Andri bergegas menuju kamar tidur karena panggilannya tidak direspons oleh Zelda ketika memasuki apartemen. Dia tersenyum ketika melihat Zelda berbaring menyamping di atas ranjang dengan mata terpejam. Dia mengedarkan matanya ke sekeliling kamar, dan mendapati dua buah koper besar berada di depan kaki ranjang. Tidak hanya itu, beberapa pakaian miliknya juga masih tergeletak di sisi ranjang kosong. Dia menduga Zelda kelelahan saat sedang mengemas pakaiannya ke dalam koper, sehingga istrinya tersebut pun sampai ketiduran.
Karena sudah mendekati jam makan siang, Andri berinisiatif membuat masakan untuk mereka nikmati. Dia yakin Zelda belum memasak, dan pasti akan kelaparan saat bangun nanti. Dengan hati-hati dia memindahkan pakaiannya yang masih berada di samping Zelda dan menaruhnya di sofa agar tidak kusut. Selanjutnya dia kembali keluar kamar tanpa membangunkan Zelda.
Sesampainya di dapur, Andri langsung mencuci beras sebelum memasukkannya ke rice cooker. Saat membuka ku
Andri dan Zelda yang tengah bersantai usai makan malam saling tatap saat mendengar bel apartemennya berbunyi. Zelda mengangguk ketika Andri memberi isyarat bahwa dirinya yang akan melihat tamu di luar sekaligus membukakan pintu. Hati kecil Zelda merasakan akan ada sesuatu yang terjadi di apartemen ini. Tidak mau berpikir atau menduga terlalu jauh, Zelda segera menggelengkan kepala dan mencoba mengalihkan perhatiannya pada kentang goreng buatan Andri.Baru saja Zelda berniat memasukkan satu potong kentang goreng yang telah dicocol sambal ke mulutnya, bentakan seorang wanita menyentak pendengarannya. Zelda tidak jadi menikmati camilan yang tadi sangat diinginkannya, dia berdiri dan menyusul Andri menuju pintu apartemen.Setelah mengetahui dan melihat langsung pemilik bentakan yang menggelegar di apartemennya tersebut, Zelda mendesah malas. “Apalagi drama yang akan mereka lakukan saat sudah malam seperti sekarang?” tanya batinnya.Zara dan Ruhandhina menatap penuh ama
Andri bernapas lega setelah menaruh dua buah koper besar dan sebuah ransel ke dalam kamar hotel yang disewanya. Kini dia harus menjemput Zelda dan mengajaknya ke hotel agar segera bisa beristirahat.Mengingat jarak antara apartemen dan hotel tidak terlalu jauh, jadi Andri hanya membutuhkan waktu kurang dari setengah jam untuk menyambangi Zelda, apalagi ditunjang oleh langkah kakinya yang lebar. Andri menyeka keringat di keningnya dan mengembuskan napas sebelum memasuki lobi apartemen, tempat Zelda menunggunya.Andri terkekeh sambil menggelengkan kepala melihat Zelda yang serius menatap layar ponsel, tanpa memedulikan keadaan dan orang-orang di sekitarnya. Dia berjalan ke arah Zelda dengan tenang dan berniat mengerjai istrinya tersebut.“Permisi, Nona. Apakah saya boleh ikut duduk di samping Anda?” tanya Andri dengan suara yang tidak seperti biasanya.Tanpa menoleh, Zelda pun menanggapinya, “Silakan saja.”Andri kembali menggeleng setelah duduk di sofa y
Sesuai perkataannya, Andri mengajak Zelda menginap di hotel selama dua malam. Kini mereka sudah selesai membersihkan diri dan tengah memeriksa barang bawaan masing-masing sebelum meninggalkan kamar hotel. Andri juga telah mendapat kabar bahwa Dandy sudah dekat dengan hotel tempatnya menginap.“Pastikan barang bawaanmu tidak ada yang tertinggal, Zel,” Andri mengingatkan sambil membalas pesan singkat yang diterimanya.“Iya, Tuan,” Zelda menjawabnya dengan nada kesal karena sudah berulang kali Andri mengingatkan hal yang sama. “Ngomong-ngomong, temanmu sudah sampai di mana?” tanyanya sebelum melangkah menuju kamar mandi untuk memeriksa barang-barangnya di sana sekali lagi.“Sepertinya ini dia,” jawab Andri saat mendengar ketukan pada pintu kamarnya. Tidak ingin membuat orang yang berada di luar kamarnya menunggu terlalu lama, dia pun segera menghampiri pintu.
