# Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO
‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia.
Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya.
Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri.
Kalau seperti ini terus menerus rasanya mustahil bagi Arthur untuk meneruskan 3 proyek rahasia untuk Perusahaannya sendiri. Ia sudah lelah dengan semuanya.
Dengan keluarganya juga.
Hahh, kolot sekali pemikiran mereka.
Apa mereka tidak tahu bahwa anaknya juga berhak bahagia. Anaknya juga punya prinsip dan kehidupan sendiri dan masa depan juga ada ditangan anak mereka sendiri. Apalagi berusaha menyatukan dua hati yang tidak saling kenal dan dipaksa untuk menyatu itu rasanya sangat mustahil.
Dan itu tidak akan terjadi pada Arthur.
Arthur terduduk di sofa dengan hampa. Ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan merasakan pening di keningnya.
Pria ini tidak sanggup. Ia butuh seseorang. Ia membutuhkan gadis itu di sampingnya. Ia merindukan gadis itu setelah pertemuannya terakhir kali saat hujan deras kala itu.
Saat mereka berdua tertahan untuk pulang setelah rapat internal selesai. Dan kenangan itu akan selalu diingat oleh Arthur. Akan ia simpan dalam relung hatinya yang paling dalam.
‘’Neo-reul geuriwo . . . Nan nega pil-yohae . . .’’ Arthur mengatakannya dengan lirih dan serasa frustasi dengan kondisinya saat ini.
Saat Arthur di ambang keputusasaan, terdengar dering telephonenya. Ia terdiam sejenak memastikan jikalau yang menelephone adalah seseorang yang barusan difikirkannya.
"Kenapa gadis itu menelephone secara pribadi menggunakan handphonenya kenapa tidak langsung ke ruanganku saja, ya? Hemm . . . " Arthur masih tidak yakin dengan apa yang barusan terjadi, tapi ini kenyataan.
Gadis itu seakan mengetahui perasaannya yang sedang gundah.
‘’Our chemistry is strong!!! Yihay!’’ Arthur berteriak kegirangan saat perasaan mereka ternyata bersatu.
Dan secepat kilat Pria tampan itu mengangkat panggilan tersebut.
‘’Yeoboseyo, Erina! Ada perlu apa, Erina?’’ Arthur masih dengan ekspresi kegirangannya.
‘’Ahh, ne. Ehm, tidak apa-apa. Hanya ingin bicara dengan Kamu saja. Lagi bete. Kamu sedang sibukkah?’’ Suara di seberang terdengar jelas karena Arthur memang meloudspeakernya.
‘’Mwo? Ehm, tidak juga, Erina. Bagaimana? Apa kita jalan-jalan saja setelah pulang kerja?’’ Tawar Arthur sambil tersenyum seperti orang bodoh.
‘’Ehmm . . . Boleh kalau Kamu tidak sibuk. Eh, tunggu, ini tanggal 30, ya? Bukankah kita tanggal 31-01 januari akan ada acara Employee Gathering, ya?? Benar, 'kan?’’ Erina mengingatkan Bossnya tentang acara yang selalu di adakan setiap akhir Tahun itu.
‘’Aigoo! Benar, Aku lupa. Sebentar Saya akan cek di email dulu. Aigoo!!! Dan memang benar ternyata acaranya besok dan astaga . . . ’’ Arthur tidak melanjutkan kata-katanya. Ia masih syok setelah membuka email dan membaca isi dari email tersebut. Ia sepertinya lupa kalau acara itu memang berada di Luar Negeri.
Dan Negara tujuan acara tersebut yang membuat Arthur syok dan bergeming.
‘’Oppa?’’ Erina memanggil Arthur dengan lembut dan baru kali ini Erina memanggil Pria itu dengan sebutan ‘’Oppa’’.
Erina memanggil Pria itu karena Pria itu tidak meneruskan kata-katanya.
‘’Inverness? Skotlandia?? Apakah yang kubaca ini benar, Erina? Apa Aku lupa, ya kalau hal ini sudah di bahas sebelumnya? Eomeona!’’ Arthur menjawab langsung.
Arthur mencoba mengingat-ingat kembali saat perencanaan acara ini. Dan memang benar, ini tempat yang akan mereka kunjungi besok saat akhir Tahun.
Aigoo! Bagaimana bisa Arthur melupakan hal penting ini.
‘’Ahh, benar itu! Kita semua akan liburan akhir Tahun di Skotlandia, Oppa. Bukankah itu tempat yang menyenangkan, Oppa? Ah, sudah ya, Oppa! Aku masih ada kerjaan ini. Dahh . . . ’’ Erina menutup sambungan telephonenya dan menjawab dengan bahagia karena ini liburan akhir Tahun yang sangat gadis manis itu impikan sewaktu kecil.
Bisa liburan di Negeri orang.
Bukankah sangat menyenangkan?
Namun Erina juga tidak mengetahui bahwa di Kota itu juga tinggal keluarga Pria tampan yang barusan ia telephone.
Keluarga kaya raya yang mempunyai reputasi yang besar di Negara itu.
Omo!
‘’Astaga! Bodohnya Aku! Aku tidak tahu kalau akhir Tahun akan ada acara di tempat menyeramkan itu. Bagaimana bisa? Astaga! Apa yang kulakukan? Apa saat rapat pembahasan, Aku sedang melamun, ya? Dasar pabo, Kau, ARTHUR ERYK SHAQUILE!!!’’ Pria itu bermonolog sambil mengingat-ingat kembali pembahasan acara itu.Dan kenyataannya memang destinasi tempat yang akan dituju adalah Negara itu.
Arthur sempat berfikir, apa ia mampir sebentar di rumah itu, ya?
Dirinya bimbang. Ia meragu. Molla!
# Seoul, South Korea, @ Bandara Internasional Incheon, 30 Desember 2016Terlihat seorang Pria tampan sedang duduk di kursi tunggu Bandara.
Pria dengan setelan kemeja hitam dipadu dengan jas cream menambah point ketampanannya. Ia masih setia menunggu seseorang yang akan menjemputnya di Bandara.
Oleh karena Pria ini akan menetap juga di sini, ia butuh seseorang yang akan menjadi pendampingnya karena sudah bertahun lamanya ia meninggalkan Negara ini.
Sembari mengusir kebosanan, ia melihat sekitar, melihat brosur di tangannya dan sesekali mengecek handphonenya.
‘’Hahh, kenapa lama sekali, ya? Bete sekali di sini. Dan Bandara ini, sudah banyak sekali perubahan. Dan dia . . . Apakah juga banyak perubahan dari dirinya? Ahh, molla . . . ’’ Pria itu bermonolog ria sembari mengingat semuanya.‘’Tuan Javier? Andakah itu?’’ Seseorang berjalan cepat ke arah Pria yang saat ini sedang duduk menunggu kedatangan seseorang.
Seseorang itu melambaikan tangannya. Pria yang dipanggil namanya itu menoleh ke arah seseorang yang memanggil namanya.
‘’Ne. Dan Kau adalah . . . Astaga! Kau Paman Jang, 'kan? Aigoo, sudah lama sekali kita tidak pernah berjumpa. Bagaimana kabar Paman?’’ Javier berdiri menyambut kedatangan seseorang itu dan memeluknya.
Javier tidak menyangka kalau seseorang di masa lalunya akan mengingat dirinya.
Bahkan masih setia dengannya.
Yaa, Pak Jang adalah asisten Keluarga Besar Javier saat di Korea dulu. Dan bisa diartikan, Pak Jang mengetahui betul kisah-kisah lama tuan mudanya ini. Bahkan saat kepergian Tuan Mudanya ke Negeri Japan, ia masih setia.
Daebak!
‘’Aigooo!!! Kau sekarang semakin tampan, Javier-ah! Aku tadi sempat ragu akan menyapamu, Ha . . . Ha . . . tapi ternyata dugaanku benar. Kau benar-benar Javierku! Ha . . . Ha . . . Kajja, kita ke rumahmu dulu. Di sana mereka sudah menantimu. Kajja?’’ Pak Jang dengan semangat membawa Javier ke dalam mobil pribadinya dan menuju ke kediaman Javier di Seoul.
.
.
.
@ Kediaman Javier Raditya RhysJavier membuka pintu mobil dan segera melihat pemandangan di depannya.
Sebuah rumah mewah bergaya modern tampak masih kokoh walaupun sudah ditinggalkan selama bertahun lamanya. Ia nyaris tidak mempercayainya bahwa ia kembali lagi ke Tanah Airnya, Korea Selatan.
Saat Javier masih asyik mengamati sekitarnya, ia dikejutkan dengan suara para maid yang menanti kedatangannya.
‘’Selamat datang kembali, Tuan Javier!!!’’ Mereka kompak bersuara dan membungkukkan badannya pada Tuan Muda mereka.
‘’Ah, ne. Terima kasih! Baiklah, Saya masuk dulu, ya?’’ Javier Nampak canggung dengan penyambutan seperti itu.
Javier memasuki rumahnya dan mulai mengitari seluruh ruangan yang ada. Dan setelah dirasa cukup, ia memasuki kamarnya dan beristirahat.
Setelah membersihkan diri, Pria tampan itu menuju meja kerjanya dan menyalakan leptopnya. Ia duduk dengan tenang sembari melihat-lihat berita-berita yang sedang trending di Dunia dan Negaranya. Dan ia cukup terkejut dengan sebuah artikel yang menampilkan sebuah berita tentang salah satu Perusahaan besar di Negaranya ini.
Javier penasaran tentang struktur organisasi Perusahaan besar tersebut. Dan alangkah terkejutnya saat ia menemukan beberapa profil yang menjadi tujuan hidupnya kini.Salah satunya gadis manis itu.
Profilnya ada di jajaran staff mereka dan bahkan berada diantara profil orang-orang penting Perusahaan.
Antara senang sedih lainnya bercampur menjadi satu.
Bagaimana tidak, Perusahaan itu juga merupakan salah satu rival bisnisnya.
Apalagi Putra dari pendiri Perusahaan tersebut adalah salah satu teman akrabnya dimasa kecil, dari masa remaja hingga sekarang ia tidak akan pernah melupakan Pria itu.
♥Flashback On
‘’Yak, Hyung, kemarilah! Aku punya sesuatu yang baru nih! Pasti Kau akan suka!’’ Ucap Pria remaja yang masih mengenakan seragam SMAnya dan ia membuka sebuah bingkisan. Ia juga memanggil seorang Pria yang sudah ia anggap sebagai Hyungnya.Dan jarak usia mereka terpaut 2 Tahun.
‘’Wae? Kau punya sesuatu yang baru lagi, haa? Barang apa lagi itu? Apakah yang masih hits di sini?’’ Pria yang usianya 2 Tahun di atas Pria yang pertama mencoba mendekat dan merasa penasaran akan apa yang dimiliki oleh sahabatnya itu.
‘’Ha . . . Ha . . . Kau pasti juga suka. Lihatlah ini! Tadaaa!!" Pria yang mempunyai barang baru itu terlihat kegirangan dan menunjukkan sebuah game keluaran terbaru pada Hyungnya.
‘’Woaahh, daebakk! Darimana Kau mendapatkan itu? Aku bahkan tidak bisa mendapatkannya, hebat!’’ Pria tampan itu merasa penasaran pada usaha kawannya itu.
‘’Ahh, lupakan! Yang penting kita main dulu, yaa? Oke? ’’ Dan mereka mencoba game terbaru mereka dan mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama.
Karena jarak rumah mereka berdekatan, mereka selalu saling mengunjungi rumah masing-masing.
Hingga sampai mereka beranjak dewasa . . .
.
.
.
Hingga suatu hari, saat Pria yang disebut ‘’Hyung’’ itu mempunyai seorang kekasih, mereka sudah jarang sekali main bersama. Hal ini karena ‘’Hyungnya’’ selalu menghabiskan waktu bersama kekasihnya itu dan tanpa sengaja mengabaikan ‘’kawan kecilnya’’.
Kawan kecil itu merasa bahwa Hyungnya sudah berubah semenjak memiliki kekasih. Ia merasa kesepian.
Hingga saat kawan kecil itu akan memasuki akhir masa perkuliahannya alias semester 7, ia bertemu dengan seorang gadis cantik. Ia berkenalan dengan gadis yang bernama Michelle Jang.
Benar-benar cantik karena memiliki paras blasteran Amerika dan Korea.
Seiring berjalannya waktu, mereka bersama sebagai sepasang kekasih.
Saling mencintai terlihat menyayangi.
Dan mungkin bagi si Pria alias kawan kecil dari Hyung itu, hal tersebut merupakan cinta pertama baginya. Dan ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh ‘’Hyungnya’’ yang telah lebih dulu memiliki kekasih.
Ternyata seperti ini, selalu diperhatikan, dicintai dll dengan sesuatu yang indah.
Akan tetapi pada suatu hari, suatu prahara mengacaukan kisah mereka.
Pria itu melihat sendiri bahwa kekasihnya pergi lebih memilih orang lain daripada dirinya yang saat itu statusnya hanyalah anak sederhana walaupun sebenarnya dirinya adalah anak orang kaya.
Namun sepertinya kekasihnya tidak mengenal baik Pria itu hingga ia lebih memilih materi yang lebih besar dari kekasihnya.
Parah!
Dan hal itu yang membuat sikap arogan dalam diri Pria itu terbentuk.
Apalagi saat bertemu dengan wanita-wanita seperti mereka yang haus akan ‘’materi dan kekuasaan’’, itu hanya akan ia pandang sebelah mata.
‘’Cool Man / Bad Boys!’’ Kata-kata itu selalu dilekatkan dengan namanya saat di kampus.
Hingga saat Pria itu wisuda, ia berhasil membalas perbuatan buruk mantannya dengan sangat gentle.
‘’Hai, selamat, ya dengan nilai cumlaude Kamu! Gak nyangka banget Kamu sepintar itu! Ha . . . Ha . . . Dan maaf kalau saat itu Aku melukaimu, jadi ku moh . . . ’’ Wanita itu mengatakan sambil memegang kedua tangan Pria itu dan segera di tepis kasar oleh Pria itu di depan semua orang. Yang memang saat itu masih berada diacara wisuda kampus.
‘’DON’T TOUCH ME, BITCH!!! Aku tidak mengenalmu! Lebih baik sekarang jangan pernah muncul lagi di hadapanku sampai kapanpun! Aku tidak sudi lagi melihat wajahmu itu!’’ Pria itu mengucapkannya dengan tatapan tajamnya yang berhasil membuat semua orang yang melihatnya menjadi takut.
Pria itu berlalu meninggalkan semua kebisuan di ruangan itu dan pergi kemanapun yang ia suka.
`Sementara di dalam ruangan yang sama,
Seorang Pria lain memperhatikan perdebatan menegangkan antara Pria dan gadis. Ia yakin 100% kalau Pria itu adalah tetangganya alias ‘’kawan kecilnya’’. Dan ia tidak yakin juga karena sikapnya benar-benar menakutkan. Ia merasa tidak mengenali Pria itu apalagi dengan kata-kata dinginnya.
Saat dirinya sedang memperhatikan kepergian "kawan kecilnya" itu dalam diam, ia diinterupsi oleh seorang gadis yang ternyata kekasihnya.
‘’Oppa! Kenapa ngelamun? Ngelamun apa? Nglihatin siapa, nih?’’ Tanya gadis cantik itu dan duduk di samping Pria itu.
Gadis itu telah kembali dari toilet karena merapikan penampilannya yang sebentar lagi adalah Fakultasnya yang akan diwisuda.
Dan gadis itu dengan cantiknya memakai toga dan membawa sebuket bunga dari kekasihnya.
Prianya menatapi gadisnya dengan bangga dan bahagia karena bisa meluangkan waktunya untuk gadisnya walaupun di sela-sela jam sibuk kantornya.
‘’Aniya. Bukan apa-apa. Oia, sebentar lagi giliran Kamu, ‘kan yang akan menghadap Pak Rektor? Selamat, ya!’’ Pria itu mengatakan dengan sangat lembut dan tenang.
‘’Iya, Oppa. Oppa, apa Aku cantik seperti gadis-gadis yang lainnya? Apa setelah Aku lulus dan bekerja, Oppa apa akan selalu di sampingku? Apa Oppa akan pergi meninggalkanku? Oppa tahu sendiri kalau Mama Kamu tidak suka sama Aku, uhhh . . . ’’ Gadis itu menunduk dalam dan memainkan jemarinya tanda bahwa ia sedih akan kisah cintanya.
‘’Gwenchana, chagiya! Jangan difikirkan, oke!’’ Pria itu meraih tangan gadisnya dan menggenggam erat dan menatap dalam kedua manik mata gadisnya.
.
.
.
~~~ Sampai saat suatu hari, di Coffe Shop,
‘’Oppa! Kenapa seperti ini?? Kenapa Oppa melakukan semua ini?!! Apa Oppa benci padaku?! Apa Oppa sudah ada yang lain?! Jawab Aku, Oppa!!!’’ Suara wanita tiba-tiba menginterupsi Pria yang sedang duduk di sofa Coffe Shop seorang diri.
Pria itu terlihat terkejut saat gadisnya datang tiba-tiba. Dan ia bingung harus menjawab bagaimana. Apalagi menjelaskan semuanya. Ia sudah diberi titah oleh Mamanya jangan sampai ada yang mengetahui kelemahannya.
Dan Pria itu hanya sanggup menjawab seperlunya tanpa ada niatan untuk menghibur dan hal itu yang membuat gadis itu kecewa dan pergi meninggalkannya.
‘’Mianhaeyo, aku tidak pantas untukmu!! Lebih baik Kita jalani jalan masing-masing! Kuharap Kau bahagia selalu . . . ’’ Hanya itu yang terucap dari bibir Pria itu dan tanpa ada niatan mengejar dan mempertahankan gadisnya.
‘’Ap-Apa? Apa Aku salah dengar? Oppa memutuskanku? Kenapa? Kenapa, Oppa?!! Apa Aku tidak pantas untukmu? Kenapa Kau jahat sekali padaku, Oppa? Bahkan akhir-akhir ini Oppa juga selalu menghindariku! Aku mencoba berfikir positif kalau Oppa masih sibuk. Tapi semakin ke sini Oppa benar-benar kelewatan. Bahkan melupakan anniv kita dan . . . Hikss . . . melupakan ultahku begitu saja. Padahal kita sudah janjian akan ketemu, tapi . . . tapi Oppa tidak datang sama sekali! Meninggalkanku sendiri di Café itu seperti orang bodoh! Bahkan telephonemu tidak aktif. Aku . . . Aku seperti tidak berguna untukmu, Oppa. Sakit! Hikss . . . Baiklah, Oppa! Pergilah! Aku tidak mau melihatmu lagi! Goodbay! ‘’ Gadis itu melangkah pergi meninggalkan Prianya seorang diri.
Dan meninggalkan semua kenangan yang pernah dirajut bersama selama 4 Tahunan.
Pria itu benar-benar merasa bersalah sama sekali dengan gadisnya. Karena sudah sebulan lamanya, dirinya menghindari gadisnya. Ia selalu mengabaikan gadisnya apapun itu. Ia mencoba melupakan gadisnya.
Semua itu dilakukan atas perintah dari Mamanya yang ingin menjodohkan dirinya dengan Putri rekan bisnis Ayahnya.
Dan keegoisan Mamanya semakin membuat hubungan dirinya dengan Mamanya pun menjadi renggang. Dan juga hubungannya dengan gadisnya.
Benar-benar kelewatan sekali memaksakan hati untuk bisa bersama dengan yang lain saat hati kita masih ada yang mengisi!
Pria itu diberi waktu hanya sampai 1 bulan saja dan setelah itu harus meninggalkan Negaranya.
Meninggalkan semua keganjilan dan luka yang amat dalam bagi gadisnya.
Meninggalkan semua penyesalan yang amat dalam di hidupnya dan di hidup mantan kekasihnya.
¬¬¬Sore hari
‘’Kau . . . Kukira Kau sudah pindah! Ternyata masih disini!’’ Ucap Pria yang usianya lebih muda 2 Tahun dari Pria yang disapanya.Pria yang disapa pun hanya menoleh saja dan menatap datar Pria itu.
‘’Yakh, aishh! Jinjja! Kau benar-benar berbeda sekarang, ha! Sombong sekali Kau ini! Apa karena wanita itu Kau jadi seperti ini, ha!! Apa karena wanita itu Kau jadi mengorbankan persahabatan? Jawab Aku!!’’ Pria muda itu berteriak frustasi dan tangannya hendak memukul Pria di depannya tapi ia tahan karena perkataan dari Pria di depannya ini.
‘’Wae? Apa itu masalah denganmu? Aku sudah tidak peduli! Yang kupedulikan sekarang hanyalah kekuasaan! Kau . . . Kalau Kau mau, Kau bisa bersaing denganku! Kunantikan Kau saat sudah bisa menandingiku!!? Bye!’’ Pria itu pergi juga meninggalkan luka yang amat dalam bagi Pria muda tadi.
Pria muda tadi mengepalkan tangannya dan menahan kecewa dan amarahnya pada Pria yang telah pergi itu.
‘’SIALAN KAUUU!!! AWAS KAU, YA! PABBOYA! PERGILAH SEJAUH MUNGKIN! AKU SUDAH TIDAK BUTUH KAU! CIH!!!’’ Teriak Pria muda tadi dengan segala emosinya. Ia benar-benar tidak habis fikir apa yang telah terjadi dengan hidupnya.
Dikhianati dua kali oleh orang terdekatnya.
Dan Pria muda itu semakin yakin untuk menutup hatinya rapat-rapat dan tidak akan menggunakan perasaannya lagi kali ini. Ia akan membuktikan kalau ia akan membangun usahanya sendiri dan membuat semua orang tunduk padanya.
♥Flashback END
Pria tampan yang sedang melamun tadi terkesiap saat ingatannya di masa lalu itu muncul. Ia merasa bersalah dan harus segera memperbaikinya.
‘’Astaga! Aku benar-benar bodoh. Aku mendengar semua caci maki mereka. Hahhh . . . tapi bagaimanapun harus ia lakukan. Maaf. Maafkan Aku! Aku tidak bermaksud menyakiti kalian!’’ Ucapnya dengan lirih dan tertunduk lesu.
Saat ia menunduk tiba-tiba ia merasakan sakit di dadanya.
‘’Akh!’’ Ucapnya menahan perih di dadanya. Ia segera mengambil obat penghilang rasa sakit di laci meja kerjanya dan meminum obat itu.‘’Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Nafasnya terdengar lirih dan ia menuju tempat tidurnya dan berbaring di sana. Ia mencoba melupakan sejenak yang membuat sesak dadanya.
‘’Makotoni moushiwake gozaimasen deshita! ( まことに申し訳ございませんでした!) Aku menyesal . . . Jebal . . . ’’ Ia bergumam sendiri dan sampai akhirnya ia tertidur.
£♥¥€
# Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style
# Kamar Hotel, 31 Desember 2016, @ Ness Walk, Inverness, Inggris Raya, pukul 19.30 (UTC) Seorang Pria tampan terlihat murung sambil memainkan handphone di tangannya. Ia terduduk lesu dipinggir tempat tidurnya. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia kalut, ia tidak bisa berfikir tenang sekarang. Ia harus membuktikan sendiri bahwa perasaannya tidak salah. Ia merasa ia tidak salah lihat dengan ekspresi dari seseorang terhadap dirinya saat siang tadi. Ekspresi terkejut dari seseorang saat mendapati dirinya juga sedang menatapnya kala itu. Dan ia ingin membuktikannya sekarang. Pria itu pun beranjak pergi ke suatu tempat. . . . @ Kamar Hotel ErinaSaat gadis itu masih di kamar mandi, ia menatapi dirinya di depan cermin dan memegang bibirnya. Memori siang tadi sungguh masih membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mengira
‘’Ternyata memang Kau!!! Hahh, demi apa kita bertemu di sini setelah puluhan Tahun kita tidak bertemu? Apa kabar, adik sepupuku? Kau semakin tampan dan gagah pula, Aku iri denganmu! Dan . . . Kekasihmu . . . ’’ Pria di depan Arthur mengatakan semuanya dengan ringannya tanpa melihat perubahan ekspresi dari adik sepupunya sendiri, Arthur Eryk Shaquile. Ya, Arthur saat ini sedang menahan amarahnya dan kapan saja ia siap meluapkannya bahkan di tempat umum seperti ini dan ia sudah tidak perduli lagi dengan imagenya karena ia ingin menunjukkan image aslinya yang seperti ini. Pemberontak? Benar! Namun belum selesai kakak sepupunya itu berbicara, Arthur sudah memotong pembicaraan itu dengan sangat tajam. ‘’F*CK IT!!! DIAMLAH!? Mau apa Kau??’’ Arthur mengatakannya tanpa basa basi dan terdengar sudah diambang kemarahannya. ‘’Woow . . . Wow . . . Santai, bro! Jangan serius begitu! He . . . He . . . tapi beneran, deh, cewekmu ini benar-benar sanga
@ Kamar Hotel Zhafar Basrian Rafael ‘’Bagaimana? Masih sakitkah? Atau Aku panggilkan dokter?’’ Zhafar merawat luka di tumit Erina dengan lembut dan sesekali melihat ke wajah cantik Erina yang sedang menahan sakit. ‘’Hah? Ahh, tidak usah, udah agak mendingan kok. He… he… gomawo… mian…’’ Erina merasa bersalah karena tidak sengaja mencuri dengar percakapan Pria tampan ini dengan gadis tadi. Erina menunduk tidak berani menatap mata Zhafar. Mungkin karena tatapan Zhafar seperti bisa membaca fikirannya dan seperti ingin menjerat dirinya dalam pesonanya. Dan Erina tidak sanggup. ‘’Mwo? Kenapa minta maaf segala? Kau ‘kan tidak buat kesalahan, hmm. Tapi kalau hal lain, tidak usah difikirkan, Erina. Dan… Kau malah terlihat semakin cantik apalagi dengan gaunmu itu, semakin cantik, Erina,’’ Ungkap Zhafar terus terang dan masih menatapi Erina yang masih diam menunduk. Zhafar gemas sekali dengan gadis ini karena selalu sa
‘’Yak, Zhafar Basrian Rafael!!! Astaga telingamu itu! Percuma Kau punya telinga jika tidak mendengar sahutanku, astaga!!! Aku sudah berkali-kali memanggilmu, tapi Kau hanya diam saja. Hahh…’’ ‘’Ah, mian. He… he… wae? Ada apa nih? Kamu bukannya harusnya mendampingi pembicara, ya di depan? Kenapa ke sini?’’ Zhafar menanyakan keberadaan kawannya, Suho yang malah berada di sampingnya. Suho makin kesini makin tidak yakin kalau kawannya ini seorang BigBoss di kantornya. Tapi akhir-akhir ini kenapa menjadi sedikit agak lola. Ck…ck… Namun bukannya menjawab pertanyaan bodoh dari Zhafar, Suho malah menjitak kepala kawannya karena saking gemasnya pada kawannya ini. Suho berani melakukan itu karena memang umur Suho lebih tua 2 Tahun dari Zhafar. ‘’Akh… Appo! Yak, Hyung, Kau kurang ajar! Kenapa memukulku? Aku ‘kan hanya bertan…’’ Belum selesai Zhafar memprotes kawannya memukul kepalanya, ia diintrupsi oleh Suho yang malah membuat Zhafar terdiam berfikir s
‘’Aku? Ehm, sepertinya ada, Erina. Memang kenapa Erina? Kau ingin jalan-jalan?’’ Arthur bertanya balik dan ia semakin mempererat pelukannya pada gadis itu seakan tidak ingin menciptakan jarak diantara mereka. Dan ia juga sudah tidak perduli dengan perbincangan orang-orang di luar sana karena memang inilah yang sedang ia rasakan. Bahkan Arthur ingin menunjukkan pada semuanya bahkan pada Dunia bahwa ia semakin mencintai gadis ini. Semakin menyayanginya lebih dari apapun. Dan kalau bisa, ia ingin melamar gadis ini sekarang juga dan menjadikan gadis ini miliknya! ‘’Ahh… i… iya Oppa. Aku… ingin jalan-jalan. Tapi yasudah tidak apa-apa. Nanti coba Aku ajak yang lain saja karena sepertinya Oppa ada keperluan yang sangat penting. Dan itu terlihat jelas dikedua mata Kamu, Oppa. He… he…’’ Erina ternyata faham akan kegundahan hati Arthur dan benar-benar mengerti sekali keadaan Pria itu. Dewasa sekali pemikirannya. Itulah yang membuat seseorang seperti Art
Delivered! Drrt… drrt… notif pesan masuk di handphone Erina. From: Arthur OppaKau kenapa? Apa Kau baik-baik saja?? Sepertinya tidak, ya? Kalau masih sakit, kita bisa pulang lebih awal saja. Karena wajahmu sedikit pucat… Erina membaca pesan dari Pria di sampingnya dengan perasaan bahagia. Dan ia melirik sebentar lalu membalas pesan itu secepatnya. Send! Drrt… drrt… kali ini notif pesan masuk di handphone Arthur From: My beloved woman, ErinaAh, Kamu benar, Oppa. Aku sedikit agak pusing, kepalaku pening rasanya. Dan juga kakiku sudah tidak bisa diajak berkompromi deh. Aku pingin balik ke kamar saja lebih awal, bolehkah? Arthur seketika langsung menoleh cepat ke arah Erina dan mendapati gadis itu sedang memijit pelipis keningnya. Keadaan gadis itu memang benar-benar mengkhawatirkan.
‘’Ahh, aniyaa… tidak, kok. Aku… Aku… hanya… Aku…’’ Erina kesulitan menjawab pertanyaan sederhana dari Arthur dan nampak sekali ia gugup tidak sanggup memandang mata Arthur. Erina terus menunduk dan sedikit perlahan ia melangkah mundur hingga dirinya membentur pagar pembatas yang terbuat dari beton. Ia meringis kesakitan saat punggungnya membentur pagar itu dan dingin yang dirasakannya. ‘’Hahh…’’ Arthur menghela nafas pelan tanda kalau dirinya sedang menahan sesuatu. Ia agak bingung kenapa Erina menghindarinya dan terlihat ketakutan. Apalagi saat ia semakin mendekat ke arahnya, gadis itu malah semakin mundur dan akhirnya ia tidak bisa kemana-mana. ''Ha…ha… baguslah!'' Fikir Arthur dalam hati. ‘’Akh… hisssh… appo, hah… kenapa sial sekali hari ini,’’ Erina mendesis pelan tapi masih bisa didengar oleh Arthur. TAP! Arthur berdiri tepat di depan Erina. Masih terdiam dalam posisinya. Erina juga menyadari bahw
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap