‘’Silakan duduk!’’ Tegas dan valid no debat yang dikatakan oleh Arthur.
‘’Ahh, i-iya baik. Terima kasih!’’ Ucap Erina pasrah.
Hening hingga setengah jam berlalu tanpa suara dari keduanya.
Yang terdengar hanyalah detikan jam di pergelangan tangan Arthur Eryk Shaquile dan suara Pria itu yang sedang mengetik sesuatu.
Di saat Arthur masih sibuk dengan pekerjaannya, lain halnya dengan Erina. Gadis cantik itu saat ini tengah mengagumi sosok di hadapannya ini.
Sosok yang benar-benar berbeda saat pertama kali mereka melakukan kontak mata.
Erina benar-benar mengakui bahwa sosok Pria di hadapannya ini memanglah sosok yang dewasa dan bijak. Terlihat sekali dari attitude yang diperlihatkan. Pria ini mampu menempatkan diri pada situasi yang tepat. Tapi entahlah, ia belum mengenal seutuhnya.
Saat Erina tengah mengamati Arthur, Pria itu juga menyadarinya dari ekor matanya. Ia bahagia di dalam hati karena ternyata gadis cantik ini begitu memperhatikannya. Ia sebenarnya juga sedang menahan perasaannya agar tidak terlalu terlihat oleh gadis itu. Jantungnya berdebar kencang tatkala mata gadis cantik itu menatapnya dalam. Namun sampai akhirnya ia sanggup menguasai dirinya.
Arthur menghela nafasnya pelan.
‘’Baiklah, kita mulai saja. Saya saat ini tengah membuat program baru untuk keamanan Perusahaan kita, bisa dibilang ini gerbang pertahanan Perusahaan kita yang kita sempurnakan. Kita mulai dari sini,’’ Terang Arthur panjang lebar sambil mengarahkan laser pointernya ke arah wall mounted display indoor digital signagenya.
Pria itu mulai berdiri dan berjalan ke arah layar presentasi dan ia mulai menjelaskan secara rinci bagaimana proyeknya tersebut ingin segera diwujudkannya.
Dan hal itu mampu membuat seorang Erina Eshal Mislav terpana.
Erina tidak pernah menyangka bahwa ia akan melihat seorang Arthur Eryk Shaquile seperti ini. Seperti melihat sisinya yang lain.
Yang artinya, tidak tersentuh apapun.
Ambisius.
Dan arogan.
Terlihat jelas sekali saat ia memulai berbicara, memegang laser pointernya diikuti ia berdiri di sana sambil sesekali menggunakan tangannya untuk mengaplikasikan wall mounted display dan sesekali melihat ke arah Erina.
Hal inilah yang membuat Erina tidak berkutik saat ditatap oleh Pria itu dengan sangat lama. Erina terhanyut keadaan sampai pada akhirnya ia tergagap dengan ucapan Arthur.
‘’Erina, bisa bantu Aku? Tolong Kau klik File dengan nama Future Projects!’’ Perintah Arthur dengan mudahnya karena saat itu Arthur masih serius dengan hp di tangannya.
‘’Ah, Ne,’’ Erina beranjak dari duduknya dan mulai menjalankan perintah dari Bossnya.
‘’Duduk saja!’’ Perintah Arthur akhirnya.
Dan benar saja, Arthur ternyata selalu mengawasi setiap pergerakan gadis itu.
‘’Hah? Mana bisa?’’ Tanya Erina ragu dan melihat ke arah Arthur untuk memastikan pendengarannya.
Arthur pun hanya mengangguk setuju.
Erina duduk untuk mencari dimana letak filenya itu. Dan kurang ajarnya si Arthur belum membuka File itu. Lama sekali Erina mencari letak File itu berada sampai akhirnya Arthur turun tangan dan tanpa disadari oleh Erina, Arthur sudah berdiri di sampingnya dan memperhatikan Erina.
Tanpa disadari oleh Erina, Arthur tersenyum tipis.
Grapp!
‘’Sini, biar Aku bantu!’’ Tanpa aba-aba, Arthur sudah meraih mouse yang masih dipegang oleh Erina. Ia dengan lihainya mencari File itu dan tadaa... kurang dari satu menit ia menemukannya.
Erina benar-benar terlihat payah di hadapan Arthur. Entah Erina menyadarinya apa tidak. Dan yang pasti saat ini Erina hanya terdiam membisu karena tangan Pria kurang ajar itu memegang tangan Erina dengan erat saat ia mengarahkan mousenya.
Dan bodohnya Erina hanya diam mengikutinya.
`Erina pov
‘’Hahh, apa-apaan Pria kurang ajar satu ini?! Kenapa dia lancang sekali denganku? Dan tangannya itu? Heii, apa-apaan tanganmu itu! Astaga, kenapa Aku tidak berani memprotesnya? Dan kenapa Aku hanya bisa bicara dalam hati saja. Apa karena dia Bossku. Hahh, sialll!! Dan lagi, kenapa posisinya dia seperti ini? Posisi yang akan disalah artikan kalau ada yang melihat kita. Dan lagi parfumenya itu, astaga memabukkan sekali baunya. Hah, parfume mahal! Please menjauhlah dariku, Arthur Eryk Shaquile!! Kau membuatku tidak berdaya dan oleng!!? Gerutu Erina dalam hati yang semakin membuatnya terlihat cantik dimata seorang Arthur Eryk Shaquile.
‘’Ehem, maaf, tangan anda, Pak!’’ Erina mulai berani mengintrupsi kegiatan Arthur Eryk Shaquile dan seketika mendapat lirikan tajam dari Arthur Eryk Shaquile.
‘’Astaga, Aku harus bagaimana? Tanganku semakin digenggam erat olehnya. Aku tidak bisa apa-apa. Oh My God, bagaimana ini? Arghhhh!!!’’ Teriak Erina frustasi dalam hati sambil terus menundukkan kepalanya.
`Erina End
‘’Lihatlah! Aku hanya ingin menunjukkan sesuatu rahasia padamu, Erina. Hanya padamu Aku menunjukkannya. Hanya dirimu!’’ Arthur tiba-tiba mengatakan sesuatu yang tidak pernah Erina duga sebelumnya.
Perkataan yang mampu membuat Erina terpana dan mengarahkan pandangannya pada layar di depannya.
Dan ingat, posisi mereka masih sama seperti itu.
Kalau dilihat-lihat posisi Arthur seperti sedang memeluk Erina. Dan Erina agak tidak nyaman dengan posisi seperti ini. Tapi mau tidak mau Erina harus menerima kalau Arthur tidak melepaskan tangannya juga.
‘’Ini yang Aku maksud. Ini proyek masa depanku! Semuanya ada di sini. Beberapa proyek besarku. Aku ingin mewujudkan semuanya. Mungkin yang 3 proyek jangka panjang ini Aku kesampingkan dahulu karena 3 proyek untuk saat ini yang lebih penting. Untuk sementara ini. Jadi, maukah Kamu membantuku, Erina? Mewujudkan semua proyekku dan membantuku?’’ Pinta Arthur terus terang dan menatap Erina dengan lembut. Terlihat sekali kejujuran dikedua mata Arthur.
Ya, Arthur di sini ingin mewujudkan 3 proyek besar itu dengan Erina di sisinya. Ia hanya ingin Erina selalu di sisinya. Ia sudah tidak perduli kalau Erina membencinya. Tapi ia hanya ingin mewujudkan dahulu proyek ini dan sukses maka dari itu ia bisa selangkah lebih maju dari rivalnya dan menjadi poin plus dimata keluarganya. Dan setelah itu ia bisa melanjutkan 3 proyek perusahaan pribadinya sendiri tanpa kekhawatiran apapun. Tanpa tekanan dari Ayahnya dan keluarganya. Karena 3 proyek besar itu merupakan tantangan terberat bagi Arthur untuk diwujudkan.
Hal itu bisa diartikan sebagai hidup dan mati seorang Arthur Eryk Shaquile.
Bisa dikatakan juga sebagai pengorbanan terbesarnya.
Arthur tidak ingin menyerah begitu saja dengan ambisi keluarganya yang ingin menekannya secara sepihak dan mengekangnya. Ini adalah hidupnya sendiri, hidup seorang Arthur Eryk Shaquile. Ia ingin menata kehidupannya sendiri tanpa campur tangan orang lain. Dan ia ingin membuktikannya itu. Kalau sampai ia kalah tender di 3 proyek besar itu, maka tamatlah riwayat ARTHUR ERYK SHAQUILE!
‘’Kenapa Kau ingin Aku mengetahuinya? Bukankah ini adalah proyek rahasiamu? Kenapa Kau malah memberitahukannya hanya padaku seorang?? Aku tidak mengerti,’’ Arthur hanya diam membisu saat Erina bertanya seperti itu padanya.
Erina masih menatap dalam di kedua mata Arthur Eryk Shaquile. Namun pandangan mata Arthur berubah menjadi sendu. Bahkan ekspresi wajahnya sudah menjelaskan semuanya.
`Arthur Pov
‘’Kenapa Kau ingin Aku mengetahuinya? Bukankah ini adalah proyek rahasiamu? Kenapa Kau malah memberitahukannya hanya padaku seorang?? Aku tidak mengerti,’’ Pertanyaan itu cukup membuat pertahanan seorang Arthur Eryk Shaquile runtuh.
Dan benar saja, ia sudah tidak bisa mengendalikan perasaannya lagi di depan gadis manis ini. Ia sudah tidak bisa pura-pura lagi di depan gadis ini.
‘’Kenapa Kau malah bertanya padaku, Erina? Jelas - jelas itu karena Kamu! Karena di hati dan fikiranku hanya ada Kamu seorang, Erina. Pasti Kau tidak akan percaya padaku. Dan karena Aku ingin Kamu kelak menjadi masa depanku, Erina!! Salah satu impian terbesarku. Hahh . . . ’’ Arthur lagi-lagi tidak bisa mengungkapkan kata-katanya. Ia bimbang haruskah ia mengatakannya apa tidak.
`Arthur End
Arthur menjadi semakin tidak terkendali saat kedua bola mata Erina menatapnya dalam. Bisa dikatakan posisi mereka sangat-sangat dekat bahkan jaraknya sekitar 5 cm saja, bahkan masing-masing bisa saling merasakan deru hangat nafas masing-masing.
Jangan ditanya bagaimana ekspresi dari Erina. Ia sudah seperti kepiting rebus wajahnya. Ia tidak kuasa lama-lama bertatapan dengan Pria dingin ini. Dan ia juga tidak bisa bergerak sama sekali.
Tubuh Erina terkunci dengan tubuhnya Arthur.
`Erina Pov
‘’Yahh, Arthur Eryk Shaquile!! Ada apa denganmu?? Kenapa menatapku seperti itu? Kenapa tidak Kau jawab saja perkataanku? Aneh sekali Kau! Dan itu, kenapa jaraknya dekat sekali, woy?!! Kau bener- bener bisa membuatku gila. Dan astaga itu nafasnya, terasa sekali di wajahku. Dan ohh, S]seperti inikah pahatan sempurna seorang manusia? Tidak ada celah sama sekali. Omo! Tidak! Tidak! Apa yang Kau fikirkan, Erina? Hah, Cepat, minggirlah dariku, Arthur Eryk Shaquile!!!’’ Erina terlihat frustasi saat ini dan ini terlihat sekali oleh Arthur. Tidak perlu dijelaskan lagi apa Erina benar-benar masih marah padanya apa tidak. Dan ternyata dia masih mempunyai rasa dengannya.
‘’Kau mau tahu alasannya? Aku rasa Kau sudah cukup tahu alasannya, Erina,’’ Ucap Arthur tenang dan masih menatap Erina dan seakan bisa membaca isi hati Erina.
‘’What?! Jawaban apa. Aku tidak tahu, Arthur Eryk Shaquile! Astaga! Pria itu menjawab dengan tenangnya dan astaga tatapannya benar-benar membuatku salah fokus,’’ Ungkap Erina semakin panik karena tatapan tajam Pria itu berubah menjadi semakin sendu.
`Erina End
‘’Kau sangat berarti bagiku, kemarin-kemarin, saat ini, dan saat yang akan datang. Entah Aku . . . Apakah sanggup melewatinya saat Kau tidak ada di sisiku, Erina? Aku juga sudah tidak peduli apakah Kau membenciku, marah padaku bahkan menganggapku gila, Aku sudah tidak peduli lagi, Erina! Yang terpenting adalah kebahagiaanmu, Erina!’’ Terang Arthur tenang dan sarat akan makna yang dalam.
Dan baru kali ini Arthur mengakui perasaanya kepada seorang gadis setelah sekian lama ia menutup hatinya kepada wanita manapun. Dan baru kali ini Arthur mengatakan tanpa ada beban.
Dan perkataan itu juga sudah tersirat sebagai ungkapan cinta.
Jikalaupun Erina menyadarinya, Erina pasti akan langsung bereaksi dengan diam membisu.
Dan benar saja.
Erina terdiam tidak berkutik apa-apa saat Arthur mengungkapkan semuanya. Hal itu berarti Erina memang menyadarinya. Kalau ternyata selama ini Pria dingin ini mempunyai perasaan yang lebih pada gadis manis itu.
‘’Saranghae, Erina. Jeongmal ireohkhe mal haess-eoyo,’’ Arthur mengatakan hal itu dengan tenang dan sedikit sendu.
Berbanding terbalik dengan Erina. Gadis manis itu terpana dan tidak mengira kalau Pria itu akan mengatakannya langsung di depannya. Dan hal itu mampu membuat otak Erina tidak bisa berfikir secara jernih. Dan Erina hanya mampu mengerjapkan matanya.
‘’W*-what?? Mm . . . Hah, ada apa ini? Kenapa?’’ Tanya Erina untuk menutupi kegugupannya.
‘’Bolehkah?’’ Ijin Arthur pada Erina yang membuat Erina tidak mengerti maksud perkataan Arthur.
Namun belum sempat Erina menjawabnya, tangan kiri Arthur meraih dagu Erina perlahan dan mulai mendekatkan wajah Erina dengan wajahnya.
Hingga tidak ada jarak sedikitpun.
Dan . . .
KLIK!!!
Suara pintu ruangan Arthur tiba-tiba terkunci otomatis.
Arthur mengantisipasi kalau ada tamu yang akan masuk. Ia pun melanjutkan aksinya karena ternyata gadis ini tidak berontak alias seakan diberi lampu hijau. Ia menikmati setiap pergerakan dari gadis ini.
Di matanya, gadis manis ini sungguh-sungguh mempesona. Dan mungkin ia sudah tergila-gila dengan gadis ini. Ia tidak bisa melepaskan begitu saja gadis ini ke tangan Pria lainnya. Ia bersumpah dalam hati. Akan mempertahankan gadis ini.
‘’Eehumm . . . ’’ Terdengar dari bibir mungil Erina saat Arthur semakin memperdalam kegiatannya di mulut gadis itu.
Ya, Arthur sudah tidak terkendali. Ia mengabaikan semua akal sehatnya kali ini. Ia hanya ingin gadis ini tahu, bahwa perasaannya pada gadis ini tidak main-main.
Arthur semakin tidak terkendali. Ia mendekap erat Erina dan semakin memperdalam ciumannya. Ia terlena dengan wangi tubuh gadis ini.
Wanginya memabukkan siapapun didekatnya.
‘’Je-Jebal geumanhae, Ar-Arthurnahh?’’ Pinta Erina dengan susah payah.
Namun permintaan itu diabaikan begitu saja oleh Pria itu. Ia mendorong Erina tanpa melepaskan pagutannya dan berakhir di sofa besar di tengah ruangannya.
BRUK!!!
Keduanya terjatuh di sofa dan masih berpagutan satu sama lainnya.
Arthur benar-benar tidak membiarkan Erina begitu saja. Membuat Erina kewalahan. Ia harus mengimbangi pergerakan Arthur yang diluar akal logikanya.
`Erina Pov‘’
Astagaa!!! Ada apa dengan Pria ini? Aku seperti tidak mengenalnya. Seperti bukan dirinya. Mengapa ia seagresif seperti ini? Astaga, lagipula kenapa tubuhku tidak menolaknya? Kenapa Aku seakan memberinya ijin? Dan Aku juga semakin terbawa suasanya seperti ini. Astaga, panas sekali di sini!’ Erina diambang batas akal sehatnya saat menghadapi Arthur Eryk Shaquile kali ini.
`Erina End
Dan posisi mereka juga sangat berbahaya.
Tangan kekar Arthur menyangga tubuhnya agar tidak menimpa tubuh gadisnya ini.
‘’Eeuhmm . . . Ahh . . . ’’ Yap, Erina kelepasan kontrol saat ia membuka bibirnya dan membuat Arthur semakin tertantang untuk melakukan lebih jauh.
Erina mau tidak mau ia harus mengimbangi permainan Arthur.
Arthur semakin liar saja. Ia benar-benar tidak membiarkan Erina mengambil nafas sejenak. Bahkan keduanya semakin larut dalam suasana romance.
‘’Arthurnah . . . Noo . . . Jebal! Je-Jebal geumanhae?’’ Ucap Erina terengah-engah saat bibir sexy milik Arthur mulai menurunkan ciumannya di sekitar pundak sexy Erina.
Arthur menciumi pundak Erina dengan lembut, beralih turun lagi kebawah, bahkan bisa dibilang area sensitive bagi wanita. Yaitu di atas asset wanita itu.
Di area itu, Arthur meninggalkan bekas kissmark.
Dan gilanya tidak hanya satu, melainkan beberapa kissmark.
Hah, GILA KAU ARTHUR ERYK SHAQUILE!!!
‘’Ar-Arthurnaah . . . Jebal . . . ’’ Mendengar lenguhan sexy dari bibir mungil Erina semakin membuat Arthur tertantang.
Kali ini tangan kekar Arthur mulai menjalankan aksi nakalnya. Ia mulai membelai seluruh tubuh Erina dengan perlahan. Tangan itu mulai membelai rahang mungil Erina, lanjut ke leher jenjang milik Erina, dan seterusnya hingga berakhir pada dress mini Erina.
Dan dengan cekatan juga, Erina mencegah Pria itu melakukan hal gila itu.
Kalau saja tidak dihentikan, mungkin mereka akan berakhir berantakan.
Cukup!
Erina tidak ingin seperti itu!
‘’Hahh . . . Hahh . . . Hahh . . . ’’ Ucap keduanya saat mereka menghentikan permainan itu.
Mereka saling menatap dalam satu sama lainnya. Menyelami di kedua mata masing-masing. Mencoba mengerti satu sama lainnya. Mencoba meredam perasaan berlebih yang jikalau tidak diredam akan membahayakan bagi keduanya. Mungkin akan terjadi sesuatu diluar kendali mereka.
‘’Maaf, Erina . . . ’’ Hanya itu yang terucap dari bibir sexy Arthur dan itu cukup membuat Erina terkejut.
‘’ . . . ’’ Erina terdiam dan otaknya masih mencerna sikap dari Pria tampan di hadapannya ini.
‘’Maaf, Aku telah lancang padamu! Silahkan Kau tampar Aku, Erina?’’ Pinta Arthur sambil menundukkan kepalanya.
Arthur kecewa dengan dirinya sendiri mengapa ia bersikap seperti itu pada gadis ini. Kenapa ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dan beruntungnya ia masih bisa berfikir jernih dan tidak menuruti nafsunya saja. Karena ia teringat, ini masih di kantor dan masih di jam kerja, tidak mungkin ia melakukan sesuatu yang tidak pantas di kantor. Terlebih ia seorang yang mempunyai tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu ia menghentikan kegiatan panasnya.
‘’Aku benar-benar menyesal, Erina! Aku tidak tahu kenapa dengan bodohnya Aku melakukan hal yang tidak pantas di sini. Maafkan Aku?’’ Ucap Arthur tulus dan itu mampu membuat Erina terharu.
‘’Gwenchana. Ehmm . . . ’’ Jawab Erina bimbang.
‘’Aku janji tidak akan melakukannya lagi!’’ Kata-katanya mampu meyakinkan seseorang.
Arthur pun berdiri dari posisinya dan menatap keluar jendela besar. Ia merutuki dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia terhadap gadis itu.
‘’Silakan, Erina! Kau boleh keluar! Terima kasih, Erina . . Maaf,’’ Ucap Arthur pada Erina.
KLIK!!
Kunci otomatis terbuka.
Selepas Erina keluar dari ruangannya, Arthur masih terdiam membisu.
BUG!!!
‘’Pabboya Kau, Arthur-Na!! Kenapa bisa Kau melakukan hal seperti itu padanya??! Hahh, semakin jauh Kau dengannya, ARTHUR ERYK SHAQUILENN!!’’ Arthur merutuki kesalahannya sendiri dan memukul dinding berkali-kali.
Arthur semakin frustasi keadaannya dengan Erina yang semakin rumit saja. Ia hanya bisa mengamati pemandangan dari balik jendela besarnya. Ia menerawang jauh ke depan dengan berbagai macam beban yang ada di fikirannya. Ia bingung bagaimana dirinya harus menghadapi Erina ke depannya.
Arthur hanya bisa pasrah.
💘
# 26 Desember 2016, @ R. Presdirut Seorang Pria tampan nan gagah sedang berkutat dengan beberapa berkas yang harus segera ia selesaikan. Belum lagi berkas yang masih menumpuk di meja seberangnya, terlihat sekali belum disentuh sekalipun. Yup, Pria itu kini sedang sibuk mempelajari semua berkas-berkas di hadapannya ini. Berkas-berkas perusahaan barunya. Ia mempelajari dengan teliti. Dimulai dari berkas biodata karyawan-karyawannya, profil perusahaan, kontrak-kontrak kerja, berkas perjanjian tender, berkas pengumuman pemenang lelang, dll. Pria itu semakin antusias sekali tatkala kedua pasang matanya menemukan dua berkas yang menarik perhatiannya. Berkas yang suatu saat nanti akan berguna untuknya. Dan ia pun langsung menduplikate dua berkas itu untuk ia simpan sendiri dan mengembalikan berkas aslinya ke tempatnya. Ia lalu meneliti kembali berkas duplikatnya dan mempelajarinya dengan seksama. ‘’Waah, Aku tidak meny
`Zhafar Pov ‘’Ah, Aniyo, opsemnida! Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Gadis itu malah balik bertanya padaku dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Zhafar mengetahui dari ekor matanya. Diam- diam Zhafar juga selalu memperhatikan tingkah gadis manis ini. ‘’OMG!!! Suaranya astaga! Hahhh, lembut sekali dan mendamaikan jiwaku. Ha . . . ha . . . Eh, Tunggu! Ia mengatakan dengan ekspresi seperti itu? Wae? Dimana senyum manisnya yang tempo lalu ia perlihatkan? Apa ia masih ada masalah, ya?’’ Zhafar mencoba berfikir sejenak dengan perubahan gadis ini tapi dia juga masih fokus dengan pekerjaannya ini. ‘’Ada! Kamu siang ini temani Saya untuk membahas pekerjaan ini. Bisakah?’’ Tanyaku langsung dan menatapnya tepat di kedua manik matanya. Astaga, gadis cantik itu terkejut. Aneh. Kenapa, ya? Dan ekspresi itu sungguh menggemaskan sekali. Aihh . . .`Zhafar End  
‡♥‡ Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering. Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat. ‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati. ‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana. ‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tida
# Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO ‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia. Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya. Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri. Kal
# Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style
# Kamar Hotel, 31 Desember 2016, @ Ness Walk, Inverness, Inggris Raya, pukul 19.30 (UTC) Seorang Pria tampan terlihat murung sambil memainkan handphone di tangannya. Ia terduduk lesu dipinggir tempat tidurnya. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia kalut, ia tidak bisa berfikir tenang sekarang. Ia harus membuktikan sendiri bahwa perasaannya tidak salah. Ia merasa ia tidak salah lihat dengan ekspresi dari seseorang terhadap dirinya saat siang tadi. Ekspresi terkejut dari seseorang saat mendapati dirinya juga sedang menatapnya kala itu. Dan ia ingin membuktikannya sekarang. Pria itu pun beranjak pergi ke suatu tempat. . . . @ Kamar Hotel ErinaSaat gadis itu masih di kamar mandi, ia menatapi dirinya di depan cermin dan memegang bibirnya. Memori siang tadi sungguh masih membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mengira
‘’Ternyata memang Kau!!! Hahh, demi apa kita bertemu di sini setelah puluhan Tahun kita tidak bertemu? Apa kabar, adik sepupuku? Kau semakin tampan dan gagah pula, Aku iri denganmu! Dan . . . Kekasihmu . . . ’’ Pria di depan Arthur mengatakan semuanya dengan ringannya tanpa melihat perubahan ekspresi dari adik sepupunya sendiri, Arthur Eryk Shaquile. Ya, Arthur saat ini sedang menahan amarahnya dan kapan saja ia siap meluapkannya bahkan di tempat umum seperti ini dan ia sudah tidak perduli lagi dengan imagenya karena ia ingin menunjukkan image aslinya yang seperti ini. Pemberontak? Benar! Namun belum selesai kakak sepupunya itu berbicara, Arthur sudah memotong pembicaraan itu dengan sangat tajam. ‘’F*CK IT!!! DIAMLAH!? Mau apa Kau??’’ Arthur mengatakannya tanpa basa basi dan terdengar sudah diambang kemarahannya. ‘’Woow . . . Wow . . . Santai, bro! Jangan serius begitu! He . . . He . . . tapi beneran, deh, cewekmu ini benar-benar sanga
@ Kamar Hotel Zhafar Basrian Rafael ‘’Bagaimana? Masih sakitkah? Atau Aku panggilkan dokter?’’ Zhafar merawat luka di tumit Erina dengan lembut dan sesekali melihat ke wajah cantik Erina yang sedang menahan sakit. ‘’Hah? Ahh, tidak usah, udah agak mendingan kok. He… he… gomawo… mian…’’ Erina merasa bersalah karena tidak sengaja mencuri dengar percakapan Pria tampan ini dengan gadis tadi. Erina menunduk tidak berani menatap mata Zhafar. Mungkin karena tatapan Zhafar seperti bisa membaca fikirannya dan seperti ingin menjerat dirinya dalam pesonanya. Dan Erina tidak sanggup. ‘’Mwo? Kenapa minta maaf segala? Kau ‘kan tidak buat kesalahan, hmm. Tapi kalau hal lain, tidak usah difikirkan, Erina. Dan… Kau malah terlihat semakin cantik apalagi dengan gaunmu itu, semakin cantik, Erina,’’ Ungkap Zhafar terus terang dan masih menatapi Erina yang masih diam menunduk. Zhafar gemas sekali dengan gadis ini karena selalu sa
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap