Share

Part 3

Penulis: Azuretanaya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 09:45:46

Puas menyaksikan matahari terbit, Andri menemani Zelda yang lebih memilih berjalan-jalan di sekitar bibir pantai sambil bermain air laut daripada mengitari jogging track. Keduanya terlihat seperti pasangan berbahagia yang tengah memadu kasih dan menikmati masa bulan madu. Bahkan, Andri dengan sukarela membawakan sandal milik Zelda yang dari tadi memang dilepasnya.

“Zel, kita sarapan di sekitar sini saja ya,” Andri mengusulkan ketika Zelda mengatakan sudah puas berjalan-jalan. “Kamu mau sarapan apa?” tanyanya saat Zelda menyetujui usulnya.

“Ketupat dan sate ikan marlin. Di sana banyak warung yang menjual menu tersebut.” Dengan antusias Zelda menunjuk tempat yang dimaksud sambil memakai kembali sandalnya.

“Sate ikan marlin? Sejak kapan kamu mengonsumsi ikan laut?” Andri tidak memercayai pendengarannya mengenai makanan yang dipilih Zelda sebagai menu sarapannya.

“Baru-baru ini. Sudahlah, An, jangan banyak tanya lagi. Perutku sudah sangat lapar.” Dengan malas Zelda menarik tangan Andri menuju penjual menu makanan yang ingin disantapnya.

“Aneh,” cibir Andri yang pasrah saat tangannya ditarik.

Zelda menghentikan langkah kakinya ketika samar-samar telinganya mendengar cibiran Andri. “Kalau kamu tidak mau ikut, ya sudah. Aku bisa pergi sendiri. Lagi pula kita juga tidak sengaja bertemu di sini. Jadi, tidak ada keharusan kita sarapan bersama atau kamu menuruti keinginanku.” Dengan kasar Zelda mengempaskan tarikannya pada tangan Andri dan bergegas melanjutkan langkahnya.

Andri menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dengan cepat dia mengejar Zelda yang berjalan tergesa. “Hei, jangan marah. Aku hanya merasa aneh saja karena tidak biasanya kamu menikmati makanan yang berbahan dasar ikan, terlebih ikan laut. Kita akan sarapan bersama dan berburu sate ikan marlin.” Meski ucapannya diabaikan, tapi Andri tetap merangkul bahu Zelda dan mengajaknya mencari warung yang pengunjungnya tidak terlalu ramai.

“Tersenyumlah, Sayang. Malu dilihat orang karena pagi-pagi wajahmu sudah cemberut dan ditekuk seperti itu. Takutnya mereka berpikir jika kemarin malam aku tidak memberimu jatah dan kurang maksimal memuaskanmu,” bisik Andri menggoda.

Bisikan Andri ternyata ampuh dan mampu merebut perhatian Zelda, walau wanita tersebut menatapnya garang. Meski ditatap nyalang, tapi sangat jelas terlihat olehnya pipi wanita yang kini bersamanya bersemu merah. Andri terkekeh dan cepat mengecup pipi merona tersebut.

“Lama-lama pipimu ini aku gigit karena warnanya sudah mirip seperti udang rebus,” ucap Andri sambil berjalan merangkul pinggang Zelda.

“Dasar, Perayu Ulung. Laki-laki penggoda,” cibir Zelda sambil menunduk, menyembunyikan rona merah pada pipinya.

“Hanya padamu saja. Oh ya, si perayu ulung ini sebentar lagi akan menjadi suamimu, Zel. Jadi, siapkanlah amunisi sebanyak-banyaknya untuk menangkal semua rayuan dan godaanku,” Andri tidak mau kalah membalas cibiran Zelda.

Zelda mendengkus dan memutar bola matanya. Dia tidak akan pernah menang jika sisi kecerewetan laki-laki di sampingnya ini sudah keluar dari kurungannya. “Mungkin karena Tante Zara mempunyai satu anak, jadi kecerewetannya beliau wariskan kepada Andri,” Zelda membatin.

***

Zelda mengabaikan tatapan nyalang Daramikha yang tengah menikmati sarapannya di meja makan. Tanpa memberi salam, Zelda menuju kamarnya untuk membersihkan diri sebelum berangkat kerja. Dia hanya tersenyum samar ketika mendengar umpatan yang di alamatkan kepadanya atas sikapnya oleh wanita tersebut.

“Umpatlah aku sesuka hatimu, Nyonya Besar,” cibir Zelda sebelum memasuki kamar tidurnya.

“Jika anak itu tetap berada di rumah ini, maka hidupku tidak akan pernah tenang. Aku harus bisa membuatnya keluar dari sini, bila perlu anak kurang ajar itu diusir oleh Papanya sendiri. Hanya ada satu cara membuat anak itu pergi selamanya dari tempat ini. Aku yakin Papanya pasti menyetujui ideku ini, dan keinginanku mendepak anak itu tidak terlalu kelihatan. Daramikha, kamu memang jenius. Tidak salah Luan memilihmu menjadi istrinya.” Daramikha membanggakan dirinya sendiri atas pemikirannya menyingkirkan Zelda.

“Bibi,” panggil Daramikha lantang kepada asisten rumah tangganya.

“Iya, Nyonya. Ada yang Nyonya perlukan lagi?” tanya Bi Yuni setelah tergopoh-gopoh.

Daramikha menggeleng. “Bi, dari mana anak pembangkang itu pagi-pagi?” tanyanya setelah menyesap teh hangatnya.

“Yang Nyonya maksud Nona Zelda?” tanya Bi Yuni pura-pura tidak paham.

Daramikha mengangguk malas. “Memangnya siapa lagi di rumah ini yang suka membangkang?” jawabnya sinis.

“Tadi Nona Zelda bilang kepada saya mau ke Sanur, menyaksikan matahari terbit di pantai, Nyonya,” beri tahu Bi Yuni seadanya.

“Dengan siapa dia pergi melihat matahari terbit?” Daramikha menatap penuh selidik Bi Yuni setelah mendengar pemberitahuannya.

“Sendirian, Nyonya,” jawab Bi Yuni kembali.

“Sekarang pergilah,” usir Daramikha tidak sopan.

“Baiklah, Nyonya. Saya permisi,” pamit Bi Yuni dan membungkuk.

***

Zara dan Ivan kembali membahas mengenai ucapan putra semata wayangnya kemarin malam. Keduanya masih marah atas tindakan kurang ajar Andri, apalagi anaknya itu secara langsung menolak permintaan mereka. Zara sangat tidak terima karena putranya akan menikahi wanita yang selama ini dinilainya mempunyai pergaulan liar dan selalu keluar masuk kelab malam. Dari kenalannya dia juga mengetahui jika Zelda sering berganti pasangan kencan. Bahkan, menjadi wanita simpanan lelaki hidung belang.

“Argh!” Zara membanting sendok makannya di atas piring dengan kasar saat membayangkan Zelda benar menjadi menantunya.

“Ada apa, Ma?” Ivan menghentikan aktivitasnya menikmati roti panggang setelah melihat tindakan istrinya.

“Mama masih tidak terima bahwa Andri menolak permintaan kita mentah-mentah, Pa. Mama tidak mau wanita liar itu menjadi menantu di keluarga ini,” geram Zara.

“Papa juga berharap Andri berubah pikiran dan menyetujui permintaan kita. Namun, yang menjadi masalah sekarang, Zelda tengah mengandung dan benih itu milik Andri. Kita tidak bisa gegabah mengambil keputusan dalam hal ini, karena dampaknya akan sangat serius terhadap kondisi keuangan perusahaan. Mama tahu sendiri, Luan baru saja menanamkan sahamnya di perusahaan kita dan jumlahnya tidak sedikit,” Ivan menanggapinya dengan ekspresi frustrasi. “Jumlah saham yang Luan tanamkan jauh lebih besar dibandingkan milik ayahnya Ruhan,” sambungnya.

“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Menyetujui pernikahan mereka dan menerima wanita liar itu menjadi menantuku? Ini akan menjadi mimpi burukku seumur hidup.” Dengan tidak kalah frustrasinya Zara membalas penjelasan panjang lebar suaminya.

“Untuk sementara kita terpaksa harus mengalah dan menuruti keinginan Andri. Papa tidak mau Luan menarik kembali saham yang sudah ditanamkannya di perusahaan kita jika dia mengetahui Andri telah menghamili anak semata wayangnya. Setelah Andri menikah dengan Zelda baru kita pikirkan cara untuk memisahkan mereka dan melanjutkan rencana semula. Mama harus memendam sebentar ketidaksukaanmu terhadap Zelda agar nama baik keluarga kita tidak tercoreng oleh kelakuan Andri,” ucap Ivan memberi pengertian.

“Namun, bagaimana kita menjelaskan dengan keluarga Atmaja mengenai pembatalan pertunangan ini?” Zara meneguk cepat air putih di gelasnya karena saking frustrasinya.

“Tidak ada pembatalan, hanya kita tangguhkan dulu. Pertunangan itu akan dilanjutkan ketika Andri sudah menceraikan Zelda,” cetus Ivan.

“Jika Andri tidak mau?” tanya Zara.

“Pasti mau, Papa sudah mengetahui kelemahan terbesar Andri. Papa pastikan kali ini anak itu tidak akan berani menentang, apalagi menolak permintaan kita,” Ivan meyakinkan istrinya.

Meski masih diliputi keragu-raguan, tapi Zara tetap mengangguk saat menangkap sorot mata yang dipancarkan suaminya sangat meyakinkan. “Walau pada kenyataannya Zelda menjadi menantuku, tapi aku tidak akan pernah menganggapnya seperti itu. Status menantu tidak akan membuat penilaianku terhadapnya berubah,” ucapnya dalam hati.

***

Zelda memasuki mobil yang terparkir di samping pintu gerbang rumahnya. Bukan miliknya, melainkan mobil yang menjemputnya dan akan mengantarnya ke tempat kerja. Meski Papanya memiliki perusahaan yang banyak diincar para pencari kerja, tapi Zelda tidak mau bekerja di sana. Dia tidak mau mendengar nyinyiran karyawan di sana jika dirinya bekerja di tempat itu. Bukannya dihormati, kemungkinan besar kemampuan yang dimilikinya akan diragukan dan dirinya dianggap aji mumpung karena pemilik perusahaan adalah Papanya. Oleh karena itu, dia bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang ekspor impor, sebagai staf administrasi. Untungnya pemilik perusahaan dan rekan kerjanya tidak ada yang menyadari jika dirinya adalah anak dari Luan Pagory, seorang pengusaha properti sukses.

“Siap?” tanya Andri yang juga telah mengenakan setelan kantornya.

“Let’s go,” jawab Zelda usai memasang seatbelt.

“Nanti aku jemput saat jam makan siang,” beri tahu Andri yang telah melajukan mobilnya.

Zelda mengangguk sambil mencari keberadaan biskuit gandum cokelat di dalam clutch-nya. Biskuit yang tadi sempat dibelinya di sebuah mini market sepulang dari menyaksikan matahari terbit.

“Bagi, Zel,” pinta Andri sambil membuka mulutnya.

“Ish,” desis Zelda. Dia tidak terima makanannya diminta. Anehnya, dia tetap memberikan dan memasukkan biskuit yang telah lebih dulu digigitnya ke mulut Andri. “Makan saja, bekas gigitanku jauh lebih enak,” sambungnya tanpa rasa bersalah saat Andri ingin protes.

Mata Andri membola mendengar ucapan Zelda, tapi dia tetap mengunyah biskuit tersebut. “Jangankan bekas gigitanmu, disuruh menggigit bagian tertentu tubuhmu pun aku mau. Pastinya itu jauh lebih enak dibandingkan biskuit ini,” balas Andri sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Aw! Hentikan, Zel,” perintah Andri sambil berusaha melepaskan tangan Zelda yang mencubit pinggangnya.

“Makanya, kalau ngomong itu jangan asal.” Zelda melepaskan tangannya dan tersenyum menang saat melihat Andri mengusap pinggangnya sendiri akibat cubitannya. “An, sepertinya lemak di pinggangmu sudah bertambah banyak. Biasanya aku sering kesal sendiri karena selalu gagal saat mencubit pinggangmu, sebab tidak ada daging yang berhasil dicubit tanganku. Namun, sekarang rasanya sangat mudah mencubit pinggangmu ini,” tambahnya sambil kembali ingin melancarkan aksi tangannya, tapi Andri berhasil menghindar.

“Jangan mulai malas berolahraga, An,” Zelda mengingatkan.

Andri menoleh dan tersenyum menyeringai. “Yang kamu katakan benar, Zel. Aku harus lebih sering berolahraga, terutama saat malam hari dan tentunya bersamamu.” Untuk mengantisipasi cubitan yang diterimanya lagi, Andri dengan cepat memegang tangan Zelda dan menahannya.

“Andri!” geram Zelda karena Andri terus saja menggodanya. Zelda menarik kasar tangannya agar terlepas dan kembali melanjutkan memasukkan biskuit cokelat ke mulutnya. “An, ingat kata dokter, usia kandunganku masih muda dan sangat rawan jika kamu sering menengok anak kita. Artinya, sementara waktu ini kamu harus berusaha menahan diri untuk tidak menyentuhku,” Zelda mengingatkan sambil mengunyah biskuitnya.

“Ah,” desah Andri kecewa dan itu membuat Zelda terkekeh.

“Sabar ya, Pa. Tunggu aku hingga berusia tiga atau empat bulan dulu, baru Papa boleh menengokku,” ejek Zelda dengan menirukan suara anak kecil sambil mencubit lembut pipi Andri yang cemberut.

Andri menepis tangan Zelda yang mencubit pipinya, tapi calon istrinya tersebut tidak menghiraukannya. Bahkan, Zelda terus saja menertawakannya sambil tetap memberinya biskuit yang sudah digigitnya terlebih dahulu.

“Hanya wanita ini yang bisa membuatku tidak berkutik dengan tingkahnya. Anehnya aku belum mempunyai rasa cinta layaknya sepasang kekasih kepadanya, padahal sebentar lagi kita akan menikah dan dia telah mengandung anakku,” Andri membatin di sela-sela aktivitas mengunyahnya.

“Zel, apa tidak sebaiknya kamu resign dari tempat kerjamu dan pindah ke perusahaanku? Kamu bisa menjadi sekretarisku, dan aku pasti dengan senang hati menerimamu,” Andri bersuara setelah Zelda usai menertawakannya. “Kenapa?” tanyanya kembali saat Zelda menggeleng.

“Kalau bekerja satu kantor denganmu dan menjadi sekretarismu, aku pastikan pekerjaan kita tidak ada yang beres, karena kamu akan sibuk mengajakku bercinta,” jawab Zelda frontal.

Andri terbatuk mendengar jawaban frontal Zelda. “Ish! Aku bicara serius dan menawarkanmu pekerjaan yang lebih bagus.” Andri menjewer telinga Zelda saat wanita itu menyelipkan anak rambutnya.

“Nanti setelah resmi menjadi istrimu saja aku berhenti bekerja dan kamu yang harus bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan hidupku,” ucap Zelda sambil mengusap telinganya.

“Itu sudah pasti. Namun, kamu juga harus melayaniku dan mengurus semua kebutuhanku. Aku mencari uang dan kamu mengurus kebutuhan rumah tangga kita.” Andri tersenyum saat mengatakan itu, apalagi Zelda membalasnya dengan kekehan.

“Hubungan seperti apa yang akan kami bina nanti? Menjadi suami istri, tapi tanpa ada cinta di dalamnya,” batin Zelda bertanya-tanya.

***

“Zelda,” panggil Anita, wanita yang bekerja satu kantor dengan Zelda.

“Hai, Nit,” Zelda membalas sapaan Anita sambil memberikan senyum manisnya. “Kenapa jalan kaki?” selidik Zelda saat melihat keringat memenuhi kening rekan kerjanya.

“Mobilku berulah lagi, jadinya aku terpaksa ke kantor jalan kaki,” jawab Anita sambil menerima tissue yang diberikan Zelda untuk menyeka keringatnya.

“Mogok di mana?” tanya Zelda berbasa-basi.

“Untungnya tidak jauh dari bengkel Reza. Zel, kamu bawa air minum?” tanya Anita karena merasa tenggorokannya kering.

 Tanpa menjawab Zelda tersenyum dan mengambilkan botol air mineral dari dalam cluth-nya. “Minumlah,” ujarnya.

“Ah, leganya. Terima kasih, Zel,” ucap Anita yang diangguki Zelda.

“Ayo kita masuk, Nit. Ngobrolnya sambil jalan saja,” ajak Zelda sambil terkekeh.

Anita menyetujui. “Oh ya, Zel, pulang nanti aku numpang mobilmu ya,” pinta Anita.

Zelda menghentikan langkahnya. “Nit, sebelumnya aku minta maaf. Hari ini aku tidak membawa mobil, melainkan diantar,” beri tahunya dengan nada bersalah.

“Ah,” desah Anita kecewa. Namun itu tidak lama, karena secepatnya dia tersenyum dan menerima jawaban Zelda. “Tidak apa-apa, Zel. Nanti aku bisa menggunakan jasa taksi atau ojek online saja,” ucapnya menenangkan.

“Kenapa kamu tidak suruh saja pacarmu yang menjemput?”

“Kami sedang bertengkar,” jawab Anita dengan ekspresi murung.

“Oh.” Zelda hanya meresponsnya singkat, sebab dia paling anti mencampuri urusan orang lain jika tidak ada hubungan dengan dirinya sendiri.

“Ya sudah, kalau begitu selamat bekerja, Zel,” ucap Anita saat sudah berada dekat meja kerjanya.

“Iya, kamu juga ya,” balas Zelda setelah meletakkan cluth-nya di atas meja kerjanya.

Bab terkait

  • Not Just An Escape   Part 4

    Zara duduk berhadapan dengan seorang wanita di gerai coffee shop yang ada di sebuah pusat perbelanjaan. Zara mengajak wanita tersebut bertemu guna membicarakan pertunangan yang ditolak mentah-mentah oleh Andri. Di benaknya dia sudah menyusun rencana jika lawan bicara di hadapannya ini marah terhadap keputusan putranya. Sebisa mungkin dirinya akan meyakinkan wanita ini supaya menyetujui rencananya, agar tidak berdampak buruk pada perusahaan suaminya, terutama dari segi keuangan.“Apakah Tante sudah berhasil membujuk Andri agar menyetujui pertunangan yang akan berlangsung sebulan lagi?” tanya Ruhan setelah menyesap moccachino-nya. Ruhan, wanita yang diharapkan menjadi calon menantu di keluarga Himawan oleh Zara.Dengan tatapan penuh penyesalan Zara menggeleng. “Andri tetap menolaknya. Bahkan, dengan lantang dia mengatakan akan menikahi wanita yang kini tengah menampung benihnya itu.”Jawaban yang diberikan Zara langsung membuat Ruhan tersedak minumannya. “Apa?! Andri

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 5

    Zelda memegang pipinya yang terasa kebas dan rahangnya berdenyut nyeri setelah telapak tangan Luan menamparnya. Tidak bisa dibendungnya lagi butiran-butiran bening yang dengan lancang menetes dari kedua sudut matanya. Bukan diakibatkan oleh tamparan keras tersebut, melainkan kata-kata menyakitkan yang keluar dari mulut sang papa. Satu-satunya orang tua yang dia miliki dan hormati, meski kadang perlakuan Papanya tidak seperti waktu Mamanya masih hidup.Zelda sangat tidak menyangka jika Papanya lebih dulu mengetahui mengenai kehamilannya. Padahal sesuai rencana, dia dan Andri akan memberitahukan secara bersama-sama menyangkut kehamilannya kepada sang papa. Namun, kini semuanya telah terlambat. Kemurkaan Papanya sudah tidak terbendung, apalagi ibu tirinya seolah mendapat angin segar dan memanfaatkan keadaannya dengan terus saja melancarkan provokasinya.“Hubungi sekarang juga laki-laki yang sudah menghamilimu! Papa mau membuat perhitungan dengannya!” bentak Luan dengan waja

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 6

    Andri menatap intens Zelda yang belum juga membuka kelopak matanya. Sempat terbesit kecemasan dalam benaknya, tapi rasa tersebut menghilang dan berganti dengan senyuman ketika melihat kelopak mata Zelda mulai bergerak.“Selamat pagi, Zel,” sapa Andri setelah Zelda membuka matanya perlahan. “Sekarang kamu sedang berada di sebuah klinik,” beri tahunya saat melihat Zelda masih bingung dengan keberadaannya.“Tunggu sebentar ya, aku panggilkan dokter untuk memeriksa keadaanmu.” Andri mengecup dengan lembut kening Zelda sebelum keluar ruangan.Setelah Andri meninggalkan ruangan, Zelda mengingat kembali kejadian kemarin malam saat Papanya murka karena mengetahui kehamilannya. Dia meraba sudut bibir dan rahangnya yang terasa perih serta ngilu karena tindakan kasar Papanya. Sambil menghela napas, tangan Zelda mengusap perutnya yang masih datar. Dia ingin Andri segera kembali ke ruangannya dan memberitahukan keadaan janinnya, mengingat kemarin malam dirinya terpental saat be

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 7

    Usai menikmati makan siang, Zelda dan Andri kembali membahas syarat yang diajukan Luan sebelum mereka menentukan pilihannya. Andri mengembuskan napas dengan keras sehingga membuat Zelda menoleh dan menatap wajah laki-laki di sampingnya yang terlihat lelah.“Zel, kedua syarat yang diajukan Papamu masing-masing memiliki risiko besar.” Andri mengacak kasar rambutnya. “Memilih salah satunya, ibarat memakan buah simalakama,” sambungnya.“Jadi?” tanya Zelda datar pada Andri.Andri menatap Zelda lekat, kemudian menghela napas pelan sebelum menyampaikan pilihannya. “Zel, aku tidak berhak memutuskan ikatan yang kamu miliki dengan Papamu. Aku harap kamu bisa menyimpulkan syarat mana yang nantinya kupilih,” jawab Andri dengan nada sendu.Zelda sangat terharu saat mengetahui Andri lebih memikirkan hubungannya dengan sang papa, dibandingkan keadaan keuangan perusahaan orang tuanya yang tengah kurang stabil. Namun, ada perasaan bersalah dan tidak enak di lubuk hatinya, seb

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 8

    Dokter belum mengizinkan Zelda pulang meski hanya sebentar ketika Andri menyampaikan permintaannya. Bukan tanpa alasan permintaan Andri ditolak, melainkan karena sang dokter tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk menimpa Zelda dan calon anaknya. Dengan berat hati Andri pun menerima keputusan dokter tersebut, apalagi demi kebaikan calon istri dan anaknya. Dia berjanji akan segera kembali ke klinik setelah pertemuan dan pembahasan keluarganya dengan orang tua Zelda selesai.Kini Andri dan keluarganya tengah duduk berhadapan dengan orang tua Zelda, tentu saja di kediaman Pagory. Pertemuan tersebut lebih didominasi oleh pembicaraan Zara dan Daramikha, sedangkan para laki-laki hanya sesekali menimpali termasuk dirinya.Meski ekspresi Luan datar saat mendengar permintaan maaf orang tuanya karena perbuatannya, tapi Andri bisa merasakan kemarahan masih menyelimuti laki-laki seumuran Papanya tersebut. Andaikan tadi Zelda tidak memberitahunya jika calon Papa mertuanya datang ke kl

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 9

    Usai menikmati makan malam di salah satu restoran pilihannya, Andri mengajak Zelda ke kediaman Himawan. Andri melakukannya bukan tanpa dasar, melainkan sesuai dengan permintaan sang ibu kemarin malam di vila setelah acara resepsi pernikahan mereka selesai. Sebenarnya Zara meminta Andri ke kediaman Himawan saat pagi hari, tapi dia malas melakukannya. Andri lebih memilih menikmati waktu pagi hingga sore harinya bersama Zelda di vila, mumpung mereka hanya berdua. Walau tidak bisa mengurung Zelda seharian di dalam kamar seperti kebanyakan pengantin baru, tapi mereka memanfaatkan waktunya untuk menikmati keindahan pemandangan di sekitar vila.Kini untuk pertama kalinya, Zelda berada di dalam kamar pribadi Andri. Meski sudah sering tinggal dan tidur seranjang di apartemen Andri, tapi Zelda tetap merasa canggung saat berada di dalam kamar pribadi suaminya tersebut. Mulai sekarang kamar ini akan menjadi tempat ternyamannya beristirahat, terlebih bersama Andri.“Kamu menyukai sua

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 10

    Andri duduk di hadapan Ivan yang tadi menyuruhnya datang. Dia waspada saat melihat Ivan menatapnya datar. Dia mengira Luan telah menghubungi Papanya perihal penarikan sahamnya di perusahaan Himawan. Dia sudah siap menerima kemurkaan Ivan atas keputusan yang dibuat dan konsekuensinya.“Ada apa Papa memanggilku?” Meski pertanyaan yang dilontarkan Andri sangat hati-hati, tetapi nada bicaranya tetap tenang.“Karena kamu telah menjadi anak pemberontak, sebagai orang tuamu, kami akan memberimu hukuman,” jawab Ivan langsung.Andri mengerutkan kening. “Ini pasti salah satu rencana orang tuaku bersama Ruhan agar aku bisa berada di bawah kendali mereka, mengingat pertemuan ketiganya tadi pagi. Tidak semudah itu membuatku tunduk dan menjadi boneka kalian,” batin Andri menilai jawaban Papanya. “Apa pun hukuman yang Papa berikan, aku akan menerimanya dengan lapang dada,” Andri menanggapinya dengan santai dan tenang.Ivan tercengang mendengar tanggapan putranya. Sepertinya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Not Just An Escape   Part 11

    Sudah tiga hari Andri dan Zelda tinggal di apartemen. Andri telah menceritakan penyebab dirinya memilih lebih cepat menempati apartemen kepada Zelda. Dia juga memberi tahu sang istri perihal dirinya yang diberhentikan dengan alasan konyol oleh Papanya sendiri. Meski Zelda masih memendam kekecewaan, tapi dia lebih memilih memberikan dukungan sekaligus semangat kepada suaminya dibandingkan memperpanjang mengenai bentakan dan tamparan yang diterimanya beberapa hari lalu.Andri dan Zelda juga telah menutup rekening bank yang diketahui oleh orang tua masing-masing, tapi sebelumnya mereka menarik lebih dulu semua uangnya. Mereka masing-masing memutuskan membuka rekening baru pada bank lain dan menyimpan uangnya di sana.Andri dan Zelda membuat komitmen untuk selalu menghadapi bersama-sama apa pun yang terjadi ke depan nanti demi calon buah hati mereka. Kini Andri dan Zelda telah menjadi pengangguran, uang yang mereka miliki pun tidak terlalu banyak, jadi keduanya harus pintar

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20

Bab terbaru

  • Not Just An Escape   Special Part

    Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah

  • Not Just An Escape   Extra Part

    Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi

  • Not Just An Escape   Epilog

    Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh

  • Not Just An Escape   Part 53 - The End

    Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti

  • Not Just An Escape   Part 52

    Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa

  • Not Just An Escape   Part 51

    Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to

  • Not Just An Escape   Part 50

    Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.

  • Not Just An Escape   Part 49

    Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa

  • Not Just An Escape   Part 48

    Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status