Home / Romansa / Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But... / * BAB III Can't I Avoid it? What did I do Wrong?*

Share

* BAB III Can't I Avoid it? What did I do Wrong?*

Author: @verapus14
last update Last Updated: 2021-09-09 20:11:44

@ Ruangan M. Pemasaran

‘’SIALLL!!! Kenapa harus Aku??! KENAPA??! Dari sekian banyak gadis di sini, kenapa harus Aku yang dipilih?? SIALL!!‘’ Teriak Erina di ruangannya seraya melempar kertas-kertas yang sudah tidak terpakai lagi begitu saja. Ia melampiaskan kekesalannya. Ia kecewa, sedih, depresi, tertekan menjadi satu dan bahkan mampu mengguncang mental dan emosinya. Ia terluka untuk kedua kalinya. Ia tidak bisa membayangkan kalau harus bertemu dia setiap harinya.

Kalau saja perasaan kecewa ini tidak ada, mungkin ia akan fine-fine saja saat diminta menjadi asisten pribadi Pria itu.

Siapa coba yang merasa tidak bahagia kalau diangkat menjadi asisten pribadi Asisten CTO. Bahkan banyak dari rekan-rekan kerjanya yang menginginkan posisi tersebut.

Tapi untuk saat ini, Erina tidak menginginkannya. Dia lebih baik menjadi karyawan biasa saja. Tetapi keadaan juga sudah berubah. Ia tidak menginginkannya. Ia ingin menghindarinya namun tidak bisa. Karena ada satu hal yang ingin ia capai dalam hidupnya. Membeli rumah pribadi beserta kebutuhannya yang akan datang. Karena ia tidak ingin merepotkan orang lain.

Kesan independent terasa sekali.

Erina terduduk lemas, ia lelah fikiran, tenaga bahkan mentalnya secara bersamaan. Ia hanya bisa duduk terdiam sambil memejamkan matanya. Ia berusaha keras menahan tangisnya. Namun ia tidak sanggup lagi.

‘’Hiks . . . hiks . . . hiks . . . Kenapa?’’ Ia pun akhirnya menangis.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu menginterupsi gadis cantik ini.

‘’Erina, boleh Aku masuk?’’ Ternyata suara Jong Yo.

Tanpa basa basi, Pria itu pun langsung masuk.

Alangkah tekejutnya saat mendapati ruangan sahabatnya yang terkenal sangat-sangat bersih kini seperti terkena bencana.

Porak poranda.

‘’Astaga, Erina!!! Waeyo? Apa-apaan ini?? Astaga!!’’ Umpat Jong Yo dan melirik Erina dengan tatapan penuh tanya.

‘’Tidak apa-apa. Ada perlu apa Oppa ke sini?’’ Tanya Erina dingin dan to the point, tanpa basa basi lagi yang bahkan membuat Jong Yo menoleh kaget karena saking tidak percayanya.

‘’What?’’ Ulang Jong Yo sekali lagi meyakinkan pendengarannya jikalau ia salah mendengar.

‘’Ne, Oppa, ada perlu apa mencariku? Ada yang bisa kubantu?’’ Ucap Erina lembut namun dengan ekspresi datarnya.

‘’Hahh, yasudahlah, sepertinya memang berat ini. Entah Kau mau cerita kepadaku apa tidak, tidak apa-apa. Oppa akan menunggumu untuk cerita pada Oppa, ne? Istirahat dulu jika Kau lelah!'' Ucap Jong Yo menyudahi pertemuannya dengan Erina. Ia tahu saat ini gadis cantik itu masih belum menerima keadaan. Ia pun melangkah pergi keluar ruangan dengan perasaan sedih.

BLAM!!!

‘’HAHH!! Kau kenapa, Erina?? Bahkan Oppa Jong tidak salah apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, tapi malah Kau acuhkan. Astaga, ada apa denganku? Mian, Oppa!’’ Sesal Erina akhirnya.

Kring! Kring! Kring!

Dering telephone di ruangannya membuyarkan lamunannya.

‘’Selamat Siang! Erina di sini, ada yang bisa dibantu?’’ Jawab Erina dengan lembut.

‘’………'' Hening, tidak ada jawaban dari seseorang di seberang sana yang membuat Erina akhirnya mengulangi pertanyaannya.

‘’Hello, dengan siapa ini?’’ Ulang Erina lembut namun tegas.

‘’Ah, Ne. Ehm, minta tolong bisakah Kamu ke ruanganku sebentar? Ada hal yang akan Saya diskusikan denganmu. Terima kasih!'' Ucap seorang Pria dengan gugup.

‘’……….’’ Gantian Erina yang tidak bersuara. Ia hanya sibuk mencermati suara orang di seberang sana. Dan hanya dengan sebuah suara mampu menembus pertahanannya yang selama ini ia bangun.

''Hallo, Erina-Ssi? Masih di sanakah mendengar suara Saya?'' Ulang Arthur karena merasa seseorang di seberang sana hanya terdiam saja.

‘’Baik. Terima kasih!’’ Ucap Erina akhirnya dan terdengar telephone di seberang ditutup.

@ Sebelumnya di Ruangan Arthur

‘’Apa Aku harus menghubunginya duluan? Tapi Aku harus! Aku tidak bisa menunggu lama karena lama-lama kerjaanku akan menumpuk juga,’’ Ucap Arthur pada dirinya sendiri.

‘’Akhh!! Sial!!’’ Umpat Arthur akhirnya seraya memandang keluar jendela. Ia bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Sungguh ini bukanlah dirinya. Ia menjadi bodoh sendiri. Hanya karena sikap seorang wanita saja ia menjadi linglung. Akhirnya ia meyakinkan hatinya untuk tetap tenang dan tegas dalam hal professionalitas. Ia harus melakukannya demi suatu tujuan tertentu.

Arthur pun mengambil telephone kerjanya dan bersiap menghubungi seseorang.

‘’Hhh, tenang, Thur! Jaga sikap dan ucapanmu, Thur! Kau harus professional, Thur! Hhh, baiklah,’’ Ucap Arthur meyakinkan dirinya sendiri sambil memainkan buku yang ada ditangannya.

TUT!

TUT!

TUT!

Klik!

‘’Selamat Siang! Erina di sini, ada yang bisa dibantu?’’ Jawab seseorang yang sangat dirindukannya bahkan dengan suara lembutnya mampu memporak porandakan hatinya saat itu juga.

‘’………'' Dan akhirnya Arthur hanya bisa terdiam saat orang di seberang menjawab telephonenya. Arthur bimbang, ia tidak tahu harus bicara apa. Sampai akhirnya ia kembali tersadar saat gadis itu mengulangi lagi pertanyaannya.

‘’Hello, dengan siapa ini?'' Ulang gadis itu lembut namun tegas.

‘’Ah, Ne. Ehm, minta tolong bisakah Kamu ke ruanganku sebentar? Ada hal yang akan Saya diskusikan denganmu. Terima kasih!’’ Ucap Arthur dengan gugup namun masih terkendali.

‘’……….'' Gantian gadis itu yang tidak bersuara. Dan mungkin hanya gadis itu saja yang tahu perasaannya. Gadis itu hanya sibuk mencermati suara orang yang sedang menelephonenya. Dan hanya dengan sebuah suara mampu menembus pertahanan seorang gadis cantik yang susah payah ia bangun selama ini.

''Hallo, Erina-Ssi? Masih di sanakah mendengar suara Saya?'' Ulang Arthur karena merasa seseorang di seberang sana hanya terdiam saja. 

''Baik. Terima kasih!'' Ucap gadis itu akhirnya.

KLIK!

Telepon diputus sepihak dari Arthur. Ia tidak bisa lama- lama bicara dengan keadaan seperti ini. Ia gugup.

‘’Ahh, Jinjjayoo!? Kau bagaimana, sih, ARTHUR-Aa!!’’ Ucap Arthur merutuki dirinya sendiri.

.

.

.

5 Menit kemudian,

TOK! TOK! TOK!

Pintu ruangannya diketuk, namun Arthur masih sibuk dengan buku ditangannya. Sampai dua kalipun diketuk juga tidak ada sahutan, dan akhirnya tamu itu masuk ke ruangan Bossnya. Dan didetik itu juga ia menyerah.

`Erina Pov

Aku menyerah. Aku menyerah pada keadaan yang membelengguku saat itu juga. Aku tidak bisa lari kemana-mana. Aku ditakdirkan dengan Pria di depanku ini. Pria tampan yang sedang membelakangiku sambil membaca buku. Gestur tubuh Pria tampan itu juga mengisyaratkan kalau dirinya tengah gundah.

`Erina End

Terlihat juga saat Arthur memegangi keningnya dengan ujung ibu jarinya. Entah apa yang sedang difikirkan oleh Pria itu.

Erina seakan juga kehilangan kendali atas dirinya saat Pria tampan itu terdiam. Bahkan diamnya seorang Arthur mampu memporak porandakan hati Erina. Apalagi saat Pria itu menatapnya. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Ia belum siap. Bahkan ia tidak mampu sepertinya.

Arthur pun tiba-tiba menoleh dan berhasil membuat Erina terkejut. Erina tidak siap harus berpandangan seperti ini. Tapi ia harus melakukannya demi professionalitas.

‘’Maaf, Pak. Ada yang bisa Saya bantu?’’ Tanya Erina hati-hati dan sekeras hati ia harus menatap Pria itu.

‘’Ohh, oke. Silakan duduk!’’ Ucap Arthur tenang sambil menuju meja kerjanya.

‘’Ne,’’ Jawab Erina pasrah melangkah menuju kursi di depan Pria itu.

Berhadap-hadapan seperti ini tidak pernah Erina bayangkan sebelumnya. Apalagi dengan kondisi hati yang runyam seperti ini.

Sulit baginya untuk menepis rasa kecewa itu. Sulit untuk mengakuinya. Dan ia lebih memilih untuk memendamnya sendiri.

‘’Ehem, begini, sesuai rencana kerja dari Perusahaan kita, Tim Saya sedang mempersiapkan sebuah proyek. Dan mungkin Saya ingin segera mewujudkannya. Dan Saya mohon bantuan darimu juga untuk mewujudkannya? Saya yakin Kamu pasti bisa! Saya minta tolong padamu? Apa Kau bersedia membantuku?’’ Terang Arthur dengan nada meminta jawaban darinya sambil menatap tajam gadis manis di depannya ini.

Arthur faham, jika gadis ini sedang resah. Antara menolak atau menyetujuinya.

Arthur hanya bisa menatap tajam sosok itu.

‘’Ehm, Saya akan usahakan sebisa Saya, Pak! Saya mohon minta bantuannya jika Saya keliru?’’ Ucap Erina pada akhirnya.

Hening hingga 10 menit berlalu.

Tidak ada jawaban dari Arthur maupun Erina.

 

Di benak Arthur, ‘’ Aku masih penasaran kenapa gadis itu seperti menghindariku. Seperti orang asing saja. Ada apa dengannya? Apa Aku melakukan kesalahan pada gadis itu? Lantas kenapa sikapnya berubah drastis setelah 1 bulan lebih tidak bertemu?  Apa yang telah terjadi? Berita apa yang tidak Aku ketahui? Aku semakin tidak mengerti. Aku, Aku tidak bisa seperti ini lama-lama’’.

Di benak Erina, ‘’ Aku semakin tidak yakin pada diriku sendiri. Aku semakin bimbang untuk melangkah. Akan tetapi kalau takdirnya sudah seperti ini, Aku hanya bisa pasrah. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Menghindar pun sekarang juga sudah tidak bisa. Apalagi pergi darinya. Karena Aku memang sedang butuh pekerjaan ini. Yang Aku tidak habis fikir adalah saat pertama kali bertemu dengan Arthur, ternyata dia adalah salah satu orang penting di Perusahaan. Dan bodohnya Aku tidak sempat mencari tahu asal usul Pria itu. Aku semakin bodoh saja. Apalagi sekarang Aku menjadi asisten pribadinya, lengkaplah sudah beban ini. Aku bimbang harus bersikap seperti apa’’.

‘’Erina . . . ’’ Panggil Pria tampan pada gadis di depannya itu.

‘’Ah, Nee,’’ Jawabnya gugup.

‘’Ehm, Maaf, kalau Aku punya salah! Kalau Aku tidak sengaja menyakitimu. Aku hanya meminta padamu, janganlah Kau berubah padaku! Tolong katakan padaku, apa Aku punya salah padamu? Aku hanya merasa Kau bersikap berbeda dari saat pertama kali Kita bertemu. Dan mungkin saat sekitar 1 bulan lamanya tidak bertemu, Kita semakin menjauh. Dan maaf, Aku belum sempat menghubungimu.. . . . ’’ Belum selesai Arthur menjelaskan semuanya, tiba-tiba diinterupsi oleh Erina yang sedari tadi menahan kecewanya.

Erina memang sudah kecewa dengan Arthur semenjak Arthur tidak menghubunginya dan mengatakan jangan mengkhawatirkannya. Erina mungkin tidak ingin lagi mendengar penjelasan dari Pria ini.

‘’Wae?? Waegereyo??!! Nan gwenchanayo, Arthur-Aa. Cukup!’’ Teriak Erina emosi.

‘’ . . . ’’ Arthur sedikit terkejut dan terdiam saat Erina sedikit berteriak padanya.

‘’Entah apa yang mendasarimu seperti ini, Aku tidak faham. Entah kenapa Kau bersikap seolah Kau tidak mengenalku ARTHUR ERYK SHAQUILE!? Aku tidak tahu dan Aku tidak mau tahu. Aku juga berusaha menjaga sikapku karena Kau adalah Atasanku. Aku menghargaimu sebagai partner kerja. Yang tidak kusuka adalah kebohongan! Hahh!’’ Terang Erina emosi dan berusaha menahan tangisnya. Ia pun memalingkan mukanya untuk menghindari tatapan dari Arthur Eryk Shaquile. Karena ia lemah akan tatapan dengan Pria itu. Ia takut kalau nantinya pertahanannya akan runtuh saat sorot mata tajam milik Arthur menatapnya.

KLIK!!!

Pintu ruangan Arthur otomatis terkunci dan membuat Erina panik.

Bagaimana tidak, ia terkunci di dalam bersama Pria ini.

Yap, Arthur mengendalikan pintu itu secara digital. Itulah salah satu proyek yang akan ia kembangkan nantinya. Dan untuk saat ini alat ini membantunya.

‘’Kau! Kenapa Kau kunci, ha??’’ Tanya Erina panik.

‘’Tidak apa-apa. Kau jangan khawatir. Aku menguncinya untuk keamanan saja. Takut-takut Kau berteriak dan membuat orang lain salah faham padaku. Maaf. Aku hanya ingin bicara berdua denganmu. Karena Aku tidak sanggup lagi menahannya. Hahh, mianhaeyo. Jeongmal mianhaeyo, Erina? Aku tahu Kau kecewa dan marah padaku. Aku bersikap seperti itu saja Kau sudah sedingin ini sikapmu padaku, apalagi kalau hal lain yang tidak Kau mengerti. Aku . . . Aku menghilang cukup lama dan tidak menghubungimu karena ada hal yang harus Aku selesaikan. Harus Aku selesaikan atau Aku yang akan diselesaikan! Kelak suatu saat nanti Kau akan mengetahuinya. Aku hanya ingin memberi tahu sedikit tentangku jika Aku tidak seperti yang Kau fikirkan, Erina!’’ Jelas Arthur Panjang lebar dan sempat membuat Erina emosi lagi.

‘’Hahh, pabboya! Aneh! Untuk apa Kau jelaskan semuanya padaku? Terserah Kau mau melakukan apapun. Saat tengah malam Tahun baru pun juga terserah Kau dengan siapa. Apa peduliku, hah!’’ Jawab Erina sambil beranjak dari duduknya di sofa dan bersiap pergi meninggalkan Arthur.

Akan tetapi sebelum Erina sempat menegakkan badannya, tangan kekar Arthur meraih lengannya dan menarik kencang hingga membuat Erina kehilangan keseimbangan.

Brukk!!

Keduanya terjatuh di sofa dengan posisi Arthur di bawah Erina dengan tangan kekar Arthur melingkari pinggang Erina agar Erina tidak jatuh.

Romantis sekali kalau dipandangan orang lain dan kalau situasinya berbeda. Tapi berbeda dengan mereka berdua.

‘’Astaga!! Pria ini kurang ajar sekali! Apa sih maunya dia? Dan lagi kenapa dengan posisi seperti ini. Dia berada di jarak sedekat ini denganku. Bahkan sangat dekat. Aku tidak bisa berfikir jernih lagi. Kedua matanya membiusku. Aku bahkan tidak sanggup berpaling. Aku tidak berdaya . . . ’’ Ucap Erina dalam hati terlihat pasrah.

‘’Oh No!! Arthur Eryk Shaquile, apa yang Kau lakukan dan apa yang Kau fikirkan? Bisa-bisanya Kau menjadi agresif seperti ini. Dan lagi, ini jantungku kenapa? Kenapa berdebar terus-terusan seperti ini. Dan sorot matanya yang dingin semakin membuatku hilang kendali. Dan sentuhan tangan mungilnya di dadaku juga semakin membuatku hilang kendali. Aku tidak berdaya . . . ’’ Ucap Arthur dalam hati dan menatap Erina dengan sorot mata yang teduh.

‘’…’’

‘’…’’

Kring! Kring! Kring!

Suara dering telephone Arthur mengagetkan keduanya.

‘’Ah, Maaf. Aku angkat telephone dulu?’’ Ucap Arthur sambil melepaskan Erina dari dirinya. Ia berdiri agak menjauhi Erina sedikit.

Erina memegang jantungnya yang berdebar kencang. Ia masih tidak percaya dengan yang barusan terjadi. Ia menjadi sedekat itu jarak dengan Arthur. Ia bersyukur dan berterima kasih pada orang yang telah menelephone Arthur karena bisa membantunya melepaskan diri dari Arthur.

Arthur berdiri di samping kaca besar sambil mengangkat telephonenya.

‘’Yeoboseyo,’’

'' . . . '' Ucap orang diseberang sana.

‘’What? Kapan dia kemari?? Kenapa Aku sampai tidak tahu? Astaga!’’ Ucap Arthur seperti sedang menahan emosinya dan memijit keningnya. Ia pun terduduk di sofa ruangannya.

Pemandangan seperti itu disaksikan oleh Erina yang masih duduk terdiam di sofa besar tidak jauh dari posisi Arthur duduk dengan telephone di telinga kanannya.

Erina masih terkejut dengan perubahan drastis sikap Arthur yang membuatnya semakin tidak berdaya saat di depannya. Ia semakin menyadari kalau tipikal Pria didepannya adalah misterius.

Erina semakin penasaran siapa yang telah membuat Pria ini marah menjadi seperti ini.

'' . . . ''

''Hahh, baiklah. Apa akan ada salam penyambutan?’’ Tanya Arthur pada orang yang ada di seberang.

'' . . . ''

''OK, Thank’s!’’

KLIK!!!

''HAHH!! PABO!!! Untuk apa dia kemari?! Apa yang sedang direncanakannya?! SIAALLL!!?’’ Teriak Arthur emosi sambil memukul meja didekatnya. Melampiaskan kekesalannya selama ini. Sepertinya Arthur melupakan kalau di hadapannya masih ada Gadis yang sedari tadi memperhatikan setiap gerak gerik perubahan sikap Arthur.

Ini membuat Erina agak takut dengan Arthur. Sikap Arthur yang bisa tiba-tiba berubah itu sungguh mengerikan. Bahkan sanggup membuat Erina terdiam kaku.

‘’Hah, Maaf, Erina! Membuatmu takut,’’ Ucap Arthur setelah berhasil menguasai dirinya sendiri.

‘’Ahh, Ne tidak apa-apa. Ehm, masih adakah yang mau dibicarakan?’’ Tanya Erina lembut.

‘’Ehm, ada sih. Nanti siang tolong temani Saya saat pertemuan dengan Presdirut baru. Penyambutan. Dan ini hanya Meeting Internal terbatas. Bisa, kan?’’ Tanya Arthur berharap Erina bisa menemaninya.

‘’Ehmm, baiklah. Saya permisi dulu?’’ Erina pamit beranjak meninggalkan Arthur.

‘’Ya, nanti Aku kabari lagi. Terima kasih, Erina!’’ Ucap Arthur lembut.

Erina membalas dengan senyum tipisnya dan membungkuk hormat sesaat setelah itu hilang di balik pintu.

BLAM!!!

‘’HAH, Dia pergi!’’ Arthur memandangi kepergian Erina dengan hati sedih.

Ia semakin resah dengan keadaan ini. Semakin bingung mengapa keadaan menjadi semakin rumit. Terlebih kehadiran seseorang semakin menjadikan semuanya runyam. Ia tidak mengerti lagi harus bagaimana.

@ Ruangan M. Pemasaran

Erina tampak ingin menangis dengan semua keadaan ini. Ia tidak sanggup menahannya lagi. Ini terasa berat baginya. Ia menyerah. Ia tidak bisa bersikap seolah semuanya tampak baik-baik saja. Pertemuan dengan Pria itu merubah segalanya. Dengan situasi yang telah berubah.

                                                                 💘

Related chapters

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB IV The Beginning of a Worry*

    # 12 Desember 2016, @ PT DELUXE TOWER TAP!!! ‘’Selamat datang Presdir Zhafar Basrian Rafael! Silakan, semua PIC sudah berada di ruangan meeting,’’ Ucap Mr. Sandy tersenyum. ‘’Terima kasih banyak Mr. Sandy! Baiklah, silakan!’’ Ucap Zhafar Basrian Rafael ramah. Terlihat sekali kewibawaan seorang Zhafar Basrian Rafael. ‘’Eh, Saya boleh ganti kemeja dahulu? Permisi!’’ Ucap Zhafar dan membungkukkan badannya. ‘’Silakan!’’ Jawab Mr. Sandy sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan Zhafar sendiri. ‘’Terima kasih!’’ Ucap Zhafar. @ Ruang Meeting VVIP Semua peserta sudah duduk tenang di kursi rapat. Tampak was-was siapa gerangan pengganti Mr. Sandy. Karena tersebar gossip dan rumor bahwa pengganti Mr. Sandy adalah orang yang temperamen dan berhati dingin. Para peserta rapat tampak membicarakan satu dengan yang lai

    Last Updated : 2021-09-14
  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB V Sesuatu yang Kusebut Masa Depan*

    ‘’Silakan duduk!’’ Tegas dan valid no debat yang dikatakan oleh Arthur. ‘’Ahh, i-iya baik. Terima kasih!’’ Ucap Erina pasrah. Hening hingga setengah jam berlalu tanpa suara dari keduanya. Yang terdengar hanyalah detikan jam di pergelangan tangan Arthur Eryk Shaquile dan suara Pria itu yang sedang mengetik sesuatu. Di saat Arthur masih sibuk dengan pekerjaannya, lain halnya dengan Erina. Gadis cantik itu saat ini tengah mengagumi sosok di hadapannya ini. Sosok yang benar-benar berbeda saat pertama kali mereka melakukan kontak mata. Erina benar-benar mengakui bahwa sosok Pria di hadapannya ini memanglah sosok yang dewasa dan bijak. Terlihat sekali dari attitude yang diperlihatkan. Pria ini mampu menempatkan diri pada situasi yang tepat. Tapi entahlah, ia belum mengenal seutuhnya. Saat Erina tengah mengamati Arthur, Pria itu juga menyadarinya dari ekor matanya. Ia bahagia di dalam hati karena ternyata gadis canti

    Last Updated : 2021-09-15
  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB VI Aku, Kau dan Kenangan*

    # 26 Desember 2016, @ R. Presdirut Seorang Pria tampan nan gagah sedang berkutat dengan beberapa berkas yang harus segera ia selesaikan. Belum lagi berkas yang masih menumpuk di meja seberangnya, terlihat sekali belum disentuh sekalipun. Yup, Pria itu kini sedang sibuk mempelajari semua berkas-berkas di hadapannya ini. Berkas-berkas perusahaan barunya. Ia mempelajari dengan teliti. Dimulai dari berkas biodata karyawan-karyawannya, profil perusahaan, kontrak-kontrak kerja, berkas perjanjian tender, berkas pengumuman pemenang lelang, dll. Pria itu semakin antusias sekali tatkala kedua pasang matanya menemukan dua berkas yang menarik perhatiannya. Berkas yang suatu saat nanti akan berguna untuknya. Dan ia pun langsung menduplikate dua berkas itu untuk ia simpan sendiri dan mengembalikan berkas aslinya ke tempatnya. Ia lalu meneliti kembali berkas duplikatnya dan mempelajarinya dengan seksama. ‘’Waah, Aku tidak meny

    Last Updated : 2021-09-23
  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB VII I'll be Back! I want You more!

    `Zhafar Pov ‘’Ah, Aniyo, opsemnida! Apa Bapak perlu bantuan Saya?’’ Gadis itu malah balik bertanya padaku dan menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Zhafar mengetahui dari ekor matanya. Diam- diam Zhafar juga selalu memperhatikan tingkah gadis manis ini. ‘’OMG!!! Suaranya astaga! Hahhh, lembut sekali dan mendamaikan jiwaku. Ha . . . ha . . . Eh, Tunggu! Ia mengatakan dengan ekspresi seperti itu? Wae? Dimana senyum manisnya yang tempo lalu ia perlihatkan? Apa ia masih ada masalah, ya?’’ Zhafar mencoba berfikir sejenak dengan perubahan gadis ini tapi dia juga masih fokus dengan pekerjaannya ini. ‘’Ada! Kamu siang ini temani Saya untuk membahas pekerjaan ini. Bisakah?’’ Tanyaku langsung dan menatapnya tepat di kedua manik matanya. Astaga, gadis cantik itu terkejut. Aneh. Kenapa, ya? Dan ekspresi itu sungguh menggemaskan sekali. Aihh . . .`Zhafar End  

    Last Updated : 2021-09-28
  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB VIII Mencintaimu *

    ‡♥‡ Setelah Erina menyelesaikan pekerjaannya dan mengambil tas di ruang kerjanya sebentar, ia bergegas kembali ke ruangan rapat tadi. Tapi saat menuju ke ruang rapat, handphonenya berdering. Gadis manis ini berhenti sejenak sambil merapat ke dinding kaca di bagian Divisi Komunikasi. Ia agak ragu untuk menggeser tombol hijau di layar sentuh handphonenya karena ia tidak mengenali siapa yang menelephonenya. Dan sampai akhirnya ia beranikan diri untuk mengangkat. ‘’Yeoboseyo!’’ Sapa Erina dengan lembut dan hati-hati. ‘’ . . . '' Hening tidak ada jawaban dari seberang sana. ‘’Ehm, hallo, dengan siapa, ya? Ada perlu apa, ya?’’ Tanya Erina penasaran dan merasa kesal karena tida

    Last Updated : 2021-09-30
  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB IX Mōshiwake Gozaimasen Deshita *

    # Seoul, South Korea, @ 30 Desember 2016 @ R. CTO ‘’Hahh!! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku bimbang. Aku ingin sekali menolak semuanya dan mempertahankan apa yang memang harus kupertahankan. Kali ini Aku tidak akan pernah menyerahkan yang sudah menjadi milikku! Sekalipun yang menentang adalah keluarga sendiri, Aku sudah tidak peduli! 아이씨발! (F*ck it !!)’’ Arthur mengumpat sejadi-jadinya saat ia mendengar kabar bahwa dirinya harus segera menemui Orang Tuanya yang saat ini menetap di Edinburgh, Skotlandia. Arthur tidak habis fikir dengan pemikiran keluarganya itu yang sangat kolot dan ingin menjadikan dirinya sebagai tameng keluarga dan mengorbankan semua keinginannya. Bagaimana bisa ia diperlakukan seperti itu untuk menuruti keinginan keluarganya seperti itu, termasuk ikut campur dalam urusan masa depannya apalagi menyangkut perasaannya. Ia tidak akan pernah mau. Ia bisa membangun masa depannya sendiri dengan usahanya sendiri. Kal

    Last Updated : 2021-10-01
  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB X Kerisauan Hati *

    # Bandar Udara Edinburgh, Port-adhair Dhùn Èideann, @ Sabtu, 31 Desember 2016, Edinburgh, Skotlandia pukul 09.00 (UTC) Bandara ini terlihat sibuk di pagi hari. Bandara yang sangat cantik dan mempesona siapapun. Bandara ini juga merupakan bandara terbesar ke-8 di Britania Raya. Di sini sudah terlihat rombongan turis dari Benua Asia. Style mereka sungguh seperti seorang idol grup. Dan lihat saja visual mereka! Sungguh menakjubkan siapapun! Saat rombongan itu masih menunggu, seorang Pria terlihat sedang berdiri terpisah dari rombongan. Ia terlihat bersandar dan sedang menghubungi seseorang. Stylenya juga terlihat keren. Pria itu memakai kemeja denim biru dipadu dengan T-shirt hitam. Benar-benar memiliki selera fashion yang bagus. Saat ia sedang sibuk dengan panggilan di handphonenya, ia dikejutkan dengan suara seorang gadis yang memanggil namanya. Seorang gadis yang kalau diperhatikan memakai style

    Last Updated : 2021-10-06
  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB XI Kau Tak Pernah Sendirian *

    # Kamar Hotel, 31 Desember 2016, @ Ness Walk, Inverness, Inggris Raya, pukul 19.30 (UTC) Seorang Pria tampan terlihat murung sambil memainkan handphone di tangannya. Ia terduduk lesu dipinggir tempat tidurnya. Ia sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya. Ia kalut, ia tidak bisa berfikir tenang sekarang. Ia harus membuktikan sendiri bahwa perasaannya tidak salah. Ia merasa ia tidak salah lihat dengan ekspresi dari seseorang terhadap dirinya saat siang tadi. Ekspresi terkejut dari seseorang saat mendapati dirinya juga sedang menatapnya kala itu. Dan ia ingin membuktikannya sekarang. Pria itu pun beranjak pergi ke suatu tempat. . . . @ Kamar Hotel ErinaSaat gadis itu masih di kamar mandi, ia menatapi dirinya di depan cermin dan memegang bibirnya. Memori siang tadi sungguh masih membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tidak mengira

    Last Updated : 2021-10-07

Latest chapter

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLX Janji Suci Arthur Eryk Shaquile dengan Erina Eshal Mislav *

    #Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLIX Kehilangan Malaikat Kecil *

    # Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLVIII Kejadian Fatal *

    ‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLVII Malam Panas dengan Javier *

    Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLVI Tamu tidak Diundang *

    BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLV Erina Hamil *

    ‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLIV Erina pingsan *

    GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLIII CTO Baru *

    SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat

  • Not Only as Soulmates, but as Life Partners, But...   * BAB CLII Tekad bulat Javier Raditya Rhys *

    Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap

DMCA.com Protection Status