Share

Part 9

Penulis: Azuretanaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 09:50:29

Usai menikmati makan malam di salah satu restoran pilihannya, Andri mengajak Zelda ke kediaman Himawan. Andri melakukannya bukan tanpa dasar, melainkan sesuai dengan permintaan sang ibu kemarin malam di vila setelah acara resepsi pernikahan mereka selesai. Sebenarnya Zara meminta Andri ke kediaman Himawan saat pagi hari, tapi dia malas melakukannya. Andri lebih memilih menikmati waktu pagi hingga sore harinya bersama Zelda di vila, mumpung mereka hanya berdua. Walau tidak bisa mengurung Zelda seharian di dalam kamar seperti kebanyakan pengantin baru, tapi mereka memanfaatkan waktunya untuk menikmati keindahan pemandangan di sekitar vila.

Kini untuk pertama kalinya, Zelda berada di dalam kamar pribadi Andri. Meski sudah sering tinggal dan tidur seranjang di apartemen Andri, tapi Zelda tetap merasa canggung saat berada di dalam kamar pribadi suaminya tersebut. Mulai sekarang kamar ini akan menjadi tempat ternyamannya beristirahat, terlebih bersama Andri.

“Kamu menyukai suasana dan interior kamarku?” tanya Andri berbisik. Kedua lengannya kini memeluk pinggang Zelda dari belakang.

Andri terkekeh saat merasakan tubuh Zelda menegang sekaligus terkejut karena pertanyaan dan tindakannya yang tiba-tiba. Bukannya meminta maaf atas perbuatannya, Andri malah menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Zelda. Bahkan, dia dengan lancang memberikan kecupan berulang kali dan menyesapnya.

“An, hentikan!” Zelda menahan kepala Andri dan mencoba menjauhkannya meski susah payah, karena tubuhnya telah terangsang atas tindakan suaminya itu, mengingat leher adalah salah satu titik sensitifnya.

“Kamu belum mandi ya?” tanya Andri dan mulai mengendus-ngendus tubuh Zelda.

“Memangnya tubuhku bau ya?” Zelda mencoba mencium aroma tubuhnya sendiri, terutama bagian ketiaknya.

“Bukan bau, tapi aroma yang sudah membuatku tergoda dan berhasil membangunkan sesuatu di bawah sana,” Andri berbisik, kemudian meniup beberapa kali daun telinga Zelda.

“Andri!” Zelda kembali menegur Andri. Dia pun membalikkan badannya agar bisa berhadapan dengan suaminya. Dengan cepat dia menutup mulut Andri menggunakan telapak tangannya saat suaminya tersebut ingin mencium bibirnya. “An, besok lusa aku sudah kembali bekerja, tidak enak kalau kelamaan libur,” beri tahunya.

Zelda memang tidak memberitahukan pernikahannya kepada rekan-rekan kerjanya, karena dia berniat resign setelah beberapa minggu menikah. Dia sengaja melakukannya agar latar belakangnya yang dari keluarga terpandang tidak terbongkar.

“Zel, demi kesehatanmu dan kandunganmu, aku mohon berhentilah bekerja. Biar aku saja yang mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan kalian. Gunakan saja waktumu untuk beristirahat lebih banyak, agar anak kita di dalam sini tetap sehat,” Andri menyarankan seraya mengusap perut Zelda.

“Tapi ….”

Andri meletakkan telunjuk kanannya di bibir Zelda. “Aku tidak ingin dibantah. Tolong mengertilah. Kamu telah resmi menjadi istriku, dan sudah kewajibanku harus bertanggung jawab terhadap hidupmu. Hal ini aku lakukan demi kebaikan kalian berdua,” Andri kembali memberikan pengertian kepada Zelda dengan lembut.

Zelda menghela napas, kemudian mengangguk. “Ngomong-ngomong, sampai kapan kita akan tinggal di sini?” tanyanya mengalihkan topik pembicaraan. Kemarin dia belum sempat menanyakannya kepada sang suami. “Jujur, aku merasa kurang nyaman tinggal di sini, apalagi tatapan ibumu yang sepertinya tidak menyukai keberadaanku di rumah ini,” Zelda mengatakan dengan jujur yang tengah dirasakannya.

“Secepatnya kita akan pindah dari sini dan tinggal di apartemen, tapi untuk saat ini kamu bertahan dulu ya. Jangan terlalu dimasukkan ke hati sikap atau perkataan orang tuaku, terutama Mamaku,” pinta Andri agar Zelda berlapang dada menghadapi sikap orang tuanya.

“Baiklah, aku akan mencoba bersabar dan mengabaikan sikap tidak bersahabat mereka,” Zelda menyetujui meski dengan perasaan berat hati. “Kalau begitu aku mau mandi dulu,” imbuhnya.

Andri menahan tangan Zelda yang hendak menuju kamar mandi. “Kita mandi bersama dan bantu aku menggosok punggung,” ajaknya sambil menyeringai.

Tanpa memedulikan pelototan mata Zelda, Andri langsung menggendong tubuh sang istri dan membawanya ke kamar mandi. Untung saja kamarnya kedap suara, jadi pekikan Zelda tidak akan terdengar di luar.

***

Luan dan Daramikha menikmati sarapannya seperti biasa, sebelum mereka sibuk melakukan aktivitas masing-masing. Selama sarapan berlangsung, tidak banyak yang Luan dan Daramikha bicarakan. Luan terlihat serius membaca koran yang memang sudah tersedia di atas meja makan.

Sambil menyantap pisang bakar buatan Bi Yuni yang masih hangat, Daramikha melirik suaminya melalui sudut matanya. Dia ingin memulai obrolan dengan topik sang anak tiri yang baru kemarin melepas masa lajangnya. Setelah menelan kunyahan pisang bakarnya, Daramikha membuka suara, “Pa, nanti siang Mama akan ke kantor Papa. Kita makan siang bersama.”

“Boleh,” jawab Luan sambil melipat koran dan menaruhnya. “Masih belum sesempurna buatan Diana,” gumam Luan saat kembali menikmati pisang bakar buatan Bi Yuni.

“Papa bilang apa?” tanya Daramikha karena tidak jelas mendengar gumaman suaminya.

“Ah tidak, pisang bakarnya enak,” Luan berkilah tanpa menatap sang istri. “Oh ya, kenapa Mama jarang menyiapkan sarapan untuk kita?” tanyanya ingin tahu.

“Bosan, Pa. Lagi pula sudah ada Bi Yuni, jadi buat apa Mama harus repot-repot ikut menyiapkan sarapan. Kalau Mama sendiri yang menyiapkan sarapan, percuma jadinya kita bayar orang untuk mengerjakan pekerjaan di rumah ini,” jawab Daramikha dengan santainya. Dia tidak menyadari perubahan singkat ekspresi wajah suaminya.

Luan hanya manggut-manggut menanggapinya. “Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan sanggar senam Mama?” Luan kembali bertanya, kali ini menanyakan kegiatan sang istri mengenai pekerjaannya.

“Masih berjalan, Pa. Namun beberapa bulan ke belakang, yang datang tidak terlalu banyak. Mungkin penyebabnya karena sekarang tengah menjamurnya sanggar-sanggar senam baru,” beri tahu Daramikha. “Oh ya, Pa, Mama saat ini tengah jenuh mengelola sanggar, dan ingin mencoba berkecimpung di bidang butik,” sambungnya hati-hati.

Luan menaikkan satu alisnya. “Ma, di dunia bisnis tidak mengenal kata jenuh dalam mengelola usaha yang digeluti. Meskipun pada kenyataannya ada, maka si pemilik seharusnya sudah mempunyai siasat untuk menghadapi situasi tersebut,” ucap Luan. “Sekarang ini butik juga tengah menjamur. Kalau mau melakoni bidang tersebut, berarti Mama harus memulainya dari nol lagi,” imbuhnya.

“Mama bisa mengelola butik mendiang Diana, jadi Mama tidak harus memulainya dari nol lagi, Pa. Lagi pula saat ini Zelda pasti tidak sempat mengelola butik tersebut, mengingat dia tengah mengandung,” Daramikha menanggapi ucapan suaminya dengan alasan yang cukup masuk akal.

Meski sempat terkejut mendengar tanggapan Daramikha, tapi Luan tidak memperlihatkannya. “Mama kalah cepat. Zelda sudah menjual butik tersebut beserta namanya,” beri tahunya santai sambil meneliti ekspresi wajah sang istri.

Pupil mata Daramikha membesar saat mengetahui kenyataan bahwa butik yang selama ini menjadi incarannya sudah berpindah kepemilikan. Seketika kekesalannya pun kian bertambah kepada Zelda. “Kenapa Papa membiarkan Zelda menjual butik mendiang ibunya sendiri?” tanyanya tanpa bisa menyembunyikan kekesalannya.

Bersikap tak acuh, Luan hanya mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak mempunyai wewenang menghentikan tindakan Zelda, sebab Diana memang mewariskan langsung butik tersebut kepada anaknya. Zelda mempunyai kuasa penuh atas nasib butik yang diwariskan oleh mendiang ibunya, dan aku tidak berhak ikut campur di dalamnya.” Luan masih setia memerhatikan ekspresi wajah Daramikha yang memerlihatkan keterkejutan sekaligus tidak terima. “Semua yang berhubungan dengan Diana, biarlah untuk sementara waktu aku sembunyikan dulu. Jika sudah tiba waktunya, maka aku akan memberikannya kepada orang yang paling berhak menerimanya,” sambungnya dalam hati.

“Papa sarankan, sebaiknya Mama kembali fokus mengelola sanggar senam itu, dan buatlah ide-ide kreatif yang nantinya bisa menarik minat pengunjung. Jangan menyerah hanya karena persaingan, tapi jadikanlah situasi tersebut sebagai pecut untuk memotivasi diri agar lebih maju,” Luan menyarankan sambil tersenyum hangat.

Daramikha mengangguk dan ikut tersenyum mendengar saran suaminya, meski sangat bertolak belakang dengan isi hatinya. “Buat apa aku harus repot memikirkan ide-ide kreatif untuk perkembangan sanggar itu, jika rekeningku tetap mendapat pemasukan setiap bulannya,” ucapnya dalam hati.

***

Sesuai kesepakatannya dengan Andri kemarin malam, hari ini Zelda akan ke kantor untuk mengutarakan keinginannya resign. Jika atasannya menyetujui, maka dia langsung menyerahkan surat pengunduran diri yang telah dibuatnya.

Layaknya seorang istri yang berbakti kepada suaminya, Zelda membantu Andri memilih setelan kantor dan membuatkannya simpul dasi.

“Terima kasih.” Andri mendaratkan kecupan lembut di kening dan bibir Zelda setelah dasinya terpasang sempurna.

“Kembali kasih.” Zelda membalas kecupan lembut tersebut sambil mengalungkan tangannya pada leher Andri. “Gara-gara terlalu lelap tidur dalam dekapanmu, aku sampai melupakan kewajibanku sebagai menantu di keluarga ini,” gerutunya sambil memanyunkan bibirnya.

Andri terkekeh dan kembali mengecup bibir Zelda. “Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Setelah menyelesaikan semua urusanmu di kantor dan menanggalkan predikatmu sebagai wanita karier, kamu bisa setiap hari menjalankan kewajibanmu sebagai menantu di rumah ini. Bahkan, kamu juga bisa membantu menyiapkan sarapan, makan siang, dan malam,” Andri menenangkan.

“Semoga saja aku tidak dianggap sebagai menantu pemalas oleh orang tuamu, terutama Mamamu,” Zelda menanggapi perkataan suaminya dengan nada sedih.

Andri mengangguk. “Ayo kita turun dan sarapan bersama mereka,” ajaknya sambil merangkul pundak sang istri dan menggiringnya berjalan menuju ruang makan di lantai satu.

***

Setibanya di lantai satu, mereka melihat Zara dan Ivan sudah berpakaian rapi serta tengah berjalan menuju pintu utama rumah tersebut.

“Ma, Pa, kalian mau ke mana?” tanya Andri sambil mengerutkan kening.

“Kami akan sarapan bersama Ruhan dan orang tuanya,” jawab Zara sambil menyunggingkan senyum sinisnya yang dialamatkan kepada Zelda setelah berbalik.

Seketika pupil mata Andri membesar saat mendengar jawaban ibunya.

“Ruhan?” Zelda mengulang nama yang diucapkan oleh ibu mertuanya.

“Iya Ruhan. Wanita yang lebih pantas bersanding dengan putraku dan menjadi menantu di keluarga ini dibandingkan kamu,” Zara menanggapi perkataan Zelda dengan sangat sarkatik.

“Ayo, Ma, sebaiknya kita berangkat sekarang. Tidak enak jika Ruhan dan orang tuanya terlalu lama menunggu kedatangan kita,” ajak Ivan dan mendahului istrinya menuju mobil yang telah terparkir di halaman rumahnya.

“Iya, Pa. Aku juga tidak mau membuang-buang waktuku hanya untuk berbicara panjang lebar dengan wanita liar yang tengah berdiri di samping putraku.” Setelah berkata demikian, Zara bergegas menyusul suaminya. Dia tidak memedulikan reaksi wajah pasangan pengantin baru saat mendengar hinaannya, terlebih Zelda.

Zelda tertawa sumbang sebelum mendahului Andri ke meja makan. “Wanita liar. Predikat baru yang aku sandang dan diberikan langsung oleh ibu mertuaku sendiri. Hebat sekali kamu, Zelda Kinarya, karena berhasil menyandang predikat-predikat yang sungguh mengagumkan,” ejeknya pada diri sendiri.

“Maafkan perkataan dan sikap Mamaku ya, Zel.” Andri merasa sangat bersalah terhadap kelakuan ibunya. Dia juga sangat terkejut atas perkataan sarkasme yang terlontar dari mulut sang ibu.

Zelda berdecih. “Apakah kamu tidak berniat memberi suatu predikat kepada wanita liar yang telah resmi menjadi istrimu ini?” tanyanya tanpa menatap Andri yang telah duduk di sampingnya.

Andri menatap Zelda yang tengah meneguk air mineral. “Zel, jangan samakan aku dengan mereka yang memberimu predikat negatif. Predikat yang akan aku berikan kepadamu itu hanya dua, istriku dan ibu dari anakku.”

Untuk menenangkan sedikit emosi sekaligus kekesalan yang bergemuruh di dalam hati Zelda, Andri langsung memeluk pinggang istrinya dari samping. “Anggap saja angin lalu semua perkataan dan sikap Mamaku, Zel,” pintanya kembali.

Tidak ingin dilihat oleh asisten rumah tangga Andri, Zelda pun mengindahkan permintaan suaminya tersebut. “Sudahlah. Ayo kita sarapan, setelah itu antar aku ke kantor.” Dia menutup topik pembicaraan yang bisa semakin merusak mood-nya.

Bab terkait

  • Not Just An Escape   Part 10

    Andri duduk di hadapan Ivan yang tadi menyuruhnya datang. Dia waspada saat melihat Ivan menatapnya datar. Dia mengira Luan telah menghubungi Papanya perihal penarikan sahamnya di perusahaan Himawan. Dia sudah siap menerima kemurkaan Ivan atas keputusan yang dibuat dan konsekuensinya.“Ada apa Papa memanggilku?” Meski pertanyaan yang dilontarkan Andri sangat hati-hati, tetapi nada bicaranya tetap tenang.“Karena kamu telah menjadi anak pemberontak, sebagai orang tuamu, kami akan memberimu hukuman,” jawab Ivan langsung.Andri mengerutkan kening. “Ini pasti salah satu rencana orang tuaku bersama Ruhan agar aku bisa berada di bawah kendali mereka, mengingat pertemuan ketiganya tadi pagi. Tidak semudah itu membuatku tunduk dan menjadi boneka kalian,” batin Andri menilai jawaban Papanya. “Apa pun hukuman yang Papa berikan, aku akan menerimanya dengan lapang dada,” Andri menanggapinya dengan santai dan tenang.Ivan tercengang mendengar tanggapan putranya. Sepertinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 11

    Sudah tiga hari Andri dan Zelda tinggal di apartemen. Andri telah menceritakan penyebab dirinya memilih lebih cepat menempati apartemen kepada Zelda. Dia juga memberi tahu sang istri perihal dirinya yang diberhentikan dengan alasan konyol oleh Papanya sendiri. Meski Zelda masih memendam kekecewaan, tapi dia lebih memilih memberikan dukungan sekaligus semangat kepada suaminya dibandingkan memperpanjang mengenai bentakan dan tamparan yang diterimanya beberapa hari lalu.Andri dan Zelda juga telah menutup rekening bank yang diketahui oleh orang tua masing-masing, tapi sebelumnya mereka menarik lebih dulu semua uangnya. Mereka masing-masing memutuskan membuka rekening baru pada bank lain dan menyimpan uangnya di sana.Andri dan Zelda membuat komitmen untuk selalu menghadapi bersama-sama apa pun yang terjadi ke depan nanti demi calon buah hati mereka. Kini Andri dan Zelda telah menjadi pengangguran, uang yang mereka miliki pun tidak terlalu banyak, jadi keduanya harus pintar

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 12

    Sesuai janjinya kemarin malam, hari ini Andri dan salah satu kenalannya akan bertemu di Sanur. Kebetulan kenalannya tersebut tengah menghadiri acara salah satu sanak keluarganya yang tempatnya tidak jauh dari sana. Andri harus sesegera mungkin mendapat tempat tinggal, sebab dia merasa orang tuanya sangat bersemangat membuatnya menderita. Dia mengetahui jelas tujuan orang tuanya bertingkah kekanakan seperti itu, tidak lain karena dirinya menolak dijodohkan dengan Ruhan dan ketidaksukaan sang ibu terhadap istrinya.Kini Andri telah berada di salah satu kedai tepi pantai yang ada di wilayah Sanur bersama Agus–kenalannya. Walau sebelumnya Andri telah mengisi perutnya bersama Zelda di apartemen, tapi demi rasa sopannya dia terpaksa menerima ajakan Agus untuk sarapan bersama. Dia pun hanya memesan secangkir kopi hitam.“Oh ya, An, siapa yang mau pindah?” tanya Agus sambil menunggu pesanan mereka diantarkan.“Aku dan istriku,” jawab Andri jujur dan penuh percaya diri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 13

    Andri bergegas menuju kamar tidur karena panggilannya tidak direspons oleh Zelda ketika memasuki apartemen. Dia tersenyum ketika melihat Zelda berbaring menyamping di atas ranjang dengan mata terpejam. Dia mengedarkan matanya ke sekeliling kamar, dan mendapati dua buah koper besar berada di depan kaki ranjang. Tidak hanya itu, beberapa pakaian miliknya juga masih tergeletak di sisi ranjang kosong. Dia menduga Zelda kelelahan saat sedang mengemas pakaiannya ke dalam koper, sehingga istrinya tersebut pun sampai ketiduran.Karena sudah mendekati jam makan siang, Andri berinisiatif membuat masakan untuk mereka nikmati. Dia yakin Zelda belum memasak, dan pasti akan kelaparan saat bangun nanti. Dengan hati-hati dia memindahkan pakaiannya yang masih berada di samping Zelda dan menaruhnya di sofa agar tidak kusut. Selanjutnya dia kembali keluar kamar tanpa membangunkan Zelda.Sesampainya di dapur, Andri langsung mencuci beras sebelum memasukkannya ke rice cooker. Saat membuka ku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 14

    Andri dan Zelda yang tengah bersantai usai makan malam saling tatap saat mendengar bel apartemennya berbunyi. Zelda mengangguk ketika Andri memberi isyarat bahwa dirinya yang akan melihat tamu di luar sekaligus membukakan pintu. Hati kecil Zelda merasakan akan ada sesuatu yang terjadi di apartemen ini. Tidak mau berpikir atau menduga terlalu jauh, Zelda segera menggelengkan kepala dan mencoba mengalihkan perhatiannya pada kentang goreng buatan Andri.Baru saja Zelda berniat memasukkan satu potong kentang goreng yang telah dicocol sambal ke mulutnya, bentakan seorang wanita menyentak pendengarannya. Zelda tidak jadi menikmati camilan yang tadi sangat diinginkannya, dia berdiri dan menyusul Andri menuju pintu apartemen.Setelah mengetahui dan melihat langsung pemilik bentakan yang menggelegar di apartemennya tersebut, Zelda mendesah malas. “Apalagi drama yang akan mereka lakukan saat sudah malam seperti sekarang?” tanya batinnya.Zara dan Ruhandhina menatap penuh ama

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 15

    Andri bernapas lega setelah menaruh dua buah koper besar dan sebuah ransel ke dalam kamar hotel yang disewanya. Kini dia harus menjemput Zelda dan mengajaknya ke hotel agar segera bisa beristirahat.Mengingat jarak antara apartemen dan hotel tidak terlalu jauh, jadi Andri hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk menyambangi Zelda, apalagi ditunjang oleh langkah kakinya yang lebar. Andri menyeka keringat di keningnya dan mengembuskan napas sebelum memasuki lobi apartemen, tempat Zelda menunggunya.Andri terkekeh sambil menggelengkan kepala melihat Zelda yang serius menatap layar ponsel, tanpa memedulikan keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Dia berjalan ke arah Zelda dengan tenang dan berniat mengerjai istrinya tersebut.“Permisi, Nona. Apakah saya boleh ikut duduk di samping Anda?” tanya Andri dengan suara yang tidak seperti biasanya.Tanpa menoleh, Zelda pun menanggapinya, “Silakan saja.”Andri kembali menggeleng setelah duduk di sofa y

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 16

    Sesuai perkataannya, Andri mengajak Zelda menginap di hotel selama dua malam. Kini mereka sudah selesai membersihkan diri dan tengah memeriksa barang bawaan masing-masing sebelum meninggalkan kamar hotel. Andri juga telah mendapat kabar bahwa Dandy sudah dekat dengan hotel tempatnya menginap.“Pastikan barang bawaanmu tidak ada yang tertinggal, Zel,” Andri mengingatkan sambil membalas pesan singkat yang diterimanya.“Iya, Tuan,” Zelda menjawabnya dengan nada kesal karena sudah berulang kali Andri mengingatkan hal yang sama. “Ngomong-ngomong, temanmu sudah sampai di mana?” tanyanya sebelum melangkah menuju kamar mandi untuk memeriksa barang-barangnya di sana sekali lagi.“Sepertinya ini dia,” jawab Andri saat mendengar ketukan pada pintu kamarnya. Tidak ingin membuat orang yang berada di luar kamarnya menunggu terlalu lama, dia pun segera menghampiri pintu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Not Just An Escape   Part 17

    Saat ini Andri dan Zelda telah duduk di ruang tamu sebuah rumah sederhana yang asri, walau ukurannya tidak terlalu besar. Kata Dandy, pemilik rumah yang rumahnya ingin Andri sewa tinggal di sini. Andri dan Zelda belum melihat rumah yang akan disewanya karena Dandy langsung membawanya ke rumah ini untuk bertemu dengan pemiliknya.“Maaf ya, Nak, telah lama menunggu,” ucap seorang wanita paruh baya yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan berisi empat gelas jus jeruk. Tidak hanya itu, wanita tersebut juga diikuti oleh balita perempuan yang sangat lucu dan menggemaskan.Andri tersenyum ramah. “Tidak apa-apa, Bu,” balasnya sopan. Dia menahan tawa saat melihat balita menggemaskan tersebut malu-malu menatapnya dan Zelda.“Panggil saja Bi Rani, Nak,” pinta Bi Rani setelah menyuguhkan minuman yang dibawanya. Dia ikut duduk sambil memangku balita yang dari tadi mengekorinya. “Sila

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29

Bab terbaru

  • Not Just An Escape   Special Part

    Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah

  • Not Just An Escape   Extra Part

    Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi

  • Not Just An Escape   Epilog

    Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh

  • Not Just An Escape   Part 53 - The End

    Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti

  • Not Just An Escape   Part 52

    Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa

  • Not Just An Escape   Part 51

    Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to

  • Not Just An Escape   Part 50

    Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.

  • Not Just An Escape   Part 49

    Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa

  • Not Just An Escape   Part 48

    Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status