# 26 Desember 2016, @ R. Presdirut
Seorang Pria tampan nan gagah sedang berkutat dengan beberapa berkas yang harus segera ia selesaikan. Belum lagi berkas yang masih menumpuk di meja seberangnya, terlihat sekali belum disentuh sekalipun.Yup, Pria itu kini sedang sibuk mempelajari semua berkas-berkas di hadapannya ini. Berkas-berkas perusahaan barunya. Ia mempelajari dengan teliti. Dimulai dari berkas biodata karyawan-karyawannya, profil perusahaan, kontrak-kontrak kerja, berkas perjanjian tender, berkas pengumuman pemenang lelang, dll.Pria itu semakin antusias sekali tatkala kedua pasang matanya menemukan dua berkas yang menarik perhatiannya. Berkas yang suatu saat nanti akan berguna untuknya. Dan ia pun langsung menduplikate dua berkas itu untuk ia simpan sendiri dan mengembalikan berkas aslinya ke tempatnya. Ia lalu meneliti kembali berkas duplikatnya dan mempelajarinya dengan seksama.‘’Waah, Aku tidak menyangka akan sedetail ini informasinya. Dan gila saja bisa sampai memperoleh info sedetail ini. Hemm, oke lah. Kini Aku sudah memegang kartu AS kalian, hemm. Aku juga tidak akan pernah melepaskan kalian!’’ Ucap Pria itu dengan yakinnya dan disertai senyuman tipis yang semakin menambah ketampanannya.Pria itu kembali berkutat dengan berkas-berkasnya yang lain. Dan ia berhasil menemukan sebuah nama yang tidak asing dengannya sewaktu remaja dahulu.‘’Javier Raditya Rhys . . . ??! Could it be him? Is that true? Does it have anything to do with that girl? I didn't expect it to be like this. Like there is a common thread that connects us all. 나는 모든 것을 생각해야한다 . . . ’’ Pria itu semakin tertarik saja dengan sesuatu hal penting yang baru saja ia ketahui.Pria itu mengambil handphonenya dan menelepon seseorang.
‘’Tut . . . tut . . . tut . . . ’’ Terdengar nada dering di seberang sana.PIP!‘’Yeoboseyo, Hyung. Naya, Hyung. Jigeum dowa jul su issseubnikka? (Hallo, Hyung. Ini Aku, Hyung. Bisakah Kamu membantuku sekarang?)’’‘’ . . . ’’‘’Nanti akan Aku kirimkan semua data-datanya. Aku minta tolong bantuanmu, Hyung? Nanti akan Aku tf ke rekeningmu, segera!’’ Ucap Pria tampan itu dengan mata berbinar-binar.‘’ . . . ’’‘’Baiklah, Hyung, Aku mengandalkanmu. Terima kasih banyak, Hyung!’’ Pria itu semakin bersemangat tatkala apa yang diinginkannya akan segera terwujud.KLIK!!!Suara handphone dimatikan dari pihak seberang.‘’Hemm, Aku akan segera mendapatkanmu!’’ Ucapnya sendiri..
.
.
@ Kafetaria
‘’Erina, Kau tidak makan? Kenapa malah melamun seperti itu? Apa ada masalah? Apa ada masalah antara Kau dengan Bossmu?’’ Tanya Jong Yoo hati-hati dan menatap Erina dengan penuh kekhawatiran.‘’ . . . ’’ Erina tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana dari Pria itu. Ia tidak bisa cerita begitu saja pada Pria di depannya ini. Otaknya masih saja terbayang saat ia dan Arthur melakukan hal gila itu di kantor.Jam kerja.Gil*!
Dan Erina semakin merona tatkala mengingat kejadian pagi tadi. Ia menelan ludahnya saat memori diotaknya menampilkan siluet tubuh sexy Arthur saat Pria itu menciumnya.Astaga!Kenapa otaknya bisa mesum seperti ini?
‘’Erina . . . Baiklah kalau tidak siap untuk cerita tidak apa-apa, Erina. Aku tidak akan memaksamu, Erina. Ehm, Erina kalaupun ini menyangkut Kau dengan Arthur, kuharap Kamu selalu sabar menghadapinya. Yang kulihat sejauh ini, Arthur benar-benar memiliki perasaan tulus untukmu. Entah sudah berapa kali Aku memergoki dirinya saat memperhatikanmu dalam diam, Erina. Tapi entahlah, Kau boleh percaya boleh tidak, Erina? Yang terpenting bersikap baiklah dengannya, Erina. Dan untuk Bossmu yang satunya, bersikaplah tenang saat engkau menghadapinya. Kulihat sikap mereka berdua 11:12 tidak jauh berbeda. Temperamen semua. Tidak bisa ditebak semua,’’ Jelas Jong Yoo yang membuat Erina terkesiap dan hanya menatapi Jong Yoo yang masih menjelaskan panjang lebar karena ia begitu mengkhawatirkan Erina yang sudah ia anggap adik sendiri.‘’Ahh, iya Oppa. Terima kasih banyak ya. Entahlah, Oppa, Aku juga bimbang. Aku juga sebenarnya takut saat menghadapi Arthur, tapi Aku lebih takut lagi saat harus menghadapi BigBoss yang satunya seorang diri. Terlihat sekali kalau ia adalah seorang yang tidak mungkin tersentuh siapapun. Bisa dilihat dari cara ia menatap seseorang, Oppa. Hahh . . . ’’ Ucap Erina pasrah saat ia mengingat kedua Bossnya itu.‘’Wkakahakhakhakha . . . Sabarlah, Erina! Hwaiting!’’ Nampak sekali Jong Yoo menyemangati adiknya itu.‘’OPPA!!? Hish, menyebalkan!’’ Erina merajuk karena Jong Yoo terlihat menertawakan dirinya.Disaat mereka berdua sedang berbincang-bincang dan bercanda, tiba-tiba terdapat beberapa Pria berseragam lengkap melewati mereka.Yup, kafetaria ini seakan menghubungkan loby depan dengan ruangan menuju gedung untuk para petinggi Perusahaan.Dan benar sekali, bisa dibilang kafetaria tempat untuk memanjakan mata para pegawai perempuan.
Kafetaria yang semula ricuh oleh candaan para pegawai yang sedang menghabiskan waktu istirahat mereka, seketika hening saat beberapa Pria berjas lengkap dengan kacamata hitam berjalan melewati mereka. Dan yang paling menarik perhatian adalah mereka sedang mengawal beberapa Pria tampan.Di mata mereka, beberapa Pria tampan itu tidak mereka kenal. Karena terlihat asing di mata mereka. Dan yang paling mengejutkan adalah dua orang Pria diantara mereka yang ternyata BigBoss mereka sendiri. Dan mereka semua bisa menebak kalau pria-pria tampan ini adalah para petinggi Perusahaan.OH NO!!!‘’OH MY GOD! OH MY GOD! Apa mataku sedang ada masalah? Kenapa banyak sekali Pria tampan blasteran surga berjalan di depan kita?! Astaga! Ataga! Astaga!!’’ Histeris seorang gadis dari Divisi Pemasaran.‘’Ne . . . ne . . . ne . . . Kau benar. Woahh, daebak! Tampan sekali mereka! Aku tidak pernah sekalipun bertemu para petinggi Perusahaan ini kecuali hanya Tuan Arthur Eryk Shaquile seorang. Dan yang paling depan sendiri itu tampan sekali, Omoo . . . ’’ Ucap gadis lainnya dari Divisi Komunikasi.‘’Yak, Kau ini! Itu yang paling depan itu BigBoss Perusahaan kita. Presdirut kita!’’ Jawab Gadis lain menimpali yang seketika membuat gadis dari Divisi Komunikasi menutup mulutnya karena saking terkejutnya. Ia tidak menyangka kalau BigBoss mereka tampan-tampan semua.‘’Cekrek!! Cekrek!!’’ Terdengar jepretan handphone seseorang saat para Pria tampan tengah berjalan menuju gedung mereka.~~~
# R. Divisi Pemasaran‘’Woahh, benar-benar ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia ini. Dan lihatlah ini! Benar-benar tidak ada celah. Alias no Visual Hole (Everything is Visual / semuanya Visual). Bolehkah Aku berhalu sedikit, Erina?’’ Tanya Eritha pada Erina yang saat itu masih sibuk untuk mengerjakan deadline task yang siang ini harus ia serahkan pada BigBoss.Memikirkannya saja membuat Erina mual apalagi harus berhadapan langsung dengan BigBoss itu. Ia tidak sanggup rasanya.
‘’Hah, Kau ini! Kenapa bisa Kau mendapatkan foto mereka? Kapan Kau memotret mereka, heol?’’ Tanya Erina sembari mengerjakan pekerjaannya.
Erina tidak habis fikir, sahabatnya yang satu ini benar-benar berlebihan kalau menyangkut Pria tampan.
‘’Yahh, Kau ini gimana, sih, Erina! Ini itu sangat berharga buatku. Dan jarang-jarang kita bisa melihat formasi lengkap pejabat Perusahaan kita. He . . . he . . . Eh, Erina, bukankah ini Presdirut kita ya, Zhafar Basrian Rafael?’’ Tanya Eritha sambil memperlihatkan cetakan foto Zhafar Basrian Rafael pada Erina dan mau tidak mau membuat Erina mengalihkan pandangannya pada kertas yang disodorkan oleh Eritha.
‘’Ehmm, ne. Waeyo?’’‘’Ah, tidak. Ternyata dia benar-benar cool, tinggi, tampan dan garang. Terlihat sekali aura kepemimpinannya. Tapi . . . Ia sepertinya agak dingin pada siapapun, deh. Dan juga ia jarang terlihat di kantor, ya setelah peresmiannya itu?’’ Erina yang mendengar Eritha mengatakan hal itu pun langsung menatap Eritha dengan pandangan tidak biasa.‘’What you say?’’‘’Lah, BigBoss kita ‘kan memang jarang sekali terlihat di kantor, Erina! Apa Kau tidak mengetahuinya? Ahh, iya, yang Kau ketahui ‘kan hanya Arthur Eryk Shaquile. Hi . . . hi . . . hi . . .’’ Ejek Eritha pada Erina yang seketika langsung mendapat hadiah buku terbang di kepalanya.‘’Yak!! Appo!! Hishh, jahat sekali,’’‘’Biar, lagian aneh-aneh saja Kau ini. Sudah, kita harus kerja. Dan Aku juga siang ini harus menyerahkan berkas-berkas ini pada dia. Hahh . . . Kalau Aku bisa meminta, Kau saja, ya yang berikan pada dia?’’ Rajuk Erina manja pada Eritha dan langsung mendapat tatapan tajam dari Eritha.‘’Yahk! Apa maksudmu? Harusnya Kau bahagia karena bisa berdua-duaan dengan Boss-boss tampan seperti mereka. Kenapa malah sedih, sih? Aneh Kau ini!’’ Ucap Eritha sambil mengamati hasil jepretan foto ditangannya namun yang di sindir cuman melirik saja.Hingga akhirnya,
‘’Yup! Selesaaiii!! Akhirnya. Oke, Mi-ya, Aku ke ruangan BigBoss dulu, ya? Kalau ada yang nyari Aku, bilang saja Aku masih menghadap BigBoss! Dan kalau Kamu butuh bantuan, Kamu bisa tunggu Aku, ya! Oke, Chingu? He . . . he . . . Dah!’’ Erina melangkah sambil melambaikan tangannya ke arah Eritha yang sempat membuat Eritha menatapnya tidak percaya.
Eritha berfikir sepertinya tadi Erina tidak begitu semangat ya untuk menghadapi BigBoss mereka.‘’Dasar gadis aneh!! Cih, munak loe, Erina! Bilang saja kau suka, dasar!’’ Umpat Eritha sedikit agak kesal dengan Sahabatnya itu. 💘@ Osaka, Japan
‘’Hello, Hyung! Ini Aku! Kau masih mengenaliku, 'kan?’’ Tanya Pria pada orang di seberang sana. Pria itu masih sibuk dengan telephone di genggamannya.‘’ . . . ’’‘’Aniya, Aku hanya ingin tahu saja bagaimana keadaannya setelah sekian lama Aku tidak bertemu dengannya. Apa Kau tahu sesuatu, Hyung?’’ Pria itu bertanya dengan sedikit antusias. Ia tidak pernah mempunyai waktu untuk sekedar bertanya kabar mengenai seseorang itu.Yap, mungkin inilah saatnya untuk kembali lagi di kehidupannya.What? Kembali lagi di kehidupannya?!Hahh, itu serasa tidak mungkin terjadi. Setelah apa yang Kau lakukan padanya. Hemm . . .
‘’ . . . ’’‘’Aku ingin sekali menemuinya, Hyung. Aku minta tolong padamu, ya? Karena memang Aku ingin pindah ke Seoul lagi. Aku akan menetap disana. Dan karena di sana juga, salah satu anak Perusahaanku juga sedang membutuhkanku. Aku mohon bantuanmu, ya Hyung? Gomawo, Hyung,’’ Terang Pria itu dengan sangat antusias dan ia mematikan sambungan telephonenya.Pria itu meletakkan handphonenya di meja. Melepas setelan jas yang dipakainya. Seakan gerah setelah mendapat kabar tidak menyenangkan dari Hyungnya di Seoul. Dan ia terpaksa menyembunyikan perasaannya bahwa ia menahan amarah dan cemburunya.Ya, Pria itu sedang menahan amarahnya terhadap seseorang.Pria itu sesekali mengecek handphonenya kembali. Sesekali melihat-lihat kenangan bersama gadis itu.Ya, dia merindukan semuanya. Ia ingin kembali seperti semula. Tapi itu mustahil terjadi. Ia sadar akan hal itu. Ia tersenyum getir saat mengingatnya.‘’Anata ga inakute sabushīdesu! Gomen'nasai!? (Aku merindukanmu! Maaf!?)’’ Pria tampan itu terlihat terus memandangi layar handphonenya dan sesekali ia menerawang jauh ke depan. Terlihat sekali dalam pandangan matanya yang terlihat kosong.TOK!!! TOK!!! TOK!!!
Sebuah ketukan pintu di kamarnya seakan mengembalikan fikirannya yang tadi sempat jauh berkelana dan kembali dengan kenyataan.‘’Watashi no kodomo. Dō shita? (Anakku. Apa yang terjadi?) Mama lihat, akhir-akhir ini Kau seperti sedang memikirkan hal yang sangat penting. Boleh Mama tahu?’’ Seorang wanita paruh baya yang sangat cantik terlihat berjalan dan duduk di sebelah Pria tampan itu.
Penampilan wanita itu benar-benar menunjukkan kalau dirinya mempunyai peran yang sangat penting di keluarganya.
Benar-benar elegan dan mewah.
‘’Ah, Okaasan . . . Tidak ada apa-apa. Seperti yang Okaasan lihat, Saya baik-baik saja. Hanya saja, Saya ingin kembali lagi ke Seoul. Saya ingin tinggal di sana . . . ’’ Ia tidak lagi melanjutkan kalimatnya karena Mamanya langsung berdiri di depannya dan sudah menatapnya dengan horror.
‘’Kenapa? Kenapa tiba-tiba Kau ingin kembali ke Seoul? Apa ada yang mengganggumu sekarang? Apa jangan-jangan Wanita itu?’’ Cecar Mamanya seraya berkacak pinggang. Wanita cantik itu seakan mengetahui jika anaknya benar-benar sedang merindukan wanita itu. Cih!
‘’Okaasan . . . Please! Ijinkan Saya kembali ke Seoul? Dan . . . Hahh . . . Okaasan benar, Saya memang ingin tinggal di sana. Dan juga anak Perusahaan Saya juga sangat membutuhkan kehadiran Saya di sana . . . Jadi kali ini, Okaasan harus mengijinkan Saya! Terima kasih. Permisi?’’ Pria itu seakan menahan semua perasaannya saat ini di depan Mamanya. Ia tidak akan mungkin mengatakan hal yang sebenarnya kepada Mamanya jika ia ingin menemui mantan wanitanya lagi.
‘’Yakh!! Tunggu dulu!! Okaasan belum selesai bicara sama Kamu. Kamu mau . . . ‘’ Belum selesai wanita cantik itu berbicara, suara pintu lebih dulu menginterupsinya menandakan kalau yang diajak bicara sudah pergi.
BLAM!!!‘’Astagaa!! Kau ini! Kenapa Kau berubah sikapmu? Mama tidak mengerti. Setiap kali Mama ingin mengenalkanmu pada Putri relasi Papamu, Kau selalu saja menghindar. Apa Kau masih belum melupakan wanita itu, Javier? Mama selalu sedih saat Kau selalu melamun seperti tadi . . . ’’ Ungkap wanita paruh baya itu sambil memandangi Hp putranya yang saat itu sedang menampilkan wallpaper putranya dengan mantan kekasihnya itu. Sesaat ia merasa bersalah atas kekhilafannya dahulu pada gadis dari Putranya itu.‘’Sempurna! Serasi sekali kalian! Hahhh . . . ’’ Ucap wanita itu sambil lalu dan meninggalkan kamar Putranya. 💘# Seoul, South Korea, @ 28 Desember 2016, @ R. Presdirut
TOK!!! TOK!!! TOK!!!
‘’Masuk!’’ Jawab Zhafar tegas dan ia menghentikan pekerjaannya hanya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu dan berhasil mengalihkan perhatiannya.‘’Permisi!’’ Ucap suara seorang gadis dan terdengar lembut di pendengaran seorang Zhafar Basrian Rafael.`Zhafar Pov
TOK!!! TOK!!! TOK!!!
‘’Hah, siapa, sih yang mengangguku saat di situasi seperti ini?!’’ Ia merutuki siapa yang berani menginterupsi pekerjaannya.‘’Permisi!’’ Terdengar suara lembut dari seorang gadis menginterupsi pekerjaanku.‘’Eh, tunggu! Gadis?! Jangan – jangan . . . ’’ Ucapku sambil merapikan posisi dudukku untuk menunggu gadis itu membuka pintu.`Zhafar End‘’Permisi, Pak. Selamat Siang!’’ Erina menyapa Zhafar dengan santun dan berjalan mendekati BigBossnya itu.
‘’Iya, Selamat Siang. Silakan duduk!’’ Tanpa basa basi Pria itu mempersilakan gadis manis itu untuk menempati kursi di hadapannya.‘’Baik, Pak, terima kasih!’’ Ucap Erina dengan tenang.‘’Oke. Hari ini Kamu akan menyampaikan laporan terkait apa? Apakah sudah semua?’’ Tanya Zhafar langsung dan masih menatap tajam gadis di depannya ini. Ia tidak pernah sekalipun melepaskan pandangannya dari gadis yang keberadaannya sudah mengalihkan dunianya. Hemm . . .
‘’Ne, Pak. Ini berkasnya. Dan ini Softcopy dari semua laporan yang akan Anda perlukan. Silakan, Pak?’’ Erina menyerahkan berkas-berkas laporan dan FD itu di hadapan BigBossnya.‘’Ya, terima kasih! Saya periksa dulu, ya? Oia, apa Kamu hari ini banyak pekerjaan / deadline task yang harus Kamu selesaikan hari ini?’’ Tanya Zhafar masih sibuk memperhatikan setiap lembar berkas di hadapannya ini.‘’Ah, Aniyo, opsemnida! (Tidak. Tidak ada!). Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Erina balik bertanya pada Pria tampan dan memperhatikan dengan seksama Pria ini.Pria ini begitu sibuk dengan dunianya sendiri. Auranya sama seperti dengan seseorang. Namun berbeda saat Pria ini sedang terdiam seperti ini. Aura gelapnya seperti terpancar. Tapi tetap saja ia berwibawa. Hem . . .`Zhafar Pov ‘’Ah, Aniyo, opsemnida! Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Gadis itu malah balik bertanya padaku dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Zhafar mengetahui dari ekor matanya. Diam- diam Zhafar juga selalu memperhatikan tingkah gadis manis ini. ‘’OMG!!! Suaranya astaga! Hahhh, lembut sekali dan mendamaikan jiwaku. Ha . . . ha . . . Eh, Tunggu! Ia mengatakan dengan ekspresi seperti itu? Wae? Dimana senyum manisnya yang tempo lalu ia perlihatkan? Apa ia masih ada masalah, ya?’’ Zhafar mencoba berfikir sejenak dengan perubahan gadis ini tapi dia juga masih fokus dengan pekerjaannya ini. ‘’Ada! Kamu siang ini temani Saya untuk membahas pekerjaan ini. Bisakah?’’ Tanyaku langsung dan menatapnya tepat di kedua manik matanya. Astaga, gadis cantik itu terkejut. Aneh. Kenapa, ya? Dan ekspresi itu sungguh menggemaskan sekali. Aihh . . .`Zhafar End  
‡♥‡ Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering. Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat. ‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati. ‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana. ‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tida
# Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO ‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia. Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya. Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri. Kal
# Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style
# Kamar Hotel, 31 Desember 2016, @ Ness Walk, Inverness, Inggris Raya, pukul 19.30 (UTC) Seorang Pria tampan terlihat murung sambil memainkan handphone di tangannya. Ia terduduk lesu dipinggir tempat tidurnya. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia kalut, ia tidak bisa berfikir tenang sekarang. Ia harus membuktikan sendiri bahwa perasaannya tidak salah. Ia merasa ia tidak salah lihat dengan ekspresi dari seseorang terhadap dirinya saat siang tadi. Ekspresi terkejut dari seseorang saat mendapati dirinya juga sedang menatapnya kala itu. Dan ia ingin membuktikannya sekarang. Pria itu pun beranjak pergi ke suatu tempat. . . . @ Kamar Hotel ErinaSaat gadis itu masih di kamar mandi, ia menatapi dirinya di depan cermin dan memegang bibirnya. Memori siang tadi sungguh masih membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mengira
‘’Ternyata memang Kau!!! Hahh, demi apa kita bertemu di sini setelah puluhan Tahun kita tidak bertemu? Apa kabar, adik sepupuku? Kau semakin tampan dan gagah pula, Aku iri denganmu! Dan . . . Kekasihmu . . . ’’ Pria di depan Arthur mengatakan semuanya dengan ringannya tanpa melihat perubahan ekspresi dari adik sepupunya sendiri, Arthur Eryk Shaquile. Ya, Arthur saat ini sedang menahan amarahnya dan kapan saja ia siap meluapkannya bahkan di tempat umum seperti ini dan ia sudah tidak perduli lagi dengan imagenya karena ia ingin menunjukkan image aslinya yang seperti ini. Pemberontak? Benar! Namun belum selesai kakak sepupunya itu berbicara, Arthur sudah memotong pembicaraan itu dengan sangat tajam. ‘’F*CK IT!!! DIAMLAH!? Mau apa Kau??’’ Arthur mengatakannya tanpa basa basi dan terdengar sudah diambang kemarahannya. ‘’Woow . . . Wow . . . Santai, bro! Jangan serius begitu! He . . . He . . . tapi beneran, deh, cewekmu ini benar-benar sanga
@ Kamar Hotel Zhafar Basrian Rafael ‘’Bagaimana? Masih sakitkah? Atau Aku panggilkan dokter?’’ Zhafar merawat luka di tumit Erina dengan lembut dan sesekali melihat ke wajah cantik Erina yang sedang menahan sakit. ‘’Hah? Ahh, tidak usah, udah agak mendingan kok. He… he… gomawo… mian…’’ Erina merasa bersalah karena tidak sengaja mencuri dengar percakapan Pria tampan ini dengan gadis tadi. Erina menunduk tidak berani menatap mata Zhafar. Mungkin karena tatapan Zhafar seperti bisa membaca fikirannya dan seperti ingin menjerat dirinya dalam pesonanya. Dan Erina tidak sanggup. ‘’Mwo? Kenapa minta maaf segala? Kau ‘kan tidak buat kesalahan, hmm. Tapi kalau hal lain, tidak usah difikirkan, Erina. Dan… Kau malah terlihat semakin cantik apalagi dengan gaunmu itu, semakin cantik, Erina,’’ Ungkap Zhafar terus terang dan masih menatapi Erina yang masih diam menunduk. Zhafar gemas sekali dengan gadis ini karena selalu sa
‘’Yak, Zhafar Basrian Rafael!!! Astaga telingamu itu! Percuma Kau punya telinga jika tidak mendengar sahutanku, astaga!!! Aku sudah berkali-kali memanggilmu, tapi Kau hanya diam saja. Hahh…’’ ‘’Ah, mian. He… he… wae? Ada apa nih? Kamu bukannya harusnya mendampingi pembicara, ya di depan? Kenapa ke sini?’’ Zhafar menanyakan keberadaan kawannya, Suho yang malah berada di sampingnya. Suho makin kesini makin tidak yakin kalau kawannya ini seorang BigBoss di kantornya. Tapi akhir-akhir ini kenapa menjadi sedikit agak lola. Ck…ck… Namun bukannya menjawab pertanyaan bodoh dari Zhafar, Suho malah menjitak kepala kawannya karena saking gemasnya pada kawannya ini. Suho berani melakukan itu karena memang umur Suho lebih tua 2 Tahun dari Zhafar. ‘’Akh… Appo! Yak, Hyung, Kau kurang ajar! Kenapa memukulku? Aku ‘kan hanya bertan…’’ Belum selesai Zhafar memprotes kawannya memukul kepalanya, ia diintrupsi oleh Suho yang malah membuat Zhafar terdiam berfikir s
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap