saat ini juga menatapnya penuh cemas. Dan memberi isyarat agar jangan lemah dan panik.
‘’Baiklah! Semangat, Erina!!!’’ Ucap Erina yang diakhiri oleh tepuk tangan meriah dan senyuman dari teman-temannya.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬
@ Ruang Presdir, PT. Delux Tower
TOK!! TOK!!
‘’Masuk!’’ Ucap Mr. Sandy, Presdir PT Delux Tower.
‘’Permisi, Pak! Saya Erina dari Divisi Pemasaran. Ada perlu apa Bapak memanggil Saya?’’ Tanya Erina dengan tenang. Masih tidak menyadari kalau di ruangan itu juga terdapat Pria lain yang membelakanginya. Namun Erina tidak mau pusing mikirin.
‘’Ahh, oke! Kemarilah! Duduklah di sini!’’ Ucap Mr. Sandy dengan tenang seraya mempersilahkan duduk di kursi di depan Mr. Sandy.
‘’Baik, Pak!’’ Ucap Erina segera duduk di kursi itu.
Akan tetapi saat akan duduk, Erina menyadari kalau seseorang di kursi sebelahnya adalah orang yang selama ini ia hindari di kantornya.
‘’Arthur!’’ Itulah kata yang hanya mampu diucapkan Erina walaupun hanya terdengar seperti bisikan namun mampu didengar oleh si pemilik nama.
Keduanya pun sama-sama terkejut.
Terdiam dan saling pandang cukup lama hingga interupsi dari Mr. Sandy menyadarkan mereka berdua.
‘’Erina Eshal Mislav-Ssi, ada apa? Silakan duduk!’’ Ucap Mr. Sandy heran.
‘’Ahh, baik, Pak. Terima kasih!’’
‘’Begini Erina Eshal Mislav-Ssi dan Arthur Eryk Shaquile-Ssi. Siang ini Saya ingin memberitahu sebuah informasi pada kalian sebelum Saya menyampaikan di Forum Rapat Terbuka minggu depan. Bahwasanya sudah diputuskan pada Rapat Tertutup kemarin sore, Kamu, Erina Eshal Mislav akan dipindahtugaskan sebagai Asisten CTO. Kau bisa memulai pekerjaan minggu depan setelah Rapat Terbuka diadakan, ya. Dan Kamu, Arthur Eryk Shaquile. Saya minta Kamu tolong ajarkan beberapa hal mengenai CTO dll yang berkaitan dengan bidang Kamu. Ok? Sanggupkan kalian berdua?’’ Ungkap Mr. Sandy sumringah.
Bahwasanya Mr. Sandy sangat ingin melihat mereka berdua bekerja sama dalam bidang yang sama. Dan kesempatan inilah yang terbaik untuk mempersiapkan seorang Erina Eshal Mislav menjadi pemimpin yang handal. Dan lebih berkepribadian kuat.
Beliau tersenyum membayangkan itu semua.
Tapi, yang dibayangkan sepertinya tidak suka. Terlihat dari perubahan ekspresi keduanya yang terlihat tidak begitu senang dengan yang disampaikan oleh Presdir mereka. Terlihat sekali bahwa mereka berdua sedang ‘’cold war’’.
Keduanya saling menatap satu sama lainnya secara intens. Menatap dalam diam. Menyelami di kedua pasang mata masing- masing. Mencoba untuk menemukan kebenaran dan alasan masing-masing.
Dan . . .
Nihil.
Erina yang pertama kali berekspresi sambil menghela nafasnya pelan.
‘’Baiklah, Pak. Saya akan melaksanakan tugas ini sebaik mungkin. Dan untuk Anda, Pak Arthur, mohon bimbingannya? Kalau begitu Saya mohon undur diri? Terima kasih semuanya! Permisi?’’ Erina berkata sambil menundukkan kepalanya tanda dia menghormati keduanya yang notabene sebagai Boss bagi dirinya.
Dan antara sedih kecewa dan senang menjadi satu dan hanya membuat seorang Erina memasang ekspresi datar. Ia berjalan meninggalkan keduanya dan menutup pintu ruangan itu sepelan mungkin.
Erina terduduk di depan pintu itu sambil memegangi dada kirinya.
Terasa sakit.
Tanpa terasa gadis cantik ini menangis.
‘’Erina . . . ’’ Ucap Pria yang sangat mengkhawatirkan keadaan Erina saat gadis ini dipanggil ke ruangan Presdir sampai Erina keluar dari ruangan itu.
Keadaan gadis ini sungguh memprihatinkan. Ia terkesan sangat depresi. Entah apa yang membuat gadis manis ini sebegitu frustasinya tatkala keluar dari ruangan Boss besar mereka.
Ada apa?
Kenapa?
‘’Erina, apa Kau baik-baik saja?’’ Ulang Jong Yo, ya Pria yang begitu perhatian sama Erina, yang sudah dianggap sebagai adik sendiri.
‘’Ahh, ne. Gwenchanayo. Gimana, oppa? Oia, Oppa, pulang kerja mampir belanja, yuk! Oke’’ Ajak Erina sambil berdiri dari duduknya dan bergegas menuju meja kerjanya.
‘’Ah, ye . . . ’’ Ucap Jong Yo sambil memperhatikan Erina yang berjalan menjauh.
‘’Kau kenapa, Erina? Apa yang sedang terjadi padamu? Sikapmu berbeda sekali. Tapi apa ini dirimu yang sesungguhnya. Kau terkesan cuek sekali. Tanpa basa basi juga. Biasanya Kau tidak seperti ini. Biasanya Kau selalu ramai dan ceria. Tapi kenapa sekarang berbeda? Sebenarnya yang di dalam ruangan ini selain Kamu dan Mr. Sandy itu siapa, Erina? Siapa yang bisa merubah sikapmu seperti ini, Erina? Seperti orang lain. Kau bahkan tidak pernah yang namanya ‘’berbelanja’’, apalagi setelah pulang kerja. Dan Kau juga tidak pernah bicara sambil berjalan menjauhi orang yang Kau ajak bicara, Erina. Ini sungguh bukan sifatmu, Erina. Waeyo??! Hahh!!?’’ Ucap Jong Yo dalam hati mengekspresikan kesedihannya pada Erina. Ia pun lantas menoleh ke belakang karena mendengar pintu ruangan Presdir terbuka. Menampilkan sosok yang sangat ingin ia ketahui.
Sosok yang telah membuat sahabatnya sedih. Ia terkejut bukan main. Ia hanya membelalakkan matanya.
CEKLEK!!!
‘’ . . . ’’ Hening.
Saling pandang satu sama lain.
Menatap satu sama lain dengan beribu pertanyaan dan alasan di benak mereka masing-masing. Entah mereka berdua seperti dua orang musuh yang saling memendam pertanyaan.
‘’Kenapa?? Kenapa, ARTHUR ERYK SHAQUILE??!!! JAWAB AKU!!’’ Tanya Jong Yo tanpa basa basi lagi sambil memegang kerah Pria tampan yang hanya diam saja.
‘’Hahhh!!! Kau membuat dia berubah sama sekali. Entah apa masalah pada kalian berdua, lebih baik Kau bicarakan pada dia hanya berdua saja, Arthur!’’ Ucap Jong Yo pasrah sambil berlalu meninggalkan Arthur yang hanya berdiri mematung dan menundukkan kepalanya.
# 29 Februari 2016, @ R.CTO PT Delux Power
‘’ Jangan pernah menyanjung cinta,
Bila tidak mengerti maknanya cinta,
Satu terindah dalam dirimu,
Kini ada di jiwaku,
Ku inginkan cerita cinta,
Terindah bagaikan dalam dongeng,
Percintaan berhujankan rindu,
Asmara kita akankah lama?
Dalam hatiku terhibur,
Bila senyum mahalmu merebak,
Rasa resah singgah,
Bila terjadi perang,
Emosi Kau dan Aku…’’
Alunan lagu mengiringi suasana hati Arthur yang sedang resah.
Yap, Pria tampan itu kini sedang galau menghadapi suasana hatinya yang kacau dan ia bimbang harus bagaimana menyikapinya. Ia seakan kehilangan kendali atas dirinya.
Meragu.
Sudah lebih dari dua pekan dirinya tidak bertemu dengan gadis itu semenjak pertemuannya terakhir kali di ruangan Presdirut.
Bagaimana ia harus menghadapi semua ini.
Menghadapi senyum manis itu setiap hari. Menghadapi sikapnya yang sudah berubah sama sekali. Menjadi dingin dan tidak tersentuh. Menghadapi semua tuntutan pekerjaan yang megharuskannya dan dirinya saling berketergantungan satu sama lain. Tidak. Lebih tepatnya dirinyalah yang tergantung pada gadis itu. Tapi sikap gadis itu seakan menghindarinya.
Apa salahku?
Tidak.
Aku harus bicara padanya.
@ Ruangan M. Pemasaran ‘’SIALLL!!! Kenapa harus Aku??! KENAPA??! Dari sekian banyak gadis di sini, kenapa harus Aku yang dipilih?? SIALL!!‘’ Teriak Erina di ruangannya seraya melempar kertas-kertas yang sudah tidak terpakai lagi begitu saja. Ia melampiaskan kekesalannya. Ia kecewa, sedih, depresi, tertekan menjadi satu dan bahkan mampu mengguncang mental dan emosinya. Ia terluka untuk kedua kalinya. Ia tidak bisa membayangkan kalau harus bertemu dia setiap harinya. Kalau saja perasaan kecewa ini tidak ada, mungkin ia akan fine-fine saja saat diminta menjadi asisten pribadi Pria itu. Siapa coba yang merasa tidak bahagia kalau diangkat menjadi asisten pribadi Asisten CTO. Bahkan banyak dari rekan-rekan kerjanya yang menginginkan posisi tersebut. Tapi untuk saat ini, Erina tidak menginginkannya. Dia lebih baik menjadi karyawan biasa saja. Tetapi keadaan juga sudah berubah. Ia tidak menginginkannya. Ia ingin menghindarinya
# 12 Desember 2016, @ PT DELUXE TOWER TAP!!! ‘’Selamat datang Presdir Zhafar Basrian Rafael! Silakan, semua PIC sudah berada di ruangan meeting,’’ Ucap Mr. Sandy tersenyum. ‘’Terima kasih banyak Mr. Sandy! Baiklah, silakan!’’ Ucap Zhafar Basrian Rafael ramah. Terlihat sekali kewibawaan seorang Zhafar Basrian Rafael. ‘’Eh, Saya boleh ganti kemeja dahulu? Permisi!’’ Ucap Zhafar dan membungkukkan badannya. ‘’Silakan!’’ Jawab Mr. Sandy sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan Zhafar sendiri. ‘’Terima kasih!’’ Ucap Zhafar. @ Ruang Meeting VVIP Semua peserta sudah duduk tenang di kursi rapat. Tampak was-was siapa gerangan pengganti Mr. Sandy. Karena tersebar gossip dan rumor bahwa pengganti Mr. Sandy adalah orang yang temperamen dan berhati dingin. Para peserta rapat tampak membicarakan satu dengan yang lai
‘’Silakan duduk!’’ Tegas dan valid no debat yang dikatakan oleh Arthur. ‘’Ahh, i-iya baik. Terima kasih!’’ Ucap Erina pasrah. Hening hingga setengah jam berlalu tanpa suara dari keduanya. Yang terdengar hanyalah detikan jam di pergelangan tangan Arthur Eryk Shaquile dan suara Pria itu yang sedang mengetik sesuatu. Di saat Arthur masih sibuk dengan pekerjaannya, lain halnya dengan Erina. Gadis cantik itu saat ini tengah mengagumi sosok di hadapannya ini. Sosok yang benar-benar berbeda saat pertama kali mereka melakukan kontak mata. Erina benar-benar mengakui bahwa sosok Pria di hadapannya ini memanglah sosok yang dewasa dan bijak. Terlihat sekali dari attitude yang diperlihatkan. Pria ini mampu menempatkan diri pada situasi yang tepat. Tapi entahlah, ia belum mengenal seutuhnya. Saat Erina tengah mengamati Arthur, Pria itu juga menyadarinya dari ekor matanya. Ia bahagia di dalam hati karena ternyata gadis canti
# 26 Desember 2016, @ R. Presdirut Seorang Pria tampan nan gagah sedang berkutat dengan beberapa berkas yang harus segera ia selesaikan. Belum lagi berkas yang masih menumpuk di meja seberangnya, terlihat sekali belum disentuh sekalipun. Yup, Pria itu kini sedang sibuk mempelajari semua berkas-berkas di hadapannya ini. Berkas-berkas perusahaan barunya. Ia mempelajari dengan teliti. Dimulai dari berkas biodata karyawan-karyawannya, profil perusahaan, kontrak-kontrak kerja, berkas perjanjian tender, berkas pengumuman pemenang lelang, dll. Pria itu semakin antusias sekali tatkala kedua pasang matanya menemukan dua berkas yang menarik perhatiannya. Berkas yang suatu saat nanti akan berguna untuknya. Dan ia pun langsung menduplikate dua berkas itu untuk ia simpan sendiri dan mengembalikan berkas aslinya ke tempatnya. Ia lalu meneliti kembali berkas duplikatnya dan mempelajarinya dengan seksama. ‘’Waah, Aku tidak meny
`Zhafar Pov ‘’Ah, Aniyo, opsemnida! Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Gadis itu malah balik bertanya padaku dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Zhafar mengetahui dari ekor matanya. Diam- diam Zhafar juga selalu memperhatikan tingkah gadis manis ini. ‘’OMG!!! Suaranya astaga! Hahhh, lembut sekali dan mendamaikan jiwaku. Ha . . . ha . . . Eh, Tunggu! Ia mengatakan dengan ekspresi seperti itu? Wae? Dimana senyum manisnya yang tempo lalu ia perlihatkan? Apa ia masih ada masalah, ya?’’ Zhafar mencoba berfikir sejenak dengan perubahan gadis ini tapi dia juga masih fokus dengan pekerjaannya ini. ‘’Ada! Kamu siang ini temani Saya untuk membahas pekerjaan ini. Bisakah?’’ Tanyaku langsung dan menatapnya tepat di kedua manik matanya. Astaga, gadis cantik itu terkejut. Aneh. Kenapa, ya? Dan ekspresi itu sungguh menggemaskan sekali. Aihh . . .`Zhafar End  
‡♥‡ Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering. Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat. ‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati. ‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana. ‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tida
# Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO ‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia. Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya. Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri. Kal
# Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap