Share

1. Bundadari

Penulis: Aryani15
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-01 12:55:20

Shanum.

Satu nama yang mempunyai arti diberkahi Allah. Abah dan umi menghadiahkan nama itu untukku dengan harapan agar bayi perempuan mereka menjelma menjadi perempuan yang beruntung, bahagia dan sejahtera. Alhamdulillah, detik ini aku bersyukur karena doa itu terkabul.

Aku beruntung karena bisa hidup bahagia dan sejahtera. Aku bahagia dan sejahtera karena hidup beruntung. Nah tuh silahkan bingung dengan kalimatku! Nggak usah dipikirkan ya? Nanti kepalanya pusing. Biar aku saja yang jelaskan.

Jadi, aku benar-benar merasa beruntung dengan hidupku yang sekarang. Hidup dengan orang-orang yang selalu menyayangiku, selalu mendukungku dan tak segan untuk menegurku saat aku salah. Ya meskipun dulu pernah mengalami hal yang buruk, tapi aku anggap itu masa lalu sebagai loncatan untuk mencapai masa kini dan masa depan yang lebih baik. Kata orang kan roda kehidupan terus berputar, dulu sedih sekarang bahagia. Kalau ada yang hidupnya masih sedih terus, coba cek rantainya, siapa tahu putus.

Intinya, apapun rasa kehidupan kita sekarang ini, jangan lupa bahagia. Hati adalah sumber segalanya, jaga dia.

"Eca gimana keadaannya?"

Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Mas Haris seusai dia memberhentikan mobilnya di halaman sebuah rumah yang cukup luas, bersamaan juga aku mengakhiri renungan pagi. Mas Haris adalah sosok lelaki yang sangat berarti di hidupku, dia adalah seorang pekerja keras dan juga suami yang sangat bertanggung jawab pada keluarganya.

"Alhamdulillah udah terkondisikan, palingan juga udah nggak berarti bagi dia!"

Mas Haris tertawa pelan dan menyetujui ucapanku.

Almeera Candrakanti, biasa dipanggil Eca adalah salah satu anak yang paling mencolok di panti asuhan milik abah ini. Walaupun dia santri panti yang paling kecil tapi powernya luar biasa, apalagi kalau nyanyi, asal teriak dan nadanya entah kemana.

Pantas saja wakil rakyat tidak mau mendengarkan suara rakyatnya, mungkin salah satunya karena rakyat bersuara merdu seperti Eca.

"Hati-hati jaga mereka, para kekasih Allah itu!"

Aku mengangkat jempol sebagai tanda kesanggupanku atas nasehatnya. "Kalau aku orang terkasih bagi Mas Haris bukan?" tanyaku bermaksud menggodanya.

"Nggak diragukan lagi pokoknya!" jawabnya sembari tertawa. Beginilah kalau kita sedang akur.

Aku mencium tangan Mas Haris dan mengucapkan terimakasih padanya lalu segera turun. Setelah mobilnya menjauh aku segera memasuki rumah panti yang bangunannya berada di pinggir jalan persis. Karena itu, abah sengaja meminta agar dibangun pagar yang lumayan tinggi untuk melindungi penghuni panti.

Panti asuhan Al-Ikhlas ini sudah abah bangun sejak aku masih sekolah menengah pertama. Dulu para anak yatim ini menjadi santri dan tinggal di pesantren abah yang dekat dengan rumah. Lalu abah memutuskan untuk memisahkan mereka agar yang yatim mendapat perhatian lebih.

Sebenarnya ada satu kejadian yang membuat abah akhirnya punya niat membangun panti ini. Kata umi, dulu sewaktu ada acara khataman salah seorang anak yatim ada yang sakit, demamnya lama sekali sampai harus di bawa ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan dan penjelasan dokter, anak itu tidak punya penyakit serius. Umi berinisiati memeluk anak yang waktu itu masih berusia 8 tahunan. Dan berkat kelembutan sikap umi, akhirnya anak itu mau cerita bahwa dia pengin dipeluk orangtuanya seperti santri lain saat wisuda. Saking kepinginya sampai dia sakit. Umi terenyuh dan akhirnya diskusi panjang dengan abah sampai mendapat keputusan membangun panti ini. 

"Assalamualaikum Bude! Belanjaannya banyak banget?" sapaku pada seorang wanita yang merupakan kakak dari abah.

Abah meminta tolong agar Bude Aini dan suaminya yang bertanggung jawab mengelola panti ini. Rumah mereka di samping panti tapi lebih sering menginap di sini. Qadarullah, Bude tidak bisa punya anak maka beliau juga suaminya sangat senang ketika abah meminta mereka mengurus anak-anak yatim. Mereka berdua dibantu beberapa orang untuk mengurus panti, ada yang membantu urusan rumah tangga, ada juga sopir yang bertugas antar jemput anak-anak ke sekolah.

Untuk urusan ngaji mereka, ada tiga ustadzah dan dua ustadz yang mengajar di sini. Termasuk aku yang suka ikut bantu mengajar di sini. Selain ikut andil di sini, aku juga sudah mulai mengajar di sekolah. Berkat bantuan Mas Haris, aku mendapat kesempatan mengajar lagi meskipun masih menjadi guru bantu. Tapi aku sangat senang. Mengajar is my life, menghajar is my passion. 

Haha.. bercanda kawan! 

"Bude nggak belanja, Nduk! Ini kemarin dapat kiriman bahan makanan dari orang baik. Alhamdulillah banget," jawab bude dan aku mengikuti tangannya saat menunjuk bahan-bahan makanan yang tertata banyak sekali di meja.

"Orang yang sama seperti minggu kemarin?" tanyaku memastikan, karena beberapa hari yang lalu ada donatur yang mengirim banyak makanan dan menyumbang uang juga.

Bude mengangguk sambil berjalan menghampiri Mbak Rina -orang yang membantu masak, untuk mengarahkan menu hari ini.

"Ternyata orang itu kerja di klinik depan, dokter baru katanya pakde!"

Dokter baru? Kerja di depan?

"Namanya siapa?" tanyaku.

Sementara bude sedang mengingat, aku berdoa agar bukan nama Reyshaka yang keluar dari mulut bude.

"Reynaldi namanya." jawab bude setelah mengingatnya.

Alhamdulillah, aku lega karena bukan orang yang aku maksud.

"Reyshaka, Bu! Kemarin bapak bilang namanya dr. Reyshaka!" 

Mbak Rina meralat jawaban bude dan tentu saja membuat aku harus menghempas rasa lega menjadi resah. Kenapa harus berinteraksi dengan dia lagi? Beberapa waktu yang lalu aku juga bertemu dengan dia di pusat perbelanjaan, aku kira dia hanya sedang menyambangi adiknya yang pondoknya di daerah sini, tapi ternyata dia kerja di sini. Di depan lagi!

Sejak tahu bahwa seseorang yang bernama Reyshaka itu tinggal di sini entah kenapa kepalaku rasanya semakin berdenyut. Sekarang aku hanya berharap tidak akan pernah berinteraksi dengannya lagi. Aku pernah punya masalah yang menyakitkan dengannya. Semoga anak-anak panti juga sehat terus, jadi tidak perlu menemui dokter.

"Bundaaaaaaa!!"

Seorang anak berlari menghampiriku, dia merentangkan tangan dengan mimik wajah dibuat sendu. 

"Baru pulang sekolah?" tanyaku setelah membalas pelukan Eca. Diantara yang lain, Eca memang paling dekat denganku, entahlah kenapa tapi kata abah karena kita ini sejenis.

"Enggak. Baru habis nyoba kipas surga, Bunda!" jawab Eca sembari menata tas di lemari pribadinya.

Eca meringis lalu masuk kamar mandi, sengaja sekali membuat aku penasaran. Setelah selesai pun dia masih sibuk menata barang-barangnya yang berantakan. Aku selalu kagum juga haru melihat Eca dan yang lain, mereka sudah dewasa dan mandiri banget untuk ukuran anak seusianya. Mungkin keadaan juga yang memaksa mereka dewasa dan mandiri lebih cepat.

"Kata Ustadz Mujib kan kalau kita mau duduk untuk belajar itu pahalanya besar, walapun sambil tidur. Itu tandanya sudah kena semilir angin dari kipas surga!"

"Berarti kamu tidur tadi di kelas?"

Eca kembali meringis, menampilkan giginya yang ompong satu. "Habisnya tadi cuma nyanyi-nyanyi karena Bu Guru keburu rapat!"

Aku menariknya ke dalam pangkuan dan mencubit pelan lengannya karena gemas. "Kasihan bu guru, masa di tinggal tidur? Besok jangan diulangi ya? Katanya mau jadi dokter, nanti pasiennya ditinggal tidur, langsung di demo kamu!"

Eca mengangguk paham, sebenarnya anak ini pintar cuma ya begitu kadang suka absurd.

"Eca jadi ingat!" pekiknya sambil menepuk dahi lalu beringsut turun dari pangkuanku. Dia mengambil jilbab lalu menarik tanganku. "Bunda, minta tolong anterin ke om dokter yang di depan! Kemarin Om dokter janji mau ajarin Eca jadi dokter!" pintanya sambil melompat-lompat tidak sabar.

Ya Tuhan, doaku tadi kurang lengkap. Seharusnya bukan hanya doakan anak-anak sehat terus tapi juga doakan agar mereka tidak punya keinginan aneh yang berhubungan dengan dokter, terkhusus buat Eca.

"Sekarang sudah waktunya tidur, Eca! Nanti kamu nggak ikut jamaah dzuhur lagi karena ketiduran loh!"

"Bunda bilang janji adalah hutang kan?"

"Yes!"

"Eca, udah janji sama Om dokter, Bunda! Bunda mau Eca berhutang sama Om dokter? Nanti kalau Eca nggak bisa bayar gimana? Terus nanti Eca dituntut gimana? Terus kalau Eca-"

Aku membungkam mulut Eca agar berhenti berkicau, sungguh super sekali anak ini. Jadi penasaran dulu bapak ibunya seperti apa. Tapi nggak pernah aku ungkapkan, jangankan aku, Eca sendiri aja tidak tahu bapak ibunya seperti apa.

Ecaku Sayang, malang sekali nasibmu Nak! Tapi kadang bikin pusing juga!

"Biar diantar sama Mbak Rina ya?" tawarku tapi dia menggeleng sambil terus menyeret tanganku.

"Om Dokter bilang kalau kesana harus diantar Bunda, nggak boleh sendiri!"

"Ya itu maksudnya harus ada yang antar, nggak harus Bunda juga Ecaaa! Panas itu, nanti kulit Bundadari yang mulus berkilau ini bisa belang karena sebagian kena terik matahari."

"Bidadari kok takut panas! Kata Bunda, tinggal mandi di air terjun juga mulus lagi!"

Ya Rahman, Ya Rahiiim....

Seandainya boleh kasih dia obat tidur!

Dan akhirnya aku hanya bisa pasrah dengan Eca yang menyeretku dengan semangatnya. Aku menggendong Eca saat menyebrang jalan lalu aku turunkan dan aku sendiri berhenti di halaman klinik, membiarkan Eca masuk sendiri.

"Eca belum mahir caranya bertamu yang baik, Bundadari! Takut nggak sopan. Tolong ajarin Eca sekali ini aja, besok Eca sendiri deh!"

Subhanallah... Candrakantil!!

Begini ternyata rasanya makan buah simalakama.

Dengan terpaksa aku masuk dan untung saja kliniknya sepi. Aku mendekati seseorang petugas yang sedang bersantai dengan hp di tangannya. Tapi sebelum niatku terlaksana, dokter yang sejak tadi dicari Eca keluar dari ruangan. Senyuman langsung terlihat di wajahnya yang kini tak tertutup masker. Sebisa mungkin aku bersikap biasa. 

Aku malah terheran melihat Eca yang tanpa sungkan langsung menerima uluran tangan dr. Reyshaka dan masuk ke ruang kerjanya. Dan sekarang aku dibuat bingung oleh bocah usil itu, dia meninggalkanku. Pertanyaannya, aku harus ninggal dia di sini atau nunggu dia hingga selesai?

"Bunda, ayo masuk!" Dan di saat aku bimbang, tiba-tiba kepala Eca muncul dari pintu ruang kerja dokter.

"Bunda nunggu sini aja!"

Eca langsung kembali menarikku masuk, bocah ini benar-benar minta di ospek ulang!

Aku canggung dan bingung, akhirnya memilih duduk di kursi yang biasa untuk pasien. Eca sudah sibuk bertanya ini dan itu pada dr. Reyshaka, dia menanyakan semua alat yang dia lihat di sini.

"Apa kabar, Shanum?" tanya Mas Rey yang kini sudah duduk di kursinya, sedangkan Eca masih asyik sendiri mengolak-alik lembar buku untuk tes buta warna.  Aku meliriknya dan ternyata dia tidak hanya main-main, dia mengikuti garis bewarna dengan telunjukknya. 

Alhamdulillah, main kesini sekalian periksa buta warna dengan gratis. Alhamdulillah juga Eca tidak buta warna

"Alhamdulillah, bidadari selalu baik!" jawabku.

Dia tertawa dan menatapku sekilas, aku buru-buru mengalihkan fokus ke hal lain. "Mas Rey mulai kapan kerja di sini?" tanyaku.

"Dua mingguan mungkin. Dan aku juga baru tahu kamu ada di panti depan. Eca anak kamu atau anak panti?"

"Eca anak bunda, Om! Memang panti bisa punya anak?" Bukan aku yang menjawab melainkan Eca yang kelihatannya sibuk tapi ternyata menyimak obrolan ku.

Mas Rey mengangkat bocah itu ke pangkuannya dan berdua itu langsung bercanda bareng.

"Bukan mahram, Ca!" tegurku.

Bukan maksud apa-apa, aku hanya mengulang ucapan Eca waktu itu yang ngomel karena ada perawat laki-laki yang memegang kakinya.

"Eca masih kecil, Bunda! Belum berlaku itu!" jawab Eca dengan tengilnya membuat Mas Rey semakin menertawakanku.

"Kamu nikah belum ada tiga bulan, jadi nggak mungkin kan langsung keluar bocah ini?" tanyanya lagi. 

Aku hanya mengangguk, malas memperpanjang hal ini. Beberapa saat aku membiarkan Eca dan Mas Rey asyik dengan dunia dokternya. Sepertinya Eca memang benar-benar ingin menjadi dokter. Entah kenapa rasa inginku membantu mewujudkan cita-cita Eca semakin besar.

Sudah lumayan lama aku menunggu Eca tapi belum ada tanda-tanda dia ingin menyudahi kuliah umum dengan Mas Rey. Eca terlalu semangat belajar, meskipun belum pasti dia paham.

"Tulis nomor kamu di sini. Eca tinggal aja, nanti kalau ada apa-apa biar aku hubungi!" ucap Mas Rey sembari menyodorkan kertas kecil.

Aku tertawa pelan, "Radar bidadariku masih sangat aktif untuk menangkap modus Anda!"

Aku mengambil kertas itu dan menuliskan beberapa digit nomor, yang jelas bukan nomorku yang baru tapi nomor panti. Sekali lagi aku bertanya pada Eca dan jawabannya tetap kekeh belum mau pulang. Aku memilih pamit setelah memastikan bahwa Eca benar-benar tidak menganggu di sini.

"Shanum,"

Aku berhenti melangkah ketika Mas Rey memanggilku.

"Selamat atas pernikahan kamu, semoga bahagia!" ucapnya dengan ekspresi yang... ah entahlah aku nggak mau menduga-duga.

"Aamiin. Terima kasih, Mas!" jawabku dan langsung saja meninggalkan ruangan itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sptiarmdhna
ceritanya sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   2. Keceriaanmu Deritaku

    Pernahkah merasa bahwa masalah kita yang paling berat?Aku pernah.Ngerasa banget kalau masalahku adalah ujian terberat yang pernah dialami manusia. Aku pernah menikah dengan seseorang yang salah.Ya. Aku ini janda.Aku pernah menikah dengan seorang wakil rakyat. Awalnya aku menaruh harapan besar pada pernikahan itu. Aku pikir dengan menjadi istri seorang wakil rakyat, aku bisa semakin menebar manfaat untuk orang banyak. Tapi ternyata justru di situ awal kehancuranku.Pernikahanku hanya bertahan tiga bulan hingga resmi cerai. Aku pikir mantan suamiku itu adalah orang baik, orang yang paham agama, dan orang yang amanah tapi sifat ambisius nya menutup mata hatinya.Selama dua bulan menikah belum pernah aku mendapat perlakuan baik. Kekerasan verbal hampir setiap hari aku dapat, semua yang aku lakukan selalu salah di matanya.Walaupun belum pernah dia melakukan kekerasan fisik yang parah tapi percayalah kata-kata kasar itu lebih membekas di hati dari pada kekerasan fisik. Luka di hati sus

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   3. Buaya Galau

    Reyshaka Point Of ViewAda yang belum kenal sama saya? Kenalan dulu!Namaku Reyshaka, biasa dipanggil Rey, atau kalau lagi pada gemes sama aku mereka panggil Reyshableng. Eh tapi ada juga yang manggil sayang, contohnya ibu-ibu tetangga kos.Aku ini salah pemuda generasi bangsa yang saat ini tengah berjuang untuk diri sendiri dulu agar menjadi orang baru nanti untuk negaraku. Kata papa kalau belum sukses itu belum bisa disebut 'orang', jadilah saat ini aku ini makhluk setengah dewa.Aku hanya salah satu budak yang beruntung bisa mendapat gelar dokter, rumah asliku di Semarang tapi sekarrang aku sedang menyusuri takdir mengabdi di Jombang kalau biasa Jombang terkenal dengan sebutan Kota Santri, kalau bagiku Jombang adalah Kota Perjuangan. Sebenarnya aku juga berat mau kerja di sini, karena di sini ada seorang Shanum yang pernah aku langitkan namanya, tapi katanya dia sudah menikah dengan orang lain. Tapi karena aku cinta pada pekerjaan ini makanya aku sampingkan perasaanku. Oh iya Kat

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   4. Bear Ternyaman

    Ada sebuah pepatah yang berbunyi,Baik mata di rantau orang, jangan sampai berbuat salah.Saat berada di perantauan, harus selalu bisa menjaga sikap dan perilaku dengan baik.Ya meskipun bukan hanya di perantauan saja, di manapun berapa juga harus selalu menjaga sikap, bahkan di rumah sendiri pun juga tetap harus menjaga sikap.Apalagi jika sedang di perantauan, jangan pernah berbuat salah karena tidak akan pernah tau kita sedang berhadapan dengan siapa.Seperti aku saat ini...Siang ini aku ikut dr. Bams menghadiri rapat di salah satu lembaga daerah. Selama bergabung dengan lembaga tanggap bencana Peduli Saudara baru kali ini aku ikut rapat yang mana sebenarnya aku sendiri bingung tugasku di sini ngapain.Aku hanya dokter umum biasa, masuk kerja juga baru genap satu bulan. Bisa-bisanya dr. Bambang Setiawan alias dr. Bams sang kepala klinik mengajakku hasir rapat yang cukup penting ini.Kenapa aku bilang penting, karena berdasarkan insting manusia setengah dewaku, yang hadir rapat ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   5. Konspirasi

    Aiza Shanum KeshwariLebih suka senja atau pelangi?Aku bertanya bukan untuk membandingkan, karena pernah aku bilang semua terlihat indah di mata yang tepat, aku hanya ingin tau alasannya.Kalau aku lebih suka dengan senja. Alasannya simpel aja, mungkin sudah banyak yang bilang seperti ini. Senja itu walaupun hanya punya satu atau dua warna yang cenderung gelap tapi senja itu setia, walaupun hanya datang sebentar tapi senja selalu menepati janji untuk datang lagi di esok hari.Sedangkan pelangi, dia memang indah punya banyak warna tapi kesetiaannya masih di bawah senja, dia hanya datang setelah hujan badai, itupun tidak pasti."Sampai kapan sih mau main kucing-kucingan?" pertanyaan Mas Haris mengusik lamunanku."Siapa yang main kucing-kucingan, Mas?" elakku.Mas Haris menghela nafasnya, dia melirik arloji dan tanpa persetujuanku dia membelokkan mobil ke sebuah restoran kesukaan abah."Mampir sebentar, abah pesan sate kambing tadi!" ujarnya.Aku membiarkan dia turun sendiri karena aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   6. Sungguh-Sungguh

    0823365104xx[Kamu lagi di mana?]Keningku kembali berkerut mendapati pesan masuk dari nomor yang belum aku simpan. Kalau ingatanku tidak salah, ini adalah nomornya Master. Kemarin pesannya sudah aku hapus dan nomornya tidak aku simpan.Balas nggak ya?Aku tunggu sampai dua menit, kalau dia tidak telepon berarti tidak ada yang penting dan itu hanya pesan iseng saja dari dia.Dua menit bahkan tiga menit sudah berlalu dan tidak ada telepon atau pesan darinya lagi, berarti tidak ada sesuatu yang penting. Maka aku memilih mengabaikan pesan itu dan kembali fokus pada es krimku yang mulai meleleh sambil menunggu jemputan dari Mas Haris.Banyak yang bilang menunggu itu membosankan. Setuju sih. Apalagi yang ditunggu tidak ada kejelasannya. Tapi sebenarnya ada satu hal yang aku tak pernah bosan menunggunya. Rasanya masih ingin punya banyak waktu dan kesempatan agar saat itu tidak segera datang.Menunggu apa itu? Menunggu malaikat izrail..Hehe.. Agak seram ya? Tapi mau menghindar dengan cara a

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   7. Melawan Takdir

    ReyshakaDokter boleh sakit nggak? Ya boleh banget, dokter juga manusia.Sebenarnya aku cuma mau bilang kalau lagi sakit, eh enggak sakit sih cuma lagi nggak sehat aja. Mungkin efek kangen sama mama jadi suhu tubuhnya agak naik, badannya lemes, tulang-tulang terasa nyeri.Aku sudah minta tolong di injeksineurotropikoleh Doni agar meringankan keluhan nyeri di sekujur tubuh. Sebenarnya injeksi vitamin B komplek itu biasa diberikan pada simbah-simbah yang sering mengeluh nyeri."Kamu pulang aja Rey! Biar aku yang gantiin." ujar Mala ketika dia melihat aku masih tiduran di UGD."Nggak apa-apa Mal, tiduran sebentar insy

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   8. Salam Perpisahan

    Yang patah tumbuh, yang hilang bergantiYang hancur lebur akan terobatiYang sia-sia akan jadi makna..Entah sudah berapa kali aku replay lagu berjudul 'Yang patah tumbuh, yang hilang berganti' dari salah satu band indie bernama Banda Neira.Suka sekali dengan liriknya, seolah bisa menjadi mantra ampuh bagi siapa saja yang sedang rapuh dan jatuh karena kehilangan. Bukan hanya soal hubungan, tapi lirik itu juga bisa bermakna dalam untuk setiap hal di kehidupan.Setuju ya, kalau semua hal bisa kita jadikan pelajaran?Yang patah tumbuh, yang hilang berganti,Hati yang sedih akan segera pulih. Harapan, semangat dan doa yang patah pasti akan tumbuh kembali karena yang pergi dan hilang, akan terganti.Terganti itu tidak harus sama, pernah kehilangan uang tidak selalu diganti dengan uang, bisa jadi Allah ganti dengan kesehatan dan kebahagiaan yang tak terkira, sama halnya dengan kehilangan seseorang tidak harus selalu digantikan orang baru, tapi bisa juga digantikan oleh rasa ikhlas dan sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   9. Bakso Rusuk

    POV Shanum"Udah nangisnya?"Aku hanya bisa menggeleng untuk menjawab pertanyaan abah karena masih sesenggukan, begitu susahnya menyudahi rasa penyesalan ini. Abah mendekati untuk mengusap punggungku. Ujung mukena ku sudah sangat basah karena air mata. Setiap habis ngaji sama abah pasti aku tidak bisa menahan tangis."Apa yang kamu rasakan?""Shanum takut, Bah! Dosa Shanum begitu besar sama Allah."Abah tersenyum untuk menenangkan, semenjak tidak ada umi aku lebih bisa dekat dengan abah."Rahmat Allah lebih besar, Nduk! Yang penting kamu terus berusaha memperbaiki semuanya. Salah itu adalah bentuk dari sifat manusia, dan menjadi lebih baik itu adalah sikap. Kamu tahu kenapa bintang itu bercahaya?""Karena berada di kegelapan malam." jawabku masih sambil terisak."Ya itu ibaratnya. Bintang bercahaya karena berada di tengah kegelapan. Seperti halnya bintang, manusia juga akan bercahaya jika dia bersabar di tengah banyaknya cobaan."Aku semakin menunduk lagi. Kali ini aku merasa bersalah

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-14

Bab terbaru

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   42. Sempurnanya Hidup

    "Mengasuh anak itu tugas orangtua.Bukan ibu saja atau ayah saja.Bikinnya berdua urusnya bersama.Karena anak juga butuh figur ayahnya," Mas Rey langsung membuka sebelah matanya begitu mendengar nyanyian yang sengaja aku keraskan. Cengiran lebar muncul di wajahnya sejurus dengan matanya yang terbuka sempurna. Masih sambil cengar-cengir dia membuka selimut dan mulai mendekatiku yang sedang menimang bayi perempuanku. Bayi cantik ini sejak jam satu tadi tidak mau tidur dan sekarang sudah menjelang shubuh. Mas Rey mengambil alih anaknya kemudian aku langsung tak sabar untuk rebahan, rasanya pinggangku udah pindah tempat. Lebai sih ya? Sebenarnya aku nggak kesel kok sama Mas Rey, cuma pengin ngerjain dia aja kebetulan udah mau masuk waktu shubuh jadi biar dia bangun. Sekalian gantiin gendong sebentar juga sih. Memang capek dan pegel banget ngurus dua bayi sekaligus tapi aku sangat menikmati. Terlebih lagi ketika harus pindah ke rumah sendiri dan bayi cantik itu punya kebiasaan bangun

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   41. Plasenta Akreta

    SHANUM "Penghapusan proses hukum seseorang yang sedang berjalan?""Apa Mas?" tanyaku lagi karena Mas Rey tak juga menjawab, dia malah sibuk menata baju-baju bayi."Mas?"Mas Rey menghela napasnya kemudian berdiri menghampiriku. Langsung saja dia mengambil ponsel yang sejak tadi menemaniku membunuh waktu.Tanpa bersuara Mas Rey menunjuk jam dinding di ruangan VIP ini. Aku hanya bisa tersenyum semanis mungkin agar dia tidak marah karena sampai jam satu malam ini aku belum juga bisa tidur."Tidurlah!" titahnya dengan nada final ditambah ekspresi serius yang membuat aku tak berani mendebatnya lagi. Mas Rey tidak pernah bersikap seperti ini, kecuali kalau memang dia sedang tidak ingin dibantah.Aku menarik selimut berwarna biru berlogo rumah sakit ini hingga sebatas leher, mencoba memejamkan mata. Namun, bukan kantuk yang aku dapat, malah matanya pegel. Aku kembali membuka mata dan mendapati Mas Rey yang masih duduk sambil menatapku. Akhirnya dia tersenyum kemudian melepas sandalnya dan i

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   40. Master Jenggala

    SHANUM Rasanya merinding banget sore ini, antara haru, bersyukur, sedih, dan segala macam emosi lainnya. Terharu karena kali ini aku menyambut hari raya dengan penuh cinta dan berkah, bersyukur karena aku mempunyai keluarga baru yang penuh dengan kasih sayang, dan sedih karena lebaran tahun ini aku harus jauh dari abah dan tidak bisa berziarah ke umi. Sehabis sholat ashar aku berjalan beriringan dengan Azkia dan Mbak Alea menuju pemakaman keluarga Bani Ahmad, bukan hanya kami bertiga tapi semua keluarga yang ada di Semarang kini menuju kesana, untuk mengirim doa pada leluhur. Kecuali Si Master Jenggala yang harus kembali ke habitatnya. Astaghfirullah.. Entah berapa kali aku harus menyabarkan diri karena kesel sama Mas Rey. Bisa-bisanya dia mengambil pekerjaan ke luar kota. Mau melarang kok kayaknya Mas Rey seneng banget dapat ajakan baksos dari temannya, Tapi dibiarkan berangkat kok rasanya jadi seperti ini, seharusnya bisa menikmati malam takbiran dengan hikmat, kini malah jauh. E

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   38. Pillow Talk

    REYSHAKA"Nah itu setelah sujud, sebelum berdiri rakaat kedua kita duduk dulu baca tasbih 10 kali, baru berdiri lagi kan?" Mama menjeda ceritanya karena tidak kuat menahan tawa, sampai keluar air mata."Bisa-bisanya dua bidadari nya Rey ini tidur, nggak ikut berdiri rakaat kedua terus bangunanya pas udah dengar imam ngucap salam, baru mereka ikut salam," lanjut mama masih dengan tawanya, malah kini seluruh manusia yang duduk di meja makan ini ikut terpingkal.Kecuali Eca dan Shanum, mereka berdua sama-sama manutup wajah dengan jilbab karena malu. Mama baru saja menceritakan kejadian menggelikan saat tengah malam tadi kita berjamaah sholat tasbih. Jarang-jarang aku melihat mama bisa tertawa sekeras ini."Jadi mereka berdua cuma ikut satu rakaat terus salam, Ma?" tanya ArshaMama masih berusaha menghentikan tawanya, membuat Eca semakin mendusel ke lenganku, begitu juga Shanum, dia sudah ndusel ke mama karena malu. "Iya, mereka cuma ikut satu rakaat, habis itu pede banget langsung ikut s

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   37. Srikandi

    SHANUMAlhamdulillah..Kalimat syukur yang ingin rasanya aku ucapkan di setiap hembusan napas ini. Karena hingga detik ini, Allah sudah mengganti semua kesedihanku yang lalu dengan kebahagiaan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.Alhamdulillah setelah beberapa hari yang lalu aku kembali harus absen menjalani puasa karena kondisi yang melemah, hari ini aku bisa kembali ikut melaksanakan kewajiban umat islam itu.Rasanya puasa kali ini semakin lengkap karena kehadiran Eca. Aku nggak pernah menyangka Mas Rey akan memberikan kejutan yang begitu indah dengan resmi mengadopsi Eca sebagai anak kami. Udahlah aku bingung gimana caranya berterimkasih padanya, emang beneran shableng. Dalam segala hal. Bahkan untuk hal peka dan kebaikannya pun bisa di sebut sableng karena saking luar biasanya.Hari ini alhamdulillah keadaanku sudah berangsur normal, jadi aku bisa ikut menghadiri acara buka bersama di pesantren Al Khadijah, tempatnya Bunda Syifa.Acara sore ini dihadiri hampir seluruh kelua

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   36. Anak Pertama

    REYSHAKA"Jangan pakai body wash yang aroma itu!""Jangan pakai pomade kalau di rumah!""Jangan makan nasi goreng kalau mau pulang ketemu aku!""Jangan pakai parfum kalau mau peluk aku!"Nikmatnya punya istri yang lagi ngidam. Alhamdulillah.. Aku bangga!Permintaan-permintaannya yang kadang konyol membuat aku jadi serba salah, mau begini salah, mau begitu juga nggak bener. Aku menjauh dia nangis minta dipeluk, giliran udah dipeluk, ngomel-ngomel karena nggak suka aroma parfum ku, padahal ini parfum udah sejak lama aku nggak pernah ganti merk, sejak sebelum menikah malah. Baru sekarang dia protes.Atau kalau tiba-tiba aku lupa mandi pakai sabun yang udah dari jaman jahiliyah tersedia di kamar mandi, dia akan ngomel nggak berhenti. Nggak nyalahin juga sih karena ketika dia mencium aroma itu langsung muntah.Akhirnya aku Singkirkan semua, dan ajak dia ke supermarket, aku suruh dia milih aroma sabun yang dia mau, hasilnya? HAHA... Beli satu karton body wash yang katanya aromanya enak. Fe

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   35. Sabun Yang Salah

    REYSHAKAHari ini aku jaga siang dan baru sampai di rumah sekitar pukul 10. Sebelum sampai rumah, aku mampir dulu untuk membeli buah, sayur, susu, vitamin, pokoknya sekiranya uangku yang ada di dompet masih cukup, aku pakai buat beli makanan sehat untuk Shanum. Mama sampai geleng-geleng kepala melihat aku pulang dengan tangan kanan kiri membawa belanjaan."Ya Allah, Rey! Ini kalau busuk gimana?" tegur Mama Ketika aku sibuk menata belanjaan di kulkas."Kalau sampai gampang busuk, aku protes ke pabrik kulkasnya, Ma. Iklannya aja bikin makanan awet kok,"Mama menghela napasnya, mungkin dalam hatinya nyebut gini kali ya, 'Ya Allah anakku ganteng amat!'"Mama tau kamu mau Shanum makan sehat terus, tapi kasihan lho kalau kamu giniin! Orang hamil itu nggak bisa makan setiap yang disajikan, ada kalanya pengin yang lain. Jangan dipaksa!"Tiba-tiba dari arah luar, Arsha yang baru pulang dari tarawih keliling langsung nyelonong ngambil buah pir yang udah aku tata rapi."Tenang, Ma! Ada Arsha yan

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   34. Paket Misterius

    REYSHAKAEntah berapa kali aku melihat Shanum merubah posisi, sejak tadi keluar dari rumah dia terlihat tak tenang dan gelisah. Tepat disaat lampu kuning bergeser naik ke warna merah, aku menginjak rem agar selamat dari kejaran Om Pol. Intinya lagi lampu merah jadi harus berhenti."Kenapa sih? Laper?" tanyaku.Shanum langsung mengerucutkan bibirnya, pengin banget dicium.Astaghfirullah, puasa Rey! Tahan!"Deg-degan Mas!""Ya Alhamdulillah kan kalau masih deg-degan!"Lagi-lagi dia protes kali ini mengerang frustasi sambil memukul lenganku berkali-kali. "Aku takut mau ikut simaan, duetnya sama senior-senior yang masyaallah lanyahnya!"Persis seperti dugaanku, Shanum resah daritadi karena memikirkan simaan keluarga yang hari ini akan dilaksanakan di rumah Simbah, pesantren pusat.Selepas shubuh tadi aku mengantarnya menuju tempat acara, sedangkan mama akan menyusul nanti agak siangan.Keresahan Shanum tidak hanya pagi ini saja, sejak semalam dia sudah sibuk banget murojaah, sampai sepert

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   33. Cuci Piring

    SHANUM"Besok kita tarawih ke tempat Kak Alea yuk! Udah lama nggak main kesana! Kangen juga!"Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk.Mas Rey merubah posisinya jadi miring menghadapku. Sambil bersedekap dia diam menatapku."Kenapa?""Cemburu nggak?" tanyanya balik."Hmm? Gimana?"Bukannya menjawab, dia malah mencibirkan bibirnya, sambil komat-kamit nggak jelas."Cemburu nggak kalau dengar suaminya semangat menceritakan wanita lain?"Detik itu juga aku paham, Mas Rey sedang memancingku. "Cemburu lah, masa enggak!" jawabku.Jujur kok, memang ada rasa nggak nyaman.Mas Rey makin tersenyum lebar, kini dia sudah menghapus jarak diantara kita, mendekapku erat dan mengecup keningku."Ngomong dong! Jangan cuma sibuk dengan pikiran sendiri, kalau pikiran kamu benar ya nggak masalah, tapi kalau sampai nggak benar kan repot. Jadi salah paham.""Jadi sengaja nih?"Dia mengangguk, "Soalnya kamu langsung diem aja sehabis kita belanja tadi, padahal pas belanja kayak reporter bola, aku mi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status