Share

4. Bear Ternyaman

Author: Aryani15
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ada sebuah pepatah yang berbunyi,

Baik mata di rantau orang, jangan sampai berbuat salah.

Saat berada di perantauan, harus selalu bisa menjaga sikap dan perilaku dengan baik.

Ya meskipun bukan hanya di perantauan saja, di manapun berapa juga harus selalu menjaga sikap, bahkan di rumah sendiri pun juga tetap harus menjaga sikap.

Apalagi jika sedang di perantauan, jangan pernah berbuat salah karena tidak akan pernah tau kita sedang berhadapan dengan siapa.

Seperti aku saat ini...

Siang ini aku ikut dr. Bams menghadiri rapat di salah satu lembaga daerah. Selama bergabung dengan lembaga tanggap bencana Peduli Saudara baru kali ini aku ikut rapat yang mana sebenarnya aku sendiri bingung tugasku di sini ngapain.

Aku hanya dokter umum biasa, masuk kerja juga baru genap satu bulan. Bisa-bisanya dr. Bambang Setiawan alias dr. Bams sang kepala klinik mengajakku hasir rapat yang cukup penting ini.

Kenapa aku bilang penting, karena berdasarkan insting manusia setengah dewaku, yang hadir rapat ini adalah pejabat-pejabat daerah yang cukup berpengaruh.

Kembali ke pepatah tadi! Mama dan papa juga tak pernah lelah menasihati ku agar selalu bisa menjaga sikap, maka saat ini aku mencoba menerapkan pepatah itu. Aku tetap diam dan bersikap sopan meskipun sejak tadi ada seseorang yang sepertinya sangat penasaran denganku.

Sebagian wajahku yang tertutup masker sepertinya sangat menarik perhatiannya. Terbukti dari matanya yang selalu terarah kepadaku.

Ya sudah, daripada dia tidak tenang selama rapat lebih baik aku buka maskerku agar kegantenganku yang paripurna ini jelas terlihat oleh matanya.

Dan benar saja, wajah orang itu langsung berbuah serius ketika melihat Wajahku dengan jelas.

Aku kasih senyum dikit dan orang itu malah semakin terkejut, matanya semakin tajam jelas sekali ada kilatan peperangan di sana.

"Silahkan Pak Rangga barangkali ada tambahan?" pertanyaan salah satu anggota rapat berhasil mengalihkan pandangan orang itu dariku.

Ya. Orang itu tadi adalah Rangga. Mantan suami Shanum. Seseorang yang sudah meninggalkan luka teramat dalam di hati Shanum.

Aku baru dua kali ini bertemu dengan dia. Tapi sepertinya aku membuat kesan pertama yang tak terlupakan baginya karena buktinya dia masih ingat betul dengan Wajahku ini.

Aku dan Rangga pertama kali bertemu beberapa waktu yang lalu sebelum aku pindah kerja di Jombang. Saat itu Rangga sedang ada perjalanan dinas ke Semarang, dia mengaku sakit dan minta agar dirinya rawat inap di rumah sakit tempat aku kerja dulu, tapi secara tegas aku menolak karena semua hasil pemeriksaannya bagus dan tidak ada satu hal pun yang mengharuskannya opname.

Setelah itu Hal tidak menyenangkan terjadi, Rangga mencoba memberikan imbalan uang agar aku mau memberikan pengantar rawat inap untuknya, dan dia semakin marah ketika secara terang-terangan aku menolak bahkan menantangnya. Sampai akhirnya dia pergi dengan perasaan marah.

Awalnya aku hanya menganggapnya pasien biasa tapi sebelum pergi dari rumah sakit dia berpapasan dengan Shanum. Jelas sekali ketegangan di wajah Shanum waktu itu membuat rasa penasaranku semakin tinggi. Dan akhirnya Shanum mau cerita tentang Rangga padaku.

Setelah beberapa waktu kemudian, berkat kecanggihan ilmu Intel yang aku miliki akhirnya aku tahu kenapa Rangga begitu kekeh ingin opname, usut punya usut dia menghindari suatu rapat nasional yang mana dia harus mempresentasikan capaian kerja lembaga yang dia pimpin.

Kenapa sampai dia harus menghindari rapat itu? Jawabannya rahasia, biar aku aja yang tau. Takut ghibah jadinya.. Manusia setengah dewa itu pantang ghibah.

"Saya cuma mau mengingatkan untuk terus melakukan koordinasi dengan baik, terutama untuk lembaga non pemerintah," mata Rangga langsung tertuju padaku. "Bulan lalu kita menemukan kasus Mark up besar-besaran dana bantuan tanggap bencana. Saya harap tidak ada lagi kasus serupa, peringatan juga di tujukan kepada anggota-anggota baru. Tunjukkan kinerja terbaik! Tidak usah terlalu memikirkan honor," lanjut Rangga dan selalu matanya tertuju padaku.

Dr. Bams seperti menyadari sikap Rangga, sampai dia menyenggolku dan aku hanya mengangkat pundak sebagai jawaban. Ya masa aku jawab Rangga naksir sama aku!

Idih gelay!!!

"Bekerja dengan tulus, niatkan ibadah hanya untuk Allah nanti insyaallah rejeki akan mengikuti! Banyak sekali sekarang anak muda yang rela jauh-jauh merantau tapi tujuannya bukan kerja sepenuh hati. Gaji itu bukan segalanya!" Rangga mengakhiri ucapannya dengan memberikan motivasi dan langsung disambut tepuk tangan dari anggota rapat yang lain.

Dalam hati aku hanya tertawa, radar dewaku berbunyi, menunjukkan bahwa orang ini tipe-tipe narsistik, dia merasa harus selalu dikagumi. Citra diri sangat penting baginya.

Kasihan! Mana masih muda!

"Apa ada yang ingin menambahkan lagi?" tanya sang moderator tadi.

Entah dewa apa yang sedang mendorongku, tiba-tiba tanganku terangkat sendiri.

"Mohon maaf, perkenalkan nama saya Reyshaka, saya dokter umum yang baru bergabung dengan lembaga non pemerintah Peduli Saudara. Mohon arahan dan bimbingan kepada anggota persatuan tanggap bencana yang sudah terlebih dulu bergabung. Terimakasih juga motivasi dari pak Rangga sungguh berharga, jangan terlalu memikirkan gaji karena kita harus bekerja dengan hati. Gaji bukan segalanya tapi segalanya butuh gaji," sambutanku terhenti karena sekarang sebagian besar anggota rapat tertawa.

Nggak salah kan ucapanku tadi?

Aku hanya sedikit tidak setuju dengan pernyataan Rangga yang seolah menghakimi orang-orang yang menganggap gaji itu sangat penting.

Nggak salah sih yang dia ucapkan, cuma kayaknya kurang pas aja. Orang kerja itu ada macam-macam tujuannya, ada yang memang suka berkarir dan sebagainya tapi aku yakin sebagian besar orang bekerja pasti mementingkan gaji.

Apa lantas mereka tidak tulus kerja?

Belum tentu.

Mereka bekerja tetap dengan sepenuh hati tapi juga mengharapkan gaji layak karena mereka punya tanggung jawab menghidupi keluarga. Lagian kalau ada yang menuntut gaji layak itu sah-sah saja karena mereka sudah melaksanakan kewajibannya. Yang salah itu yang kerjanya malas-malasan, laporan telat, berangkatnya telat, pulangnya pengin cepat tapi menuntut gaji meningkat.

"sekiranya Pak Rangga tidak terlalu butuh gajinya, kami lembaga non pemerintah sangat menunggu dan membuka lebar pintu untuk menerima sumbangan dana. Terimakasih." Aku mengakhiri sambutan dengan senyum lebar dan kembali memakai masker, teman-teman bertepuk tangan dan tertawa.

Mendadak aku jadi geli sendiri melihat ekspresi Rangga.

Astagfirullah..

Ini nggak termasuk nyari masalah kan?