Saat ini Andri dan Zelda telah duduk di ruang tamu sebuah rumah sederhana yang asri, walau ukurannya tidak terlalu besar. Kata Dandy, pemilik rumah yang rumahnya ingin Andri sewa tinggal di sini. Andri dan Zelda belum melihat rumah yang akan disewanya karena Dandy langsung membawanya ke rumah ini untuk bertemu dengan pemiliknya.“Maaf ya, Nak, telah lama menunggu,” ucap seorang wanita paruh baya yang datang dari arah dapur sambil membawa nampan berisi empat gelas jus jeruk. Tidak hanya itu, wanita tersebut juga diikuti oleh balita perempuan yang sangat lucu dan menggemaskan.Andri tersenyum ramah. “Tidak apa-apa, Bu,” balasnya sopan. Dia menahan tawa saat melihat balita menggemaskan tersebut malu-malu menatapnya dan Zelda.“Panggil saja Bi Rani, Nak,” pinta Bi Rani setelah menyuguhkan minuman yang dibawanya. Dia ikut duduk sambil memangku balita yang dari tadi mengekorinya. “Sila
Hari ini Zelda lebih memilih memindahkan pakaiannya dan sang suami ke dalam lemari tiga pintu yang tadi siang telah diantarkan oleh pihak penjual, sedangkan Andri sibuk berkutat di dapur membuat hidangan untuk makan malam nanti. Rencananya Andri akan mengundang Nath dan Dandy beserta keluarganya masing-masing untuk makan malam bersama sebagai ungkapan terima kasihnya. Karena halaman rumah Bi Rani cukup luas, maka Andri berniat mengadakan acara makan malam di luar ruangan. Andri dan Zelda juga telah mengganti nomor ponsel masing-masing agar keberadaan mereka tidak bisa dilacak oleh orang-orang terdekatnya, terutama orang tua keduanya.Zelda memutuskan untuk berbaring sebentar karena pinggangnya terasa pegal. Zelda merasa sangat aneh ketika tempat tidurnya rendah karena tidak berdipan, dan mulai sekarang dirinya harus terbiasa. Karena pekerjaannya memindahkan pakaian hampir selesai, maka dari itu dia ingin bersantai sejenak.Baru saja Zelda he
Malam semakin larut, akhirnya Andri dan Zelda selesai juga mencuci perabotan yang tadi digunakan. Kini mereka ingin beristirahat setelah lelah beraktivitas seharian. Andri lebih dulu menuju kamar setelah membersihkan diri, sedangkan Zelda masih di dapur menyeduh susu khusus ibu hamil untuk dirinya sendiri.“Kenapa susunya belum diminum, Zel?” tanya Andri saat melihat Zelda memasuki kamar sambil membawa segelas susu di tangannya.“Masih panas,” jawab Zelda dan meletakkan gelas yang dibawanya di atas meja rias kecilnya. “Mulai sekarang kita harus terbiasa dengan tempat tidur yang rendah,” ucapnya saat melihat Andri hendak berbaring.Andri mengangguk dan terkekeh. “Kalau kamu merasa tidak nyaman dengan tempat tidur yang rendah seperti ini, besok aku akan membeli dipan.” Andri membuka atasan piamanya karena merasa gerah, padahal baru beberapa menit yang lalu dia selesai mandi.
Sepasang suami istri masih terlelap sambil saling berpelukan di atas tempat tidur baru mereka yang tanpa dipan. Saat ini menjadi hari pertama bagi pasangan tersebut menyambut matahari pagi yang telah menembus tirai kamar baru mereka. Salah satu dari mereka menggeliat karena matanya merasa silau dengan pencahayaan kamar yang terlalu terang. Selain itu, sebelah lengannya seperti mati rasa karena semalaman dijadikan bantal oleh wanita yang kini masih setia membenamkan wajah pada dadanya.Andri menyipitkan mata guna melihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam di tembok. “Ternyata sudah setengah sembilan,” gumamnya sambil menguap. “Tumben tidurku senyenyak ini,” imbuhnya saat mengalihkan tatapannya pada rambut wanita yang masih berada di pelukannya.Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian Andri menjauhkan tubuh serta mengangkat kepala Zelda. Dia meletakkan kepala tersebut pada bantal setelah menarik tangannya sendiri yang m
Nindy langsung terbatuk saat mendengar nama yang diberitahukan oleh Zelda. Untuk memastikan bahwa orang yang dimaksud Zelda juga dikenalnya, maka Nindy segera mengambil ponselnya setelah menaruh gelas di tangannya ke atas meja.“Apakah laki-laki ini yang Kakak maksud?” Nindy memperlihatkan foto seseorang yang ada di galeri ponselnya kepada Zelda.Zelda mengangguk saat memerhatikan laki-laki berwajah dingin yang ditunjukkan Nindy padanya. “Iya, ini laki-laki yang bernama Kenzo itu,” gumamnya tidak percaya. “Apakah kalian mempunyai hubungan kekeluargaan?” Zelda semakin penasaran.Tanpa ragu Nindy mengangguk. “Dia Kakak kandungku, Kak,” jelasnya singkat dengan santai.Zelda menatap Nindy lekat-lekat untuk memastikan kebenaran dari jawaban calon ibu tersebut. “Jadi, kamu anak perempuannya Om Shima? Yang dikatakan, demi cinta rela menikahi ….?&r
Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah
Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi
Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh
Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti
Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa
Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to
Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.
Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa
Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki