"Jadi untuk cover, Kamu sudah polling ke pembaca di aplikasi? Yang mana pilihan mereka?, " tanya Larasati.
Nanda mengangguk sambil menujukkan pilihan pertama dari gambar cover yang seminggu lalu dikirim pihak editor dan desain grafis.Kedua orang itu juga tampak berada di sana mengikuti meeting hari ini. Mba Tia sebagai editor dan Mas langit yang membuat desain cover untuk novel pertama Nanda.
"Oh ya, katanya udah open PO juga?, " Larasati kembali bertanya
"Sudah, kemarin hari terakhir, "jawab Nanda.
" Dapet berapa?. "
Nanda membuka buku catatan yang berisi daftar pembaca yang mengikuti PO novel miliknya.
"Ada 186 orang yang sudah transfer. "jawab Nanda.
"Kamu ngurus sendiri?, " tanya Mba Tia
Nanda mengangguk.
"Hebat" Kata Mba Tia kemudian.
"Sarjana
Nanda membayar sejumlah uang kepada kasir Rumah Sakit untuk keperluan Papa Hendra. Walaupun memakai asuransi kesehatan, ada beberapa alat dan obat yang harus dibeli secara mandiri. Sekarang Hendra ada di ruang Hemodialisa ditemani Irawaty yang kebetulan sedang istirahat. Perempuan itu bekerja di rumah sakit tersebut sebagai perawat di Poli penyakit dalam. Rafa yang tadi menemani mertuanya tampak duduk di antara Alva dan Alvi.Hari ini Lelaki itu sengaja meliburkan diri dan meminta Farhan menggantikan tugasnya di lokasi pemotretan. Nanda berjalan menuju ruang Hemodialisa, melewati ketiga lelaki yang tampak asik melihat ponsel yang menampilkan sebuah game petualangan. Terdengar suara Papa di telinga Nanda yang sedang memberikan alat dan obat tadi kepada perawat jaga di ruangan itu. "Pulang dari sini, Papa ingin berkumpul bersama di rumah, telp
Nanda Pratami, perempuan penyuka drama Korea. Siang hari bekerja mencari rezeki kemudian marathon satu judul drama saat malam hari.Ada satu hal yang membuatnya terus bertahan dengan hobi itu. Semua drama yang dia tonton sampai habis, berakhir dengan happy ending. Jadi, kalau ada satu judul baru kemudian ada spoiler bakalan sad ending, jangan harap Nanda mau membuang waktu buat nonton.Kenapa harus happy ending?.Karena itu menjadi penyemangat dirinya. Tentang kisah perempuan itu bersama seseorang bernama Rafa Yudistira, kakak kelas Nanda saat SMA. Lelaki yang sekarang tinggal tepat di sebelah rumah keluarga Nanda. Mungkin ini salah satu kebaikan Tuhan, dengan cara mendekatkan dirinya dengan seseorang yang selalu dia sebut dalam doa doa.Seperti hari ini, Nanda hendak berangkat ke tempat kerja. Karena dia bangun agak kesiangan, ayah dan ibu berangkat duluan ke kantor masin
Nanda menonton tayangan tv berbayar.Sebuah drama Cina dengan latar suasana anak SMA.Dia sungguh tergila gila dengan drama satu ini, sampai terbawa mimpi segala. "Film Korea atau Cina itu ? Bahasanya beda lagi?" tanya Rafa yang datang dari arah lantai dua.Pria itu menaruh laptop di atas meja. " China, lagi rame ini, cerita SMA gitu, cinta cintaan ABG, bikin baper, pemain cowoknya ganteng banget." Jawab Nanda komplit. " Yang kemarin juga ganteng katanya, aktor Korea." "Yang mana? Ooh, Lee Seung Gi. beda dong, yang sekarang ini masih muda muda, tuh lihat aja." Nanda menunjuk ke tayangan tv. "Ngapain, geli nonton cinta cintaan, cari yang berfaedah." Ucap Rafa sambil menyalakan laptop. "Kakak pikir cinta tidak berfaedah?"tanya Nanda tidak setuju. "Iya, bikin halu." Ucap Rafa sambil menghela nafas. "Siapa yang halu?" "Orang ya
Nanda memperhatikan Ibunya yang sedang mengemudi.Hari ini mereka berangkat bersama . Semalam juga Nanda tidur di kamar Ibunya. "Aku mau belajar nyetir lagi sampai pro kalau bisa." ucap Nanda melihat ke arah depan yang ramai lancar kendaraan. "Nanti mama temenin, atau diajarin Rafa lagi ?" "Mama aja, ntar aku dibilang modus lagi kalau sama dia." "Emang iya kan ?" Ledek mama. "Kan aku lagi cuekin dia." "Gimana reaksinya?" "B aja." "Ngga ada chat sama sekali?" Nanda menggeleng. "Mungkin aku bukan orang penting di hidupnya." Mobil berhenti di depan kantor tempat Nanda bekerja. "Nanti sore pulang sendiri,kan? Mama ada urusan lagi, sampai sore baru selesai sepertinya." Nanda mengangguk kemudian mencium tangan Ibunya. *** Desi menghampiri Nanda yang masih belum keluar dari kubikelnya padahal
Nanda membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Sepi,seperti rumah kosong tidak berpenghuni.Tidak lama,terdengar suara tangisan,dari kamar utama.Ibunya berbaring di tempat tidur, menghadap ke tembok, punggungnya bergetar.Untuk beberapa saat,Nanda hanya berdiri di balik pintu sambil memegang handle.Dia tidak tahu harus bagaimana bersikap.Hatinya merasa sakit, melihat perempuan yang melahirkan dirinya begitu terluka atas perbuatan lelaki yang dipanggil PAPA di rumah ini."Ma !, Nanda pulang,laper banget, pengen makan." kalimat itu yang keluar dari mulut Nanda.Tidak langsung ada sahutan, mungkin Ibunya sibuk menghapus air mata dulu."Sudah mama siapin, tadi beli sop buntut, kesukaan kamu."Perempuan itu tersenyum, menghampiri Nanda kemudian membenahi rambut anaknya yang sedikit semrawut."Naik ojol? rambut sampe acak acakan.""Dibonceng Rafa, ngebut." jawab Nanda jujur."Siapa yang nyamperin duluan?" tan
Sudah jam dua belas malam.Nanda masih belum bisa tidur.Begitu banyak yang dipikirkan.Isi kepalanya penuh dengan pemikiran mengenai masalah yang sedang dialaminya saat ini.Mengenai perceraian orangtuanya, kenyataan bahwa sekarang ia memiliki dua orang adik, papa yang sudah punya keluarga baru, masalah rumah yang ditempati akan segera dijual.Satu lagi, soal Rafa, setelah begitu banyak waktu yang terbuang.Kenapa lelaki itu baru mengatakan kalau ia sudah punya tunangan?.Nanda ingin teriak, memaki lelaki itu. Rafa bukan pemberi harapan palsu.Dari awal cuma kalimat "Lu tetangga gue, jadi bla bla bla."Tidak ada kalimat romantis atau skinship yang menjurus pernyataan suka atau cinta dari Rafa kepada dirinya."Jadi yang salah siapa?" pikir Nanda, terus mengurai kalimat itu di kepalanya.Dirinya yang tidak tahu malu dan kelewat bego? atau Rafa yang menyembunyikan status pribadinya selama hamp
Apa yang paling berharga dalam hidup?.Akan ada banyak jawaban untuk pertanyaan itu.Bagi Nanda, untuk saat ini, Ibu nya adalah yang paling berharga. Dia takut jika suatu saat Ibunya pergi meninggalkan dia tanpa kata dan kalimat perpisahan.Nanda mengambil kamera yang tersimpan rapi di lemari.Sekian lama benda itu tidak digunakan.Sekarang, Ia ingin mengabadikan setiap momen kebersamaan dengan ibunya."Mau ikut komunitas fotografi lagi ?" tanya Ibu sambil duduk di tempat tidur." Ngga, mau buat iseng aja." jawab Nanda."Katanya mau belajar nyetir lagi? ayo,sekalian hunting foto.""Mama bawa kamera juga?""Pake hape aja."*** Rafa menutup pagar rumah. Seorang wanita cantik berdiri di samping motor hitamnya.Di saat bersamaan, Nanda dan mamanya berada di carport hendak naik ke mobil.Tiba tiba mama memanggil Rafa, tentu saja Nanda kaget bukan kepalang." Mau pergi juga,
Nanda memegang tangan Ibunya.Dia tidak menyangka perempuan yang selalu terlihat sehat dan banyak tersenyum itu ternyata menyimpan rahasia tentang sakitnya seorang diri. Tidak menjalani operasi ataupun kemoterapi.Hanya meminum obat dan vitamin saja. Itu yang tadi dikatakan dokter. "Kapan mama mulai sakit?"tanya batin Nanda. "Sebelum papa mempunyai wanita lain atau sesudah itu Ma?" "Kenapa main rahasia sama aku?padahal mama tahu segala hal tentang duniaku."batin Nanda dipenuhi pertanyaan. Tidak ada jawaban. Meskipun Nanda mengatakan itu dengan mulutnya, tidak akan ada jawaban. Ibunya belum membuka mata sama sekali dari sejak dibawa dari rumah tadi. Nanda mengusap pipi ibunya.kemudian dia berdiri menuju ke luar ruangan setelah pamit sebentar kepada seorang perawat di sana. *** Nanda berjalan hingga ujung lorong dan menemukan tangga untuk naik ke lantai atas.Perempuan itu kemudian duduk di undakan k
Nanda membayar sejumlah uang kepada kasir Rumah Sakit untuk keperluan Papa Hendra. Walaupun memakai asuransi kesehatan, ada beberapa alat dan obat yang harus dibeli secara mandiri. Sekarang Hendra ada di ruang Hemodialisa ditemani Irawaty yang kebetulan sedang istirahat. Perempuan itu bekerja di rumah sakit tersebut sebagai perawat di Poli penyakit dalam. Rafa yang tadi menemani mertuanya tampak duduk di antara Alva dan Alvi.Hari ini Lelaki itu sengaja meliburkan diri dan meminta Farhan menggantikan tugasnya di lokasi pemotretan. Nanda berjalan menuju ruang Hemodialisa, melewati ketiga lelaki yang tampak asik melihat ponsel yang menampilkan sebuah game petualangan. Terdengar suara Papa di telinga Nanda yang sedang memberikan alat dan obat tadi kepada perawat jaga di ruangan itu. "Pulang dari sini, Papa ingin berkumpul bersama di rumah, telp
"Jadi untuk cover, Kamu sudah polling ke pembaca di aplikasi? Yang mana pilihan mereka?, " tanya Larasati.Nanda mengangguk sambil menujukkan pilihan pertama dari gambar cover yang seminggu lalu dikirim pihak editor dan desain grafis.Kedua orang itu juga tampak berada di sana mengikuti meeting hari ini. Mba Tia sebagai editor dan Mas langit yang membuat desain cover untuk novel pertama Nanda."Oh ya, katanya udah open PO juga?, " Larasati kembali bertanya"Sudah, kemarin hari terakhir, "jawab Nanda." Dapet berapa?. "Nanda membuka buku catatan yang berisi daftar pembaca yang mengikuti PO novel miliknya."Ada 186 orang yang sudah transfer. "jawab Nanda."Kamu ngurus sendiri?, " tanya Mba TiaNanda mengangguk."Hebat" Kata Mba Tia kemudian."Sarjana
Hari ini adalah hari terakhir Rafa berada di ruang kerja Bendahara Keuangan di Perusahaan milik Radian.Semua berkas pengunduran diri dan segala macamnya sudah dikirim pihak HR. Azka menyimpan benda itu di meja bossnya."Bagaimana reaksi pihak manajemen mengenai laporan keuangan yang kita kirim kemarin, " tanya Rafa kepada asistennya itu."Beragam, untuk lebih jelas, kita lihat respon mereka di rapat nanti siang, Pak.""Sepertinya Aku tidak harus hadir, Papa sebentar lagi datang, Kamu dampingi Dia.""Bapak mau ke mana? Saya pikir laporan itu hasil kerja keras Bapak selama tiga bulan bekerja di sini, Anda harus dapat penghargaan karena bisa membereskan tata cara pengelolaan keuangan yang semrawut."Rafa terkekeh mendengar Azka berbicara seperti itu, menurutnya terlalu berlebihan."Raga tidak mungkin membiarkan perusahaan ini menjadi bangkrut,
Malam itu Nanda sedang menonton drama Korea, di ruang tengah, berbaring di sofa baru. Sebuah panggilan video terlihat di ponsel, dari Desi.Nanda menekan tombol hijau."Lagi ngapain pengantin baru?, " tanya Nanda secepat kilat, dia tidak mau keduluan.Desi pasti mau pamer."Honeymoon doooong, nih lihat." Desi memutar kamera handphone, terlihat suasana Jalan Malioboro, sedikit ramai."Udah berapa hari di Jogja?." Nanda bertanya tanpa menyadari Rafa menghampiri dan langsung menindih tubuh istrinya yang telungkup dengan mata fokus menatap hape. Desi yang teriak"HEI, mau ngapain tuh, Laki Lo?. "Rafa yang terkejut, segera bangkit dan berpindah ke sofa yang lain. Dia melempar bantal sofa ke arah istrinya."Wah, KDRT nih, " teriak Desi lagi."Tau, kebiasaan, dibiarin ngelunjak. " Nanda merapikan rambut yang berantakan karena ulah Rafa."Lusa gue pulang, cape udah dua minggu keliling Jawa. " De
"Maaf." Nanda menatap wajah Rafa yang sedang memakan nasi goreng yang dibeli saat perjalanan pulang."Makan dulu. " Rafa menunjuk mie goreng milik istrinya yang tersisa setengah.Lelaki itu kemudian menukar kedua makanan tersebut. Dia berusaha menghabiskan mie yang masih banyak dan istrinya memakan nasi goreng yang sisa sedikit.Rafa mengambil ponsel, ada pesan balasan dari papa yang mengabarkan bahwa Lelaki itu sudah ada di rumah begitu juga dengan asisten rumah tangga dan petugas keamanan yang tadi tidak kelihatan satu pun batang hidungnya."Kamu masih marah?, " tanya Nanda lagi."Siapa yang marah?." Rafa membereskan bungkus makanan dan melemparnya ke arah tempat sampah. Nanda mengikuti arah lemparan. Tepat sasaran."Jadi galak, aku takut, " ucap Nanda pelan."Kamu ngga nurut, jangan buka pintu, apalagi tamu lelaki. ""Iya, maaf. ""Ngomong apa Dia?.""Kita baikkan, jangan musuhan, gi
Rafa yang berada di balik kemudi melihat ada panggilan telpon dari adiknya, Raga. Suasana jalan yang mulai sepi memudahkan lelaki itu untuk segera menepi. Menjawab panggilan itu segera."Maminya Irene meninggal,kita bertemu di rumah, " Kata Raga di detik awal panggilan tersambung."Banyak orang di sana, gue ngga mau mancing keributan. ""Cari sendiri kalau begitu. ""Di mana Lo sembunyikan istri gue, Hah?. ""Temukan sendiri, seperti yang Lo minta,gue tidak akan lagi mengusik Kalian. "Panggilan berhenti.Rafa mencari kontak nama lain. Seseorang yang kemarin berseteru dengan istrinya di gedung resepsi. Panggilan tersambung setelah beberapa saat menunggu. Tiba tiba ada keraguan, Rafa yang kebingungan menutup kembali panggilan dan beralih menelpon adik dari perempuan itu."Kenapa?. " tanya Lelaki bernama Ananta merasa heran mendapat telpon dari teman sekaligus rivalnya tersebut."Lo di Jakarta?.""Iy
Aktivitas pagi di rumah baru, sendirian, karena suami bekerja. Nanda mencuci semua pakaian kotor milik Dia dan Rafa yang menggunung kemudian menjemurnya di lantai atas hingga tampak berderet.Pukul satu siang, setelah memakan mie instan, perempuan itu membuka satu tas ransel milik Rafa.Tadi pagi dia menemukan harta karun di sana. Buku diary miliknya, ternyata lelaki itu membawa benda itu ke mana mana di dalam tas yang selalu Ia bawa saat pemotretan atau pergi ke suatu tempat.Ada beberapa coretan di setiap lembar tulisan atau halaman, termasuk untuk bagian judul. Rafa menutup kata NEVER dengan tulisan ALWAYS.Coretan dan komentar di beberapa halaman berbentuk tulisan tangan yang sedikit berantakan, tidak terlalu bagus, sepertinya disengaja. Biar dibaca dan terkesan lucu.Komentarnya tidak jauh dari KataApaan nih?, Galau terus, Halu pasti, bangun! Jangan mimpi, Nangis lagi, Lucu juga, mending tidur, Kenapa lagi? ,Bet
Amara mengikuti langkah Rafa yang akan mengantarnya sampai ke taksi online yang dipesan Lelaki itu. "Kamu masih lama di sini? , Aku bisa nunggu padahal, pulang sama sama." Perempuan itu mempercepat langkah agar sejalan dengan Rafa yang tampak terburu buru. "Aku sudah ada janji. " Rafa melihat ke arah ponsel, mobil xenia hitam sudah datang , sesuai dengan yang tertera di aplikasi. "Itu mobilnya!," tunjuk lelaki itu. "Oh ya, soal istriku, tolong hargai Dia, Apa yang terjadi dengan hubungan kita di masa lalu, itu kesalahanku. " "Istri?. " "Nanda, aku sudah menikahinya. " Rafa berlalu, kembali masuk ke gedung resepsi, mengabaikan Amara yang masih terkejut dengan apa yang didengarnya. *** Rafa dan istrinya sudah check out dari hotel, dan sesuai keinginan Nanda harusnya mereka akan mulai tinggal di apartemen milik perempuan itu. Tapi ternyata Rafa punya rencana lain, saat mereka berdua ting
Desi dan Arpan sudah sah menjadi sepasang suami istri tadi pagi. Sore ini waktunya resepsi. Rafa yang tugasnya sudah digantikan fotografer lain dari pihak Wedding Organizer terlihat duduk santai sambil makan hidangan khas acara pernikahan. Davi yang datang bersama Mutia dan Alisa menghampiri lelaki itu, ingin berkumpul sebagai keluarga. "Istri Lo mana?."Davi menanyakan keberadaan adiknya. "Dipanggil Desi, tuh ada di Pelaminan. " Rafa menunjuk Nanda yang berdiri di samping kiri Desi. Beberapa orang tamu sedang mengantri untuk bersalaman. "Ooh, kirain tadi siapa yang jadi bridesmaid."ujar Mutia. Rafa melambaikan tangan pada Nanda. Menyuruh perempuan itu turun. Dua orang kakak Arpan akan menggantikan posisinya. Nanda yang sudah ada di bawah, langsung memeluk Alisa. "Tante, katanya udah nikah sama Om?," tanya anak perempuan itu. "Iya, sudah. " "Kok aku ngga dia