Share

Menyerah

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-02 11:15:00

Zhafira berlari menyusuri lorong rumah sakit yang lengang karena jam sudah menunjukkan pukul dua pagi.

Tadi ketika kakek Kallandra mendapat telepon dari granpa Edward yang memberi tahu mengenai kondisi Kaivan—kebetulan Zhafira sedang bersama beliau dan mendengar semua yang dikatakan grandpa Edward.

Saat itu juga Zhafira memohon ijin Kallandra untuk pergi ke Jakarta untuk menemui suaminya.

Kakek Kallandra tidak bisa menolak, ia pun khawatir dengan kondisi Kaivan dan mereka akhirnya berangkat ke Jakarta.

Zhafira baru mendapat kabar jika penyebab dari musibah yang dialami Kaivan adalah karena ingin menolong Imelda dari Marco.

Namun hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk tetap pergi melihat kondisi Kaivan secara langsung.

“Fira,” panggil Xander ketika langkah Zhafira tiba di depan pintu ruang ICU.

Zhafira menoleh. “Pak Xander ….”

Langkah Zhafira mendekati Xander, berdiri tepat di depannya. <
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nikah Yuk!   Rindu

    “Kaivan memutuskan hubungan apapun denganku demi menjaga perasaanmu.”“Kaivan meminta aku menjauhinya.” Semua kalimat yang diucapkan Imelda berseliweran di benak Zhafira membuatnya tidak fokus. Hari ini Zhafira lebih sering melamun dalam mengawasi proyek pembangunan resort. “Ada masalah? Hari ini anda tampak pucat, Nyonya Fira?” tanya Karl memperlihatkan perhatiannya. “Tidak, saya hanya kurang tidur …,” sanggah Zhafira jujur. Memang benar ia kurang tidur tadi malam karena bolak balik Jakarta-Puncak untuk mengecek kondisi suaminya. Zhafira dan kakek Kallandra memutuskan kembali ke Puncak setelah mengetahui kondisi Kaivan sudah stabil. “Apa ada yang perlu kita diskusikan?” tanya Zhafira kemudian. Karl lantas memberitahu Zhafira mengenai kendala yang baru saja muncul, mereka bertukar pikiran untuk mencari solusinya. Hari hampir sore ketika Kallandra datang ke pro

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Nikah Yuk!   Menyiksa

    Kaivan mengerjapkan mata tatkala ia merasakan sesuatu—seperti jarum menusuk tangannya. Setelah membuka matanya baru ia tahu jika seseorang pria dengan stetoskop di leher sedang menyuntikkan sesuatu pada lengannya. Kaivan yakin jika pria paruh baya itu adalah dokter yang diutus keluarga Gunadhya untuk merawatnya. “Jangan bergerak dulu, saya sedang memberikan obat penahan sakit,” sergah pria itu saat Kaivan hendak menegakan tubuh. “Saya dokter Hadi diutus grandpa kamu untuk membawa kamu kembali ke Jakarta,” imbuh pria itu usai menyuntikkan obat. “Enggak, Dok! Saya enggak akan pulang, saya akan di sini … istri saya mana, Dok?” Kaivan berusaha menegakan tubuhnya untuk turun dari atas ranjang namun rasa sakit di sekujur tubuh juga kepalanya menahan Kaivan hingga akhirnya pria itu kembali terbaring lemah. “Kamu belum pulih betul, kamu harus mendapat perawatan intensif untuk luka dalam kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Nikah Yuk!   Demi Zhafira

    “Saya enggak pernah memilih bahan ini, Pak … saya minta yang kualitasnya lebih baik dari ini sesuai dengan apa yang pernah saya sampaikan sama Pak Xander.” Zhafira panik saat melihat bahan bangunan yang tidak sesuai dengan yang ia inginkan. “Maaf Bu, saya bukan bagian pemesanan bahan … saya hanya menerima saja, untuk pemesanan bahan ada bagiannya lagi, atau jika Bu Fira kurang puas bisa langsung menghubungi Pak Xander,” ujar wakil dari perusahaan Xander yang memimpin proyek pembangunan resort tersebut. Bibir Zhafira mencebik kesal, bagaimana ia bisa menghubungi Xander karena ponselnya tertinggal di Jakarta. Selama ini Zhafira dan kakek Kallandra berkomunikasi melalui telepon rumah dan email. Zhafira menduga jika ini pasti ada hubungannya dengan berdebatan kemarin di rumah sakit—Xander jadi bersikap tidak profesional. “Bisa hubungi Pak Xander dari hape Bapak? Hape saya tertinggal di rumah.” Zhafira berdusta.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Nikah Yuk!   Pertemuan

    “Ayang mau mandi?” Kaivan bertanya basa-basi karena semenjak istrinya memasuki kamar, Zhafira tidak berucap sepatah kata pun meski hanya sekedar menyapanya. “Iya, Mas udah mandi, kan?” sahut Zhafira yang juga bertanya basa-basi agar Kaivan tidak mengira ia masih marah hingga nanti mereka akan terlibat perdebatan dan berakhir dengan Kaivan meminta peluk atau cium untuk meyakinkan dirinya sudah tidak marah. “Udah, tapi kalau Ayang mau aku temenin boleh kok, Yang.” “Enggak usah, Fira bisa mandi sendiri,” kata Zhafira disusul suara pintu ditutup. Kaivan tertawa pelan menanggapi sikap Zhafira, ia tahu Zhafira masih kecewa, ia juga tahu jika sikapnya menyebalkan dan sering membuat Zhafira kesal tapi ia takjub karena Zhafira masih seperti Zhafira yang dulu. Menghargai dan menghormatinya sebagai seorang suami. Dan yang membuat Kaivan bahagia saat ini adalah Zhafira pulang tepat waktu sesuai janjinya tadi sia

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Nikah Yuk!   Semua Beres

    “Kakek ada, Bro!” sapa Arkana pada sekretaris kakek Kallandra. “Ada Pak, di dalam ….” Sang sekretaris beranjak dari kursinya, melangkah cepat bermaksud membukakan pintu untuk Arkana. Pasalnya ia sudah diberitahu oleh kakek Kallandra jika Arkana akan datang. “Silahkan masuk, Pak.” Si pria sekretaris berujar setelah membuka pintu. “Thanks, Bro!” Arkana menepuk pundak pria yang seumuran kakak pertamanya itu sambil melangkah masuk ke ruangan sang kakek. Di dalam sana perhatian kakek Kallandra teralihkan dari layar datar canggih di depannya. “Semua beres, Kek.” Arkana memberikan map berisi sebuah berkas penting. Pria itu lantas duduk di depan meja kakek Kallandra selagi beliau membaca isi berkas tersebut. “Ijin resort Kakek di Puncak udah keluar, aman pokoknya.” Arkana memberitau dengan nada jumawa. Kallandra tidak mengira jika Arkana bisa secepat ini memban

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Nikah Yuk!   Menyelesaikan Masalah

    “Loh! Ayah … Bunda,” gumam Zhafira terkejut melihat kedua mertuanya turun dari mobil. Zhafira tidak mendapat informasi sebelumnya jika kedua mertuanya yang berdomisili di Vietnam akan datang berkunjung. Tapi kemudian ia teringat dengan Kaivan, tentu saja ayah bunda pasti datang untuk melihat keadaan Kaivan. Saat ini Zhafira sedang berada di proyek memantau kinerja para pekerja. “Fira, anak Bunda.” Dari jauh bunda Aura merentangkan kedua tangan, mengundang Zhafira masuk dalam pelukannya. “Bunda ….” Zhafira memeluk bunda Aura erat. “Apa kabar sayang?” Aura bertanya usai mengurai pelukan. Kedua tangannya beralih membingkai wajah Zhafira. Mengamati sang menantu yang tampak lebih kurus dari terakhir ia melihatnya. “Fira baik, Bun … Bunda apa kabar?” “Bunda enggak tenang di Vietnam, kepikiran kamu sama Kai terus ….” “Fir,” sapa ayah Narendra membe

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • Nikah Yuk!   Memperbaiki Kesalahan

