Share

Part 1

Author: Azuretanaya
last update Last Updated: 2021-04-30 09:32:06

Suasana makan malam di kediaman Himawan terasa sangat berbeda. Penyebabnya tidak lain karena, putra tunggalnya tersebut ikut bergabung. Semenjak pasangan Himawan ingin menjodohkan putra tunggalnya dengan putri salah satu rekan bisnis mereka, hubungan antara anak dan orang tua tersebut merenggang, terutama sang kepala keluarga. Bahkan terkesan tidak harmonis, sebab selalu bersilang pendapat.

Bukannya Andri ingin bertindak kurang ajar atau tidak sopan terhadap orang tuanya, tapi dia juga mempunyai hak untuk menentukan sendiri masa depan dan wanita pendamping hidupnya kelak. Dia sangat menentang keinginan orang tuanya yang satu itu, karena dirinya tidak mau menikah semata-mata atas dasar perjodohan atau ada maksud terselubung di baliknya.

Oleh karena itu, dia terpaksa membuat rencana bersama wanita yang juga mempunyai nasib tidak jauh berbeda dengannya. Apalagi wanita tersebut sudah sangat dekat dengannya. Bahkan mereka juga sering menghabiskan malam bersama, meski tidak ada hubungan yang mengikat di dalamnya. Bukan tanpa alasan mereka menjalani hubungan seperti itu, melainkan karena keduanya sama-sama frustrasi terhadap keluarga masing-masing yang perintahnya selalu harus dituruti.

Keduanya juga berpikir jika tindakan yang diambil ini sama-sama menguntungkan dan membuat mereka terlepas dari tekanan atau keinginan kolot orang tua masing-masing. Makanya, saat dia mengajukan tawaran ini kepada wanita yang telah dikenalnya lima tahun silam, bahkan kini menjadi partner-nya di atas ranjang sejak setahun lalu, langsung menyanggupi tanpa harus berpikir dua kali.

“Makanlah yang banyak, An. Semua masakan ini, memang sengaja Mama buat untuk kamu,” Zara–ibunda Andri berkata kepada putra tunggalnya.

Saat suaminya mengabarkan jika anak semata wayang mereka akan pulang, dia sengaja menyiapkan makanan kesukaan sang anak. Zara berharap dengan masakan buatannya, Andri tidak menentang lagi rencana pertunangan yang akan diselenggarakan sebulan lagi.

“Terima kasih, Ma,” balas Andri setelah menghabiskan sisa air putih di gelasnya.

“Selesai makan, kita bicara. Ada hal yang sangat penting ingin Papa bahas. Ini menyangkut masa depanmu dan kelangsungan perusahaan keluarga kita,” Ivan–sang kepala keluarga menimpali ucapan basa-basi wanita tercintanya kepada anaknya.

“Hmm.” Hanya itu tanggapan Andri atas perkataan sang ayah. ”Kedatanganku kali ini bukan semata-mata pulang atau untuk menyanggupi acara pertunangan itu, Papa. Aku ingin memberitahukan kabar bahagiaku kepada kalian mengenai keberadaan calon anakku,” Andri menambahkan dalam hatinya.

Setelah perbincangan yang sangat jelas tergolong basa-basi di antara ketiganya, kini suasana makan malam kembali hening. Hanya terdengar alat makan yang saling beradu satu sama lain saat bergesekan. Andri memang sengaja tidak banyak membuka suara atau memulai percakapan untuk menghindari perdebatan di meja makan, seperti yang sudah pernah terjadi ketika sang ayah menyampaikan niatnya pertama kali.

Saat itu masih dalam suasana makan malam, dan sang kepala keluarga dengan percaya dirinya menyampaikan perihal perjodohan sekaligus pertunangan di meja makan. Alhasil, karena Andri memang sangat menentang pemikiran seperti itu, akhirnya adu mulut dan bersilang pendapat dengan sang ayah pun tidak terelakkan. Ujung-ujungnya, makan malam tersebut kacau dan meninggalkan rasa kesal di hati masing-masing, sehingga hubungan keduanya menjadi seperti sekarang.

•••

Daramikha mencekal lengan Zelda yang ingin menaiki tangga menuju lantai dua. Dia menatap tajam dan penuh ketidaksukaan putri tunggal suaminya yang kini tengah memalingkan wajah.

“Kenapa pulang?” tanya Daramikha menyindir.

Zelda mendecih. Dia melepaskan cekalan Daramikha dari lengannya dengan santai. “Memangnya kenapa? Tidak boleh? Ini rumah Papaku, berarti milikku juga.”

Daramikha kembali mencekal lengan Zelda yang ingin melanjutkan langkahnya. “Jangan kurang ajar kau, Zelda! Papamu itu suamiku. Yang menjadi milik beliau, aku juga berhak memilikinya.”

Tanpa melepaskan cekalan pada lengannya, Zelda mengubah posisinya menjadi berhadapan dengan sang ibu tiri. “Lagi pula siapa yang mengatakan jika Anda itu selingkuhan Papaku? Oh ya, tentu saja Anda berhak dengan yang dimiliki Papaku, kecuali aku. Mau tahu apa penyebabnya? Karena sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai ibuku. Mamaku hanya Diana Pagory dan sekarang beliau sudah beristirahat dengan tenang di rumah terindah milik Tuhan. Bagiku, sampai kapan pun Anda tetap hanyalah orang asing yang sangat beruntung dan dikasihani Papaku, sehingga diangkat menjadi istrinya,” Zelda membalas ucapan ibu tirinya dengan penuh penekanan.

Melihat sorot mata Daramikha yang memerah menahan amarah, Zelda tidak ambil pusing. Dia malah mengempaskan dengan kasar tangan ibu tirinya yang mencekal lengannya. Dengan tenang Zelda melanjutkan langkahnya mencapai kamarnya di lantai dua.

Kedua tangan Daramikha mengepal kuat karena geram perkataannya dibalas oleh Zelda dengan tajam dan terkesan menghina. Dia menatap nyalang punggung sang anak tiri yang mulai mendekati anak tangga. “Awas kau, Zelda! Lihat saja yang akan dilakukan Daramikha dalam hidupmu. Jika aku tidak bisa membuatmu angkat kaki dari rumah ini, maka kau harus tunduk di bawah kekuasaanku.” Tercetak seringai licik di bibir berlipstik tebal milik Daramikha.

•••

“Masuk!” seru Zelda setelah mendengar ketukan pada pintu kamarnya.

“Nak, Bibi membawakan orange juice,” ujar wanita paruh baya yang sudah bekerja sejak lama di kediaman Pagory.

Zelda tersenyum menyambut kehadiran wanita paruh baya yang sudah dianggapnya keluarga sendiri, apalagi sejak sang ibu meninggalkannya untuk selamanya. “Bibi tahu saja aku sedang ingin menikmati yang segar-segar,” balas Zelda sambil langsung mengambil gelas yang berisi orange juice dan segera meneguknya.

Bi Yuni, wanita paruh baya tersebut ikut tersenyum dan membelai rambut panjang bergelombang Zelda. “Kamu sudah makan, Nak? Kalau belum, biar Bibi buatkan nasi goreng kesukaanmu ya.” Bi Yuni memerhatikan Zelda yang masih meneguk orange juice buatannya.

“Segarnya,” Zelda mengomentari juice buatan asisten rumah tangga sekaligus tempatnya berkeluh kesah. “Tidak usah, Bi. Tadi aku sudah makan bakso ikan tuna,” Zelda menolak tawaran Bi Yuni yang ingin membuatkannya nasi goreng.

Bi Yuni mengernyit mendengar menu makan malam Zelda. “Bakso ikan tuna?” Tanpa disadarinya, Bi Yuni menyuarakan pertanyaan di benaknya yang keheranan.

“Iya, Bi. Aku makan malam di warung bakso ikan tuna yang ada di seberang jalan kompleks perumahan ini. Ternyata enak juga ikan tuna dijadikan bakso ya, Bi,” Zelda dengan antusiasnya menjawab.

“Kamu makan ikan laut, Nak?” tanya Bi Yuni memastikan pendengarannya. “Oh ya, sejak kapan kamu menyukai ikan laut, termasuk olahannya?” Bi Yuni kembali bertanya setelah melihat Zelda mengangguk.

“Aku juga tidak tahu, Bi. Tadi tiba-tiba saja aku ingin sekali makan bakso ikan tuna di seberang jalan itu. Setelah keinginanku terpenuhi, rasanya lega sekali, Bi. Apalagi baksonya benar-benar enak, sehingga aku bisa menghabiskan dua porsi,” Zelda menjelaskan dengan santai sambil mengelus perutnya yang sudah kenyang.

Sambil manggut-manggut Bi Yuni semakin heran dan bertanya-tanya dalam hati, ”Biasanya Zelda paling anti dengan olahan ikan, apalagi ikan laut. Katanya dulu, perutnya selalu mual saat mencium bau amis dari ikan. Namun, sekarang kenapa tiba-tiba dia terlihat begitu menyukai olahan ikan laut? Sampai-sampai mampu menghabiskan dua porsi bakso.”

“Bi, Papa ke mana ya? Kenapa aku tidak melihat beliau di rumah?” tanya Zelda saat menyadari keberadaan ayahnya tidak terlihat.

“Tuan sedang ke Jakarta, Nak. Tadi siang berangkatnya,” jawab Bi Yuni dengan jujur.

Zelda hanya mengangguk mendengar jawaban Bi Yuni. “Bi, bukannya aku mengusir ya, tapi sebaiknya Bibi kembali ke bawah saja. Jangan sampai Nyonya Besar marah karena mengetahui Bibi berlama-lama di kamarku. Apakah Bibi mau mendengar suara radio rusak semalam suntuk yang bisa memicu datangnya mimpi buruk?” ujar Zelda sambil menaikkan sebelah alisnya dan menahan senyum.

Bi Yuni terkekeh mendengar perkataan anak majikannya yang selalu berselisih dengan Nyonya di rumah ini. “Tentu saja tidak, Nak. Baiklah, kalau begitu Bibi keluar dulu. Kamu istirahatlah, agar besok pagi saat bangun badanmu kembali bugar.” Setelah mengatakan itu, Bi Yuni mengecup kening Zelda dan membelai pipinya.

“Iya, Bi. Terima kasih karena tetap menyayangiku seperti dulu, sewaktu Mama masih bersamaku,” ucap Zelda dengan mata berkaca-kaca.

“Kamu sudah Bibi anggap seperti anak sendiri, Nak. Kalau ada masalah, kamu tidak usah sungkan bercerita kepada Bibi. Jangan memendam masalah, sebab itu tidak baik untuk kesehatan jasmani dan rohanimu,” Bi Yuni menyarankan.

Dengan cepat Zelda mengangguk. “Iya, Bi. Aku sayang Bibi,” ucap Zelda sambil memeluk Bi Yuni dengan penuh kasih sayang.

“Bibi juga sangat menyayangimu, Nak.” Bi Yuni membalas pelukan Zelda.

•••

Andri terlihat sangat santai sambil sesekali memeriksa ponselnya ketika duduk di hadapan orang tuanya. Dia tidak mendahului membuka suara dan lebih memberikan kesempatan kepada orang tuanya untuk menyampaikan yang ingin dibicarakan.

“Ehem.” Dehaman Ivan membuat Andri mengangkat wajah dan mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel. “Bisa kita mulai pembahasan ini?” tanya Ivan layaknya berbicara ketika memimpin meeting di kantornya.

“Jangan terlalu formal dan serius, Pa. Ini di rumah, bukan kantor,” Andri mengingatkan sambil tersenyum simpul. Dia sudah sangat hafal gelagat ayahnya saat hubungan mereka tidak sejalan.

“Andri,” tegur sang ibu karena menganggap anaknya menggurui dan tidak sopan.

“Ya sudah, terserah kalian kalau begitu. Silakan, dilanjutkan.” Andri mengangkat bahu menanggapi teguran ibunya.

“Andri, Papa harap kamu bisa lebih meluangkan waktumu untuk berkencan dengan Ruhan, mengingat pertunangan kalian akan berlangsung sebulan lagi,” ucap Ivan tanpa basa-basi.

“Siapa yang akan bertunangan, Pa? Aku tidak pernah mengatakan mau ditunangkan dengan wanita seperti itu, Pa,” Andri menanggapi dengan tenang ucapan ayahnya.

Zara menatap tajam Andri setelah mendengar tanggapan yang keluar dari mulut sang anak dengan tenangnya. “Jangan membantah yang sudah menjadi keputusan Papamu, Andri! Kami melakukan ini demi masa depanmu kelak. Bukannya kamu dan Ruhan juga pernah menjalin hubungan menjadi sepasang kekasih? Jadi, apalagi alasan kuatmu menentang keputusan kami ini? Satu lagi, ini bukan semata-mata keputusan kami, melainkan perintah.”

Andri tersenyum tipis mendengar perkataan ibunya. “Ma, aku berhak menentukan masa depanku sendiri, terlebih memilih wanita yang akan menjadi pendampingku. Memang benar aku dan Ruhan pernah menjadi sepasang kekasih, tapi itu dulu sebelum diriku mengetahui siapa dia sebenarnya. Aku rasa pertunangan ini bukan semata-mata demi masa depanku, melainkan untuk kepentingan bisnis dan pemenuhan keegoisan kalian. Harusnya kalian juga sadar, bahwa aku ini bukan lagi anak kecil yang selalu bisa menuruti perintah tanpa mencernanya terlebih dulu,” ucap Andri sambil menatap lekat satu per satu wajah orang tuanya.

“Andri, jaga kesopananmu saat berbicara kepada orang tuamu!” hardik Ivan sambil menatap nyalang putranya.

“Beginilah akibatnya jika kamu terus-menerus bergaul dengan wanita liar seperti Zelda. Wanita yang selalu keluar masuk club malam, bahkan menjadi simpanan laki-laki berkantong tebal. Sungguh wanita hina dan menjijikkan,” Zara menanggapi perkataan anaknya dengan menyangkutpautkan Zelda.

Jari-jemari Andri terkepal kuat ketika mendengar penghinaan sang ibu kepada Zelda. Wajahnya merah padam menahan amarah karena tidak terima dengan kata-kata menghina yang keluar dari mulut wanita di depannya. “Jangan menghina Zelda, Ma! Dia bukan wanita liar dan hina seperti yang Mama kira, apalagi menjadi simpanan para laki-laki hidung belang. Dia wanita terhormat,” balas Andri dengan nada tinggi.

“Andri!” bentak Ivan dan Zara bersamaan saat putra mereka berbicara dengan nada tinggi.

Andri berdiri dari duduknya. “Aku tegaskan kepada kalian, bahwa diriku tetap tidak akan pernah bertunangan apalagi menikah dengan wanita yang bukan pilihanku,” tegas Andri.

“Andri! Berani kamu lakukan itu, Papa tidak akan segan-segan mengusirmu dan mencoret namamu sebagai ahli waris,” ancam Ivan. Menurutnya, Andri tidak akan berkutik terhadap ancamannya karena putranya itu dari kecil sudah dimanjakan dengan kemewahan. Jadi, tidak mungkin putranya lebih memilih hidup susah daripada menuruti perintahnya.

“Silakan coret saja namaku sebagai ahli waris kalian, aku tidak keberatan sedikit pun,” Andri menanggapi ancaman Ivan dengan tenang. “Oh ya, kesediaanku datang ke rumah ini sebenarnya ingin mengabarkan bahwa aku sudah mempunyai wanita yang akan menjadi istriku,” Andri melanjutkan ucapannya sambil meneliti wajah kedua orang tuanya.

Zara beranjak dari duduknya dan menghampiri tempat berdiri Andri. Dia langsung menampar pipi putranya dengan keras. “Kamu tetap akan menikah bersama Ruhan! Wanita mana pun yang kamu pilih menjadi istrimu, meski jalang sekalipun, harus berhadapan dulu dengan Zara Himawan!” Gigi-gigi Zara terdengar beradu saat membentak Andri.

Andri mengusap pipinya bekas tamparan wanita yang telah melahirkannya. “Aku yang paling berhak menentukan dengan siapa harus menikah. Itu artinya keputusan mutlak ada di tanganku. Satu lagi, calon istriku itu tidak lain adalah wanita yang tadi sempat Mama hina dan anggap liar. Zelda Kinarya Pagory,” jawab Andri penuh penekanan.

Zara menahan lengan putranya yang ingin pergi begitu saja setelah memberitahukan wanita pilihannya. “Semasih kami hidup, jangan harap kamu bisa menikahi jalang itu! Kamu hanya akan menikah dengan Ruhandhina Atmaja!” ancam Zara penuh amarah.

“Tidak. Tidak bisa. Aku tetap akan menikahi Zelda apapun yang terjadi. Perlu kalian ketahui bahwa, kini benihku telah bersemayam dan berkembang di rahim wanita itu. Jadi, aku wajib bertanggung jawab terhadap janin yang masih bergelung hangat di rahim Zelda.” Saat merasakan cekalan tangan Zara melemah pada lengannya setelah menyampaikan kehamilan Zelda, Andri segera meninggalkan ruang keluarga itu menuju apartemennya.

“Aku terpaksa bertindak sejauh ini agar Mama dan Papa menyadari sikap otoriter serta keegoisan yang kalian miliki,” Andri berkata dalam hati saat sudah berada di halaman kediaman Himawan.

Related chapters

  • Not Just An Escape   Part 2

    Zelda sangat menikmati waktunya berendam di jacuzzi di dalam kamar pribadinya. Aroma vanila yang menguar dari pembakaran lilin aromaterapi serasa memberikan rileksasi pada tubuh lelahnya. Dia memejamkan mata saat merasakan air hangat memasuki pori-pori kulit di sekujur tubuhnya. Ketika sangat larut menikmati sensasi yang diterima kulitnya, perhatian Zelda teralih oleh deringan ponsel di pinggir jacuzzi.“Andri,” gumam Zelda saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.Setelah mengeringkan tangannya dengan handuk kecil yang di letakkan di samping ponselnya, Zelda mengangkat telepon dari Andri. “Ada apa, An?” tanyanya langsung.“Hei, tidak bisakah kamu berbasa-basi dengan calon suamimu, Sayang?” Andri terkekeh mendengar pertanyaan Zelda.“Aku sedang malas berbasa-basi dengan orang yang mengganggu acaraku bersantai,” jawab Zelda pura-pura kesal sambil memainkan air di jacuzzi-nya.“Bersantai? Kamu bisa bersantai saat calon suamimu ini tengah pusing d

    Last Updated : 2021-04-30
  • Not Just An Escape   Part 3

    Puas menyaksikan matahari terbit, Andri menemani Zelda yang lebih memilih berjalan-jalan di sekitar bibir pantai sambil bermain air laut daripada mengitari jogging track. Keduanya terlihat seperti pasangan berbahagia yang tengah memadu kasih dan menikmati masa bulan madu. Bahkan, Andri dengan sukarela membawakan sandal milik Zelda yang dari tadi memang dilepasnya.“Zel, kita sarapan di sekitar sini saja ya,” Andri mengusulkan ketika Zelda mengatakan sudah puas berjalan-jalan. “Kamu mau sarapan apa?” tanyanya saat Zelda menyetujui usulnya.“Ketupat dan sate ikan marlin. Di sana banyak warung yang menjual menu tersebut.” Dengan antusias Zelda menunjuk tempat yang dimaksud sambil memakai kembali sandalnya.“Sate ikan marlin? Sejak kapan kamu mengonsumsi ikan laut?” Andri tidak memercayai pendengarannya mengenai makanan yang dipilih Zelda sebagai menu sarapannya.“Baru-baru ini. Sudahlah, An, jangan banyak tanya lagi. Perutku sudah sangat lapar.” Dengan malas Zel

    Last Updated : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 4

    Zara duduk berhadapan dengan seorang wanita di gerai coffee shop yang ada di sebuah pusat perbelanjaan. Zara mengajak wanita tersebut bertemu guna membicarakan pertunangan yang ditolak mentah-mentah oleh Andri. Di benaknya dia sudah menyusun rencana jika lawan bicara di hadapannya ini marah terhadap keputusan putranya. Sebisa mungkin dirinya akan meyakinkan wanita ini supaya menyetujui rencananya, agar tidak berdampak buruk pada perusahaan suaminya, terutama dari segi keuangan.“Apakah Tante sudah berhasil membujuk Andri agar menyetujui pertunangan yang akan berlangsung sebulan lagi?” tanya Ruhan setelah menyesap moccachino-nya. Ruhan, wanita yang diharapkan menjadi calon menantu di keluarga Himawan oleh Zara.Dengan tatapan penuh penyesalan Zara menggeleng. “Andri tetap menolaknya. Bahkan, dengan lantang dia mengatakan akan menikahi wanita yang kini tengah menampung benihnya itu.”Jawaban yang diberikan Zara langsung membuat Ruhan tersedak minumannya. “Apa?! Andri

    Last Updated : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 5

    Zelda memegang pipinya yang terasa kebas dan rahangnya berdenyut nyeri setelah telapak tangan Luan menamparnya. Tidak bisa dibendungnya lagi butiran-butiran bening yang dengan lancang menetes dari kedua sudut matanya. Bukan diakibatkan oleh tamparan keras tersebut, melainkan kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut sang papa. Satu-satunya orang tua yang dia miliki dan hormati, meski kadang perlakuan Papanya tidak seperti waktu Mamanya masih hidup.Zelda sangat tidak menyangka jika Papanya lebih dulu mengetahui mengenai kehamilannya. Padahal sesuai rencana, dia dan Andri akan memberitahukan secara bersama-sama menyangkut kehamilannya kepada sang papa. Namun, kini semuanya telah terlambat. Kemurkaan Papanya sudah tidak terbendung, apalagi ibu tirinya seolah mendapat angin segar dan memanfaatkan keadaannya dengan terus saja melancarkan provokasinya.“Hubungi sekarang juga laki-laki yang sudah menghamilimu! Papa mau membuat perhitungan dengannya!” bentak Luan dengan waja

    Last Updated : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 6

    Andri menatap intens Zelda yang belum juga membuka kelopak matanya. Sempat terbesit kecemasan dalam benaknya, tapi rasa tersebut menghilang dan berganti dengan senyuman ketika melihat kelopak mata Zelda mulai bergerak.“Selamat pagi, Zel,” sapa Andri setelah Zelda membuka matanya perlahan. “Sekarang kamu sedang berada di sebuah klinik,” beri tahunya saat melihat Zelda masih bingung dengan keberadaannya.“Tunggu sebentar ya, aku panggilkan dokter untuk memeriksa keadaanmu.” Andri mengecup dengan lembut kening Zelda sebelum keluar ruangan.Setelah Andri meninggalkan ruangan, Zelda mengingat kembali kejadian kemarin malam saat Papanya murka karena mengetahui kehamilannya. Dia meraba sudut bibir dan rahangnya yang terasa perih serta ngilu karena tindakan kasar Papanya. Sambil menghela napas, tangan Zelda mengusap perutnya yang masih datar. Dia ingin Andri segera kembali ke ruangannya dan memberitahukan keadaan janinnya, mengingat kemarin malam dirinya terpental saat be

    Last Updated : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 7

    Usai menikmati makan siang, Zelda dan Andri kembali membahas syarat yang diajukan Luan sebelum mereka menentukan pilihannya. Andri mengembuskan napas dengan keras sehingga membuat Zelda menoleh dan menatap wajah laki-laki di sampingnya yang terlihat lelah.“Zel, kedua syarat yang diajukan Papamu masing-masing memiliki risiko besar.” Andri mengacak kasar rambutnya. “Memilih salah satunya, ibarat memakan buah simalakama,” sambungnya.“Jadi?” tanya Zelda datar pada Andri.Andri menatap Zelda lekat, kemudian menghela napas pelan sebelum menyampaikan pilihannya. “Zel, aku tidak berhak memutuskan ikatan yang kamu miliki dengan Papamu. Aku harap kamu bisa menyimpulkan syarat mana yang nantinya kupilih,” jawab Andri dengan nada sendu.Zelda sangat terharu saat mengetahui Andri lebih memikirkan hubungannya dengan sang papa, dibandingkan keadaan keuangan perusahaan orang tuanya yang tengah kurang stabil. Namun, ada perasaan bersalah dan tidak enak di lubuk hatinya, seb

    Last Updated : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 8

    Dokter belum mengizinkan Zelda pulang meski hanya sebentar ketika Andri menyampaikan permintaannya. Bukan tanpa alasan permintaan Andri ditolak, melainkan karena sang dokter tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk menimpa Zelda dan calon anaknya. Dengan berat hati Andri pun menerima keputusan dokter tersebut, apalagi demi kebaikan calon istri dan anaknya. Dia berjanji akan segera kembali ke klinik setelah pertemuan dan pembahasan keluarganya dengan orang tua Zelda selesai.Kini Andri dan keluarganya tengah duduk berhadapan dengan orang tua Zelda, tentu saja di kediaman Pagory. Pertemuan tersebut lebih didominasi oleh pembicaraan Zara dan Daramikha, sedangkan para laki-laki hanya sesekali menimpali termasuk dirinya.Meski ekspresi Luan datar saat mendengar permintaan maaf orang tuanya karena perbuatannya, tapi Andri bisa merasakan kemarahan masih menyelimuti laki-laki seumuran Papanya tersebut. Andaikan tadi Zelda tidak memberitahunya jika calon Papa mertuanya datang ke kl

    Last Updated : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 9

    Usai menikmati makan malam di salah satu restoran pilihannya, Andri mengajak Zelda ke kediaman Himawan. Andri melakukannya bukan tanpa dasar, melainkan sesuai dengan permintaan sang ibu kemarin malam di vila setelah acara resepsi pernikahan mereka selesai. Sebenarnya Zara meminta Andri ke kediaman Himawan saat pagi hari, tapi dia malas melakukannya. Andri lebih memilih menikmati waktu pagi hingga sore harinya bersama Zelda di vila, mumpung mereka hanya berdua. Walau tidak bisa mengurung Zelda seharian di dalam kamar seperti kebanyakan pengantin baru, tapi mereka memanfaatkan waktunya untuk menikmati keindahan pemandangan di sekitar vila.Kini untuk pertama kalinya, Zelda berada di dalam kamar pribadi Andri. Meski sudah sering tinggal dan tidur seranjang di apartemen Andri, tapi Zelda tetap merasa canggung saat berada di dalam kamar pribadi suaminya tersebut. Mulai sekarang kamar ini akan menjadi tempat ternyamannya beristirahat, terlebih bersama Andri.“Kamu menyukai sua

    Last Updated : 2021-05-19

Latest chapter

  • Not Just An Escape   Special Part

    Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah

  • Not Just An Escape   Extra Part

    Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi

  • Not Just An Escape   Epilog

    Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh

  • Not Just An Escape   Part 53 - The End

    Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti

  • Not Just An Escape   Part 52

    Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa

  • Not Just An Escape   Part 51

    Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to

  • Not Just An Escape   Part 50

    Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.

  • Not Just An Escape   Part 49

    Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa

  • Not Just An Escape   Part 48

    Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status