Share

Part 5

Penulis: Azuretanaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 09:47:13

Zelda memegang pipinya yang terasa kebas dan rahangnya berdenyut nyeri setelah telapak tangan Luan menamparnya. Tidak bisa dibendungnya lagi butiran-butiran bening yang dengan lancang menetes dari kedua sudut matanya. Bukan diakibatkan oleh tamparan keras tersebut, melainkan kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut sang papa. Satu-satunya orang tua yang dia miliki dan hormati, meski kadang perlakuan Papanya tidak seperti waktu Mamanya masih hidup.

Zelda sangat tidak menyangka jika Papanya lebih dulu mengetahui mengenai kehamilannya. Padahal sesuai rencana, dia dan Andri akan memberitahukan secara bersama-sama menyangkut kehamilannya kepada sang papa. Namun, kini semuanya telah terlambat. Kemurkaan Papanya sudah tidak terbendung, apalagi ibu tirinya seolah mendapat angin segar dan memanfaatkan keadaannya dengan terus saja melancarkan provokasinya.

“Hubungi sekarang juga laki-laki yang sudah menghamilimu! Papa mau membuat perhitungan dengannya!” bentak Luan dengan wajah merah padam.

“Pa, anakmu ini pasti tidak mengetahui secara jelas siapa laki-laki yang telah menghamilinya, makanya dari tadi dia hanya bungkam dan menunduk. Mungkin saat ini dia tengah bingung mengingat laki-laki mana yang pernah diajaknya bercinta.” Daramikha tidak mau melewatkan kesempatan sekecil apa pun demi bisa menyerang Zelda dan memprovokasi suaminya.

“Zelda, benarkah yang Mamamu katakan?! Kamu tengah kebingungan menentukan pemilik benih di rahimmu itu, hah?! Jawab!” Luan kembali mencengkeram rahang Zelda yang masih nyeri dengan keras.

“Rasakan pembalasanku atas semua kekurangajaranmu padaku, Zelda,” Daramikha berkata dalam hati dan diikuti senyum liciknya saat melihat Zelda diperlakukan sangat kasar oleh Papanya sendiri. “Tinggal selangkah lagi keinginanku untuk mendepakmu selamanya dari rumah ini akan terwujud,” tambahnya.

“Hentikan!” Seruan seseorang terdengar menggema bersamaan saat Luan berniat kembali menampar Zelda yang belum bisa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Syukurlah,” gumam Bi Yuni lega yang sedari tadi hanya bisa mengintip Zelda diperlakukan kasar oleh orang tuanya.

“Melihat kehadiranmu yang tiba-tiba, saya simpulkan bahwa kamulah pemilik benih di rahim Zelda,” Luan menuduh sambil menatap nyalang Andri.

Dengan kasar Luan melepaskan cengkeramannya, sehingga membuat Zelda merintih dan memegang rahangnya yang sangat nyeri.

Dengan langkah lebar Andri bergegas menghampiri sofa, tempat calon istrinya mendapat perlakuan kasar dari papa kandungnya sendiri. “Tebakan Anda benar, Tuan. Memang saya yang telah membuat putri tunggal Anda hamil. Oleh karena itu, saya akan mempertanggungjawabkannya dan segera menikahi putri Anda,” balas Andri dengan tenang tanpa memperlihatkan emosinya yang tengah berkecamuk saat melihat sudut bibir Zelda berdarah. Dia bisa memastikan bahwa beberapa saat lagi rahang Zelda akan membiru akibat cengkeraman dari Papanya.

“Sebelum kamu memenuhi ucapanmu, maka terimalah ini dulu.” Secepat kilat setelah mengatakan itu, Luan langsung memukul rahang Andri dengan keras, sehingga membuat tubuh laki-laki tinggi tersebut terjungkal.

Tidak hanya sekali, Luan melancarkan aksinya berulang kali. Jeritan dan permohonan Zelda yang menyuruhnya berhenti pun diabaikan. Bahkan, Zelda ikut terpental saat nekat ingin melerai kebrutalannya.

Melihat Zelda terpental dan langsung terduduk sambil merintih, seketika membuat Andri menangkis pukulan calon ayah mertuanya. Dia bergegas menghampiri Zelda yang terus merintih dan mengatakan bahwa perutnya sangat sakit. Tanpa menghiraukan Luan yang masih murka, dia segera menggendong Zelda dan berniat membawanya ke klinik terdekat.

Sebelum mencapai pintu utama, Andri berbalik dan menatap nyalang sepasang suami istri di depannya yang wajahnya terlihat menegang.

“Jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa Zelda atau calon anakku, aku akan membuat perhitungan dengan kalian berdua!” ancam Andri dingin. Setelahnya, dia melanjutkan langkah menuju mobilnya yang terparkir asal di halaman kediaman Pagory.

“Mau ke mana, Pa?” tanya Daramikha dan menarik lengan Luan saat suaminya hendak menyusul Zelda yang digendong Andri.

“Tentu saja ingin mengikuti mereka,” jawab Luan sambil berusaha melepaskan tangan Daramikha.

“Biarkan saja mereka. Aku rasa anakmu itu hanya berakting agar Papa berhenti memberinya pelajaran atas kesalahannya. Sudahlah, sebaiknya tenangkan dulu diri Papa. Setelah Papa tenang, baru kita pikirkan tindakan yang patut diberikan kepada Zelda.” Daramikha mengelus punggung Luan, bermaksud menenangkan kemarahan suaminya itu, tapi di dalam hatinya dia sangat senang karena tujuannya sudah di depan mata.

***

Andri sangat gelisah menunggu kemunculan dokter yang tengah memeriksa keadaan Zelda di dalam ruangan. Karena takut sesuatu buruk menimpa calon anaknya, Andri membawa Zelda ke sebuah klinik kandungan yang kebetulan berada tidak jauh dari kediaman Pagory. Tindakan ini dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama kepada Zelda dan janin di rahimnya.

“Semoga kamu bisa bertahan di rahim Mama, Nak,” Andri berdoa dalam hati.

“Suami Ibu Zelda,” panggil seorang dokter yang keluar dari dalam ruangan.

“Iya, Dok, saya sendiri. Bagaimana keadaan istri dan calon anak saya?” tanya Andri tidak sabar.

“Istri Anda mengalami kram perut dan pendarahan. Keadaan ….”

“Cepat katakan bagaimana keadaan istri dan calon anak saya, jangan bertele-tele!” Andri menyela perkataan dokter tersebut dengan nada membentak karena sudah tidak sabar mengetahui kondisi Zelda dan kandungannya.

“Istri Anda tidak apa-apa, begitu juga dengan janinnya,” jawab dokter tersebut terbata karena terkejut mendengar bentakan dari Andri.

“Syukurlah,” ucap Andri sambil mendesah lega. “Saya ingin melihat keadaannya,” sambungnya dan secara langsung tubuh dokter yang tadi berdiri di depan pintu bergeser ke samping agar Andri bisa memasuki ruangan.

“Pak, sebaiknya biarkan dulu istri Anda beristirahat. Meski Ibu sempat mengalami kram perut dan pendarahan, tetapi hal tersebut tidak memengaruhi janinnya. Calon anak Anda di rahim Ibu cukup kuat dan boleh dikatakan ini sebagai keajaiban, sebab jarang janin yang baru berusia beberapa minggu bisa bertahan setelah sang ibu mengalami benturan.” Ternyata dokter tadi mengikuti Andri dan memberikan penjelasan mengenai kondisi Zelda.

Tanpa disadari Andri menitikkan air mata mendengar penjelasan sang dokter mengenai kondisi Zelda dan calon anaknya. Dia spontan menunduk dan mengecup kening Zelda yang tengah memejamkan mata. Andri tidak hanya mengecup kening Zelda, melainkan sudut bibir wanita di depannya yang robek dan memar akibat tamparan calon mertuanya.

“Pak, saya sudah mengobati luka di sudut bibir dan rahang istri Anda. Mungkin beberapa hari ke depan Ibu akan kesulitan berbicara karena luka robek di sudut bibirnya dan memar pada rahangnya,” beri tahu dokter berambut sebahu tersebut. “Sebaiknya luka di sudut bibir Anda juga segera diobati,” sambungnya saat melihat keadaan wajah Andri yang tidak jauh berbeda dengan pasiennya.

“Tidak perlu,” tolak Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Zelda yang tengah dibelainya. “Oh ya, Dok, kalau tidak keberatan, berikan saja saya kompres air dingin,” sambungnya meminta.

Sang dokter mengangguk meski tidak dilihat. “Kalau begitu tunggu sebentar, Pak, saya akan menyuruh salah seorang perawat ke sini membawakannya. Saya permisi,” pamit dokter tersebut dengan sopan.

Setelah hanya berdua berada di salah satu ruang rawat klinik, Andri memegang erat tangan Zelda. Dia merasa gagal melindungi dan menjaga Zelda serta calon anaknya dari amukan Luan, padahal kejadian seperti ini sudah ingin diantisipasinya. Namun, keinginannya itu kini sudah tidak berarti. Kemurkaan Luan saat mengetahui kondisi anaknya berbadan dua tidak bisa dielakkan lagi.

“Zel, maafkan aku. Jika saja Bi Yuni tidak cepat menghubungiku, entah apa yang akan kamu alami karena kemurkaan Papamu? Pernikahan kita harus secepatnya dilaksanakan agar kamu terhindar dari tindakan-tindakan anarkis Papamu,” ucap Andri sambil mengecup tangan Zelda yang berada di atas perutnya sendiri.

“Zel, sekarang beristirahatlah dengan nyenyak. Aku akan berada di sini untuk menjagamu.” Andri kembali mengecup kening dan bibir Zelda sebelum ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

***

Daramikha tersenyum puas karena langkahnya untuk mendepak Zelda tidak sesulit yang dibayangkan. Andaikan kemarin dia tidak bertemu Zara, pasti cara yang tepat selama ini dicarinya belum ditemukan. Dia tidak menyangka bahwa pertemuannya dengan mantan terindah sang suami berbuah keberuntungan. Membayangkan moment gemilang kemarin membuat senyum kemenangannya semakin lebar.

Saat Daramikha sibuk memilih pakaian di sebuah outlet pusat perbelanjaan, tiba-tiba aktivitasnya terhenti karena matanya menangkap keberadaan wanita yang sering membuatnya dibakar api cemburu sekaligus dibencinya. Tidak mau membuat mood belanjanya kacau, akhirnya dia lebih memilih keluar dan mengunjungi outlet pakaian lain. Namun, saat berjalan menuju pintu keluar, langkah kakinya terhenti ketika mendengar namanya dipanggil dari belakang. Dengan malas dia membalikkan tubuh dan menatap tanpa ekspresi wanita yang lebih berumur darinya.

“Daramikha, bisa kita bicara sebentar?” tanya Zara sambil menghampiri lawan bicaranya.

“Tidak bisa. Saya masih ada kepentingan lain,” jawab Daramikha datar.

“Sebentar saja. Aku ingin membicarakan mengenai masalah janin yang tengah dikandung Zelda,” beri tahu Zara frontal dan berhasil membuat Daramikha sangat terkejut.

Setelah berhasil menormalkan keterkejutannya dan kembali memasang ekspresi datar, Daramikha menggangguk serta mendahului Zara mencari tempat berbicara yang tepat.

“Katakan saja inti yang ingin kamu bicarakan mengenai anakku,” ucap Daramikha tanpa perlu berbasa-basi setelah keduanya duduk di sudut ruangan sebuah cafe.

“Mengapa Luan memilih wanita arogan ini menjadi istri keduanya? Perangainya sangat berbeda jauh dengan mendiang Diana,” batin Zara menilai karakter Daramikha. “Baiklah. Namun, sebelumnya aku ingin meminta maaf atas nama putraku karena telah menanamkan benihnya pada rahim Zelda.” Zara menanti reaksi Daramikha atas pemberitahuannya.

“Apa? Jadi, anakmu yang telah menghamili putri kesayanganku?!” Daramikha berakting, seolah dirinya sudah mengetahui keadaan Zelda yang tengah berbadan dua. “Bagus! Ini akan menjadi senjata andalanku untuk membuat anak pembangkang itu dihajar habis-habisan oleh Papanya sendiri. Akan tetapi, untuk wanita yang ada di hadapanku, aku harus berakting agar mantan terindah suamiku ini merasa bersalah dan mengemis supaya dimaafkan atas perbuatan putranya,” tambahnya dalam hati.

“Maafkan putraku, Daramikha. Aku harap tindakan Andri ini tidak membuat Luan menarik kembali sahamnya di perusahaan suamiku,” pinta Zara langsung tanpa mengulur waktu.

“Oh, ternyata suamiku menanamkan sahamnya di perusahaan Himawan? Dan inti pembicaraan Zara, agar perbuatan putranya tidak memengaruhi keputusan Luan yang sudah menanamkan sahamnya. Ini benar-benar permainan yang menyenangkan,” batin Daramikha bersorak girang.

“Luan belum mengetahui mengenai kehamilan Zelda, karena dia masih berada di luar kota. Aku juga tidak bisa menghentikan niat Luan jika dia memang ingin menarik kembali sahamnya di perusahaan suamimu setelah mengetahui kabar ini, mengingat Zelda adalah putri tunggalnya.” Daramikha menyamarkan senyum liciknya saat melihat ekspresi khawatir di wajah Zara atas jawabannya.

“Daramikha, aku mohon bujuklah Luan agar tidak menarik kembali sahamnya. Aku dan suamiku sepakat ingin menikahkan Andri dengan Zelda, meskipun sebenarnya kami sudah mempunyai calon menantu untuk putraku. Namun, demi kebaikan perusahaan dan janin di rahim Zelda, kami akan menerimanya sebagai menantu di keluarga Himawan,” ucap Zara sedih.

“Sepertinya Zara terlihat tidak senang menjadikan Zelda sebagai menantunya. Jika aku setuju Zelda dinikahkan dengan putranya, berarti anak pembangkang itu akan selalu tersiksa karena ketidaksukaan mertuanya. Bukan hanya itu, Zelda juga akan pergi selamanya dari rumah dan membuat aku bebas melakukan apa pun atas kekayaan Papanya. Namun sebelumnya, aku harus membuat Luan memberi pelajaran dulu kepada putri semata wayangnya itu,” ucap Daramikha dalam hati.

“Baiklah, demi kebaikan bersama aku akan membantumu memberikan pengertian kepada Luan agar tidak menarik sahamnya dan bersedia menikahkan Zelda dengan putramu. Aku melakukan ini karena tidak mau cucuku nanti lahir tanpa ayah dan ketidakjelasan status orang tuanya.” Pada akhirnya Daramikha menyetujui permintaan Zara demi mewujudkan keinginannya sendiri.

“Zelda, pada akhirnya keinginanku untuk segera mendepakmu dari istana keluarga Pagory secepatnya akan terwujud. Lebih senangnya lagi, aku tidak usah repot-repot memikirkan caranya. Niatku pun tersamarkan oleh perbuatanmu sendiri.” Daramikha tidak henti-hentinya membatin atas keinginannya yang sebentar lagi menjadi kenyataan.

***

Daramikha membawakan secangkir kopi untuk Luan yang berada di ruang kerja pribadinya. Dia akan mulai melancarkan aksinya untuk membujuk sang suami agar segera menikahkan Zelda, karena dirinya sudah tidak sabar melihat anak tirinya itu menghadapi ketidaksukaan dan perlakuan buruk dari calon mertuanya.

“Sayang, aku buatkan kopi untuk menenangkan sedikit pikiranmu,” ucap Daramikha setelah membuka pintu ruang kerja suaminya.

“Letakkan saja di sana,” balas Luan sambil menegakkan tubuhnya yang sebelumnya disandarkan pada punggung kursi kebesarannya.

“Baiklah. Sayang, jangan terlalu memforsir tenagamu, ingatlah kamu baru tadi siang kembali dari perjalanan bisnis. Sebaiknya kamu pergunakan waktu untuk beristirahat,” Daramikha mengingatkan. “Oh ya, aku ingin meminta maaf karena tidak seharusnya dengan lancang memberitahumu mengenai keadaan Zelda, padahal kamu baru pulang,” Daramikha menambahkan dengan memasang ekspresi menyesal dan bersalah.

Luan mengembuskan napasnya kasar dan beranjak dari duduknya. “Mikha, duduklah. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu menyangkut Zelda,” ucapnya tanpa menanggapi permintaan maaf istrinya dan berjalan menghampiri sofa di sudut ruangan.

“Aku harus menggunakan kesempatan ini untuk memprovokasi Luan agar secepatnya menikahkan Zelda dan membuat anak itu segera angkat kaki,” batin Daramikha. “Baiklah, aku harap kamu bisa mengambil keputusan dengan bijak. Meski bagaimanapun Zelda tetaplah darah dagingmu sendiri dan satu-satunya anakmu,” Daramikha dengan bijaknya memberikan nasihat.

“Kamu benar, Mikha. Walau Zelda telah lalai menjaga dirinya agar tidak hamil sebelum menikah, tapi sebagai ayahnya aku juga punya andil dalam hal ini. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku sehingga lengah mengawasinya dan tidak memiliki waktu luang meski untuk sekadar mengobrol atau berbasa-basi. Aku anggap tindakannya ini sebagai bentuk pelariannya saja. Tidak sepantasnya aku berlaku sangat kasar padanya tadi.” Luan mendesah lelah setelah menyadari tindakannya tadi kepada Zelda.

“Jangan menyalahkan diri sendiri atas perbuatan Zelda. Aku mengerti tindakanmu tadi itu disebabkan karena kamu tengah emosi saja. Kamu bekerja seperti ini juga demi kepentingannya kelak. Sebagai istrimu, aku juga merasa lalai mendidik Zelda. Meski bukan aku yang melahirkannya.” Daramikha pura-pura menyusut cairan di sudut matanya. “Kamu pantas memukul anak itu, setidaknya dirimu melakukannya demi aku,” Daramikha menanggapi penyesalan suaminya dalam hati.

“Apa kamu akan menikahkan mereka secepatnya, mengingat perut Zelda nanti kian membesar?” tanya Daramikha setelah hening sejenak.

Luan kembali mengembuskan napas. “Sebenarnya aku ingin menjodohkan Zelda dengan anak sahabatku dan Diana. Namun, berhubung Zelda sudah memilih jalannya dan keadaannya kini tengah berbadan dua, maka niat itu terpaksa diurungkan,” beri tahu Luan tanpa menatap Daramikha di sampingnya.

“Memangnya kamu tidak menyukai Andri sebagai pendamping Zelda?” selidik Daramikha. “Aku lihat anak itu tipe laki-laki bertanggung jawab,” imbuhnya.

“Tidak juga. Aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menjalin hubungan dengan Zara dan keluarganya selain urusan bisnis,” jawab Luan tanpa menutupi.

“Zara lagi, Zara lagi. Sepertinya wanita itu dulu sangat berperan penting dan berpengaruh dalam hidup Luan. Bahkan mengalahkan Diana, wanita yang telah memberinya keturunan,” batin Daramikha mengomentari. “Jadi …?” tanya Daramikha menggantung.

“Demi status Zelda dan anak yang tengah dikandungnya, maka aku akan menikahkan mereka jika keduanya bersedia memenuhi syarat dariku,” sahut Luan serius.

“Syarat?” tanya Daramikha penasaran.

“Zelda tidak ada hubungan lagi denganku setelah dia menikah dan menjadi menantu di keluarga Himawan. Jika dia atau Andri keberatan, maka saham di perusahaan Ivan akan kutarik kembali, meski mereka tetap aku nikahkan.” Jawaban Luan berhasil membuat Daramikha tersentak sekaligus menjerit kegirangan dalam hati, sebab Zelda atau pun Andri tidak mempunyai pilihan yang menguntungkan keduanya.

“Sepertinya Luan masih sangat sakit hati terhadap Zara, sampai-sampai dia tidak mau terikat hubungan kekeluargaan dengan mantan terindahnya itu,” batin Daramikha menilai. “Aku akan selalu mendukung keputusanmu, semasih itu yang terbaik untuk kita,” Daramikha menanggapi sambil memeluk pinggang Luan.

Bab terkait

  • Not Just An Escape   Part 6

    Andri menatap intens Zelda yang belum juga membuka kelopak matanya. Sempat terbesit kecemasan dalam benaknya, tapi rasa tersebut menghilang dan berganti dengan senyuman ketika melihat kelopak mata Zelda mulai bergerak.“Selamat pagi, Zel,” sapa Andri setelah Zelda membuka matanya perlahan. “Sekarang kamu sedang berada di sebuah klinik,” beri tahunya saat melihat Zelda masih bingung dengan keberadaannya.“Tunggu sebentar ya, aku panggilkan dokter untuk memeriksa keadaanmu.” Andri mengecup dengan lembut kening Zelda sebelum keluar ruangan.Setelah Andri meninggalkan ruangan, Zelda mengingat kembali kejadian kemarin malam saat Papanya murka karena mengetahui kehamilannya. Dia meraba sudut bibir dan rahangnya yang terasa perih serta ngilu karena tindakan kasar Papanya. Sambil menghela napas, tangan Zelda mengusap perutnya yang masih datar. Dia ingin Andri segera kembali ke ruangannya dan memberitahukan keadaan janinnya, mengingat kemarin malam dirinya terpental saat be

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 7

    Usai menikmati makan siang, Zelda dan Andri kembali membahas syarat yang diajukan Luan sebelum mereka menentukan pilihannya. Andri mengembuskan napas dengan keras sehingga membuat Zelda menoleh dan menatap wajah laki-laki di sampingnya yang terlihat lelah.“Zel, kedua syarat yang diajukan Papamu masing-masing memiliki risiko besar.” Andri mengacak kasar rambutnya. “Memilih salah satunya, ibarat memakan buah simalakama,” sambungnya.“Jadi?” tanya Zelda datar pada Andri.Andri menatap Zelda lekat, kemudian menghela napas pelan sebelum menyampaikan pilihannya. “Zel, aku tidak berhak memutuskan ikatan yang kamu miliki dengan Papamu. Aku harap kamu bisa menyimpulkan syarat mana yang nantinya kupilih,” jawab Andri dengan nada sendu.Zelda sangat terharu saat mengetahui Andri lebih memikirkan hubungannya dengan sang papa, dibandingkan keadaan keuangan perusahaan orang tuanya yang tengah kurang stabil. Namun, ada perasaan bersalah dan tidak enak di lubuk hatinya, seb

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 8

    Dokter belum mengizinkan Zelda pulang meski hanya sebentar ketika Andri menyampaikan permintaannya. Bukan tanpa alasan permintaan Andri ditolak, melainkan karena sang dokter tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk menimpa Zelda dan calon anaknya. Dengan berat hati Andri pun menerima keputusan dokter tersebut, apalagi demi kebaikan calon istri dan anaknya. Dia berjanji akan segera kembali ke klinik setelah pertemuan dan pembahasan keluarganya dengan orang tua Zelda selesai.Kini Andri dan keluarganya tengah duduk berhadapan dengan orang tua Zelda, tentu saja di kediaman Pagory. Pertemuan tersebut lebih didominasi oleh pembicaraan Zara dan Daramikha, sedangkan para laki-laki hanya sesekali menimpali termasuk dirinya.Meski ekspresi Luan datar saat mendengar permintaan maaf orang tuanya karena perbuatannya, tapi Andri bisa merasakan kemarahan masih menyelimuti laki-laki seumuran Papanya tersebut. Andaikan tadi Zelda tidak memberitahunya jika calon Papa mertuanya datang ke kl

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 9

    Usai menikmati makan malam di salah satu restoran pilihannya, Andri mengajak Zelda ke kediaman Himawan. Andri melakukannya bukan tanpa dasar, melainkan sesuai dengan permintaan sang ibu kemarin malam di vila setelah acara resepsi pernikahan mereka selesai. Sebenarnya Zara meminta Andri ke kediaman Himawan saat pagi hari, tapi dia malas melakukannya. Andri lebih memilih menikmati waktu pagi hingga sore harinya bersama Zelda di vila, mumpung mereka hanya berdua. Walau tidak bisa mengurung Zelda seharian di dalam kamar seperti kebanyakan pengantin baru, tapi mereka memanfaatkan waktunya untuk menikmati keindahan pemandangan di sekitar vila.Kini untuk pertama kalinya, Zelda berada di dalam kamar pribadi Andri. Meski sudah sering tinggal dan tidur seranjang di apartemen Andri, tapi Zelda tetap merasa canggung saat berada di dalam kamar pribadi suaminya tersebut. Mulai sekarang kamar ini akan menjadi tempat ternyamannya beristirahat, terlebih bersama Andri.“Kamu menyukai sua

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 10

    Andri duduk di hadapan Ivan yang tadi menyuruhnya datang. Dia waspada saat melihat Ivan menatapnya datar. Dia mengira Luan telah menghubungi Papanya perihal penarikan sahamnya di perusahaan Himawan. Dia sudah siap menerima kemurkaan Ivan atas keputusan yang dibuat dan konsekuensinya.“Ada apa Papa memanggilku?” Meski pertanyaan yang dilontarkan Andri sangat hati-hati, tetapi nada bicaranya tetap tenang.“Karena kamu telah menjadi anak pemberontak, sebagai orang tuamu, kami akan memberimu hukuman,” jawab Ivan langsung.Andri mengerutkan kening. “Ini pasti salah satu rencana orang tuaku bersama Ruhan agar aku bisa berada di bawah kendali mereka, mengingat pertemuan ketiganya tadi pagi. Tidak semudah itu membuatku tunduk dan menjadi boneka kalian,” batin Andri menilai jawaban Papanya. “Apa pun hukuman yang Papa berikan, aku akan menerimanya dengan lapang dada,” Andri menanggapinya dengan santai dan tenang.Ivan tercengang mendengar tanggapan putranya. Sepertinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 11

