Share

Part 8

Penulis: Azuretanaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 09:49:40

Dokter belum mengizinkan Zelda pulang meski hanya sebentar ketika Andri menyampaikan permintaannya. Bukan tanpa alasan permintaan Andri ditolak, melainkan karena sang dokter tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk menimpa Zelda dan calon anaknya. Dengan berat hati Andri pun menerima keputusan dokter tersebut, apalagi demi kebaikan calon istri dan anaknya. Dia berjanji akan segera kembali ke klinik setelah pertemuan dan pembahasan keluarganya dengan orang tua Zelda selesai.

Kini Andri dan keluarganya tengah duduk berhadapan dengan orang tua Zelda, tentu saja di kediaman Pagory. Pertemuan tersebut lebih didominasi oleh pembicaraan Zara dan Daramikha, sedangkan para laki-laki hanya sesekali menimpali termasuk dirinya.

Meski ekspresi Luan datar saat mendengar permintaan maaf orang tuanya karena perbuatannya, tapi Andri bisa merasakan kemarahan masih menyelimuti laki-laki seumuran Papanya tersebut. Andaikan tadi Zelda tidak memberitahunya jika calon Papa mertuanya datang ke klinik untuk mendengar syarat yang telah dipilihnya, pasti dirinya akan bingung melihat sikap Luan.

Awalnya Andri kesal karena Zelda menghubungi Luan dan menyampaikan pilihannya tanpa sepengetahuannya, tapi setelah wanitanya itu menjelaskan bahwa tidak terjadi sesuatu yang buruk, akhirnya kekesalannya pun menguap.

Pertemuan dua keluarga itu tidak berlangsung lama karena Luan enggan berbasa-basi dan langsung ke inti pembicaraan. Tanggal pernikahan mereka pun sudah ditentukan yaitu minggu depan, tidak akan ada pesta meriah karena terbatasnya waktu untuk mengurus persiapannya.

Tidak hanya itu, tempat berlangsung pernikahannya pun akan dipilih dan ditentukan sendiri oleh Luan, mengingat yang menikah adalah putri semata wayangnya. Awalnya Andri terkesiap, tapi setelah Luan mengatakan bahwa ini merupakan hadiah pernikahan darinya, maka dia pun mengerti. Tadi juga orang tuanya menanyakan keberadaan Zelda yang tidak kelihatan batang hidungnya, Luan dengan cepat beralasan jika putrinya tersebut sedang beristirahat karena pusing dan tengah kurang enak badan.

Andri menolak saat Ivan mengajaknya pulang bersama mereka. Andri berdalih akan tidur di apartemen seperti biasanya. Tidak mau mendengar adu mulut lagi, akhirnya Zara menengahi dan mengajak suaminya pulang tanpa keikutsertaan putra mereka.

Setelah memastikan mobil yang ditumpangi orang tuanya tidak terlihat, Andri meninggalkan halaman kediaman Pagory dan menuju klinik untuk menyampaikan hasil pertemuannya baru saja.

***

“Semoga Papa tidak memberi tahu Andri pembicaraan yang tadi kami bahas mengenai batalnya penarikan saham,” gumam Zelda yang belum bisa memejamkan matanya.

“Ma, aku terpaksa menyerahkan butik kesayangan Mama dan pengelolaannya kepada Papa. Percayalah, Ma, selama ini prioritasku tetap mengedepankan kemajuan butik Mama, meski aku sendiri bekerja di perusahaan orang. Namun, untuk kali ini aku benar-benar minta maaf, Ma. Aku melakukan ini karena tidak ingin dianggap sebagai pembawa sial oleh keluarga baruku.” Zelda berderai air mata saat mengingat jerih payah dan kerja keras Diana membangun butik kesayangannya demi membuktikan bahwa hobinya mampu menghasilkan uang.

“Sekali lagi maafkan aku, Ma. Aku benar-benar tidak mempunyai pilihan lain.” Zelda sesenggukan dengan mata terpejam di tengah permintaan maafnya kepada mendiang sang ibu.

Zelda berusaha menghentikan sesenggukannya dan dengan cepat menyusut air matanya saat mengingat Andri akan menemaninya malam ini. Dia tidak mau Andri mengetahui dan ikut terbebani terhadap rasa bersalahnya kepada mendiang sang ibu. Suasana malam yang sepi membuat indra pendengarannya lebih peka, sehingga dengan mudah dia bisa mendengar suara-suara di sekelilingnya, termasuk langkah kaki di luar ruangan.

 “Apakah menungguku menjadi alasan utamamu belum tidur selarut ini?” Andri bertanya setelah berada di dalam ruang rawat Zelda.

“Perlukah aku memberitahumu lagi, jika kamu sendiri sudah mengetahui jawabannya?” tanya Zelda balik. Dia memejamkan kedua kelopak matanya saat Andri mencium keningnya dengan lembut dan mengecup ringan bibirnya.

“Sepertinya tidak perlu,” Andri menjawab dan duduk di samping tubuh Zelda. “Sebaiknya sekarang atau besok saja aku beri tahukan hasil pertemuan keluargaku dengan orang tuamu?” tanyanya kembali sambil mengusap perut Zelda yang tertutupi selimut biru.

“Sekarang saja,” pinta Zelda cepat dan membuat Andri terkekeh mendengarnya.

“Baiklah. Sebenarnya tidak banyak hal yang dibahas oleh kedua belah pihak keluarga, karena Papamu terlihat enggan berbasa-basi. Intinya, pernikahan kita dilaksanakan minggu depan dan tempatnya ditentukan oleh Papamu sendiri. Awalnya aku merasa heran, mengingat sikap Papamu saat pertama kali mengetahui hubungan kita. Namun, setelah beliau mengatakan jika ini merupakan hadiah pernikahan darinya untuk putri semata wayangnya, jadi aku mengerti maksudnya,” Andri menjelaskan tanpa melepaskan tatapannya pada wajah Zelda untuk melihat reaksinya.

“Baguslah jika Papaku berpikir seperti itu, jadi acara pernikahan kita bisa berlangsung lancar,” Zelda menanggapinya dengan tenang, meski dia tahu maksud terselubung dari tindakan Papanya. “Tentu saja Papaku akan melakukan itu sebagai ucapan terima kasihnya karena aku telah menyerahkan peninggalan berharga Mama kepadanya,” batin Zelda melanjutkan.

“Setelah pernikahan kita dilangsungkan, aku harus siap menerima kemurkaan orang tuaku,” gumam Andri dan menatap Zelda dengan tatapan kosong.

“Kenapa?” Zelda mengusap punggung tangan Andri yang berada di atas perutnya.

“Karena Papamu akan menarik sahamnya sesuai dengan syarat yang beliau berikan dan aku pilih,” jawab Andri pelan.

“Maaf karena aku telah membuatmu mengalami kesulitan,” pinta Zelda dengan nada datar.

“Hm, sudahlah. Ini sudah menjadi risiko yang harus aku terima. Sebaiknya sekarang kamu tidur, aku juga ingin beristirahat,” ucap Andri sebelum turun dari ranjang Zelda.

“Selamat malam dan beristirahat.” Zelda menyunggingkan senyum tipisnya kepada Andri yang telah berdiri di sebelah ranjangnya, dan bersiap menuju single sofa di pojok ruangan. “An, bisakah pernikahan ini bertahan lama? Mengingat hubungan yang mengikat kita sekarang tidak lain karena bentuk pelarian dari orang tua masing-masing,” batin Zelda menambahkan.

***

Sesuai perkataannya, Luan memilih tempat di salah satu vila miliknya di wilayah Ubud untuk menyelenggarakan pernikahan sang anak. Sebelum vila tersebut dimilikinya, tempat itu dulunya menjadi saksi bisu pernikahannya bersama mendiang istri pertamanya. Bukan hanya itu, semua yang disukai Diana tertuang di seluruh bangunan berkonsep tradisional khas Bali tersebut. Tidak ada yang mengetahui jika vila tersebut milik Luan sendiri, termasuk Zelda. Apalagi letak vila tersebut cukup jauh dari keramaian kota, jadi tidak ada yang menyangka jika Luan mengeluarkan banyak uang hanya untuk mendapatkannya.

Prosesi pernikahan sudah diikuti dengan lancar oleh Andri dan Zelda pagi ini. Yang hadir hanyalah keluarga serta orang-orang terdekat keduanya, termasuk Dave dan Vyren. Vyren memang diharuskan hadir, bahkan saat resepsi malam hari nanti karena dialah yang didaulat untuk mengabadikan moment bahagia Andri dan Zelda. Sedangkan Dave datang seorang diri, mengingat istrinya belum diketahui keberadaannya.

“Akhirnya tiba juga hari yang kalian nantikan,” ucap Dave kepada pasangan pengantin baru yang sedang bersamanya. Ketiganya kini berada di lantai dua vila tersebut untuk bersantai usai acara pernikahan, tepatnya di balkon belakang. “Selamat atas hubungan baru kalian,” sambungnya sambil tersenyum.

“Terima kasih telah hadir, Dave, walau kami mengundangmu dengan kurang sopan,” ucap Andri penuh rasa bersalah karena mengundang sahabatnya melalui telepon.

“Aku memaklumi kondisi kalian saat ini,” Dave terkekeh menanggapi ucapan sang sahabat. “Aku menyukai konsep pernikahan yang kalian usung. Sederhana, tapi penuh makna. Lokasi yang kalian pilih pun sangat mengagumkan. Kesejukan udaranya mampu merenggangkan rongga dadaku yang sangat sesak.” Dave memejamkan mata dan menghirup udara segar yang ada di sekitarnya dengan rakus, saat teringat moment pernikahannya dulu bersama Titha.

Andri dan Zelda saling tatap, mereka bisa merasakan perasaan Dave. “Semoga kamu cepat dipertemukan dengan istri dan anakmu, Dave.” Zelda menepuk lembut pundak Dave.

Dave mengangguk tanpa membuka matanya. “Aku sungguh sangat merindukan mereka,” ucapnya lirih. Dia mengembuskan napasnya dengan kasar, kemudian matanya pun terbuka. “Aku kira hanya diriku saja yang menjalin ikatan suami istri dengan sahabat sendiri tanpa cinta, ternyata kini kalian juga,” Dave melanjutkan sambil tertawa sumbang.

“Apakah sampai kini kamu tidak mencintainya, Dave? Mengapa tadi kamu mengatakan merindukan mereka? Apakah itu hanya rindu sebatas seorang sahabat?” tanya Zelda beruntun tanpa disadarinya.

Dave kembali mengembuskan napas sebelum menjawab pertanyaan Zelda. Dia membasahi tenggorokannya dengan sisa lime mocktail di gelasnya. “Aku memang tidak mencintainya saat kami baru menikah, tapi seiring berjalannya waktu aku mulai mempunyai perasaan yang berbeda terhadapnya. Bahkan saat Keisha memintaku untuk menceraikan Titha, rasa cintaku pada Titha semakin besar. Namun, saat aku ingin mengakui dan mengatakannya langsung, Titha telah lebih dulu meninggalkanku dengan membawa serta buah hati kami,” Dave mengatakannya dengan nada penuh penyesalan dan memendam kerinduan yang mendalam.

“Hm, penyesalan selalui datang belakangan,” Zelda menimpali dengan gumaman.

“Semoga hubungan kalian tidak seperti kisahku dengan wanita yang membuatku hampir gila karena merindukannya. Aku berharap, rasa cinta akan tumbuh di hati kalian masing-masing secepatnya. Apalagi beberapa bulan ke depan buah hati kalian akan lahir,” Dave menyampaikan harapannya kepada kedua sahabatnya.

Andri dan Zelda hanya mengangguk. Keduanya tidak terlalu memikirkan rasa cinta bersemi di hati masing-masing, sebab pernikahan ini bagi mereka hanyalah sebuah pelarian semata.

***

Selama acara resepsi pernikahannya berlangsung, Zelda benar-benar dibuat muak oleh sandiwara yang dimainkan oleh Daramikha. Wanita ular itu tidak bosan-bosannya mengumbar senyum lebar kepada tamu yang datang. Melihat gelagat wanita yang kini sudah resmi menyandang status sebagai istrinya, Andri pun beberapa kali berbisik agar Zelda tetap tenang dan tidak usah memedulikan tingkah Daramikha. Andri memang sudah dari dulu mengetahui hubungan tak akur antara Zelda dengan ibu tirinya tersebut.

Setelah para tamu yang datang silih berganti pulang, termasuk orang tuanya sendiri, Zelda mendahului Andri memasuki salah satu kamar di vila tersebut. Zelda sengaja meninggalkan Andri yang masih berbicara dengan orang tuanya. Awalnya Zelda ingin bergabung, mengingat kini dia sudah menjadi bagian dari keluarga Himawan. Namun, saat melihat ekspresi wajah orang tua Andri yang tak bersahabat, terutama ibu mertuanya, dia pun memutuskan untuk mengurungkan niatnya tersebut.

Zelda yang sudah bersandar di atas ranjang menoleh saat mendengar pintu kamarnya terbuka. “Orang tuamu menginap di vila ini?” tanyanya tanpa basa-basi.

Andri menggeleng. “Mereka sudah pulang. Hanya kita yang sekarang ada di vila ini,” beri tahunya sambil melepas pakaiannya.

Zelda hanya menanggapinya dengan anggukan. “Ya sudah, kalau begitu cepatlah mandi agar kita bisa segera beristirahat,” ucapnya.

“Apakah malam ini kita akan melakukan ritual malam pertama, seperti pengantin baru lainnya?” tanya Andri sambil mengedipkan sebelah matanya setelah berdiri di samping ranjang istrinya.

“Kamu lupa dengan perkataan dokter?” Alih-alih menjawab, Zelda malah balik bertanya.

Bukannya menjawab, Andri langsung mendaratkan kecupan pada kening Zelda. “Aku hanya bercanda, Zel. Lagi pula aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada anak kita,” ucapnya sambil mengusap berulang kali perut Zelda yang tertutupi piama.

“Terima kasih atas pengertiannya, Papa.” Tangan Zelda menarik tengkuk leher Andri, kemudian dengan cepat mengecup bibir laki-laki tersebut.

Tidak mau melewatkan kesempatan, Andri langsung membalasnya dengan memberikan lumatan lembut. Merasa cukup, dia pun menyudahi aksinya.

“Tunggu Papa selesai mandi ya, Nak. Nanti kita beristirahat bersama,” pinta Andri setelah dia beralih pada perut Zelda, kemudian mendaratkan kecupannya di sana.

“Kelak anak kita pasti sangat bangga mempunyai Papa sepertimu, An,” ucap Zelda dalam hati sambil mengusap rambut Andri yang masih betah mengecup perutnya dari luar piamanya.

Bab terkait

  • Not Just An Escape   Part 9

    Usai menikmati makan malam di salah satu restoran pilihannya, Andri mengajak Zelda ke kediaman Himawan. Andri melakukannya bukan tanpa dasar, melainkan sesuai dengan permintaan sang ibu kemarin malam di vila setelah acara resepsi pernikahan mereka selesai. Sebenarnya Zara meminta Andri ke kediaman Himawan saat pagi hari, tapi dia malas melakukannya. Andri lebih memilih menikmati waktu pagi hingga sore harinya bersama Zelda di vila, mumpung mereka hanya berdua. Walau tidak bisa mengurung Zelda seharian di dalam kamar seperti kebanyakan pengantin baru, tapi mereka memanfaatkan waktunya untuk menikmati keindahan pemandangan di sekitar vila.Kini untuk pertama kalinya, Zelda berada di dalam kamar pribadi Andri. Meski sudah sering tinggal dan tidur seranjang di apartemen Andri, tapi Zelda tetap merasa canggung saat berada di dalam kamar pribadi suaminya tersebut. Mulai sekarang kamar ini akan menjadi tempat ternyamannya beristirahat, terlebih bersama Andri.“Kamu menyukai sua

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 10

    Andri duduk di hadapan Ivan yang tadi menyuruhnya datang. Dia waspada saat melihat Ivan menatapnya datar. Dia mengira Luan telah menghubungi Papanya perihal penarikan sahamnya di perusahaan Himawan. Dia sudah siap menerima kemurkaan Ivan atas keputusan yang dibuat dan konsekuensinya.“Ada apa Papa memanggilku?” Meski pertanyaan yang dilontarkan Andri sangat hati-hati, tetapi nada bicaranya tetap tenang.“Karena kamu telah menjadi anak pemberontak, sebagai orang tuamu, kami akan memberimu hukuman,” jawab Ivan langsung.Andri mengerutkan kening. “Ini pasti salah satu rencana orang tuaku bersama Ruhan agar aku bisa berada di bawah kendali mereka, mengingat pertemuan ketiganya tadi pagi. Tidak semudah itu membuatku tunduk dan menjadi boneka kalian,” batin Andri menilai jawaban Papanya. “Apa pun hukuman yang Papa berikan, aku akan menerimanya dengan lapang dada,” Andri menanggapinya dengan santai dan tenang.Ivan tercengang mendengar tanggapan putranya. Sepertinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 11

    Sudah tiga hari Andri dan Zelda tinggal di apartemen. Andri telah menceritakan penyebab dirinya memilih lebih cepat menempati apartemen kepada Zelda. Dia juga memberi tahu sang istri perihal dirinya yang diberhentikan dengan alasan konyol oleh Papanya sendiri. Meski Zelda masih memendam kekecewaan, tapi dia lebih memilih memberikan dukungan sekaligus semangat kepada suaminya dibandingkan memperpanjang mengenai bentakan dan tamparan yang diterimanya beberapa hari lalu.Andri dan Zelda juga telah menutup rekening bank yang diketahui oleh orang tua masing-masing, tapi sebelumnya mereka menarik lebih dulu semua uangnya. Mereka masing-masing memutuskan membuka rekening baru pada bank lain dan menyimpan uangnya di sana.Andri dan Zelda membuat komitmen untuk selalu menghadapi bersama-sama apa pun yang terjadi ke depan nanti demi calon buah hati mereka. Kini Andri dan Zelda telah menjadi pengangguran, uang yang mereka miliki pun tidak terlalu banyak, jadi keduanya harus pintar

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 12

    Sesuai janjinya kemarin malam, hari ini Andri dan salah satu kenalannya akan bertemu di Sanur. Kebetulan kenalannya tersebut tengah menghadiri acara salah satu sanak keluarganya yang tempatnya tidak jauh dari sana. Andri harus sesegera mungkin mendapat tempat tinggal, sebab dia merasa orang tuanya sangat bersemangat membuatnya menderita. Dia mengetahui jelas tujuan orang tuanya bertingkah kekanakan seperti itu, tidak lain karena dirinya menolak dijodohkan dengan Ruhan dan ketidaksukaan sang ibu terhadap istrinya.Kini Andri telah berada di salah satu kedai tepi pantai yang ada di wilayah Sanur bersama Agus–kenalannya. Walau sebelumnya Andri telah mengisi perutnya bersama Zelda di apartemen, tapi demi rasa sopannya dia terpaksa menerima ajakan Agus untuk sarapan bersama. Dia pun hanya memesan secangkir kopi hitam.“Oh ya, An, siapa yang mau pindah?” tanya Agus sambil menunggu pesanan mereka diantarkan.“Aku dan istriku,” jawab Andri jujur dan penuh percaya diri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 13

    Andri bergegas menuju kamar tidur karena panggilannya tidak direspons oleh Zelda ketika memasuki apartemen. Dia tersenyum ketika melihat Zelda berbaring menyamping di atas ranjang dengan mata terpejam. Dia mengedarkan matanya ke sekeliling kamar, dan mendapati dua buah koper besar berada di depan kaki ranjang. Tidak hanya itu, beberapa pakaian miliknya juga masih tergeletak di sisi ranjang kosong. Dia menduga Zelda kelelahan saat sedang mengemas pakaiannya ke dalam koper, sehingga istrinya tersebut pun sampai ketiduran.Karena sudah mendekati jam makan siang, Andri berinisiatif membuat masakan untuk mereka nikmati. Dia yakin Zelda belum memasak, dan pasti akan kelaparan saat bangun nanti. Dengan hati-hati dia memindahkan pakaiannya yang masih berada di samping Zelda dan menaruhnya di sofa agar tidak kusut. Selanjutnya dia kembali keluar kamar tanpa membangunkan Zelda.Sesampainya di dapur, Andri langsung mencuci beras sebelum memasukkannya ke rice cooker. Saat membuka ku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 14

    Andri dan Zelda yang tengah bersantai usai makan malam saling tatap saat mendengar bel apartemennya berbunyi. Zelda mengangguk ketika Andri memberi isyarat bahwa dirinya yang akan melihat tamu di luar sekaligus membukakan pintu. Hati kecil Zelda merasakan akan ada sesuatu yang terjadi di apartemen ini. Tidak mau berpikir atau menduga terlalu jauh, Zelda segera menggelengkan kepala dan mencoba mengalihkan perhatiannya pada kentang goreng buatan Andri.Baru saja Zelda berniat memasukkan satu potong kentang goreng yang telah dicocol sambal ke mulutnya, bentakan seorang wanita menyentak pendengarannya. Zelda tidak jadi menikmati camilan yang tadi sangat diinginkannya, dia berdiri dan menyusul Andri menuju pintu apartemen.Setelah mengetahui dan melihat langsung pemilik bentakan yang menggelegar di apartemennya tersebut, Zelda mendesah malas. “Apalagi drama yang akan mereka lakukan saat sudah malam seperti sekarang?” tanya batinnya.Zara dan Ruhandhina menatap penuh ama

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 15

    Andri bernapas lega setelah menaruh dua buah koper besar dan sebuah ransel ke dalam kamar hotel yang disewanya. Kini dia harus menjemput Zelda dan mengajaknya ke hotel agar segera bisa beristirahat.Mengingat jarak antara apartemen dan hotel tidak terlalu jauh, jadi Andri hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk menyambangi Zelda, apalagi ditunjang oleh langkah kakinya yang lebar. Andri menyeka keringat di keningnya dan mengembuskan napas sebelum memasuki lobi apartemen, tempat Zelda menunggunya.Andri terkekeh sambil menggelengkan kepala melihat Zelda yang serius menatap layar ponsel, tanpa memedulikan keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Dia berjalan ke arah Zelda dengan tenang dan berniat mengerjai istrinya tersebut.“Permisi, Nona. Apakah saya boleh ikut duduk di samping Anda?” tanya Andri dengan suara yang tidak seperti biasanya.Tanpa menoleh, Zelda pun menanggapinya, “Silakan saja.”Andri kembali menggeleng setelah duduk di sofa y

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 16

    Sesuai perkataannya, Andri mengajak Zelda menginap di hotel selama dua malam. Kini mereka sudah selesai membersihkan diri dan tengah memeriksa barang bawaan masing-masing sebelum meninggalkan kamar hotel. Andri juga telah mendapat kabar bahwa Dandy sudah dekat dengan hotel tempatnya menginap.“Pastikan barang bawaanmu tidak ada yang tertinggal, Zel,” Andri mengingatkan sambil membalas pesan singkat yang diterimanya.“Iya, Tuan,” Zelda menjawabnya dengan nada kesal karena sudah berulang kali Andri mengingatkan hal yang sama. “Ngomong-ngomong, temanmu sudah sampai di mana?” tanyanya sebelum melangkah menuju kamar mandi untuk memeriksa barang-barangnya di sana sekali lagi.“Sepertinya ini dia,” jawab Andri saat mendengar ketukan pada pintu kamarnya. Tidak ingin membuat orang yang berada di luar kamarnya menunggu terlalu lama, dia pun segera menghampiri pintu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29

Bab terbaru

  • Not Just An Escape   Special Part

    Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah

  • Not Just An Escape   Extra Part

    Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi

  • Not Just An Escape   Epilog

    Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh

  • Not Just An Escape   Part 53 - The End

    Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti

  • Not Just An Escape   Part 52

    Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa

  • Not Just An Escape   Part 51

    Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to

  • Not Just An Escape   Part 50

    Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.

  • Not Just An Escape   Part 49

    Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa

  • Not Just An Escape   Part 48

    Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status