    Kaivan juga tahu, ayah dan bunda beserta seluruh keluarga sedang menghukumnya dengan mengabaikan dan acuh terhadap dirinya meski sedang terluka parah. Dan tidak ada yang bisa Kaivan lakukan selain menerima dengan pasrah dan lapang dada. Memprotes pun percuma karena memang Kaivan menyadari dirinya memang salah. Zhafira tidak kembali lagi ke proyek setelah makan siang, menemani kedua mertuanya berbincang banyak hal melepas rindu. Meski diabaikan tapi Kaivan tetap bertahan dengan duduk di samping Zhafira karena kini mereka sudah pindah ke ruang keluarga. Dan masih membahas Zhafira dengan proyeknya tanpa sekalipun bertanya bagaimana kondisi Kaivan sekarang. “Jadi Ayah sama Bunda benar-benar terlibat dalam menyembunyikan Fira dari Kai?” celetuk Kaivan di tengah-tengah pembicaraan serius antara Zhafira dengan kedua mertuanya. Ketiganya pun menoleh ke arah Kaivan yang wajahnya berubah masam. “Te

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03
  • Nikah Yuk!   Menerima Kembali

    “Kek … maafin, Fira.” Zhafira mengerutkan wajahnya, sangat menyesal. “Minta maaf untuk apa?” kakek Kallandra bertanya dengan santai seolah hatinya dalam keadaan baik padahal tadi malam baru saja mendengar keinginan Kaivan yang resign dari perusahaan yang akan diwariskan kepadanya. “Menurut Kakek, Fira harus gimana? Kasih tahu Fira, Kek … Fira bingung.” Zhafira berjalan di samping kakek Kallandra, mereka sedang berada di proyek dan tatapan mata kakek Kallandra tampak berbinar penuh takjub melihat progres dari pembangunan resort miliknya. Kakek Kallandra menghentikan langkah lalu menghadapkan tubuhnya agar bisa menatap Zhafira yang terlihat gundah sedari pagi. “Kamu maunya gimana? Jangan pikirin Kai, kamu fokus sama keinginan kamu saja.” Kakek Kallandra malah mengembalikannya kepada Zhafira. “Proyek ini ide Fira, Fira ingin menyelesaikannya tapi masih membutuhkan waktu beberapa bulan lagi mungkin sampai satu tahun

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-03

Bab terbaru

  • Nikah Yuk!   Tamat

    “Arumi Kamaniya Gunadhya.” Suara sang Papa yang pelan namun terdengar tegas membuat Arumi-bocah berumur lima tahun itu menegang. Arumi sedang bermain di halaman belakang, ia masuk ke dalam rumah untuk mengambil air minum karena udara hari ini sangat panas. Tapi malah bertemu papanya yang baru saja pulang kerja. Dan kenapa sang Papa tampannya memanggil namanya dengan tegas, sudah dipastikan karena telah melihat hasil ujian semester ini. Arumi membalikkan badan, matanya menatap takut-takut sang papa lantas mengumpulkan keberaniannya untuk memberikan senyum sejuta pesona. “Enggak mempan, sayang.” Meski keluar kata ‘sayang’ tapi ekspresi wajah Kaivan terlihat datar. “Duduk sini samping Papa.” Kaivan menepuk Spaces kosong di sofa yang ia duduki. Arumi duduk di samping papanya dengan gerakan lemah gemulai bak seorang princess. Bahkan sempat merapihkan rok belakangnya agar tidak kusu

  • Nikah Yuk!   Menguras Energi

    “Kamu pucat, Yang … tadi enggak sarapan sih,” tegur Kaivan, tangannya terulur mengusap keringat di pelipis Zhafira setelah mengangkat helm proyek di kepala istrinya. Mereka sedang berada di salah satu proyek untuk keperluan pengecekan dan koordinasi karena perhari ini pengerjaan resmi di mulai. Zhafira memaksakan sebuah senyum untuk menunjukkan ia baik-baik saja. “Tadi Fira belum lapar, tapi Fira bawa bekal kok Mas di mobil.” Zhafira berdusta, padahal tadi ia muntah-muntah di kamar mandi sehingga terlambat ikut sarapan di meja makan. Dan sebenarnya bukan tidak lapar tapi Zhafira merasakan mual dan begah pada perutnya. Ia sadar selama beberapa hari terakhir terlambat makan sehingga bisa dipastikan asam lambungnya pasti kambuh. Zhafira tidak ingin Kaivan mengetahui hal tersebut. “Ga, bawain bekal di mobil untuk ibu …,” titah Kaivan pada sekertaris Zhafira. “Baik Pak,” sahut pria

  • Nikah Yuk!   Sayang

    Suasana kantor Kaivan tampak kondusif di jam setelah makan siang. Anggukan seorang satpam yang ada di loby depan menyambut kedatangannya setelah bertemu klien sejak pagi tadi. “Istri saya masih di atas?” Kaivan bertanya pada salah seorang sekuriti yang berada di dalam gedung. “Masih, Pak ... ibu dia atas sama Rey.” Pria itu menjawab sambil setengah berlari lebih dulu untuk menekan tombol lift. Kaivan mengangguk samar kepada security sebelum masuk ke dalam lift diikuti sekretaris cantiknya bernama Irma. “Nanti malam ada acara sosial bersama pak Wali Kota, Pak.” Irma memberitau sambil membaca iPad di tangannya. “Belikan satu gaun untuk istri saya, saya lupa kasih tahu kalau hari ini ada pesta.” “Baik, Pak!” Ting … Detik berikutnya setelah lift berdenting, Kaivan dan Irma keluar dari lift. Seorang pria muda tampan dan bertubuh atletis seperti K

  • Nikah Yuk!   Pantas

    Setelah resign, Zhafira tidak memiliki kegiatan selain menggambar sketsa. Setiap hari ia menghabiskan waktunya di perpustakaan menggambar banyak bangunan menunggu Kaivan pulang kerja yang saat itu sedang asyik dengan kedekatan bersama Imelda sehingga pulang selalu larut malam. Ternyata apa yang ia kerjakan itu tidak sia-sia. Zhafira mengirim semua karyanya pada Architecture Design Competition yang diadakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia dan juga Lomba design gedung dan jembatan yang diadakan pemerintah. Dan hasil Karya Zhafira selalu menjadi pemenangnya. Seperti malam ini, Zhafira diundang oleh Gubernur Jawa Barat untuk menerima penghargaan dan hadiah atas kemenangannya dalam mendesain ulang bangunan yang tidak berfungsi dengan baik atau bahkan terbengkalai di Kota Bandung menjadi bangunan dengan fungsi baru yang nyaman, aman, berkelanjutan, dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan kota itu sendiri.

  • Nikah Yuk!   Kebiasaan

    Suara tangis Rey yang membahana membuat Kaivan dan Zhafira terjaga dari tidur yang lelap di dini hari. Kaivan menegakan tubuhnya lebih dulu, menurunkan kedua kakinya lalu beranjak menghampiri box bayi Rey. “Tunggu aja di sana, Yang … aku bawa Rey ke sana.” Zhafira menaikkan kakinya kembali, menumpuk bantal untuk membuatnya nyaman bersandar ketika menyusui. Sementara itu Kaivan mengecek popok Rey. “Alexa, play You Are My Sunshine,” perintah Kai pada smart speaker yang berada di atas nakas. Lagu You Are My Sunshine mengalun dengan volume rendah dan tangis Rey perlahan berhenti. Kaivan jadi bisa dengan mudah mengganti popok Rey yang sudah penuh. Zhafira memperhatikan Kaivan dari atas ranjang, suaminya begitu mahir mengganti popok dengan lebih dulu membersihkan bagian bawah tubuh Rey. Tidak sia-sia Kaivan resign, karena selain memiliki banyak waktu untuk bersama Zhafira—ia juga me

  • Nikah Yuk!   Sempurna

    Bayi laki-laki gempal yang diberi nama Reynand Arkananta Gunadhya itu hanya selisih satu bulan lahir ke dunia dengan anak keempat pasangan Arkana dan Zara. Bahkan Zara sudah bisa menghadiri peresmian resort kemarin. Zhafira jadi semangat untuk cepat pulih karena ada rumah baru mereka yang menanti di Bandung. “Eeeh, sudah cantik cucu Nenek.” Nenek Shareena memuji Zhafira yang sudah mandi dan cantik sepagi ini. Nenek Shareena bersama grandma Monica masuk ke ruangan rawat Zhafira. “Nenek … Grandma.” Zhafira balas menyapa dengan senyumnya yang khas. Zhafira duduk bersandar di ranjang yang bagian kepalanya dibuat tegak. Wajah Zhafira berseri-seri, segar dan cantik. “Kemarin Grandma pulang duluan anterin nenek kamu ini yang masuk angin … pakai acara kerokan lah kita sampe rumah.” Grandma Monica misuh-misuh karena gara-gara itu ia tidak bisa langsung bertemu cicitnya. “Terus sekarang

  • Nikah Yuk!   Kelahiran

    Zhafira memejamkan matanya tatkala rasa mulas dan nyeri di bagian pinggang menghantam begitu dahsyat. Genggaman tangan Zhafira di tangan Kaivan yang duduk di samping sambil mengusap perutnya pun mengerat kuat. Keduanya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Kebetulan heli milik kakek Kallandra yang beberapa bulan terakhir ini terparkir di halaman belakang Villa merupakan heli jenis KA 62 yang mampu menampung hingga sepuluh orang sehingga grandpa Edward, grandma Monica juga nenek Shareena bisa ikut menemani Zhafira yang akan melakukan persalinan.Sementara kakek Kallandra dan keluarga yang lain akan menyusul setelah acara peresmian resort selesai. Di antara rasa sakit yang sedang Zhafira alami selama ini, terselip lega dan puas karena dengan mengepalai proyek pembangunan resort tersebut—ia bisa membuktikan siapa dirinya kepada dunia. Zhafira bukan hanya Zhafira yang berasal dari keluarga broken home dan manta

  • Nikah Yuk!   Gunting Pita

    Zhafira merasakan tubuhnya tidak nyaman, perutnya mulas tapi setiap kali duduk di atas closet—mulas itu lenyap entah ke mana. Sayangnya Zhafira tidak memiliki waktu untuk mengkhawatirkannya karena besok adalah peresmian resort dan hari ini segala sesuatunya harus sudah siap seratus persen. Jam sembilan malam Zhafira masih sibuk menata venue padahal sudah ada Event Organizer tapi Zhafira tidak percaya begitu saja dan tetap mengecek setiap detailnya satu persatu. Kakinya yang bengkak terasa kebas, belum lagi rasa mulas semakin sering mendera meski hilang timbul. “Yang, kita pulang sekarang … udah malem.” Nada suara dan sorot mata yang tegas milik Kaivan tidak bisa Zhafira tawar lagi, ia harus menurut. Selama ini Kaivan selalu mengalah, berusaha mengerti keinginannya jadi tidak semestinya Zhafira membantah apalagi ini demi kebaikan dirinya dan si janin. “Iya Mas, Fira pamit sama EO-nya dulu.”

  • Nikah Yuk!   Dukungan

    Beberapa hari terakhir Kaivan selalu terbangun tengah malam terusik oleh pergerakan Zhafira yang gelisah dalam tidurnya. Perut Zhafira sudah sangat besar, dokter mengatakan jika sebentar lagi akan melahirkan tapi Zhafira masih bertahan tinggal di Puncak hingga peresmian resort. Begitulah permintaan Zhafira pada Kaivan yang tidak bisa Kaivan tolak. “Yang,” panggil Kaivan menegakan sedikit tubuhnya mengecek keadaan sang istri. “Begah, Mas … Fira juga engap banget, keluh Zhafira dengan mata berkaca-kaca. Semenjak hamil Zhafira memang mudah mengeluarkan air mata membuat Kaivan kalang kabut berusaha agar air mata Zhafira berhenti mengalir. “Coba bobonya sambil duduk, nanti aku benerin posisi tidur kamu kalau kamu udah terlelap.” Kaivan mencoba mencari solusi dengan terlebih dahulu ia menegakan tubuhnya bersandar pada headboard agar Zhafira bisa bersandar di dadanya. Zhafira menurut, dengan ban

DMCA.com Protection Status