    Sudah tiga hari Andri dan Zelda tinggal di apartemen. Andri telah menceritakan penyebab dirinya memilih lebih cepat menempati apartemen kepada Zelda. Dia juga memberi tahu sang istri perihal dirinya yang diberhentikan dengan alasan konyol oleh Papanya sendiri. Meski Zelda masih memendam kekecewaan, tapi dia lebih memilih memberikan dukungan sekaligus semangat kepada suaminya dibandingkan memperpanjang mengenai bentakan dan tamparan yang diterimanya beberapa hari lalu.Andri dan Zelda juga telah menutup rekening bank yang diketahui oleh orang tua masing-masing, tapi sebelumnya mereka menarik lebih dulu semua uangnya. Mereka masing-masing memutuskan membuka rekening baru pada bank lain dan menyimpan uangnya di sana.Andri dan Zelda membuat komitmen untuk selalu menghadapi bersama-sama apa pun yang terjadi ke depan nanti demi calon buah hati mereka. Kini Andri dan Zelda telah menjadi pengangguran, uang yang mereka miliki pun tidak terlalu banyak, jadi keduanya harus pintar

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 12

    Sesuai janjinya kemarin malam, hari ini Andri dan salah satu kenalannya akan bertemu di Sanur. Kebetulan kenalannya tersebut tengah menghadiri acara salah satu sanak keluarganya yang tempatnya tidak jauh dari sana. Andri harus sesegera mungkin mendapat tempat tinggal, sebab dia merasa orang tuanya sangat bersemangat membuatnya menderita. Dia mengetahui jelas tujuan orang tuanya bertingkah kekanakan seperti itu, tidak lain karena dirinya menolak dijodohkan dengan Ruhan dan ketidaksukaan sang ibu terhadap istrinya.Kini Andri telah berada di salah satu kedai tepi pantai yang ada di wilayah Sanur bersama Agus–kenalannya. Walau sebelumnya Andri telah mengisi perutnya bersama Zelda di apartemen, tapi demi rasa sopannya dia terpaksa menerima ajakan Agus untuk sarapan bersama. Dia pun hanya memesan secangkir kopi hitam.“Oh ya, An, siapa yang mau pindah?” tanya Agus sambil menunggu pesanan mereka diantarkan.“Aku dan istriku,” jawab Andri jujur dan penuh percaya diri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • Not Just An Escape   Part 13

    Andri bergegas menuju kamar tidur karena panggilannya tidak direspons oleh Zelda ketika memasuki apartemen. Dia tersenyum ketika melihat Zelda berbaring menyamping di atas ranjang dengan mata terpejam. Dia mengedarkan matanya ke sekeliling kamar, dan mendapati dua buah koper besar berada di depan kaki ranjang. Tidak hanya itu, beberapa pakaian miliknya juga masih tergeletak di sisi ranjang kosong. Dia menduga Zelda kelelahan saat sedang mengemas pakaiannya ke dalam koper, sehingga istrinya tersebut pun sampai ketiduran.Karena sudah mendekati jam makan siang, Andri berinisiatif membuat masakan untuk mereka nikmati. Dia yakin Zelda belum memasak, dan pasti akan kelaparan saat bangun nanti. Dengan hati-hati dia memindahkan pakaiannya yang masih berada di samping Zelda dan menaruhnya di sofa agar tidak kusut. Selanjutnya dia kembali keluar kamar tanpa membangunkan Zelda.Sesampainya di dapur, Andri langsung mencuci beras sebelum memasukkannya ke rice cooker. Saat membuka ku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20

Bab terbaru

  • Not Just An Escape   Special Part

    Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah

  • Not Just An Escape   Extra Part

    Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi

  • Not Just An Escape   Epilog

    Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh

  • Not Just An Escape   Part 53 - The End

    Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti

  • Not Just An Escape   Part 52

    Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa

  • Not Just An Escape   Part 51

    Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to

  • Not Just An Escape   Part 50

    Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.

  • Not Just An Escape   Part 49

    Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa

  • Not Just An Escape   Part 48

    Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status