Duh Rey! Kalau mama tau pasti langsung dijewer nih!

~~~

"Kamu pinter ya Rey! Berani speak up! "

ujar dr. Bams ketika kita perjalanan pulang ke klinik.

"Biasalah...!" candaku dan beliau mendorong tubuhku hingga sedikit terpental. Ya bayangkan saja, tubuhnya besar dan tinggi. Aku berani bercanda dengannya karena memang orangnya asyik. Umurnya masih 35 tahun dan merakyat pada karyawan lain walaupun dirinya seorang kepala klinik.

"Sejak lama sebenarnya aku juga pengin ngomong, tapi belum ada kesempatan. Pak Rangga itu gimana ya? Baik sih, sholeh juga kelihatannya, tapi ya begitu suka banget memandang sebelah mata sama buruh-buruh non pemerintah seperti kita ini! Tapi kamu lain kali harus hati-hati. Kita ini hanya lembaga kecil dibanding lembaga pemerintah, kita ikuti alur saja karena nanti pengaruh ke izin lembaga kita!" tambahnya.

Aku meminta maaf karena mungkin terlalu berani ngomong, yang tadi menang spontan banget, lain kali aku akan lebih mengendalikan diri.

Setelah sampai klinik aku langsung absen pulang lewat fingerprintAku tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan dulu ke tetangga depan, siapa tau bidadari sedang main ke bumi.

Katakanlah aku ini berdosa karena masih berupaya mengganggu istri orang. Sebenarnya aku sudah benar-benar ingin melupakan Shanum ketika Pak Basuki waktu itu membenarkan pernikahan Shanum.

Tapi ketika mendapati Haris yang waktu itu berduaan dengan wanita terlebih dia mengindikasikan kalau berpoligami, rasanya aku ingin kembali memperjuangkan Shanum.

Ngomong-ngomong kenapa nasibku harus selalu berurusan dengan istri orang ya? The real 'bojomu semangatku' kalau gini ceritanya.

Astagfirullah..

Walaupun agak nggak waras gini aku juga masih sadar diri, tau sampai mana batas yang nggak boleh aku lewati.

"Om Dokter!!!" teriak Eca begitu melihatku masuk ke halaman panti.

Anak kecil itu langsung berlari sambil membawa bukunya, meninggalkan teman-temannya begitu saja.

Aku langsung menyambut tangannya dan berjalan bareng ke kumpulan anak-anak yang sedang belajar. Ada yang sambil tengkurap, ada yang sambil menunggangi kuda-kudaan, ada juga yang bukunya sudah di buat untuk tutup wajah dan tertidur.

Begitu aku datang mereka langsung berebut minta diajari. Benar kata Pak Basuki waktu itu, butuh mencari orang yang tugasnya memperhatikan mereka karena semua pengurus selama ini tidak ada yang fokus menemani mereka main atau belajar. Ustadz dan ustadzah mereka hanya kesini saat jadwal mengajar, sedangkan Pak Basuki dan istrinya juga kurang maksimal. Sedangkan pengurus yang lain juga sibuk dengan tugas masing-masing.

Sekarang aku jadi tahu kenapa Shanum setiap hari datang kesini hanya sekedar menemani anak-anak ini main atau belajar. Mulai sekarang aku juga pengin setiap habis jaga pagi main ke sini, sekedar menemani mereka belajar. Syukur-syukur bisa sekalian.

Sekalian dapat ilmu mengelola panti.

Jangan suudzon sama manusia setengah dewa!

"Eca nanti aja deh, Om! Yang lain dulu!" ujar Eca sambil beringsut mundur karena berebutan dengan yang lain minta diajari.

Aku mengiyakan permintaannya lalu fokus ke anak lain, untung saja masih SD semua jadi masih bisa diusahakan lah pelajarannya.

Satu jam kemudian, tugas-tugas mereka selesai. Kini giliran Eca yang mendekat.

"Tugas Eca apa?" tanyaku. Kalau anak seusai TK seperti Eca paling mentok tugasnya ya mewarnai.

"Nama hewan, Om. "

Oh salah ternyata!

Eca membuka bukunya dan menunjukkan tugasnya. Di sana terlihat beberapa gambar hewan dan di sampingnya ada kotak kosong untuk mengisi namanya.

"Udah tau semua kan, Ca? Gampang itu!" ucapku dan Eca menggeleng.

"Belum tau semua, Om! Eca belum pernah ke kebun binatang, jadi ada yang belum tau!"

Masyaallah... Kok tiba-tiba jadi sedih .

"Om aja juga nggak pernah. Takut." sahutku

"Kenapa takut Om? Kata teman-teman Eca di kebun binatang bagus."

"Takut ditangkap petugasnya, kata mereka Om mirip buaya." candaku dan berhasil membuat Eca tertawa, alhamdulilah setidaknya wajah sendunya berubah.

Alhamdulillah lagi yang tertawa bukan hanya Eca tapi juga bidadari yang baru saja keluar membawa sebuah nampan berisi minuman berwarna hijau dengan bulir-bulir cair di gelasnya.

Masyaallah cantiknya..

Eh astagfirullah.. Salah.

Masyaallah segernya minuman itu...

"Ini namanya beruang kan, Om?" Eca menunjuk gambar yang benar.

"Betul."

Dia langsung menulis huruf demi huruf dengan penuh perjuangan dan penghayatan agar membentuk kata beruang, walaupun sampai kolom yang tersedia tidak muat menampung tulisan Eca yang besar sekali.

Shanum meletakkan nampan di sampingku dan mempersilahkan aku untuk minum. Saraf haluku langsung aktif begitu saja. Astagfirullah..

Dia langsung duduk dan ikut menemani anak-anak lain yang masih melanjutkan belajar.

"Bahasa inggrisnya beruang itu bear kan, Om?" tanya Eca setelah perjuangannya menulis kata beruang selesai. Dia menyebutkan kata bear dengan logat Jombang, bukan logat bule.

"Betul! Eca pinter!" pujiku.

"Nggak pinter-pinter amat sih, Om! Cuma di kulkas kan banyak susu yang gambarnya beruang terus tulisannya bear. Eca nebak aja sih, eh taunya benar."

Spontan aku tertawa mendengar penjelasannya, ditambah ekspresinya yang polos tapi lucu. Benar-benar mood booster Eca ini.

"Bacanya itu bear, Ca! Bukan be-ar."

Aku membenarkan cara bacanya, dengan antusias Eca menirukannya secara berulang.

"Tau nggak Ca? Bear apa yang membuat nyaman?"

Dia menggeleng, "Yang ada serem om! Emang apa bear yang buat nyaman?"

Lalu dari tengkurap Eca langsung duduk sempurna karena penasaran dengan jawabannya.

"bear-ada di pelukanmu mengajarkanku apa artinya kenyamanan.." Aku menjawab Eca sambil bernyanyi, bagi anak lain yang paham langsung bersorak tapi tidak dengan Eca. Dia malah menatapku penuh tanya karena tak paham joke yang baru saja aku mainkan.

Shanum sudah tertawa puas sekali melihat aku gagal menggombali Eca. Padahal kalau saja dia tau, gombalan ku berhasil karena orang yang aku tuju jadi tertawa.

"Papanya Master gamer bukan sih?" tiba-tiba Shanum bertanya dan membuatku heran.

"Kok tau?" tanyaku balik. Papa memang suka main game kalau lagi jenuh dengan kerjaan.

"Pantes, anaknya hobi mainin hati orang!" jawabnya lalu kembali terbahak.

Allahu akbar...

Seketika aku terjungkal, terpental dan tertinju...

Joke nya nyampe banget..

Maaf Shanum!

Eca makin terheran melihat Shanum yang tertawa bahkan sampai keluar airmata, tapi kemudian dia tidak lagi mempedulikan joke yang tadi karena bingung, dia memilih melanjutkan tugasnya. Begitu selesai semua anak langsung berhamburan ke kamar masing-masing karena sebentar lagi waktunya ngaji sore.

Aku menghabiskan minuman yang dibuatkan Shanum dengan tiga kali teguk. Bukan aku yang rakus, tapi Shanum yang pelit, ngasih minuman pakai gelas mungil banget.

"Terimakasih ya Master, udah meluangkan waktu untuk anak-anak. Tapi ini gratis kan? Nggak kuat bayar soalnya!" ucap Shanum ketika dia membereskan sisa-sisa belajar tadi.

"Harus bayar dong, aku ini anak rantau yang jauh dari orang tua. Tau sendiri gimana harus ngirit sama kebutuhan! Tapi nggak harus dengan uang sih bayar ya!"

"Ogah! Master mau bilang bayar dengan cinta kan? Bidadari nggak akan tertipu lagi!" jawabnya dan langsung pergi begitu saja dengan ekspresi jijiknya.

Haha, masih Shanum yang sama ternyata.

Aku memilih tetap duduk di sini, enggan rasanya mau pulang. Lebih suka di sini. Seru.

Beberapa saat kemudian Eca keluar menemuiku katanya dia sudah maju pertama kali ngaji iqra' 6. Jadi langsung bisa keluar. Tiba-tiba muncul ide yang sangat luar biasa di kepalaku.

Aku membisiki Eca sesuatu, untung saja Eca mudah diajak kompromi. Lalu dengan semangat dia mulai menjalankan misi.

Lima belas menit kemudian dia kembali dan melanjutkan mewarnai gambarnya di sampingku.

"Beres, Om!" bisiknya lalu tos denganku.

"Mantap!" seruku.

Setelahnya aku ikut mewarnai gambar dengan Eca, tiba-tiba ada suara bising dari arah dalam. Tidak lama kemudian sumber suara bising itu keluar.

"Bunda kenapa sih?" tanya Eca.

"Bunda lagi cari hp, Ca! Lupa tadi di mana. Bunda harus menghubungi abah!" jawab Shanum sembari memutar tempat-tempat yang dia duduki tadi.

Eca dengan luwesnya ikut berdiri dan mencari hp Shanum. Aku juga pura-pura mengolak-alik buku Eca, siapa tau keselip tapi kayaknya nggak mungkin.

"Hpnya ada suaranya nggak, Bunda? Di telepon aja!" usul Eca dan Shanum langsung menepuk jidatnya.

Dia menoleh ke segala arah dan hanya aku satu-satunya makhluk Tuhan yang ada di situ dan punya hp.

Tanpa pikir panjang dia mendekat, "Master udah gajian belum? Ada uang buat beli kouta nggak? Kalau ada aku pinjam hpnya sebentar." ujarnya.

Astagfirullah,, bidadari beda ya cara minta tolongnya!

"Nih! Jangan lupa ganti koutanya!" jawabku.

"Bunda di situ saja, biar Eca yang dengerin bunyi hpnya di arah mana!" sahut Eca dan disetujui oleh Shanum.

Wanita itu langsung mengetikkan nomor hpnya. Beberapa saat kemudian Eca yang berdiri di ambang pintu langsung berteriak.

"Di lemari TV bunda!"

Shanum langsung mengembalikan hpku dan menyusul Eca yang sudah lebih dulu mengambil hpnya.

Alhamdulillah..

mission

complete!!

Dalam hati aku bersorak sambil memberi nama kontak pada nomor yang Shanum telepon tadi.

Ecaaaa...I lope you....

Bocah kecil periang itu berlari menuju buku-bukunya tadi. Dia tersenyum lebar sambil mengacungkan dua jempolnya, lalu setelahnya aku dan Eca pura-pura serius mewarnai. Pura-pura tidak tau kalau hp Shanum sengaja di sembunyikan Eca agar aku dapat nomor teleponnya. Haha

Cerdas kan aku?

Namun tawa dalam hatiku sirna begitu saja saat ada mobil yang berhenti di halaman panti dan aku tau mobil siapa itu.

Shanum langsung mengambil tasnya dan pamit pulang karena Haris sudah menjemputnya. Haris turun dan menyapa Eca juga beberapa anak panti.

Dia juga bersalaman denganku dengan senyum tanpa beban.

"Pulang dulu ya, Rey!" pamitnya lalu dengan sengaja merangkul pundak Shanum dan mencium pelipisnya.

Tidak ada penolakan dari Shanum, wanita itu malah tersenyum bahagia lalu memeluk lengan Haris dan berterima kasih saat Haris membukakan pintu untuknya.

Sopankah begitu di depan mantan calon suami??

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Faith
kirain sama alea.....gmna dg alea
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   5. Konspirasi

    Aiza Shanum KeshwariLebih suka senja atau pelangi?Aku bertanya bukan untuk membandingkan, karena pernah aku bilang semua terlihat indah di mata yang tepat, aku hanya ingin tau alasannya.Kalau aku lebih suka dengan senja. Alasannya simpel aja, mungkin sudah banyak yang bilang seperti ini. Senja itu walaupun hanya punya satu atau dua warna yang cenderung gelap tapi senja itu setia, walaupun hanya datang sebentar tapi senja selalu menepati janji untuk datang lagi di esok hari.Sedangkan pelangi, dia memang indah punya banyak warna tapi kesetiaannya masih di bawah senja, dia hanya datang setelah hujan badai, itupun tidak pasti."Sampai kapan sih mau main kucing-kucingan?" pertanyaan Mas Haris mengusik lamunanku."Siapa yang main kucing-kucingan, Mas?" elakku.Mas Haris menghela nafasnya, dia melirik arloji dan tanpa persetujuanku dia membelokkan mobil ke sebuah restoran kesukaan abah."Mampir sebentar, abah pesan sate kambing tadi!" ujarnya.Aku membiarkan dia turun sendiri karena aku

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   6. Sungguh-Sungguh

    0823365104xx[Kamu lagi di mana?]Keningku kembali berkerut mendapati pesan masuk dari nomor yang belum aku simpan. Kalau ingatanku tidak salah, ini adalah nomornya Master. Kemarin pesannya sudah aku hapus dan nomornya tidak aku simpan.Balas nggak ya?Aku tunggu sampai dua menit, kalau dia tidak telepon berarti tidak ada yang penting dan itu hanya pesan iseng saja dari dia.Dua menit bahkan tiga menit sudah berlalu dan tidak ada telepon atau pesan darinya lagi, berarti tidak ada sesuatu yang penting. Maka aku memilih mengabaikan pesan itu dan kembali fokus pada es krimku yang mulai meleleh sambil menunggu jemputan dari Mas Haris.Banyak yang bilang menunggu itu membosankan. Setuju sih. Apalagi yang ditunggu tidak ada kejelasannya. Tapi sebenarnya ada satu hal yang aku tak pernah bosan menunggunya. Rasanya masih ingin punya banyak waktu dan kesempatan agar saat itu tidak segera datang.Menunggu apa itu? Menunggu malaikat izrail..Hehe.. Agak seram ya? Tapi mau menghindar dengan cara a

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   7. Melawan Takdir

    ReyshakaDokter boleh sakit nggak? Ya boleh banget, dokter juga manusia.Sebenarnya aku cuma mau bilang kalau lagi sakit, eh enggak sakit sih cuma lagi nggak sehat aja. Mungkin efek kangen sama mama jadi suhu tubuhnya agak naik, badannya lemes, tulang-tulang terasa nyeri.Aku sudah minta tolong di injeksineurotropikoleh Doni agar meringankan keluhan nyeri di sekujur tubuh. Sebenarnya injeksi vitamin B komplek itu biasa diberikan pada simbah-simbah yang sering mengeluh nyeri."Kamu pulang aja Rey! Biar aku yang gantiin." ujar Mala ketika dia melihat aku masih tiduran di UGD."Nggak apa-apa Mal, tiduran sebentar insy

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   8. Salam Perpisahan

    Yang patah tumbuh, yang hilang bergantiYang hancur lebur akan terobatiYang sia-sia akan jadi makna..Entah sudah berapa kali aku replay lagu berjudul 'Yang patah tumbuh, yang hilang berganti' dari salah satu band indie bernama Banda Neira.Suka sekali dengan liriknya, seolah bisa menjadi mantra ampuh bagi siapa saja yang sedang rapuh dan jatuh karena kehilangan. Bukan hanya soal hubungan, tapi lirik itu juga bisa bermakna dalam untuk setiap hal di kehidupan.Setuju ya, kalau semua hal bisa kita jadikan pelajaran?Yang patah tumbuh, yang hilang berganti,Hati yang sedih akan segera pulih. Harapan, semangat dan doa yang patah pasti akan tumbuh kembali karena yang pergi dan hilang, akan terganti.Terganti itu tidak harus sama, pernah kehilangan uang tidak selalu diganti dengan uang, bisa jadi Allah ganti dengan kesehatan dan kebahagiaan yang tak terkira, sama halnya dengan kehilangan seseorang tidak harus selalu digantikan orang baru, tapi bisa juga digantikan oleh rasa ikhlas dan sem

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   9. Bakso Rusuk

    POV Shanum"Udah nangisnya?"Aku hanya bisa menggeleng untuk menjawab pertanyaan abah karena masih sesenggukan, begitu susahnya menyudahi rasa penyesalan ini. Abah mendekati untuk mengusap punggungku. Ujung mukena ku sudah sangat basah karena air mata. Setiap habis ngaji sama abah pasti aku tidak bisa menahan tangis."Apa yang kamu rasakan?""Shanum takut, Bah! Dosa Shanum begitu besar sama Allah."Abah tersenyum untuk menenangkan, semenjak tidak ada umi aku lebih bisa dekat dengan abah."Rahmat Allah lebih besar, Nduk! Yang penting kamu terus berusaha memperbaiki semuanya. Salah itu adalah bentuk dari sifat manusia, dan menjadi lebih baik itu adalah sikap. Kamu tahu kenapa bintang itu bercahaya?""Karena berada di kegelapan malam." jawabku masih sambil terisak."Ya itu ibaratnya. Bintang bercahaya karena berada di tengah kegelapan. Seperti halnya bintang, manusia juga akan bercahaya jika dia bersabar di tengah banyaknya cobaan."Aku semakin menunduk lagi. Kali ini aku merasa bersalah

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   10. Bidadari Kecil

    Aku merapikan mejaku, menata buku-buku agar lebih rapi dan enak dipandang mata. Beberapa teman guru masih terlihat sibuk di meja mereka, mungkin masih harus mengoreksi tugas siswa. Untung saja tugasku sudah selesai jadi aku bisa sedikit bersantai sembari menunggu waktu pulang."Mau pesan makan siang nggak, Bu Shanum?"Aku mendongak dan mendapati Arga yang sudah tersenyum lebar di depan mejaku. "Nggak kayaknya, Pak. Saya langsung mau pulang. Terimakasih tawarannya."Sekali lagi aku melirik arloji yang melilit di tangan kiriku, masih ada 15 menit sebelum jam pulang dan aku merasa menit-menit itu berjalan sangat lama. Kenapa lama? Karena saat ini Arga duduk di kursi yang ada di depan mejaku. Aku kira setelah menolak tawaran makannya tadi dia langsung akan pergi tapi malah dia juga memutuskan untuk tidak jadi makan dan menunggu jam pulang di sini."Ini bagus nggak, Bu?"Aku sedikit memajukan tubuhku untuk melihat sesuatu di dalam ponselnya Arga. Di sana ada gambar sebuah pemandangan tebin

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   11. Santri Baru

    'Untuk mendapatkan sesuatu yang kau ingingkan, kau harus sabar dengan sesuatu yang kau benci.'Begitu satu nasehat dari Imam Ghazali yang pernah aku baca secara tidak sengaja di sebuah akun media sosial.Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan harus sabar dengan segala proses yang ada dibaliknya, dan proses itu tidak selalu menyenangkan. Buah zaitun harus diperas sekuat-kuatnya agar menghasilkan minyak yang bermanfaat, benih harus dipendam dalam ruang tanah sempit dan gelap sebelum akhirnya dia tumbuh menjadi tanaman yang bermaanfaat. Begitu juga dengan proses kita menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat.Aku sebenarnya cuma mau curhat kalau lagi melawan rasa malas untuk bangun di tengah malam ini. Di luar sedang hujan deras dengan petir yang sesekali menyambar. Bisa dibayangkan bagaimana nikmatnya bergelung di bawah selimut pas keadaan begini.Tapi ada sesuatu hal yang akhirnya mendorongku untuk meninggalkan selimut biruku untuk menuju kamar mandi bersentuhan dengan air yang

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   12. Simulasi Menantu

    SHANUM"KANG ABAS!"Bukan namaku yang dipanggil, tapi suara keras itu berhasil membuyarkan konsentrasiku yang sedang setoran sama abah."Ayo ulangi ayat terakhir!" titah abah dengan nada setengah menegur.Aku memejamkan mata dan mencoba membayangkan ayat-ayat setoran pagi ini. Santri baru itu benar-benar harus ditakzir, berani-beraninya mengacaukan konsentrasiku.Alhamdulillah setelah sempat tersendat, aku berhasil menyelesaikan seperempt juz. Abah tidak komentar apapun hanya berpesan aku jangan sampai melalaikan murojaah, beliau langsung berdiri meninggalkan aku.Pagi ini lumayan cerah, tambah cerah lagi karena di dapur sudah ada dua iparku yang cantik-cantik sedang berkutat dengan bahan dapur agar menjadi makanan enak."Yah, gasnya habis." keluh Fadila ketika tiba-tiba api kompornya mati. "Minta tolong panggilin Mas Haris dong!" imbuhnya lagi saat mengarah padaku."Biar aku saja, Dil."Karena tadi aku lihat Mas Haris dan Mas Nadim sedang sama-sama sibuk, aku putuskan untuk mengganti

Latest chapter

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   42. Sempurnanya Hidup

    "Mengasuh anak itu tugas orangtua.Bukan ibu saja atau ayah saja.Bikinnya berdua urusnya bersama.Karena anak juga butuh figur ayahnya," Mas Rey langsung membuka sebelah matanya begitu mendengar nyanyian yang sengaja aku keraskan. Cengiran lebar muncul di wajahnya sejurus dengan matanya yang terbuka sempurna. Masih sambil cengar-cengir dia membuka selimut dan mulai mendekatiku yang sedang menimang bayi perempuanku. Bayi cantik ini sejak jam satu tadi tidak mau tidur dan sekarang sudah menjelang shubuh. Mas Rey mengambil alih anaknya kemudian aku langsung tak sabar untuk rebahan, rasanya pinggangku udah pindah tempat. Lebai sih ya? Sebenarnya aku nggak kesel kok sama Mas Rey, cuma pengin ngerjain dia aja kebetulan udah mau masuk waktu shubuh jadi biar dia bangun. Sekalian gantiin gendong sebentar juga sih. Memang capek dan pegel banget ngurus dua bayi sekaligus tapi aku sangat menikmati. Terlebih lagi ketika harus pindah ke rumah sendiri dan bayi cantik itu punya kebiasaan bangun

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   41. Plasenta Akreta

    SHANUM "Penghapusan proses hukum seseorang yang sedang berjalan?""Apa Mas?" tanyaku lagi karena Mas Rey tak juga menjawab, dia malah sibuk menata baju-baju bayi."Mas?"Mas Rey menghela napasnya kemudian berdiri menghampiriku. Langsung saja dia mengambil ponsel yang sejak tadi menemaniku membunuh waktu.Tanpa bersuara Mas Rey menunjuk jam dinding di ruangan VIP ini. Aku hanya bisa tersenyum semanis mungkin agar dia tidak marah karena sampai jam satu malam ini aku belum juga bisa tidur."Tidurlah!" titahnya dengan nada final ditambah ekspresi serius yang membuat aku tak berani mendebatnya lagi. Mas Rey tidak pernah bersikap seperti ini, kecuali kalau memang dia sedang tidak ingin dibantah.Aku menarik selimut berwarna biru berlogo rumah sakit ini hingga sebatas leher, mencoba memejamkan mata. Namun, bukan kantuk yang aku dapat, malah matanya pegel. Aku kembali membuka mata dan mendapati Mas Rey yang masih duduk sambil menatapku. Akhirnya dia tersenyum kemudian melepas sandalnya dan i

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   40. Master Jenggala

    SHANUM Rasanya merinding banget sore ini, antara haru, bersyukur, sedih, dan segala macam emosi lainnya. Terharu karena kali ini aku menyambut hari raya dengan penuh cinta dan berkah, bersyukur karena aku mempunyai keluarga baru yang penuh dengan kasih sayang, dan sedih karena lebaran tahun ini aku harus jauh dari abah dan tidak bisa berziarah ke umi. Sehabis sholat ashar aku berjalan beriringan dengan Azkia dan Mbak Alea menuju pemakaman keluarga Bani Ahmad, bukan hanya kami bertiga tapi semua keluarga yang ada di Semarang kini menuju kesana, untuk mengirim doa pada leluhur. Kecuali Si Master Jenggala yang harus kembali ke habitatnya. Astaghfirullah.. Entah berapa kali aku harus menyabarkan diri karena kesel sama Mas Rey. Bisa-bisanya dia mengambil pekerjaan ke luar kota. Mau melarang kok kayaknya Mas Rey seneng banget dapat ajakan baksos dari temannya, Tapi dibiarkan berangkat kok rasanya jadi seperti ini, seharusnya bisa menikmati malam takbiran dengan hikmat, kini malah jauh. E

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   38. Pillow Talk

    REYSHAKA"Nah itu setelah sujud, sebelum berdiri rakaat kedua kita duduk dulu baca tasbih 10 kali, baru berdiri lagi kan?" Mama menjeda ceritanya karena tidak kuat menahan tawa, sampai keluar air mata."Bisa-bisanya dua bidadari nya Rey ini tidur, nggak ikut berdiri rakaat kedua terus bangunanya pas udah dengar imam ngucap salam, baru mereka ikut salam," lanjut mama masih dengan tawanya, malah kini seluruh manusia yang duduk di meja makan ini ikut terpingkal.Kecuali Eca dan Shanum, mereka berdua sama-sama manutup wajah dengan jilbab karena malu. Mama baru saja menceritakan kejadian menggelikan saat tengah malam tadi kita berjamaah sholat tasbih. Jarang-jarang aku melihat mama bisa tertawa sekeras ini."Jadi mereka berdua cuma ikut satu rakaat terus salam, Ma?" tanya ArshaMama masih berusaha menghentikan tawanya, membuat Eca semakin mendusel ke lenganku, begitu juga Shanum, dia sudah ndusel ke mama karena malu. "Iya, mereka cuma ikut satu rakaat, habis itu pede banget langsung ikut s

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   37. Srikandi

    SHANUMAlhamdulillah..Kalimat syukur yang ingin rasanya aku ucapkan di setiap hembusan napas ini. Karena hingga detik ini, Allah sudah mengganti semua kesedihanku yang lalu dengan kebahagiaan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.Alhamdulillah setelah beberapa hari yang lalu aku kembali harus absen menjalani puasa karena kondisi yang melemah, hari ini aku bisa kembali ikut melaksanakan kewajiban umat islam itu.Rasanya puasa kali ini semakin lengkap karena kehadiran Eca. Aku nggak pernah menyangka Mas Rey akan memberikan kejutan yang begitu indah dengan resmi mengadopsi Eca sebagai anak kami. Udahlah aku bingung gimana caranya berterimkasih padanya, emang beneran shableng. Dalam segala hal. Bahkan untuk hal peka dan kebaikannya pun bisa di sebut sableng karena saking luar biasanya.Hari ini alhamdulillah keadaanku sudah berangsur normal, jadi aku bisa ikut menghadiri acara buka bersama di pesantren Al Khadijah, tempatnya Bunda Syifa.Acara sore ini dihadiri hampir seluruh kelua

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   36. Anak Pertama

    REYSHAKA"Jangan pakai body wash yang aroma itu!""Jangan pakai pomade kalau di rumah!""Jangan makan nasi goreng kalau mau pulang ketemu aku!""Jangan pakai parfum kalau mau peluk aku!"Nikmatnya punya istri yang lagi ngidam. Alhamdulillah.. Aku bangga!Permintaan-permintaannya yang kadang konyol membuat aku jadi serba salah, mau begini salah, mau begitu juga nggak bener. Aku menjauh dia nangis minta dipeluk, giliran udah dipeluk, ngomel-ngomel karena nggak suka aroma parfum ku, padahal ini parfum udah sejak lama aku nggak pernah ganti merk, sejak sebelum menikah malah. Baru sekarang dia protes.Atau kalau tiba-tiba aku lupa mandi pakai sabun yang udah dari jaman jahiliyah tersedia di kamar mandi, dia akan ngomel nggak berhenti. Nggak nyalahin juga sih karena ketika dia mencium aroma itu langsung muntah.Akhirnya aku Singkirkan semua, dan ajak dia ke supermarket, aku suruh dia milih aroma sabun yang dia mau, hasilnya? HAHA... Beli satu karton body wash yang katanya aromanya enak. Fe

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   35. Sabun Yang Salah

    REYSHAKAHari ini aku jaga siang dan baru sampai di rumah sekitar pukul 10. Sebelum sampai rumah, aku mampir dulu untuk membeli buah, sayur, susu, vitamin, pokoknya sekiranya uangku yang ada di dompet masih cukup, aku pakai buat beli makanan sehat untuk Shanum. Mama sampai geleng-geleng kepala melihat aku pulang dengan tangan kanan kiri membawa belanjaan."Ya Allah, Rey! Ini kalau busuk gimana?" tegur Mama Ketika aku sibuk menata belanjaan di kulkas."Kalau sampai gampang busuk, aku protes ke pabrik kulkasnya, Ma. Iklannya aja bikin makanan awet kok,"Mama menghela napasnya, mungkin dalam hatinya nyebut gini kali ya, 'Ya Allah anakku ganteng amat!'"Mama tau kamu mau Shanum makan sehat terus, tapi kasihan lho kalau kamu giniin! Orang hamil itu nggak bisa makan setiap yang disajikan, ada kalanya pengin yang lain. Jangan dipaksa!"Tiba-tiba dari arah luar, Arsha yang baru pulang dari tarawih keliling langsung nyelonong ngambil buah pir yang udah aku tata rapi."Tenang, Ma! Ada Arsha yan

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   34. Paket Misterius

    REYSHAKAEntah berapa kali aku melihat Shanum merubah posisi, sejak tadi keluar dari rumah dia terlihat tak tenang dan gelisah. Tepat disaat lampu kuning bergeser naik ke warna merah, aku menginjak rem agar selamat dari kejaran Om Pol. Intinya lagi lampu merah jadi harus berhenti."Kenapa sih? Laper?" tanyaku.Shanum langsung mengerucutkan bibirnya, pengin banget dicium.Astaghfirullah, puasa Rey! Tahan!"Deg-degan Mas!""Ya Alhamdulillah kan kalau masih deg-degan!"Lagi-lagi dia protes kali ini mengerang frustasi sambil memukul lenganku berkali-kali. "Aku takut mau ikut simaan, duetnya sama senior-senior yang masyaallah lanyahnya!"Persis seperti dugaanku, Shanum resah daritadi karena memikirkan simaan keluarga yang hari ini akan dilaksanakan di rumah Simbah, pesantren pusat.Selepas shubuh tadi aku mengantarnya menuju tempat acara, sedangkan mama akan menyusul nanti agak siangan.Keresahan Shanum tidak hanya pagi ini saja, sejak semalam dia sudah sibuk banget murojaah, sampai sepert

  • Ning Bidadari yang Dilamar 99 kali   33. Cuci Piring

    SHANUM"Besok kita tarawih ke tempat Kak Alea yuk! Udah lama nggak main kesana! Kangen juga!"Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk.Mas Rey merubah posisinya jadi miring menghadapku. Sambil bersedekap dia diam menatapku."Kenapa?""Cemburu nggak?" tanyanya balik."Hmm? Gimana?"Bukannya menjawab, dia malah mencibirkan bibirnya, sambil komat-kamit nggak jelas."Cemburu nggak kalau dengar suaminya semangat menceritakan wanita lain?"Detik itu juga aku paham, Mas Rey sedang memancingku. "Cemburu lah, masa enggak!" jawabku.Jujur kok, memang ada rasa nggak nyaman.Mas Rey makin tersenyum lebar, kini dia sudah menghapus jarak diantara kita, mendekapku erat dan mengecup keningku."Ngomong dong! Jangan cuma sibuk dengan pikiran sendiri, kalau pikiran kamu benar ya nggak masalah, tapi kalau sampai nggak benar kan repot. Jadi salah paham.""Jadi sengaja nih?"Dia mengangguk, "Soalnya kamu langsung diem aja sehabis kita belanja tadi, padahal pas belanja kayak reporter bola, aku mi

DMCA.com Protection Status