Papa, Sara, dan Banyu duduk berjejer di dalam satu pesawat. Mereka akan balik ke ibu kota sore ini setelah Sara diperbolehkan pulang oleh dokter.
Sementara Babal, Ardi dan Disha, masih mau menikmati liburan mereka. Biarlah tim penggembira itu bersenang-senang, sebelum Babal akan Sara repotkan selama kehamilannya ini. Mungkin Ardi dan Disha juga akan kerepotan karena Banyu tampak akan menjadi suami super posesif dan siaga nantinya. Ya bagaimana tidak? Banyu punya beban untuk meyakinkan Papa Mario atas tanggung jawab dan perhatian penuhnya terhadap Sara.Meski suasananya sudah lebih mencair, Sejak masuk ke dalam pesawat, Mario sama sekali belum berbicara apapun dengan Banyu. Membuat Sara gemas sendiri."Papa tahu gak? Seberapa bahagia Sara hari ini?"Mario menaikkan kedua alisnya saat putrinya membungkus lengannya dengan manja."Sara bahagia banget Pa. Dua lelaki kesayangan Sara kini kembali. Momen-momen yang selalu Sara impikan saat Papa m"Kenapa, Hon?" tanya Banyu saat Sara terlihat menghela napas kasar seraya menyurukkan kepalanya di dada Banyu."Papa pasti kesepian di rumah. Biasanya kita selalu makan malam bersama, terus ngobrol di ruang tengah. Atau aku bantuin Papa mengurus beberapa hal di ruang kerjanya sambil ngerjain endorsment."Tangan Banyu membelai kepala Sara dengan sayang. "Kamu bisa telpon Papa, Hon. Atau mau aku telponin?"Sara menggeleng. "Papa udah tidur jam segini."Ini memang sudah pukul sebelas malam, dan Mario selalu tidur sebelum sepuluh malam. Beliau selalu menerapkan jam tidur sehat supaya bisa bekerja lebih produktif esok harinya. Ya tidak heran, Mario kan pemilik perusahaan kesehatan."Sayang, aku kepikiran sesuatu." Sara mendongak menatap Banyu.Lelaki itu pun menaikkan kedua alisnya, bertanya. "Apa?""Boleh gak Kikut dikasihkan ke Papa, biar gak kesepian banget kalau punya hewan peliharaan."Banyu melotot. "Sara, wala
"Ish! Salah siapa sih kamu buru-buru, sampai gak lihat jalan?"Sara meniup-niup kening Banyu. Lelaki itu kemarin baru saja mendapatkan lima jahitan akibat menabrak pinggiran pintu dan bocor."Aku panik Hon waktu dengar Bumi nangis kejer. Jadi aku lari gak lihat-lihat. Mana baru bangun tidur di sofa, terus ingetnya masih rumah lama.""Ck! Bumi nangis kan wajar sayang. Kalau gak minta susu ya gak nyaman. Kamu gak perlu sepanik itu." Kini, Sara mengusap pelan perban sekitar perban itu dan menyelipkan rambut ikal Banyu ke belakang.Tangan Banyu melingkar di pinggang Sara yang berdiri di depannya. "Iya, maaf. Lain kali aku hati-hati."Banyu mendongak dan menatap istrinya yang serius sekali meniup luka Banyu tersebut. "Honey, Kiss me a little, please!" katanya dengan nada berbisik."Gak bisa, kita harus segera keluar sekarang. Itu udah rame loh. Gak sopan membuat mereka nunggu." tolak Sara.Banyu memberengut. "Satu k
Sara dengan lihai memoleskan lipstik warna merah terang ke bibirnya. Dengan bantuan kaca mungil yang selalu ada di tas kecilnya, ia memastikan kembali riasannya pagi ini sudah sempurna. Paling tidak, jika terjadi apa-apa nanti, ia masih terlihat cantik badai."Bal," panggil Sara pada seorang disampingnya yang sudah sejak lima tahun lalu menjadi asisten pribadinya. "Kalau gue udah gak kaya lagi, lo lebih baik balik kampung aja. Beli sawah kek, bangun warung atau jadi juragan sapi. Terserah lo. Yang penting gaji besar yang gue kasih selama lo kerja sama gue, berguna. Gue harap hidup lo gak ngenes banget.""No no no!" kilah Iqbal alias Babal sambil mengayunkan telunjuknya ke kanan dan ke kiri seperti jarum jam. "Gue tetep setia sama lo. Mau lo kaya atau miskin. Gue rela gak dibayar asal tetep bisa urusin lo."Sara menghela nafasnya kasar lalu menghempaskan rambut curly-nya dengan manja. "Jangan naif deh. Makan lo kan banyak, setelah ini gue udah gak bisa kasih lo makan lagi. Nanti lo mal
Banyu Sadewa terpaksa menyempatkan datang ke rapat internal dimana ia pernah menanam saham di sana, PT. Healthy Human. Awalnya ia tidak ingin datang karena merasa tidak terlalu penting. Toh, saham yang ia punya di sana tidak begitu banyak. Namun, salah seorang senior yang lebih dulu menanam sahamnya di HH mengajaknya untuk melihat detik-detik hancurnya perusahaan besar itu, akhirnya ia berangkat.Banyu sudah mendengar berita soal Mario Iswary tertangkap polisi. Meski semua orang menganggap berita ini menghebohkan, Banyu justru berpikir jika ini berita yang epic. Seorang Mario Iswary, pengusaha terkenal di bidang kesehatan, lifestyle dan kini merambah ke kecantikan, ditangkap atas kasus pencucian uang. Apalagi konon melibatkan tokoh publik yang sedang sangat di sorot namanya karena akan mencalonkan diri jadi pejabat. Tentu saja Banyu penasaran, bagaimana nasib perusahaan besar itu? Sementara kabarnya, banyak karyawan yang demo minta resign sekaligus uang pesangon. Apa benar nanti ia ak
Babal bersidekap dan bahu kirinya menyandar di kusen pintu, memperhatikan orang gila di dalam kamarnya. Meraung-raung sambil menutup wajahnya dengan bantal, kadang nungging, kadang kakinya menendang-nendang seperti anak yang sedang tantrum, kadang tertawa linglung sambil menjambak rambutnya sendiri. Benar-benar tidak habis pikir, mengapa bisa ia mengevakuasi bosnya yang superaneh ini. Apa mungkin Sara makan kecubung sampai bisa begini?Lagipula apa yang sebenarnya terjadi di ruang meeting?Tadi Sara meminta Babal untuk menunggunya di ruangan sekretaris, lalu saat mendengar ribut-ribut, ia keluar dan mendapati semua orang yang mengikuti rapat sudah keluar ruangan dengan wajah yang tidak mengenakkan. Terakhir sebelum ia mau masuk ke ruang meeting untuk menjemput Sara, ia berpapasan dengan Banyu, spesies lelaki manis yang ramah kesukannya. Namun, kali ini ia melihat Banyu keluar dengan wajah yang masam dan sama tidak mengenakkannya dengan orang-orang. Wajahnya memarah, kaku seperti menah
"Bal, serius kan di komplek ini gak ada yang melihara anjing?""Iya, kalau ada paling anjing galak rumahan, gak akan di lepas juga." jawabnya sambil mengikir kukunya."Ya udah, ayo! temenin gue jogging."Babal menguap lebar tanpa menutupnya. Ini masih pukul enam pagi dan Sara sudah ribet sendiri meminjam hoodie, headben, dan minta rute lari yang tidak ada tanjakan atau turunan ekstrim. Mana tahu Babal soal itu? ia tidak pernah lari di sekitaran komplek sini, nanti pulang-pulang sudah babak belur di toel-toel ibu-ibu beli sayur karena terlalu sexy saat berkeringat.Huh!"Ngapain sih jogging di kompleks? kenapa gak ke lapangan bola aja yang proper, gak ada tanjakan dan turunannya.""Kelamaan Bal, ini udah hampir terang, nanti kesiangan kalau harus ke lapangan dulu. Udah ayo!" kilah Sara sambil menarik tangan Babal yang gemulai untuk segera bangkit dari tempat tidurnya dan siap-siap."Ihh! Kalau gak inget lo bos gue dan pernah gaji gue tinggi, males gue," telunjuk Babal mengacung ke arah
"Oke, gue ikut. Gue bakalan nikahin lo."Seperti petir di siang bolong, Sara begitu kaget mendengar penuturan Banyu, sampai-sampai ia hampir saja menumpahkan gelas kopi yang sempat ia raih untuk diminum. Tangannya sudah bergetar, lalu Banyu dengan reflek ikut menangkup gelas kopi sekaligus tangan Sara. Menahan gelas itu supaya tidak benar-benar jatuh dan tumpah. Situasi yang sangat-sangat aneh dan akward. Sara lantas menarik tangannya otomatis dan meninggalkan tangan Banyu yang juga terlepas dari tangkupan itu. Ia menoleh ke sembarang arah dengan tetap berusaha setenang mungkin. Bukan salting, hanya saja Banyu seperti menyentil jantungnya sekarang."Bay, kayaknya lo salah paham.""Salah paham?" Banyu yakin pendengarannya tidak terganggu. Kemarin Sara minta dinikahi kan? "Lo kemarin ...""Gak, gak!" potong Sara sambil memajukan tangannya supaya Banyu stop berbicara dulu dan membi
Pengalaman hidup sampai usianya menginjak 35 tahun, sangat menjadi andil dalam terbentuknya kepribadian Banyu yang sekarang.Selama hidup, Banyu tak pernah sekalipun mengambil keputusan bodoh. Ia selalu memikirkan dengan matang dan penuh pertimbangan. Jangankan persoalan yang penting yang mempengaruhi secara langsung kehidupannya, yang remeh saja tak luput dari segala pertimbangan. Kepalanya seolah sudah di desain menjadi pengambil keputusan yang baik dan bijak. Kecerdasan, common sense serta tangan dingin yang Banyu miliki tentu saja juga jadi modal utama hingga membuat Artblue —perusahaan star up yang bergerak di bidang periklanan— itu menjadi maju di kurun waktu lima tahun. Itu soal karirnya. Sama halnya dengan hal privasi yang terjadi di hidupnya, Banyu tak pernah sekalipun bertindak gegabah.Termasuk momen satu tahun lalu, saat Hira, mantan kekasihnya, datang kembali ke kehidupan Banyu. Perempuan yang sebenarnya mati-matian ingin ia lupakan. Namun so