`Zhafar Pov
‘’Ah, Aniyo, opsemnida! Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Gadis itu malah balik bertanya padaku dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.
Zhafar mengetahui dari ekor matanya. Diam- diam Zhafar juga selalu memperhatikan tingkah gadis manis ini.
‘’OMG!!! Suaranya astaga! Hahhh, lembut sekali dan mendamaikan jiwaku. Ha . . . ha . . . Eh, Tunggu! Ia mengatakan dengan ekspresi seperti itu? Wae? Dimana senyum manisnya yang tempo lalu ia perlihatkan? Apa ia masih ada masalah, ya?’’ Zhafar mencoba berfikir sejenak dengan perubahan gadis ini tapi dia juga masih fokus dengan pekerjaannya ini.
‘’Ada! Kamu siang ini temani Saya untuk membahas pekerjaan ini. Bisakah?’’ Tanyaku langsung dan menatapnya tepat di kedua manik matanya.
Astaga, gadis cantik itu terkejut.
Aneh.
Kenapa, ya? Dan ekspresi itu sungguh menggemaskan sekali. Aihh . . .
`Zhafar End‘’Ehm, ne,’’ Hanya itu yang bisa Erina ucapkan akhirnya. Ia bingung harus menjawab seperti apa. Di sisi lain, ia masih ada satu pekerjaan tapi deadlinenya minggu depan.
Di sisi lain, ia sebenarnya agak takut dengan Pria di depannya ini. Ia masih belum memahami karakter dan sifat atasannya yang satu ini. Ia pun selalu menundukkan pandangannya.
‘’Keojitmal hajimara, Erina Eshal Mislav!’’ Terdengar tegas dan sedikit menusuk di telinga gadis itu.
‘’Hah?? Aniyoo, opsemnida! Choesonghamnida! Saya tidak bohong, Pak. Saya bersedia, Pak,’’ Ucap Erina sambil membungkuk sopan. Ia tidak berani memandang Pria di depannya saat ini yang masih intens memandangi dirinya.
`Erina Pov
‘’Sumpah, ya. Ini Pria ngeyel banget, deh. Aku tidak bohong. Hishh . . . Lagian kenapa juga dia curiga seperti itu? Ck!’’ Keluhku sambil merutuki Pria itu.
‘’Oke. Naneun dangsin-eul midseubnida, Erina! (Aku mempercayaimu, Erina!) Oia, ini mungkin berkas yang ini perlu Kamu revisi lagi, ya? Ada kesalahan sedikit di bagian kontennya. Dan untuk merevisinya, Kamu kerjakan saja di sini! Saya masih punya leptop satu lagi. Sebentar, Saya ambilkan leptopnya?’’ Pria tampan itu tiba-tiba berdiri dari duduknya dan astaga tingginya benar-benar menjulang. Ia menuju lemari untuk mengambil leptopnya yang lain dan menyerahkan kepadaku saat itu juga. Dan bisa ditebak sendiri bagaimana ekspresiku saat ini.
Cengo!
Yup, Aku memperhatikan Pria itu sambil terbengong-bengong.
‘’What? Apa tadi Aku salah dengar, ya? Apa telingaku bermasalah? Eh, kaianya enggak, deh. Dia suruh Aku ngerjain di sini? Di depan dia?? OOEMJII?! What? Haishh, apa-apaan tatapan tajamnya itu, astagaa. Menyeramkan sekali! Please! Aku tidak kuat kalau dia seperti itu. Hahh . . . Apes banget nasibku, ya? ’’ Rutukku tidak terima karena perlakuan seenaknya ini.
Benar-benar sikapnya melebihi Arthur Eryk Shaquile.
`Erina End
Hampir setengah jam berlalu tanpa adanya komunikasi dari mereka berdua. Mereka masih sibuk dengan kerjaannya masing-masing.
Untuk Zhafar sendiri, ia sedang mempersiapkan tentang materi untuk rapat Internal nanti sore. Dan Erina sendiri, ia masih mengerjakan revisi dari berkasnya. Saat tengah asik mengerjakan kerjaannya, suara berat Zhafar membuyarkan fokus dari seorang gadis cantik ini.
‘’Erina, nanti sore jangan lupa, ya! Saya minta Kamu untuk temani Saya rapat internal, ya jam 4 sore ini! Kamu hanya perlu mendampingi Saya saja. Di rapat nanti akan dihadiri seluruh pejabat/petinggi Perusahaan. Jadi, bisakah Kamu membantuku, Erina?’’ Permintaan yang diajukan tiba-tiba oleh Zhafar hanya membuat gadis itu terdiam.
‘’ . . . ’’ Tidak ada jawaban dari Erina. Gadis itu masih mencerna setiap kata-kata dari atasannya ini. Ia benar-benar bingung sekarang. Ia sebenarnya ingin mengatakan kalau sebenarnya ia masih ada pekerjaan, tapi ia tidak kuasa mengatakannya juga. Ia lebih memilih diam dan menunduk lebih dalam.
‘’Kenapa?? Apa Kau masih ada pekerjaan yang akan Kau selesaikan, Erina?’’ Tiba-tiba Zhafar mengatakan apa yang sebenarnya digalaukan oleh Erina. Dan ternyata tersampaikan juga ke gadis itu.
Dan lihatlah saja bagaimana ekspresi Erina saat ini.
Terkejut?
Pastilah!
`Erina Pov‘’Astaga!!? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dia tahu apa yang Aku fikirkan? Dan juga ekspresinya benar-benar tidak bisa diajak bercanda, nih. Astagaaa! kenapa Aku harus seperti ini? Aduhh! Aku harus bagaimana, ya? Aduhh! Please, Pak! Jangan menatapku seperti itu!’’ Erina mendongak menatap Zhafar dengan ekspresi terkejut dan bibirnya sedikit terbuka menandakan ia benar-benar takjub pada Pria ini. `Erina EndDan ekspresi gadis seperti inilah yang dibenci Zhafar.
Ya, Zhafar sedikit trauma dengan ekspresi-ekspresi yang diperlihatkan oleh seorang gadis. Bukan karena ia memiliki kelainan atau apapun, melainkan masa lalunya yang kelam yang membuatnya berfikir kalau semua wanita sama.
Zhafar menyamaratakan pemikiran wanita adalah sama. Oleh karena hatinya yang dingin belum terbuka oleh hangatnya perhatian dan cinta dari seseorang yang mampu mengalihkan dunianya.
Seorang seperti Zhafar memang terlihat dari awal seperti bad boys, tapi kenyataannya terbalik. Ia memasang sikap yang cuek dan dingin hanya untuk pertahanan dirinya sampai ia menemukan seseorang yang berhasil menembus pertahanannya.
Dan mungkin saja ia sedikit merasakan getaran itu terhadap gadis di depannya ini. Namun hal itu tidaklah mudah, karena ia akan menghadapi rivalnya yang lain.
Bagaimana tidak, seorang gadis cantik seperti Erina Eshal Mislav ini merupakan primadona di perusahaannya. Banyak sekali pria-pria yang menyukai gadis ini. Dan sepertinya rivalnya juga menaruh perhatian pada gadis ini.
Zhafar ingin memastikan sendiri.
Zhafar mulai berdiri dan memutari sedikit meja kerjanya guna mendekati Erina. Ia perlahan duduk di meja kerjanya alias duduk di depan gadis itu. Dengan tenangnya ia duduk dengan kedua tangan bersedekap dan jangan lupakan tatapan tajam dari Pria itu. Tatapan menusuk yang ia arahkan tepat di kedua bola mata Erina. Yang ditatapinya pun hanya bisa terkejut. Terlebih karena ucapan dari Pria itu yang benar-benar membuat Erina panik.
Perlahan dan pasti, Zhafar menundukkan sedikit badannya guna menyejajarkan badannya dengan Erina, posisinya selurus dengan arah pandang dari Erina. Ia memajukan badannya dan mulai membisikkan sesuatu hal yang membuat Erina tidak sanggup menjawabnya.
‘’Apa karena, Arthur, ha??!’’ Deep voice Zhafar menyeruak ke telinga Erina dan membuat Erina menegakkan badannya.
Erina seketika menoleh ke sisi saat Zhafar membisikkan sesuatu. Dan . . .
DEG!!!
Keduanya merasakan hal yang sama. Entah kenapa mereka merasakan hal itu lagi. Kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya.
‘’Ahh . . . ’’ Erina hanya mampu mengucap satu katu itu dan memegangi dadanya dikarenakan ia terlalu terkejut bahwa Pria itu tiba-tiba mengatakan hal itu dan lagi posisi mereka yang sangat-sangat dekat. Mereka berdua bisa merasakan hembusan nafas masing-masing. Saling menatap satu sama lain, menyelami sesuatu yang mungkin tersimpan di kedua bola mata masing-masing.
Zhafar masih mempertahankan tatapan matanya pada Erina. Ia tidak mau sedikitpun melepaskan pandangannya. Ia menyukai ekspresi pada kedua mata Erina. Ia juga menyukai warna mata Erina yang begitu cantik jika dilihat dari jarak sedekat ini.
Pantas Arthur juga betah berlama-lama memandang gadis ini dari dekat. Dan jika diperhatikan, semakin lama akan semakin terjerat pada pesona menawan dari gadis ini.
Dan sepertinya seorang Zhafar Basrian Rafael sudah masuk dalam pesona dari Erina Eshal Mislav.
‘’Sial!!! Kenapa dengan mata itu? Ada apa dengan dirinya? Akh, tidak! Ada apa denganku? Kenapa juga Aku terlalu memperhatikannya terlalu lama? Astaga! Gadis ini benar-benar akan sanggup membuatku oleng. Stop!! Jangan, Zhaff! Jangan dulu! Tapi Aku hanya ingin mengetahui sebenarnya hubungannya dengan Arthur itu apa? Dan ternyata sudah jelas di sini. Dari sorot matanya itu . . . Hemm . . . dan . . . Neomu yeppeoyo. Geu ibsul . . . so sexy, ’ Ucap Zhafar dalam hati dan ia mulai memikirkan semuanya saat ia menanyakan tentang Arthur dan berakhir dengan ekspresi tidak terduga dari gadis itu.
‘’OMG!! Astaga . . . Dia . . . dia kenapa seperti ini? Kenapa menatapku seperti ini? Dan kenapa juga Aku tidak bisa lepas dari tatapan matanya yang tajam itu? Huaaa . . . ’’ Erina segera bergerak mundur untuk menghindari Pria itu namun terlambat.
Erina terlambat!
Tangan kekar itu sudah menahan tubuhnya dan semakin mendekat saja dengan tubuh Pria itu. Ia terdiam dan menahan nafas tatkala sentuhan hangat dari tangan kekar itu. Ia merasakan sentuhan dari Pria ini berbeda. Ia merasa seperti tersengat sesuatu di tubuhnya. Dan itu yang menyebabkan Erina terdiam tiba-tiba.
Bukan hanya Erina saja yang yang merasakannya, tapi Pria itu juga. Ia juga merasa tubuhnya tersengat sesuatu saat tangannya tadi menahan tubuh gadis itu.
‘’ . . . ’’ Hening sampai akhirnya Zhafarlah yang memulai pembicaraan yang canggung.
‘’Erina, maaf, Aku tidak bermaksud apa-apa padamu. Aku hanya ingin memastikan saja. Baiklah kalau Kamu memang masih banyak pekerjaan, selesaikan saja pekerjaan Kamu, Erina. Biar Saya saja yang datang rapat nanti sore. Oke? Dan . . . ’’ Ucap Zhafar bijak dan tersenyum manis pada Erina.
‘’Ah, Aniyoo! Ehm, maksud Saya, Saya tidak apa-apa, Pak. Saya akan selesaikan sekarang juga setelah itu Saya usahakan untuk menghadiri rapat itu, Pak!’’ Erina segera memotong pembicaraan Zhafar dan memberikan klarifikasi bahwa ia sanggup menghadiri rapat itu. Dan tidak lama senyuman manis dari Zhafar mengembang. Ia melepaskan Erina dari dekapannya.
‘’Kamsahamnida, Erina! Tto mannayo . . . ’’ Zhafar mengatakan sambil berdiri dan melepaskan jasnya. Ia merasakan hawa panas menyergapnya. Padahal AC di ruangannya sudah maksimal. Namun ia masih merasakan kepanasan.
Erina yang melihat Pria itu melepas jasnya seketika terdiam sejenak. Memperhatikan setiap detail tingkah laku Pria itu. Dan saat itulah ia mulai terpana akan kewibawaan Pria itu. Ia benar-benar memfokuskan perhatiannya pada Pria di depannya ini. Ia mulai memperhatikan semuanya.Namun tidak ada yang bisa menebak seperti apa sesungguhnya perasaan dari gadis itu.
@ Ruang Rapat VVIPSore hari yang begitu cerah menjadi momok tersendiri bagi seorang gadis cantik, Erina Eshal Mislav.
Yaa, dia akhir-akhir ini menjadi phobia dengan ruangan tertutup yang padat orang. Ia semakin menjadi gugup saat semua pejabat memasuki ruangan dan duduk sesuai dengan nama yang tertulis pada meja masing-masing.
Benar sekali!
Erina Eshal Mislav menepati janjinya pada Zhafar bahwa ia akan menghadiri rapat internal dan duduk dengan sangat anggunnya.
Gadis manis ini mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ia tidak melihat dua Pria dingin itu di sini.
Dimana mereka?
Kenapa tidak terlihat?
Itulah yang sedang difikirkan oleh Erina. Saat Erina sibuk dengan fikirannya, seseorang duduk di samping kanannya.
‘’Belum mulai, ya?’’ Suara berat Pria cukup mengagetkan Erina. Gadis itu langsung menoleh cepat ke sampingnya dan yang ternyata bertanya padanya adalah seorang Arthur Eryk Shaquile.
‘’Hah? Oh, belum. Lihat saja, BigBoss aja belum datang! He . . . He . . . ’’ Ujar Erina gugup karena sudah hampir seminggu lebih ia tidak bertemu dengan Pria tampan itu.Seperti ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Entah!
Dan Erina hanya bisa menundukkan wajahnya karena ia tidak mampu untuk sekedar menoleh. Karena ia masih ingat dengan jelas saat terakhir kali bertemu dengan Pria ini adalah saat di ruang kerja Pria ini. Dan sekaligus memberikan kenangan manis yang tidak pernah ia lupakan sampai akhir.
Efek dari semua perlakuan Pria itu adalah sekarang ini. Erina menjadi diam tidak berkutik dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. Dan itu berat sekali.
‘’Hemm,’’ Hanya itu kata yang terucap dari bibir sexy Arthur Eryk Shaquile. Ia terlihat menerawang jauh ke depan.
Hal ini pun di sadari oleh Erina.
‘’Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat murung? Aku tidak pernah bertemu dengannya sudah hampir seminggu. Apa Aku tanyakan saja, ya? Ehmm . . . Tapi . . . Jangan, deh! Nanti saja kalau dia sudah agak relax, ’’ Erina terlihat begitu mengkhawatirkan Arthur. Ia melihat kalau Pria itu sedikit agak kurusan dari terakhir ia bertemu dengan Pria itu. Erina juga melihat kalau Arthur sedikit berbeda. Ia hanya diam saja kali ini. Tidak berniat untuk berbicara dengan Erina.
CEKLEK!
PIP!
Pintu otomatis terkunci menampilkan seorang Pria tampan tinggi dengan perawakan tegas sedang berjalan menuju tempat duduknya.
Dari caranya berjalan dan ekspresi wajahnya pun bisa ditebak kalau Pria itu sedang memendam sesuatu hal yang kurang menyenangkan. Semua peserta rapat pun juga menyadari itu semua.
Bahwa BigBoss mereka sedang di tahap waspada ‘’tidak untuk didekati’’.
ZING!!!
Hening hingga sampai 10 menit berlalu tanpa adanya suara sedikitpun di ruangan mewah ini.
Yang terdengar hanyalah detik jam di ruangan yang luas ini.Kalau biasanya di ruang rapat, semua peserta pasti banyak yang berbincang-bincang, bergosip ria dsb. Tapi berbeda dengan rapat di sini. Di situasi rapat ini seperti sedang mengikuti ujian nasional.
Tegang! Bahkan tidak ada yang berinisiatif bersuara seorangpun. Yang ada hanyalah saling pandang, saling lirik satu sama lain. Berbicarapun hanya dengan sebuah bahasa isyarat mata mereka.
Dari pandangan mata Zhafar, semua karyawannya hanya terdiam saja. Tanpa ada yang berani berbicara. Ia bingung sendiri. Apakah ia sebegitu menakutkan bagi mereka. Memang, sih hari ini Zhafar memang sedang dalam mood yang buruk. Terlebih ia mendengar kabar bahwa rivalnya yang lain akan segera menuju ke Korea. Hal yang tidak terduga untuknya.
Zhafar mengamati satu persatu karyawannya. Semuanya hadir. Dan saat pandangan matanya berhenti pada satu titik, yaitu Erina, ia hanya bisa terdiam. Fikirannya menerawang saat kejadian siang tadi. Kejadian yang membuatnya gerah. Tidak biasanya ia merasakan situasi seperti itu saat berada didekat wanita. Tapi kali ini berbeda sensasinya. Ia merasa gadis ini sangat sulit untuk ditaklukkan.
Zhafar terus saja memfokuskan pandangan matanya pada gadis manis itu. Ia seakan tidak bisa lepas dari pesona gadis itu. Apalagi senyumannya. Sungguh mempesona siapapun.Mengamati pemandangan yang indah adalah sebuah bentuk rasa syukurnya pada Sang PenciptaNya. Apalagi objek itu benar-benar mempesona.
Cantik dan sempurna!
Itulah kata yang berada di fikiran Zhafar.
Untuk beberapa saat ia tertegun saat gadis itu juga sedang menatapnya. Jantungnya berdetak keras saat gadis itu tersenyum simpul. Ia semakin tidak terkendali. Ia lupa kalau suasana hatinya tadi sedang buruk dan berubah seketika saat ia menatap gadis itu dan membuatnya gugup.
Fix, gadis itu telah merubah hidup dan hatinya!
‘’EHEM!!’’ Deheman Zhafar yang mampu mengejutkan semua yang ada di ruangan ini.
‘’Baiklah, mari kita mulai rapat sore hari ini. Para Pemangku Kepentingan yang terhormat, para Karyawan perwakilan dari berbagai Divisi, sebagai Pimpinan dari Perusahaan ini, Saya mengucapkan terima kasih banyak atas kehadiran Saudara pada rapat sore ini dan dedikasi yang Saudara perlihatkan. Tanpa adanya peran, kinerja serta dari Anda semua, mustahil bagi Perusahaan kita bisa berkembang dengan pesat seperti sekarang ini. Semoga kerja keras yang kita lakukan selama ini dapat menjadikan Perusahaan ini lebih baik dari hari ke hari. Berkat prestasi dan kerja keras dari kalian semua, sekarang Perusahaan telah mendapatkan banyak kepercayaan dari banyak pihak, termasuk investor.
Oleh sebab itu, sekali lagi Saya mengucapkan terima kasih untuk dedikasinya. Dan sebagai Pimpinan, Saya berpesan untuk seluruh Karyawan di Perusahaan ini, mari kita semua berkarya dan berjuang dalam memperlihatkan kinerja terbaik kita! Dan setelah ini Saya ingin memperlihatkan hasil dari semua kerja keras kalian semuanya . . . ’’ Ucap Zhafar panjang lebar saat ia menyampaikan pidatonya dan mulai mengarahkan mouse pointernya ke arah layar besar di belakangnya.Semua mata memandang dengan bangga sosok pemimpin yang saat ini berada di hadapan mereka. Benar-benar pemimpin yang bijaksana dan dapat menjadi contoh bagi karyawan semuanya.Pria tampan yang masih sibuk dengan kegiatannya di depan peserta rapat ini tidak menyadari kalau terdapat dua pasang mata yang masih memperhatikannya dengan seksama.
Pandangan mata Arthur terhadap Zhafar tidak dapat ditebak oleh siapapun. Pandangan dingin yang ditujukan pada Zhafar memiliki arti. Dan itu disadari oleh Erina, gadis yang duduk di samping kirinya.
Erina tidak mengerti kenapa tatapan Arthur begitu tajam saat menatap Zhafar. Dan di saat Erina menatap Arthur, tampak terlihat sepasang mata yang juga tengah memperhatikan mereka berdua. Ia menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
PROK!! PROK!! PROK!!Terdengar seluruh peserta rapat memberikan standing ovation untuk Zhafar. Mereka semua terlihat sangat bangga memiliki seorang pemimpin yang hebat. Terlihat pula Arthur dan Erina memberikan standing ovation pada BigBoss mereka. Akan tetapi ekspresi berbeda ditujukan pada Arthur. Ia terlihat datar saat melakukan itu.
Zhafar pun mengakhiri pidatonya dan kembali duduk. Saat melangkah menuju tempat duduknya, ia sempat beradu pandang dengan Arthur yang saat itu juga sedang memperhatikannya. Menatap satu sama lain dalam diam.Entah apa yang sedang difikirkan oleh dua Pria dingin ini?
Tidak ada yang tahu.
Acara rapat berlangsung hingga menjelang malam hari. Dan baru berakhir sekitar pukul 7 malam. Peserta rapat sudah bersiap-siap untuk meninggalkan ruangan rapat dan kembali ke rumah masing-masing. Akan tetapi saat Erina akan beranjak berdiri, ia tiba-tiba diinterupsi oleh Zhafar dan membuat semua orang menoleh pada mereka.
‘’Erina, jangan pulang dulu! Masih ada hal yang ingin kami bicarakan padamu, termasuk Kau, Arthur Eryk Shaquile!’’ Perintah Zhafar dan tidak bisa diganggu gugat. Pria yang disebut namanya oleh Zhafar pun hanya menatapinya dengan tatapan dingin.
‘’Ahh, baik. Saya permisi akan mengambil tas Saya?’’ Ucap Erina pasrah dan berlalu meninggalkan para petinggi Perusahaan itu.
£♥ϋę‡♥‡ Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering. Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat. ‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati. ‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana. ‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tida
# Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO ‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia. Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya. Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri. Kal
# Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style
# Kamar Hotel, 31 Desember 2016, @ Ness Walk, Inverness, Inggris Raya, pukul 19.30 (UTC) Seorang Pria tampan terlihat murung sambil memainkan handphone di tangannya. Ia terduduk lesu dipinggir tempat tidurnya. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia kalut, ia tidak bisa berfikir tenang sekarang. Ia harus membuktikan sendiri bahwa perasaannya tidak salah. Ia merasa ia tidak salah lihat dengan ekspresi dari seseorang terhadap dirinya saat siang tadi. Ekspresi terkejut dari seseorang saat mendapati dirinya juga sedang menatapnya kala itu. Dan ia ingin membuktikannya sekarang. Pria itu pun beranjak pergi ke suatu tempat. . . . @ Kamar Hotel ErinaSaat gadis itu masih di kamar mandi, ia menatapi dirinya di depan cermin dan memegang bibirnya. Memori siang tadi sungguh masih membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mengira
‘’Ternyata memang Kau!!! Hahh, demi apa kita bertemu di sini setelah puluhan Tahun kita tidak bertemu? Apa kabar, adik sepupuku? Kau semakin tampan dan gagah pula, Aku iri denganmu! Dan . . . Kekasihmu . . . ’’ Pria di depan Arthur mengatakan semuanya dengan ringannya tanpa melihat perubahan ekspresi dari adik sepupunya sendiri, Arthur Eryk Shaquile. Ya, Arthur saat ini sedang menahan amarahnya dan kapan saja ia siap meluapkannya bahkan di tempat umum seperti ini dan ia sudah tidak perduli lagi dengan imagenya karena ia ingin menunjukkan image aslinya yang seperti ini. Pemberontak? Benar! Namun belum selesai kakak sepupunya itu berbicara, Arthur sudah memotong pembicaraan itu dengan sangat tajam. ‘’F*CK IT!!! DIAMLAH!? Mau apa Kau??’’ Arthur mengatakannya tanpa basa basi dan terdengar sudah diambang kemarahannya. ‘’Woow . . . Wow . . . Santai, bro! Jangan serius begitu! He . . . He . . . tapi beneran, deh, cewekmu ini benar-benar sanga
@ Kamar Hotel Zhafar Basrian Rafael ‘’Bagaimana? Masih sakitkah? Atau Aku panggilkan dokter?’’ Zhafar merawat luka di tumit Erina dengan lembut dan sesekali melihat ke wajah cantik Erina yang sedang menahan sakit. ‘’Hah? Ahh, tidak usah, udah agak mendingan kok. He… he… gomawo… mian…’’ Erina merasa bersalah karena tidak sengaja mencuri dengar percakapan Pria tampan ini dengan gadis tadi. Erina menunduk tidak berani menatap mata Zhafar. Mungkin karena tatapan Zhafar seperti bisa membaca fikirannya dan seperti ingin menjerat dirinya dalam pesonanya. Dan Erina tidak sanggup. ‘’Mwo? Kenapa minta maaf segala? Kau ‘kan tidak buat kesalahan, hmm. Tapi kalau hal lain, tidak usah difikirkan, Erina. Dan… Kau malah terlihat semakin cantik apalagi dengan gaunmu itu, semakin cantik, Erina,’’ Ungkap Zhafar terus terang dan masih menatapi Erina yang masih diam menunduk. Zhafar gemas sekali dengan gadis ini karena selalu sa
‘’Yak, Zhafar Basrian Rafael!!! Astaga telingamu itu! Percuma Kau punya telinga jika tidak mendengar sahutanku, astaga!!! Aku sudah berkali-kali memanggilmu, tapi Kau hanya diam saja. Hahh…’’ ‘’Ah, mian. He… he… wae? Ada apa nih? Kamu bukannya harusnya mendampingi pembicara, ya di depan? Kenapa ke sini?’’ Zhafar menanyakan keberadaan kawannya, Suho yang malah berada di sampingnya. Suho makin kesini makin tidak yakin kalau kawannya ini seorang BigBoss di kantornya. Tapi akhir-akhir ini kenapa menjadi sedikit agak lola. Ck…ck… Namun bukannya menjawab pertanyaan bodoh dari Zhafar, Suho malah menjitak kepala kawannya karena saking gemasnya pada kawannya ini. Suho berani melakukan itu karena memang umur Suho lebih tua 2 Tahun dari Zhafar. ‘’Akh… Appo! Yak, Hyung, Kau kurang ajar! Kenapa memukulku? Aku ‘kan hanya bertan…’’ Belum selesai Zhafar memprotes kawannya memukul kepalanya, ia diintrupsi oleh Suho yang malah membuat Zhafar terdiam berfikir s
‘’Aku? Ehm, sepertinya ada, Erina. Memang kenapa Erina? Kau ingin jalan-jalan?’’ Arthur bertanya balik dan ia semakin mempererat pelukannya pada gadis itu seakan tidak ingin menciptakan jarak diantara mereka. Dan ia juga sudah tidak perduli dengan perbincangan orang-orang di luar sana karena memang inilah yang sedang ia rasakan. Bahkan Arthur ingin menunjukkan pada semuanya bahkan pada Dunia bahwa ia semakin mencintai gadis ini. Semakin menyayanginya lebih dari apapun. Dan kalau bisa, ia ingin melamar gadis ini sekarang juga dan menjadikan gadis ini miliknya! ‘’Ahh… i… iya Oppa. Aku… ingin jalan-jalan. Tapi yasudah tidak apa-apa. Nanti coba Aku ajak yang lain saja karena sepertinya Oppa ada keperluan yang sangat penting. Dan itu terlihat jelas dikedua mata Kamu, Oppa. He… he…’’ Erina ternyata faham akan kegundahan hati Arthur dan benar-benar mengerti sekali keadaan Pria itu. Dewasa sekali pemikirannya. Itulah yang membuat seseorang seperti Art
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap