‡♥‡
Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering.
Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat.
‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati.
‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana.
‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tidak ditanggapi oleh sang penelepon.
‘’ . . . '' Masih tidak ada jawaban dan sedikit membuat Erina kesal. Apalagi ia juga sudah ditunggu oleh Boss-bossnya.
‘’Hallo, ini siapa, ya? Saya akan tutup kalau tidak mau bicara? Atau Sa . . . ’’ Belum sempat Erina melanjutkan kata-katanya, suara deep voice Pria terdengar sangat begitu familiar bagi Erina.
‘’Erina Eshal Mislav?'' Hanya itu yang terdengar dan itu sudah cukup membuat Erina terdiam.
Dan sekarang giliran Erina yang diam saja.
‘’ . . . ’’ Erina masih terdiam dan tidak sanggup menjawab pertanyaan dari sang penelepon.
‘’Kau benar Erina Eshal Mislav, 'kan? Akhirnya, setelah sekian lama Aku bisa menghubungimu. Dan kurasa sebentar lagi Kau akan selalu dalam jarak pandangku, Erina!'' Suara Pria itu terdengar seperti mengintimidasi Erina dengan lembut hingga membuat Erina tidak mampu berucap hanya sekedar untuk menyangkal.
PIP!!!
Sambungan telephone terputus dari pihak seberang menyisakan Erina hanya terdiam di depan dinding kaca. Ia masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Pria tadi. Ia mengingat-ingat siapa yang tadi menelephonenya.
Hingga akhirnya . . .
‘’Hah? OMOO!!?’’ Teriak Erina tertahan dan menutup mulutnya saat ia sudah mengingat siapa orang itu. Ia seperti akan menangis saat ia sudah mengingat kembali siapa yang barusan menelephonenya.
Erina tidak sanggup kembali untuk membuka masa lalu yang suram.
# Sementara itu di tempat lain, 28 Desember 2016, @ Yokohama Hotel Prefektur Kanagawa, pukul 19.00 (JST)
Terlihat seorang Pria tampan sedang menggenggam handphonenya. Ia terlihat galau untuk menghubungi seseorang. Ia duduk di sofa kamar hotelnya dengan pandangan kosong. Ia nampak ragu. Sampai akhirnya ia mencari satu nama di list kontaknya dan tersenyum tipis. Ia menekan tombol Call dan bersiap mengawali pembicaraan dengan orang yang sudah lama ia rindukan.
TUT!!! TUT!!! TUT!!!
‘’Yeoboseyo!'' Sapa suara di seberang dengan lembut dan hati-hati. Suara yang sungguh Pria ini rindukan setelah sekian lamanya.
‘’ . . . ’’ Tidak bisa menjawab sapaan dari seorang gadis di seberang sana. Ia hanya bisa diam karena ia masih tidak percaya bahwa ia bisa menemukan gadis itu.
Suara lembut itu, suara yang begitu ia rindukan.
‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?'' Tanya gadis itu penasaran dan merasa kesal karena tidak ditanggapi oleh Pria ini.
‘’ . . . ’’ Pria tampan ini masih diam tidak berkata apa-apa.
‘’Hallo, ini siapa, yaa? Saya akan tutup kalau tidak mau bicara? Atau Sa . . . '' Terdengar jelas bahwa gadis itu merasa kesal dan belum sempat gadis itu melanjutkan kata-katanya, Pria ini terlebih dahulu memotong kata-kata dari gadis itu.
‘’Erina Eshal Mislav?’’ Hanya itu kata yang terucap dan itu sudah cukup membuat gadis itu terdiam.
Dan sekarang giliran gadis itu yang diam saja.
Pria ini berpindah posisi dengan bersandar pada dinding kamar dengan gugup.
‘’ . . . '' Gadis di seberang sana masih terdiam dan tidak sanggup menjawab pertanyaan dari sang penelepon.
‘’Kau benar Erina Eshal Mislav, 'kan? Akhirnya, setelah sekian lama Aku bisa menghubungimu. Dan kurasa sebentar lagi Kau akan selalu dalam jarak pandangku, Erina!’’ Kata-kata itu terdengar seperti mengintimidasi gadis itu dengan lembut hingga membuat gadis itu tidak mampu berucap hanya sekedar untuk menyangkal.
PIP!!!
Pria itu memutuskan sambungan telephone secara sepihak dan ia jatuh terduduk bersandar di dinding kamar hotelnya. Ia memejamkan kedua matanya tatkala ia mengingat semua kenangannya bersama gadis itu.
Sekelebat kenangan bermunculan di kepalanya dan sekarang hanya menyisakan luka yang amat dalam. Dan mungkin saja gadis itu tidak akan mau melihatnya kembali. Tapi sebisa mungkin ia harus menemuinya menjelaskan semuanya.
Dan meminta maaf terhadap gadis itu.
‘’私を許して Watashi o yurushite! (Maafkan Aku!) Haha o yurushitekudasai! (Maafkan Ibuku!)’’ Hanya itu yang terdengar dari bibir Pria ini. Dan terdengar sangat jelas jikalau ia benar-benar menyesal.
Pria ini terisak dalam diam menyesali kesalahan fatalnya.
@ Ruang Rapat VVIP
CEKLEK!PIP!!!
Pintu otomatis terkunci menampilkan sosok gadis cantik yang saat ini masih berdiri mematung memandangi keadaan di hadapannya.
Erina!
Iya, benar. Ia terbengong saat di hadapannya terdapat banyak sekali Pria tampan. Ia berfikir apakah ia salah ruangan apa tidak dan menatapi datar pria-pria di hadapannya ini.
‘’OHEMJI!!? Apa ini?? Apa sedang ada pemotretan artis, ya di sini? Dan kenapa kalau foto-foto harus di sini, sih? Hishh! Eh, Tunggu . . . Kurasa itu semuanya Aku mengetahuinya. Wajah mereka ada yang familiar untukku. Tapi yang lain siapa, ya? Ahh, molla! ’’ Erina adalah gadis cantik itu yang sedang berdiri canggung karena di hadapannya ada sembilan Pria tampan yang sedang menatapnya penuh tatapan intimidasi.Bagaimana Erina tidak canggung dan gugup jikalau ditatap langsung oleh beberapa Pria tampan. Dan mungkin tatapan membunuh dan benar-benar sorotan tajam ditujukan padanya.
Erina bergidik ngeri membayangkan.
Erina mencoba untuk bersikap tenang dan santai walaupun degupan jantungnya menggila.
''Tenanglah, Erina! Kau anggap saja mereka itu orang baru. Ok!'' Erina menyemangati dirinya sendiri sambil membuang nafas perlahan. Ia menegakkan badannya dan berjalan dengan anggunnya menuju meja rapat. Saat ia sedang berjalan tadi, ia sempat melihat senyuman tipis dari Pria tampan yang memiliki warna rambut berbeda dari yang lainnya.
Yak, BigBoss gadis itu, Mr. Zhafar.
Pria tampan itu tersenyum tipis tapi dengan tatapan tajamnya yang seakan tidak pernah lepas dari gadis itu. Sama halnya dengan Zhafar, Pria di sebelahnya juga melakukan hal yang sama. Memandang Erina penuh dengan kekaguman dan sorot mata yang mengintimidasi.
‘’Ah, sillyehamnida, Tuan-Tuan. Mianhamnida karena agak lama membuat semuanya menunggu . . . ’’ Ucap Erina sambil membungkukkan badannya dan menegakkan badannya kembali.
‘’Ahh, gwaenchanayo. Aku, Kai. He . . . he . . . ’’ Ucap Pria sexy yang memakai suit biru.
‘’Hai, Eoseo Osipsio, Aku Kim Minseok, salam kenal . . . ’’ Ucap Pria yang memakai suit biru satunya.
‘’Hay, mannaseo pangawoyo, dangsin-eun maeu yeppeuda. Aku Kim Suho,’’ Ucap Pria tampan yang memakai suit hitam dan tampak berwibawa.
‘’Nǐ hǎo, kalau Aku Zhang Lixing. Hěn gāoxìng jiàn dào nǐ (Senang bertemu denganmu),’’ Kali ini Lixing yang bicara dengan tersenyum manis memperlihatkan kedua lesung pipitnya. Manisnya . . .
‘’Hallo, kalau Aku Kim Jong Dae,’’ Sambut Pria yang memakai suit kotak-kotak yang duduk di sebelah kanan arah pandang Erina dengan senyum cerahnya.
‘’Hai, Aku Kyungsoo,’’ Ucap Pria yang memakai celana kotak-kotak itu dengan ekspresi datar.
‘’Hay, hay, hay, Erina. Kalau Aku Byun Baekhyun panggil aja Baek. Taeumme kachi bap mokja? (Kapan-kapan kita makan bareng, ya?) He . . . He . . . ’’ Pria yang duduk di sebelah BigBoss itu menyambut kedatangan Erina dengan hangat dan Erina yang mendengar ajakan dari Baekhyun hanya bisa tersenyum ramah.
‘’Yak, apa maksudmu, Baek-Ssi?’’ Tanya Pria tampan di sebelah Baekhyun, yaitu Zhafar. Pria itu menatapi Baekhyun dengan ekspresi dinginnya.
‘’Yahh, santai, Bro! Aku ‘kan hanya mengajak makan-makan aja. Apa itu salah? Lagian dia juga tidak keberatan, kok. He . . . he . . . ’’ Ucap Baek santai dan cengingisan.
Di saat semuanya sudah memperkenalkan diri masing-masing dan bercanda bersama, terdapat satu Pria tampan yang sedari tadi hanya diam mengamati sekitarnya. Ia hanya terdiam. Sesekali ia melirik Erina yang duduk di depannya. Ia hanya sedang tidak dalam mood yang baik hari ini. Terlebih suasananya juga tidak begitu nyaman. Ia hanya diam mengamati gadis cantik itu.
Ya, dialah Arthur!
Tatapan sendu Arthur ternyata mampu mengalihkan perhatian Erina dari semuanya. Ia tertegun saat kedua manik mata Arthur menguncinya seakan sedang berbicara melalui bahasa isyarat mata.
Dan Erina mengerti.
Pria itu mengambil handphonenya dan mengetik sebuah pesan singkat.
Drrt . . . Drrt . . .
Sebuah notif pesan masuk di handphone milik Erina. Ia membuka pesan masuk itu yang ternyata dari Pria di depannya ini.
''Neo-reul bogosipheo, Erina . . .'' Sebuah pesan singkat yang mampu membuat Erina gusar dan tidak berani menatap balik Pria di depannya ini.
Erina terlalu takut jika perasaannya pada Pria ini mulai tumbuh lagi. Ia hanya bisa menggenggam erat handphonenya ragu untuk membalas balik pesan itu. Ia hanya diam dan melamun memikirkan pesan dari Arthur. Saat ia sedang melamun, sebuah kata berhasil menyadarkan dirinya.
‘’Erina, bisa tolong kemari! Saya perlu bantuan dari Kamu,’’ Terdengar seruan deep voice yang mampu mengalihkan perhatian Erina Eshal Mislav.
Namun tidak hanya Erina saja yang menoleh pada pemilik seruan tadi, tapi seluruh Pria yang berada di ruangan pun juga langsung menoleh ke arah seruan tadi yang tidak lain adalah Zhafar.
‘’Ah, Ne,’’ Hanya kata itu yang terucap dari bibir manis Erina.
Erina pun berjalan menuju kursi BigBossnya dan berdiri di samping Pria tampan itu.
‘’Silakan duduk, Erina!’’ Perintah Zhafar dan segera mengambilkan kursi kosong di sebelahnya.
Hal yang dilakukan oleh Zhafar pun ditatapi curiga oleh kawan-kawannya. Bahkan Arthur pun hanya melirik tajam ke arah mereka berdua.
‘’Y-ya . . . Terima kasih, Tuan!’’ Ucap Erina canggung dan entah kenapa ia melirik ke arah Arthur. Ia juga tidak mengerti. Ia merasa seseorang sedang mengawasinya saat ini dalam diam.
Di saat Erina sedang melirik ke arah Arthur, Pria itu pun juga sedang melihatnya.
Terdiam tanpa ekspresi.
‘’Erina, begini, konten yang kita buat ini sepertinya akan ada sedikit perombakan dan mungkin akan lebih diperbaiki lagi. Dan ini juga, isi dari semua proposal ini. Dan mungkin Kamu juga harus tanyakan langsung kepada yang bertanggung jawab di bagian ini. Atau tanyakan langsung kepada Atasannya,’’ Zhafar mengatakan semuanya sambil melirik ke arah Arthur begitupun sebaliknya.
Arthur merasa sedang dibicarakan. Ia pun segera membalas pernyataan Zhafar dengan santai.
‘’OK! Saya yang akan bertanggung jawab! Kita akan membahas ini sekalian di sini? Saya rasa Saya tidak keberatan untuk membahasnya,’’ Suara Pria itu terdengar menahan emosinya sedari tadi.
Ya benar, Arthur memang sedang menahan rasa tidak nyamannya dengan pemandangan di seberangnya.
Mungkinkah ia cemburu?
Entahlah!
‘’Baiklah, kita mulai saja!’’ Zhafar membalas pernyataan Arthur dengan tatapan yang sulit diartikan.
Semuanya pun segera menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Menyelesaikan deadline task yang berakhir minggu depan. Dan semuanya pun mengerjakannya dengan semangat dan canda tawa.
Dan hanya satu Pria yang hanya tersenyum tipis dengan tatapan dinginnya di saat semua orang tertawa. Entah kenapa dengan Pria itu. Tidak ada yang tahu. Yang pasti Pria itu sedang menahan gejolak semua rasa terhadap seseorang. Menahan kesal, menahan rasa cemburunya, dll yang ingin sekali ia luapkan sekarang juga.
.
.
.
‘’Baiklah, kita akhiri saja sampai di sini ya, saudara-saudara sekalian? Terima kasih atas semua kerja samanya dari kalian! Ati-ati di jalan! ’’ Zhafar mengakhiri pertemuan ini dengan tenang.
‘’OKE!!! Terima kasih semuanya, dahhh . . . ’’ Ucap Kim Jong Dae gembira
‘’Chalgayo! Dahhh . . . ’’ Ucap Kim Jongin dengan ekspresi genitnya. Ha…ha…
‘’Tto mannayo . . . ’’ Ucap Pria berwibawa, Kim Jun Myeon.
‘’Taeumme sul han jan haja, Erina . . . Chalgayo!’’ Ucap Baekhyun semangat dan diiringi canda tawa dari kawan-kawannya.
Erina hanya bisa tersenyum simpul karena mereka semuanya ternyata bisa menerimanya.
Apalagi status mereka di kantor sangatlah jauh berbeda.
Mereka semua adalah orang-orang penting di Perusahaan.
Sedangkan dirinya, ahh, molla . . .
Semuanya berpisah satu sama lain menyisakan tiga orang di depan ruangan meeting VVIP ini. Ketiganya hanya terdiam cukup lama sampai sebuah panggilan telephone mengagetkan semuanya.
Kring . . . Kring . . .
‘’Ah, Yeoboseyo, Hyung! Ada apa?’’ Zhafar segera menjawab panggilan telephone itu dengan tergesa-gesa.
'' . . . ’’
‘’Mwoo?? Kenapa bisa? Aku saat ini sedang di kantor, hyung. Aku ke sana sekarang, ya? Gomawo, Hyung!’’ Zhafar segera menutup panggilan telephonenya dan setelah berpamitan dengan Arthur dan Erina, ia segera berlari menuju tempat parkiran.
Arthur dan Erina hanya saling diam saat Zhafar mendadak pergi terburu-buru.
Keduanya hanya saling pandang.
‘’Ehem, ayuk, pulang! Kau bawa mobilkah? Atau sekalian kuantar saja, ya?’’ Ucap Arthur lembut sekaligus menanyakan kepada Erina perihal transportasi yang digunakan oleh gadis manis ini.
Arthur menatap Erina dengan lembut.
‘’Ah, tidak. Aku tadi naik angkutan umum. Dan kaianya akan merepotkan Kamu, deh,’’ Erina menolak dengan sangat halus.
Saat Arthur akan membalas ucapan Erina, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Dan petir menggelegar di luar sana.
‘’Akh! Hujan? Omo! Aku tidak bisa pulang kalau kaia gini. Astaga! Eotteohge? ’’ Erina panik sambil memandang keluar jendela besar di belakangnya sekaligus tertegun saat pantulan Arthur berada di jendela itu meskipun samar. Karena yang terlihat hanyalah pemandangan langit malam yang kelam.
Arthur hanya memandangi Erina yang berdiri di depannya dan membelakanginya ini dalam diam.
Dan Arthur menatap Erina dengan penuh arti.
Erina memalingkan pandangannya ke atas di balik jendela besar. Ia memandangi langit yang ternyata sudah berubah menjadi kelam dan terdapat kilatan cahaya di sana.
Dan sepertinya hujan ini akan lama redanya. Erina semakin bingung bagaimana ia pulangnya. Kebingungannya dijawab langsung oleh tindakan Arthur.
SRET!!!
Arthur memeluk Erina dari belakang dengan sangat intim. Pria itu sudah tidak peduli jika Erina membencinya. Ia hanya ingin menyampaikan semua perasaan risau tadi yang sempat membuatnya gamang dan tidak karuan.
‘’Ada Aku di sini! Jangan risau, Erina! Aku akan selalu di sampingmu!’’ Gumam Arthur lembut dan ia semakin mempererat dekapannya pada gadis cantik ini seakan tidak ingin ia lepaskan.
‘’Ahh . . . ’’ Hanya itu yang terucap dari bibir mungil Erina. Ia gugup karena Arthur tiba-tiba memeluknya dari belakang. Ia semakin tidak mengerti saat Pria tampan itu bergumam di telinga kanannya. Ia juga tidak tahu harus berbuat bagaimana karena ia sendiri juga masih berupaya menormalkan detak jantungnya.
Erina memegang dada kirinya pelan. Ia merasakan debaran jantungnya semakin terasa tidak normal saat Pria itu melakukan skinship. Apalagi saat hembusan nafas hangatnya menyentuh belakang telinganya, hal itu membuat Erina merinding.
‘’Aku merindukanmu, Erina. Sungguh! Aku sudah tidak bisa menahannya lagi . . . ’’ Arthur membalikkan posisi Erina untuk menghadap dirinya dan membiarkan Pria itu mengamati dengan jelas rona merah pada wajah cantik gadis di depannya ini.
''. . . '' Erina hanya mampu menatap Arthur dengan pandangan tidak mengerti.
‘’Kau sungguh sangat cantik apapun itu, Erina! Bahkan Aku tidak sanggup melihatmu berada di dekat Pria lainnya. Aku tidak bisa, Erina! Kibuni napayo!’’ Suara Arthur terdengar serak dan pelan.
Arthur mendengus pelan saat ia mengingat kembali memori beberapa jam yang lalu yang sempat membuatnya sesak. Dan saat ia mengalihkan pandangannya tepat di kedua manik mata Erina, ia tertegun dikala kedua manik mata yang cantik itu juga menatapnya balik. Ia merasa terhanyut dalam pesona mata cantik itu.
Perasaannya kembali membaik.
Arthur menatapnya penuh dengan perasaan yang tulus pada gadis ini. Ia tersenyum tipis memandang wajah cantik gadisnya.Eh? Gadisnya?
Sejak kapan?
Kalau ditanya bagaimana dengan Erina?
Ya, sudah jelas Erina gugup dan panik dong.
Bagaimana tidak gugup kalau ia ditatap tajam oleh Pria tampan dan sekarang sedang menahan dirinya agar tidak melarikan diri?
Erina hanya bisa berharap agar ia segera keluar dari situasi seperti ini. Akan tetapi rasanya mustahil karena di luar hujan masih sangat lebat dan mau tidak mau ia akan pulang bersama Pria ini.
‘’Ehm, apa Aku mengganggumu? Ah, tidak, apa Aku terlihat buruk? Kenapa harus Aku? Aku . . . Aku juga tidak mengerti. Aku . . . Hanya takut. Aku takut seseorang datang lagi. Aku tidak sanggup. Hikss . . . ‘’ Terlihat ambigu apa yang dikatakan oleh Erina Eshal Mislav. Sedangkan Arthur hanya terdiam menatapi Erina dan menunggunya dengan sabar.
Dan Erina pun memberanikan diri untuk bertanya pada Arthur dan menatap langsung tepat di kedua mata Arthur dengan mata berkaca-kaca. Dan Erina tidak sanggup menahan untuk tidak menangis di hadapan Arthur. Mengingat kembali saat seseorang tiba-tiba menelephonenya dan berkata bahwa orang itu akan selalu mengawasinya. Ia takut. Ia butuh bantuan sekarang.
Bukannya menjawab, Pria itu semakin mendekatkan tubuhnya pada gadis di depannya. Tangan kanannya mengusap lembut pipi Erina dan mengusap lembut air mata yang sempat jatuh di pipi cantik Erina.
Arthur, ia semakin mengerti mengapa terjadi perubahan pada mimik wajah gadis itu saat ia kembali ke ruangan rapat tadi.
‘’Nae sarang-eul uljima, Erina! Kumohon? Aku tidak sanggup melihatmu menangis . . . ‘’ Arthur tidak kuasa mengatakannya dan langsung memeluk gadis itu erat.
Bahkan Arthur sendiri pun juga tidak sanggup menahan untuk tidak menangis.
Mereka berdua sama-sama menangis dalam keheningan malam yang syahdu dan hujan masih setia menemani mereka.
Mungkin ini pertama kalinya bagi Arthur untuk menangis di depan seorang gadis selain Mamanya.
Benar! Arthur mengakui kalau gadis ini telah menarik hidupnya secara keseluruhan.
.
.
Setelah dirasakan cukup membaik, Arthur melepaskan dekapannya dan tangannya beralih menyentuh sudut bibir mungil Erina dengan lembut.
Posisi Erina masih sama, Ia masih berdiri bersandar pada dinding kaca besar di belakangnya. Ia terpojok oleh tubuh kekar Pria tampan di depannya ini. Dan ia seperti terkurung dan tidak bisa melarikan diri.
Dan saat Arthur semakin mendekatkan wajahnya, Erina juga tidak bisa menghindar.
PIP!
Jendela besar di perusahaan ini otomatis beralih fungsi. Jendela besar yang tadinya menampilkan pemandangan Kota-Kota besar kini berubah menampilkan siluet tubuh dua orang yang sedang berhadapan.
Mungkin seperti cermin besar.
Dalam artian, saat orang-orang diluar Gedung melihat ke arah jendela-jendela ini tidak akan bisa melihat pemandangan yang ada di dalam gedung melainkan pemandangan cantik awan-awan dan gedung-gedung bertingkat.
Ini merupakan sebuah proyek yang masih disembunyikan oleh Arthur.
Dan Pria itu menerapkannya di Perusahaan ini.
Dan berhasil!
Arthur tersenyum puas.
Bibir sexy Arthur mulai memberikan kecupan lembut pada bibir mungil Erina. Sebuah kecupan yang terasa seperti tersengat sesuatu untuk keduanya.
Erina terkejut dan ia masih ditahan oleh Arthur.
Arthur semakin menjadi tidak terkendali. Arthur semakin kehilangan akal fikirannya saat ia mencium gadis ini.
Seperti kecanduan pada gadis ini.
Perlahan tapi pasti Arthur membawa Erina menuju sofa besar di tengah ruangan tanpa melepaskan pagutan mereka.
BRUK!
Keduanya terjatuh bersama untuk kedua kalinya. Namun kali ini mereka sama-sama menginginkannya. Mereka menikmati waktu mereka satu sama lain. Menciptakan gairah bersama yang tidak tertahankan.
Perlahan dan pasti ciuman Arthur beralih pada leher jenjang Erina yang terekspose. Ia menjelajahi leher jenjang dan menciptakan bekas kissmark di sana. Hanya satu bekas kissmark. Ia tidak mau membuat gadis itu dilanda kesusahan nantinya.
‘’Ahh! Arthur-ah, stop, jebal!’’ Erina mendesah saat Arthur menciptakan kissmark di lehernya.
Arthur pun semakin hilang kendali. Tangan kekarnya kini beralih menuju dress Erina dan meremas kuat dress itu.
Bimbang apakah harus dilakukan apa tidak? Sampai akhirnya Erina berhasil menghentikan kegiatan mereka.
‘’Jebal, Arthur-ah! Jangan, kumohon! Hhh . . . hhh . . . hhh . . . ’’ Erina memegang tangan Arthur dan menghentikan kegiatan mereka.
Erina memandang lekat kedua manik mata Arthur dengan tatapan memohon dan Arthur hanya bisa menghela nafasnya pelan.
‘’Hhh . . . hhh . . . hhh . . .’’ Terdengar dari nafas keduanya. Mereka masih mencoba mengatur nafas masing-masing setelah permainan panas yang barusan mereka lakukan.
‘’Astaga, maaf, Erina! Aku kehilangan kendaliku. Hahh, tidak seharusnya terjadi. Baiklah, kita pulang, yuk? Saranghaeyo, Erina . . . ’’ Arthur mengatakan itu dan mengakhirinya dengan mencium kening Erina lama.
Mereka kini bersama-sama berjalan dalam keheningan malam yang semakin larut untuk menuju tempat parkiran khusus petinggi Perusahaan.
Tangan mereka saling bertaut.
Saling tersenyum bahagia dan malu-malu.
Entah apa, ya sebutannya?
Sesekali mereka saling melirik, sesekali mereka menunduk malu saat keduanya sama-sama menatap satu sama lain.
‡♥‡# Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO ‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia. Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya. Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri. Kal
# Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style
# Kamar Hotel, 31 Desember 2016, @ Ness Walk, Inverness, Inggris Raya, pukul 19.30 (UTC) Seorang Pria tampan terlihat murung sambil memainkan handphone di tangannya. Ia terduduk lesu dipinggir tempat tidurnya. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia kalut, ia tidak bisa berfikir tenang sekarang. Ia harus membuktikan sendiri bahwa perasaannya tidak salah. Ia merasa ia tidak salah lihat dengan ekspresi dari seseorang terhadap dirinya saat siang tadi. Ekspresi terkejut dari seseorang saat mendapati dirinya juga sedang menatapnya kala itu. Dan ia ingin membuktikannya sekarang. Pria itu pun beranjak pergi ke suatu tempat. . . . @ Kamar Hotel ErinaSaat gadis itu masih di kamar mandi, ia menatapi dirinya di depan cermin dan memegang bibirnya. Memori siang tadi sungguh masih membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mengira
‘’Ternyata memang Kau!!! Hahh, demi apa kita bertemu di sini setelah puluhan Tahun kita tidak bertemu? Apa kabar, adik sepupuku? Kau semakin tampan dan gagah pula, Aku iri denganmu! Dan . . . Kekasihmu . . . ’’ Pria di depan Arthur mengatakan semuanya dengan ringannya tanpa melihat perubahan ekspresi dari adik sepupunya sendiri, Arthur Eryk Shaquile. Ya, Arthur saat ini sedang menahan amarahnya dan kapan saja ia siap meluapkannya bahkan di tempat umum seperti ini dan ia sudah tidak perduli lagi dengan imagenya karena ia ingin menunjukkan image aslinya yang seperti ini. Pemberontak? Benar! Namun belum selesai kakak sepupunya itu berbicara, Arthur sudah memotong pembicaraan itu dengan sangat tajam. ‘’F*CK IT!!! DIAMLAH!? Mau apa Kau??’’ Arthur mengatakannya tanpa basa basi dan terdengar sudah diambang kemarahannya. ‘’Woow . . . Wow . . . Santai, bro! Jangan serius begitu! He . . . He . . . tapi beneran, deh, cewekmu ini benar-benar sanga
@ Kamar Hotel Zhafar Basrian Rafael ‘’Bagaimana? Masih sakitkah? Atau Aku panggilkan dokter?’’ Zhafar merawat luka di tumit Erina dengan lembut dan sesekali melihat ke wajah cantik Erina yang sedang menahan sakit. ‘’Hah? Ahh, tidak usah, udah agak mendingan kok. He… he… gomawo… mian…’’ Erina merasa bersalah karena tidak sengaja mencuri dengar percakapan Pria tampan ini dengan gadis tadi. Erina menunduk tidak berani menatap mata Zhafar. Mungkin karena tatapan Zhafar seperti bisa membaca fikirannya dan seperti ingin menjerat dirinya dalam pesonanya. Dan Erina tidak sanggup. ‘’Mwo? Kenapa minta maaf segala? Kau ‘kan tidak buat kesalahan, hmm. Tapi kalau hal lain, tidak usah difikirkan, Erina. Dan… Kau malah terlihat semakin cantik apalagi dengan gaunmu itu, semakin cantik, Erina,’’ Ungkap Zhafar terus terang dan masih menatapi Erina yang masih diam menunduk. Zhafar gemas sekali dengan gadis ini karena selalu sa
‘’Yak, Zhafar Basrian Rafael!!! Astaga telingamu itu! Percuma Kau punya telinga jika tidak mendengar sahutanku, astaga!!! Aku sudah berkali-kali memanggilmu, tapi Kau hanya diam saja. Hahh…’’ ‘’Ah, mian. He… he… wae? Ada apa nih? Kamu bukannya harusnya mendampingi pembicara, ya di depan? Kenapa ke sini?’’ Zhafar menanyakan keberadaan kawannya, Suho yang malah berada di sampingnya. Suho makin kesini makin tidak yakin kalau kawannya ini seorang BigBoss di kantornya. Tapi akhir-akhir ini kenapa menjadi sedikit agak lola. Ck…ck… Namun bukannya menjawab pertanyaan bodoh dari Zhafar, Suho malah menjitak kepala kawannya karena saking gemasnya pada kawannya ini. Suho berani melakukan itu karena memang umur Suho lebih tua 2 Tahun dari Zhafar. ‘’Akh… Appo! Yak, Hyung, Kau kurang ajar! Kenapa memukulku? Aku ‘kan hanya bertan…’’ Belum selesai Zhafar memprotes kawannya memukul kepalanya, ia diintrupsi oleh Suho yang malah membuat Zhafar terdiam berfikir s
‘’Aku? Ehm, sepertinya ada, Erina. Memang kenapa Erina? Kau ingin jalan-jalan?’’ Arthur bertanya balik dan ia semakin mempererat pelukannya pada gadis itu seakan tidak ingin menciptakan jarak diantara mereka. Dan ia juga sudah tidak perduli dengan perbincangan orang-orang di luar sana karena memang inilah yang sedang ia rasakan. Bahkan Arthur ingin menunjukkan pada semuanya bahkan pada Dunia bahwa ia semakin mencintai gadis ini. Semakin menyayanginya lebih dari apapun. Dan kalau bisa, ia ingin melamar gadis ini sekarang juga dan menjadikan gadis ini miliknya! ‘’Ahh… i… iya Oppa. Aku… ingin jalan-jalan. Tapi yasudah tidak apa-apa. Nanti coba Aku ajak yang lain saja karena sepertinya Oppa ada keperluan yang sangat penting. Dan itu terlihat jelas dikedua mata Kamu, Oppa. He… he…’’ Erina ternyata faham akan kegundahan hati Arthur dan benar-benar mengerti sekali keadaan Pria itu. Dewasa sekali pemikirannya. Itulah yang membuat seseorang seperti Art
Delivered! Drrt… drrt… notif pesan masuk di handphone Erina. From: Arthur OppaKau kenapa? Apa Kau baik-baik saja?? Sepertinya tidak, ya? Kalau masih sakit, kita bisa pulang lebih awal saja. Karena wajahmu sedikit pucat… Erina membaca pesan dari Pria di sampingnya dengan perasaan bahagia. Dan ia melirik sebentar lalu membalas pesan itu secepatnya. Send! Drrt… drrt… kali ini notif pesan masuk di handphone Arthur From: My beloved woman, ErinaAh, Kamu benar, Oppa. Aku sedikit agak pusing, kepalaku pening rasanya. Dan juga kakiku sudah tidak bisa diajak berkompromi deh. Aku pingin balik ke kamar saja lebih awal, bolehkah? Arthur seketika langsung menoleh cepat ke arah Erina dan mendapati gadis itu sedang memijit pelipis keningnya. Keadaan gadis itu memang benar-benar mengkhawatirkan.
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap