# 12 Desember 2016, @ PT DELUXE TOWER
TAP!!!
‘’Selamat datang Presdir Zhafar Basrian Rafael! Silakan, semua PIC sudah berada di ruangan meeting,’’ Ucap Mr. Sandy tersenyum.
‘’Terima kasih banyak Mr. Sandy! Baiklah, silakan!’’ Ucap Zhafar Basrian Rafael ramah.
Terlihat sekali kewibawaan seorang Zhafar Basrian Rafael.
‘’Eh, Saya boleh ganti kemeja dahulu? Permisi!’’ Ucap Zhafar dan membungkukkan badannya.
‘’Silakan!’’ Jawab Mr. Sandy sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan Zhafar sendiri.
‘’Terima kasih!’’ Ucap Zhafar.
@ Ruang Meeting VVIP
Semua peserta sudah duduk tenang di kursi rapat. Tampak was-was siapa gerangan pengganti Mr. Sandy. Karena tersebar gossip dan rumor bahwa pengganti Mr. Sandy adalah orang yang temperamen dan berhati dingin.
Para peserta rapat tampak membicarakan satu dengan yang lain. Akan tetapi berbeda dengan Arthur dan Erina. Mereka berdua nampak terdiam membisu. Tampak tidak bersemangat. Terlihat dari ekspresi wajah mereka berdua.
Untuk Arthur, ia sedang merisaukan untuk apa Zhafar di sini?
Apa tujuannya?
Dan untuk Erina, ia sedang gugup karena ini pertama kalinya ia menghadiri rapat Meeting Internal VVIP, apalagi dihadiri petinggi-petinggi Perusahaan alias orang penting semua. Dan sekarang jabatan Erina juga naik, menjadi bagian dari orang-orang penting itu.
KLIK!!!
Pintu utama ruang rapat VVIP terbuka, menampilkan sosok tegap tinggi dan berwajah tampan.
Sosok itu tampak dingin dari luarnya tetapi justru itulah yang membuat gadis-gadis di ruangan meeting ini terkejut karena Presdirnya setampan seperti Arthur Eryk Shaquile. Akan tetapi disaat gadis-gadis sedang mengagumi ketampanan Presdir baru, berbeda dengan yang sedang dilakukan Erina. Ia terlihat sibuk dengan dunianya sendiri. Gadis dengan kemeja putih itu terlihat sedang mengerjakan sesuatu.
Hal ini pun juga disadari oleh Zhafar dan Arthur.
Gadis itu terlihat cuek dan dingin. Zhafar pun menyunggingkan senyumannya dan ini disadari oleh Arthur.
Zhafar dan Arthur pun beradu pandang.
NGGGG!
Keduanya saling menatap tajam satu sama lain.
.
.
.
‘’Selamat Siang, Mr. Zhafar Basrian Rafael! Silakan?’’ Ucap Mr. Sandy mengawali penyambutan Presdir baru.
‘’Selamat siang semuanya! Terima kasih untuk kalian semua yang telah hadir pada rapat terbatas kali ini. Dan hari ini Saya akan memperkenalkan Presdir baru Perusahaan kita yaitu Tuan Zhafar Basrian Rafael!’’ Terang Mr. Sandy memperkenalkan Zhafar di depan peserta rapat.
Prok!!! Prok!!! Prok!!!
Semua peserta rapat berdiri dan memberikan salam penghormatan kepada Zhafar Basrian Rafael.
Zhafar Basrian Rafael pun juga memberikan balasan yang serupa kepada mereka semua.
‘’Terima kasih semuanya!’’ Ucap Zhafar dengan ramah namun tegas.
‘’Baiklah! Silakan Tuan Zhafar untuk memperkenalkan diri anda?’’ Ucap Mr. Sandy sambil mempersilakan Zhafar untuk berbicara.
‘’Terima kasih Tuan Sandy! Terima kasih semuanya. Perkenalkan, Saya Zhafar Basrian Rafael. Saya Ditugaskan di sini dengan harapan untuk lebih mengembangkan strategi bisnis perusahaan kita ke depannya. Saya memiliki visi dan misi yang besar untuk mewujudkannya di sini. Bersama kalian semua yang telah berpengalaman di sini bertahun-tahun. Dan Saya juga mohon bantuan kalian semua untuk memberikan Saya saran dan kritik kepada Saya supaya Saya bisa menjadi lebih baik lagi? Silakan katakan saja pada Saya, Knowledge Sharing sama Saya juga tidak apa-apa . . . ’’ Terang Zhafar Panjang lebar dan semakin menambah kewibawaan seorang Zhafar Basrian Rafael.
Dia seperti terlihat sudah terbiasa speak up di depan publik. Dan itu semakin membuat peserta rapat terheran-heran dan terkagum-kagum. Kecuali Arthur dan Erina. Mereka berdua menatap Zhafar dengan ekspresi datar. Dan mungkin mereka berdua sedang berada difikiran mereka masing-masing. Hal ini pun juga diketahui oleh Zhafar dari tempatnya speak up. Terlihat mereka berdua raganya di sini tapi jiwa dan fikirannya mereka tidak.
Hingga akhirnya Zhafar menegur Erina dengan sedikit dingin namun lembut.
‘’Apa ada masalah dengan anda, Nona dengan kemeja putih?’’ Tanya Zhafar dengan tatapan tajamnya mengarah tepat dimanik mata Erina.
‘’ . . . ’’ Hening seketika karena tiba-tiba Presdir baru mereka menginstrupsi seperti itu.
Terlihat jelas kalau Presdir baru itu sedang memendam emosinya.
Seketika juga peserta rapat memperhatikan sosok yang dimaksud Presdir Zhafar, yaitu Erina Eshal Mislav. Dan sosok yang ditanyai itu pun langsung kebingungan.
‘’Ahh, ne. Choesonghamnida!!’’ Ucap Erina sambil membungkukkan badannya. Dan saat ia menegakkan kembali badannya, pandangannya beradu dengan mata tajam Zhafar.
DEG!!!
Mereka berdua merasakan ada sesuatu yang aneh pada kedua jantung mereka masing-masing.
“Apa ini? Kenapa jantungku begini? Kenapa Aku menjadi agak takut saat melihat dikedua matanya yang tajam itu . . . ” Ucap Erina dalam hati sambil menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan tajam dari Presdir barunya.
“What??! Apa ini? Ada apa denganku? Kenapa Aku seperti ini? Ada apa dengan kedua pasang mata yang teduh itu? Seakan menyimpan sebuah rahasia dan tatapan kekecewaan ada di sana. Gadis manis itu sangat misterius,” Ucap Zhafar diiringi senyuman tipis namun sialnya hal itu diketahui oleh Arthur Eryk Shaquile.
“Sial!! Hah!! Apa maksudnya dia tersenyum seperti itu?! Menyebalkan! Apa dia bermaksud untuk mendekati Erina?! Hishh, tidak akan kubiarkan semudah itu!!’’ Arthur menatap Zhafar dengan tajam dan menahan emosinya yang sedari tadi sudah ia tahan.
Meeting pun dilanjutkan hingga hari menjelang sore.
.
.
.
Tidak terasa meeting pun berakhir.
Hal ini membuat Erina tersenyum senang. Karena di awal-awal kedatangan Presdir barunya, ia tidak banyak pekerjaan yang harus melibatkannya dengan Presdir baru itu. Senyuman manis itu pun terlihat kembali setelah sekian lama menghilang.
Secara tidak sadar, senyuman manis itu mampu menghipnotis dua Pria tampan yang saat ini masih menatap pemilik senyum itu, Erina.
Ya, senyuman dari Erina mampu mengalihkan perhatian dua Pria tampan sekaligus mempunyai hati yang dingin.
Padahal di dalam benak Zhafar, ia sudah merencanakan Proyek jangka pendek dan jangka Panjang dengan semua Pihak yang terlibat dengan meeting hari ini. Dan otomatis Erina juga harus ikut. Hal inilah yang membuat Zhafar tersenyum tipis. Ia sudah tidak sabar menantikannya esok hari.
💘
# 16 Desember 2016, @ Ruangan M. Pemasaran
‘’Aihh, jinjja! Bagaimana ini? Pekerjaanku belum beres dan Aku juga harus menghadap Manajer. Uhh . . . ’’ Gerutu Erina cemas karena dia belum menyelesaikan deadline kerjaannya, tapi Manajer Arthur sudah memanggilnya.Astaga!
Saat Erina sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya, Jong Yo masuk dan duduk di depan gadis manis yang masih sangat sibuk.‘’Erina! Sibuk kah?’’ Tanya Jong Yo. Dan sungguh itu pertanyaan retoris karena ia juga sudah tau jawabannya.‘’Ne,’’ Jawab Erina singkat tanpa melihat ke arah Jong Yo.‘’Aih, yasudahlah. Mau kubantu?’’ Tawar Jong lembut.‘’Ah, tidak usah, Oppa. Ini tinggal sedikit lagi, kok. Oppa sendiri apa lagi free?’’ Sesekali Erina melihat ke arah Jong Yo.‘’Yah seperti yang Kau lihat. Dan ‘kan Oppa juga berbeda denganmu sekarang. Kau sepertinya yang lebih sibuk. Apalagi saat ini jabatanmu itu sangat krusial di perusahaan ini. Belum lagi Kau akan menghadapi dua Pria dingin itu. Aihh, Oppa benar-benar khawatir padamu, Erina. Berhati-hatilah, Ne!? Dan kalau Oppa lihat, mereka berdua sepertinya ada tujuan yang ingin mereka capai, Erina.’’ Terang Jong Yo panjang lebar yang berhasil mengalihkan perhatian Erina padanya.‘’Maksud, Oppa? Apa mereka berdua sudah saling kenal, begitu?”‘’Sepertinya. Kau lihat saja saat mereka berdua saling menatap satu sama lain. Terlihat sekali dari tatapan mereka berdua. Sorot mata persaingan. Dan mungkin saja ingin mendekatimu. Maybe,’’‘’What?! Tidak mungkin lah, Oppa. Siapa Aku gitu, lho. He . . . he . . . ’’ Ucap Erina dengan senyum lebarnya.‘’ . . . ’’ Hening karena Jong Yo tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Ia berfikir apa jadinya jikalau dua Pria dingin itu alias dua BigBoss mereka memperebutkan gadis manis di hadapannya ini. Ia tidak sanggup membayangkannya.Tapi besar kemungkinan itu akan terjadi karena bisa terlihat dari tatapan Arthur.
‘’Erina, Apa Kau masih kecewa dengannya?’’ Tanya Jong Yo hati-hati.‘’ . . . ’’ Erina refleks menghentikan pekerjaanya dan menatap Jong Yo datar.Bukan!
Lebih tepatnya kosong.
‘’Erina,’’ Ulang Jong Yo karena ia menyadari kalau Erina melamun.‘’Ah, A-Aku . . . Maksud Oppa apa, sih? Kecewa? Kecewa bagaimana dan dengan siapa, Oppa? Ada-ada saja, deh,’’ Jelas Erina sambil menghindari tatapan dengan Jong Yo.‘’Erina, jujurlah pada perasaanmu sendiri! Oppa tahu kalau Kau masih kecewa dengannya. Dengan ARTHUR ERYK SHAQUILE!’’ Ucap Jong Yo sedikit agak kehilangan kendalinya.‘’ARTHUR ERYK SHAQUILE! What? Untuk apa Aku kecewa dengannya, Oppa! Aku tidak ada apa-apa dengannya, Oppa. Dan lagi dia itu Atasanku. Aku juga harus menghormati dia sebagai Atasan. Dan untuk perasaan, Aku tidak ingin ada perasaan lagi saat di kantor. Aku tidak ingin melibatkan perasaan saat Aku bekerja. Apapun itu. Kumohon Oppa mengerti? Aku ingin melupakan semuanya! Sudah cukup sakit hatiku dulu saat orang yang sangat Aku cintai lebih memilih cinta lain daripada cinta dariku. Dan cukup lama bagiku untuk bangkit menata lagi hatiku. Satu Tahun lebih Aku menjadi apatis terhadap hidup ini. Dan saat Aku sudah mulai pulih, Aku melihat cahaya lain. Yang Aku harapkan Aku bisa melangkah, tapi . . . ’’ Erina tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia tidak sanggup lagi mengingatnya.Erina terluka!
Bahkan sangat dalam hingga tidak sanggup lagi bertahan.
Jong Yo berdiri di samping Gadis rapuh dan segera merengkuhnya ke dalam pelukannya. Karena ia tahu, gadis ini akan menangis.Dan benar saja, Erina menangis dalam pelukan Jong Yo. Bahkan tangisannya terdengar sangat memilukan.
Terdengar benar-benar rapuh.
Jong Yo yang mendengar tangisan Gadis kuat yang sekarang telah menjadi gadis rapuh itu hanya bisa diam.‘’Erina . . . Apa yang sebenarnya terjadi? Aku sungguh tidak tahu. Kau tidak pernah cerita detail tentang hidupmu. Yang kutahu, Kau selalu ceria dan bahkan bisa dipastikan Kau orang yang tidak memiliki masalah. Terlihat dengan jelas diwajahmu. Akan tetapi kalau diperhatikan dengan seksama di kedua matamu, Kau menyimpan luka yang amat besar. Kedua matamu tidak bisa membohongiku, Erina! Aku selalu menunggumu untuk cerita padaku, tapi Kau lebih memilih menyimpan sendiri dan akhirnya Kau terjatuh terlalu dalam. Dan Kau hanya bisa menangis seperti ini. Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana bisa seorang yang ceria dan baik hati ini bisa seterluka ini. Bisa hancur seperti ini. Hahh . . . ’’ Ucap Jong Yo dalam hati dan ia hanya bisa menerawang langit-langit ruangan Erina karena ia tidak sanggup mendengar tangisan pilu Erina.Erina menangis cukup lama hampir setengah jam.
Dan tanpa disadari oleh keduanya, ada seseorang yang mengamati mereka dari luar jendela ruang kerja Erina. Entah bagaimana ekspresi seseorang itu. Karena ia pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa.
#Setelah 30 menit berlalu, Erina akhirnya bisa mengendalikan dirinya.
‘’Maaf, Oppa bajumu jadi basah begitu. Nanti Aku cuci, ya?’’ Ucap Erina malu.‘’Ha . . . ha . . . Tidak apa-apa Erina, yang terpenting Kau sudah baik-baik saja. Kalau ada apa-apa, cerita ke Oppa, Ne?’’ Pinta Jong Yo sambil mencubit pipi Erina gemas.‘’He . . . he . . . Oke, Oppa. Terima kasih Oppa!’’ Ucap Erina lembut dan malu.‘’Hahh, gadis ini. Ngapain juga dia malu segala dihadapanku. Dasar! He . . . he . . . Oke! Oppa balik dulu, ya ke ruangan? Kau juga segera ke ruangan Bossmu, ya. Hwaiting!’’ Jong Yo menyemangati Erina dengan gembira.‘’Ok, Oppa. Hwaiting!’’ Jong Yo melambaikan tangan dan menutup pintu ruangan kerja Erina. 💘@ Ruangan Arthur Eryk ShaquilePria tampan itu sedang duduk termangu di kursinya sambil menatap pemandangan langit melalui jendela besar di ruangannya. Ia duduk membelakangi pintu. Ia menerawang jauh ke atas.Tatapannya kosong dan hampa.Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Perasaannya tidak menentu. Ia bingung harus bersikap bagaimana setelah ini. Ia tidak tahu lagi cara untuk menyelesaikan ini semua. Karena lebih baik menyelesaikan soal tersulit dan membuat program daripada menyelesaikan soal perasaan.Seseorang itu menjadi bodoh saat menghadapi perasaan cinta.
‘’Hahh . . . ’’ Ia menghembuskan nafasnya kasar saat beberapa saat yang lalu mengingat kejadian yang sangat membuatnya menjadikan Pria paling bodoh sedunia. Tanpa sadar ia pun memegang dada sebelah kirinya.Hatinya sakit.‘’Apakah sesakit ini rasanya? Kenapa?’’ Ia meremas dadanya sendiri apa sakitnya lebih dari sakit fisik.Ternyata tidak.
Sakitnya melebihi sakit fisik. Dan ia merasakan itu.
‘’Ternyata seperti ini rasanya! Setelah bertahun-tahun lupa rasanya sakit hati, dan hari ini aku mulai merasakannya. Dan memang benar-benar sakit. Aku tidak sanggup. Apa lagi Aku harus setiap hari bertemu dengannya, membicarakan berbagai proyek-proyek besar dengannya, di ruanganku juga. Ahh, Aku tidak sanggup membayangkannya. Bagaimana ini?’’ Ucap seseorang itu, Arthur pasrah dalam menghadapi ini semua. Ia benar-benar tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap gadis itu.‘’Hahh . . . Kau harus bisa, Arthur!!’’ Ia menyemangati dirinya sendiri.TOK!!! TOK!!! TOK!!!Suara ketukan pintu di ruangannya seakan menyadarkannya bahwa saat ini ia ada jadwal bertemu dengan gadis itu guna membahas proyek-proyeknya.‘’Masuk!’’ Ucap Arthur tegas dan dingin.`Erina Pov
‘’Hahh, astaga! Dingin banget kata-katanya. Aduh, bagaimana ini? Apa Aku harus masuk, ya?’’ Bimbang Erina saat masih di luar ruang kerja Bossnya.Cekrek!
‘’Permisi, Tuan!’’ Ucap ku saat menyapa Arthur dengan agak takut-takut karena yang disapa hanya diam dan sedang sibuk dengan pekerjaannya.Dan sampai pada akhirnya Pria tampan itu melihat ke arah diriku dengan tatapan tajamnya dan ekspresi dinginnya.
Yup, tepat sekali! Kali ini Arthur sudah kembali ke mode dinginnya bahkan bisa dikatakan tanpa ekspresi dan tanpa perasaan.‘’Oh My God! Dia kenapa tatapannya seperti itu padaku? Salah Aku apa coba? Hish, nyebelin sekali dia. Astaga! Kenapa Aku harus jadi Asistennya, sih? Padahal banyak cewek- cewek cantik di sini. Tapi kenapa harus Aku???’’ Erina terlihat hanya diam terpaku dan berkutat dengan fikirannya sendiri sampai akhirnya . . .`Erina End‘’Silakan duduk!’’ Tegas dan valid no debat yang dikatakan oleh Arthur. ‘’Ahh, i-iya baik. Terima kasih!’’ Ucap Erina pasrah. Hening hingga setengah jam berlalu tanpa suara dari keduanya. Yang terdengar hanyalah detikan jam di pergelangan tangan Arthur Eryk Shaquile dan suara Pria itu yang sedang mengetik sesuatu. Di saat Arthur masih sibuk dengan pekerjaannya, lain halnya dengan Erina. Gadis cantik itu saat ini tengah mengagumi sosok di hadapannya ini. Sosok yang benar-benar berbeda saat pertama kali mereka melakukan kontak mata. Erina benar-benar mengakui bahwa sosok Pria di hadapannya ini memanglah sosok yang dewasa dan bijak. Terlihat sekali dari attitude yang diperlihatkan. Pria ini mampu menempatkan diri pada situasi yang tepat. Tapi entahlah, ia belum mengenal seutuhnya. Saat Erina tengah mengamati Arthur, Pria itu juga menyadarinya dari ekor matanya. Ia bahagia di dalam hati karena ternyata gadis canti
# 26 Desember 2016, @ R. Presdirut Seorang Pria tampan nan gagah sedang berkutat dengan beberapa berkas yang harus segera ia selesaikan. Belum lagi berkas yang masih menumpuk di meja seberangnya, terlihat sekali belum disentuh sekalipun. Yup, Pria itu kini sedang sibuk mempelajari semua berkas-berkas di hadapannya ini. Berkas-berkas perusahaan barunya. Ia mempelajari dengan teliti. Dimulai dari berkas biodata karyawan-karyawannya, profil perusahaan, kontrak-kontrak kerja, berkas perjanjian tender, berkas pengumuman pemenang lelang, dll. Pria itu semakin antusias sekali tatkala kedua pasang matanya menemukan dua berkas yang menarik perhatiannya. Berkas yang suatu saat nanti akan berguna untuknya. Dan ia pun langsung menduplikate dua berkas itu untuk ia simpan sendiri dan mengembalikan berkas aslinya ke tempatnya. Ia lalu meneliti kembali berkas duplikatnya dan mempelajarinya dengan seksama. ‘’Waah, Aku tidak meny
`Zhafar Pov ‘’Ah, Aniyo, opsemnida! Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Gadis itu malah balik bertanya padaku dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Zhafar mengetahui dari ekor matanya. Diam- diam Zhafar juga selalu memperhatikan tingkah gadis manis ini. ‘’OMG!!! Suaranya astaga! Hahhh, lembut sekali dan mendamaikan jiwaku. Ha . . . ha . . . Eh, Tunggu! Ia mengatakan dengan ekspresi seperti itu? Wae? Dimana senyum manisnya yang tempo lalu ia perlihatkan? Apa ia masih ada masalah, ya?’’ Zhafar mencoba berfikir sejenak dengan perubahan gadis ini tapi dia juga masih fokus dengan pekerjaannya ini. ‘’Ada! Kamu siang ini temani Saya untuk membahas pekerjaan ini. Bisakah?’’ Tanyaku langsung dan menatapnya tepat di kedua manik matanya. Astaga, gadis cantik itu terkejut. Aneh. Kenapa, ya? Dan ekspresi itu sungguh menggemaskan sekali. Aihh . . .`Zhafar End  
‡♥‡ Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering. Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat. ‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati. ‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana. ‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tida
# Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO ‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia. Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya. Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri. Kal
# Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style
# Kamar Hotel, 31 Desember 2016, @ Ness Walk, Inverness, Inggris Raya, pukul 19.30 (UTC) Seorang Pria tampan terlihat murung sambil memainkan handphone di tangannya. Ia terduduk lesu dipinggir tempat tidurnya. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia kalut, ia tidak bisa berfikir tenang sekarang. Ia harus membuktikan sendiri bahwa perasaannya tidak salah. Ia merasa ia tidak salah lihat dengan ekspresi dari seseorang terhadap dirinya saat siang tadi. Ekspresi terkejut dari seseorang saat mendapati dirinya juga sedang menatapnya kala itu. Dan ia ingin membuktikannya sekarang. Pria itu pun beranjak pergi ke suatu tempat. . . . @ Kamar Hotel ErinaSaat gadis itu masih di kamar mandi, ia menatapi dirinya di depan cermin dan memegang bibirnya. Memori siang tadi sungguh masih membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mengira
‘’Ternyata memang Kau!!! Hahh, demi apa kita bertemu di sini setelah puluhan Tahun kita tidak bertemu? Apa kabar, adik sepupuku? Kau semakin tampan dan gagah pula, Aku iri denganmu! Dan . . . Kekasihmu . . . ’’ Pria di depan Arthur mengatakan semuanya dengan ringannya tanpa melihat perubahan ekspresi dari adik sepupunya sendiri, Arthur Eryk Shaquile. Ya, Arthur saat ini sedang menahan amarahnya dan kapan saja ia siap meluapkannya bahkan di tempat umum seperti ini dan ia sudah tidak perduli lagi dengan imagenya karena ia ingin menunjukkan image aslinya yang seperti ini. Pemberontak? Benar! Namun belum selesai kakak sepupunya itu berbicara, Arthur sudah memotong pembicaraan itu dengan sangat tajam. ‘’F*CK IT!!! DIAMLAH!? Mau apa Kau??’’ Arthur mengatakannya tanpa basa basi dan terdengar sudah diambang kemarahannya. ‘’Woow . . . Wow . . . Santai, bro! Jangan serius begitu! He . . . He . . . tapi beneran, deh, cewekmu ini benar-benar sanga
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap