Share

77. Batavia

Author: MY Ansori
last update Last Updated: 2023-08-23 21:55:54

Berhari-hari kemudian, Samantha tiba di Pelabuhan Batavia.

Tempat itu terasa asing bagi Samantha. Hanya suasana pelabuhannya saja yang terasa tidak asing. Dia teringat pada Pelabuhan Singapura tempat dimana ia lahir dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya.

"Selamat datang di Batavia, Kapten." Seorang lelaki menyambut rombongan dalam bahasa Melayu. Lelaki itu bertelanjang dada. Dia melempar senyuman seakan seseorang yang sudah mengenal Kapten George sejak lama. "Ini ...?"

"Dia tahanan dari Singapura."

Lelaki itu menganggukkan kepala. Matanya menatap Samantha dengan nanar. "Kau tidak perlu menatapku demikian. Aku tidak suka jika kau menatapku seakan aku adalah manusia pendosa."

Lelaki bertelanjang dada itu hanya tersenyum. Sesekali dia merapihkan rambutnya yang dikepang kemudian dililitkan ke kepala. "Ah, ternyata dia galak."

Kapten George terkekeh. Lelaki bertubuh tinggi itu menepuk pundak lelaki Cina yang tengah mandi keringat. "Bagaimana, apakah kau kerasan bekerja di Batavia?"

"Ah,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Negeri Tanpa Penghuni   78. Pengasingan

    James berdiri termangu. Tangan kanannya menenteng ransel di pundak. Tidak terasa berat karena pikirannya lebih tertuju pada kereta kuda yang membawa Samantha."Iskandar, sepertinya kita harus mengubah rencana," dia bicara pelan kepada Iskandar yang berdiri di belakangnya. "Saya juga berpikir begitu, Tuan."Topi yang dikenakan oleh James tidak bisa menyembunyikan wajah penuh tanya. Orang-orang di pelabuhan yang sama-sama memperhatikan "tahanan" yang baru turun dari kapal itu pun bertanya-tanya karena melihat James saling sapa dengan si tawanan. "Tuan, apakah anda mengenalnya?" seorang polisi pelabuhan bertanya menelisik. James tidak mungkin berbohong. Jelas terdengar karena Samantha menyebut namanya. "Hanya kenal ... selintas saja.""Oh, begitu. Anda memang mengunjungi banyak tempat. Pastinya, mengenal banyak orang juga." Si Polisi itu pun tampak berpikir. Dia memelintir ujung kumisnya yang runcing. Entah karena sebuah kebiasaan atau lelaki berseragam biru dongker itu bermaksud meny

    Last Updated : 2023-08-25
  • Negeri Tanpa Penghuni   79. Sendiri

    Di dalam kereta kuda, Samantha memperhatikan banyak hal yang tampak asing baginya. Suasana kota Batavia berbeda dengan Singapura. Hal yang pasti berbeda adalah bendera yang berkibar di menara gedung-gedung seantero kota. Ada hal yang sama, pekarangan luas di depan rumah-rumah ditanami oleh pohon-pohon besar di tepi hamparan rumput nan hijau. Gaya rumah seperti di Eropa, bisa ditebak jika penghuninya adalah orang-orang Eropa."Apakah kau pernah ke kota ini sebelumnya?" Samantha tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan dari Kapten George yang duduk di depannya. Walaupun sebenarnya banyak hal yang menjadi keheranan si tahanan. "Kau akan merasa betah tinggal di sini." Samantha tersenyum kecut. "Kami tidak akan menjebloskanmu ke penjara yang sempit dan bau." Kapten George kembali menegaskan hal tersebut meskipun dia pernah mengatakannya. "Kau akan kami ajak ke sebuah rumah yang dikelilingi pekarangan yang luas."Samantha benar-benar tidak tertarik dengan obrolan George. Baginya, diam

    Last Updated : 2023-08-27
  • Negeri Tanpa Penghuni   80. Kebetulan

    "Ah, ternyata mereka sudah memantau kita." James menghela nafas. "Mau?""Tidak, Tuan." Iskandar menolak untuk meneguk wine yang ditawarkan oleh James. "Sekarang bagaimana,Tuan? Di sini, kita tidak aman.""Itu pula yang tengah aku pikirkan." Botol yang tengah dipegang itu diletakkan di tanah berpasir. Sedangkan James duduk di atas sebuah batang pohon kelapa yang tergeletak di tepi pantai. "Namun, aku khawatir akan nasib Samantha.""Itulah, saya pun iba ketika melihat Nona Samantha keadaannya begitu menyedihkan." Iskandar duduk di tanah pasir sambil menanak nasi. "Ada baiknya, jika kita mengetahui tempat tinggal Nona Samantha."James menoleh kepada Iskandar. "Setidaknya, kita tidak penasaran, apa yang dilakukan oleh para serdadu itu."James mengangguk. Telunjuk tangan kirinya menunjuk kepada Iskandar. Dia setuju pada pernyataan pemuda yang tengah menyiapkan hidangan makan malam. Tangan kanannya kembali meraih botol. Pandangan James pun tertuju ke laut lepas. Entah kebetulan atau tidak

    Last Updated : 2023-08-28
  • Negeri Tanpa Penghuni   81. Tebu

    Pagi itu menjadi pagi yang pertama kali dijalani oleh Samantha di pinggiran Batavia. Dia membuka jendela, cahaya matahari menyambutnya dengan penuh kegairahan. Namun, dirinya tidak bergairah sebagaimana sang surya. Gadis itu tidak tahu apa yang akan dijalani hari itu.Hingga, seseorang mengingatkan dia akan sesuatu. Suara pintu diketuk terdengar dari arah belakang. "Ya, silakan masuk!"Pintu pun terbuka. Tampak seorang wanita membawa segelas minuman di atas nampan. Usianya tidak terpaut jauh dari Samantha. Atau, memang wajahnya tampak lebih muda dari usianya. "Kau membawa apa?""Sarapan sudah saya siapkan, Nona." Tangannya tampak gemetar ketika membawa nampan. "Saya letakkan saja di sini." Samantha mengangguk. "Ya, simpan saja di meja. Aku akan menyantap sekarang juga.""Kalau begitu, saya kembali ke belakang. Apabila ada yang Nona perlukan, silakan panggil kami di belakang." Samantha yang tengah berdiri di dekat jendela berjalan menghampiri wanita tersebut. "Tunggu, ada hal yang

    Last Updated : 2023-08-30
  • Negeri Tanpa Penghuni   82. Makam

    Mendengar keterangan dari Asih tentang sebuah makam, membuat Samantha bertambah penasaran. Dia menengok ke arah kandang kuda. "Ingin sekali aku melihat makam itu, tapi ....""Sebaiknya, jangan. Nona tidak akan diizinkan oleh para centeng yang ada di sana." Asih menunjuk dengan bola matanya ke arah kandang kuda. "Ah, masa? Aku hanya ingin melihatnya sebentar."Samantha heran kenapa pula dia harus dilarang-larang. "Ki Lurah mengamanatkan demikian," Asih mempertegas alasan kenapa gadis berambut pirang itu tidak diperkenankan untuk mendekati makam. "Lagipula, tidak ada sesuatu yang menarik. Sama saja sebagaimana makam lainnya. Hanya ditandai dengan batu nisan.""Ada namanya?""Tidak ada." Asih menggelengkan kepala. "Sampai sekarang, saya tidak tahu siapa nama orang itu.""Ki Lurah tidak pernah membicarakannya?"Asih menggelengkan kepala. Kedua bibirnya melengkung ke bawah. Samantha memandang Asih yang tengah mencuci beras. Tangan kecilnya terampil melakukan hal demikian. Dalam hal ini,

    Last Updated : 2023-08-31
  • Negeri Tanpa Penghuni   83. Ki Lurah

    Ki Lurah menatap tajam Samantha. Lelaki tua itu tidak suka jika gadis berambut pirang di hadapannya mengungkit hal tentang makam di belakang kandang kuda. Asih tertunduk ketika menyaksikan Ki Lurah marah kepada Samantha. "Asih, sudah aku katakan, kau jangan buka mulut perihal makam itu. Anggap saja kau tidak tahu apa-apa.""Maaf, Ki. Saya hanya ...," Asih digandeng oleh Bi Irah yang sama-sama takut. Ketika Asih melakukan pembelaan, ternyata Samantha unjuk bicara, "tidak usah memarahi Asih. Aku yang memintanya untuk bercerita."Ki Lurah pun memperingatkan si tahanan rumah, "ingat, aku memperlakukan dirimu dengan baik. Jadi, kau juga harus bersikap baik.""Aku tidak melakukan hal-hal aneh ....""Kau melanggar peraturan. Sudah aku katakan untuk tidak membicarakan perihal makam di belakang kandang kuda. Namun, kau malah melanggarnya." Ki Lurah mendekati Samantha. "Ingat, di sini, kau hanya tahanan. Kau tidak bisa berlaku seenaknya."Samantha menatap tajam balik Ki Lurah. "Sebenarnya, a

    Last Updated : 2023-09-02
  • Negeri Tanpa Penghuni   84. Pisau

    "Samantha ... kembalikan pisau itu!" si lelaki petugas keamanan bicara dengan nada tinggi. "Tidak usah macam-macam!"Tangan kanan gadis itu memang memegang pisau dapur yang dimaksud. Ternyata Bi Irah melaporkan kehilangan pisau tersebut kepada lelaki petugas keamanan. "Kawan-kawan!" lelaki itu berteriak, "kemari!"Tidaklah membutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan tujuh orang penjaga. Samantha menyiapkan mental andaikan mereka datang. Namun, tetap saja perasaan takut itu datang juga. Bagaimana tidak, penampilan orang-orang itu pun sudah cukup membuat takut. Mereka tampak seragam, berambut panjang hingga menutup telinga serta jambang, kumis dan janggut yang tumbuh lebat. "Mundur ...!" seraya mengacungkan pisau ke arah mereka yang mengepung.Salah seorang diantara mereka tersenyum kecut. Tampaknya meremehkan seorang gadis seperti Samantha. Dia pun berjalan mendekat."Mundur!" Samantha membentak dia yang mencoba mendekat. Sisi mata kiri gadis berambut pirang itu melihat Bi Irah dan As

    Last Updated : 2023-09-03
  • Negeri Tanpa Penghuni   85. Sumur

    Meskipun itu sumur, namun tidak ada air yang menggenang di dasarnya. Selain takut, Samantha pun heran kenapa tidak ada air di dasar sumur. Mungkin Batavia dan sekitarnya sudah lama tidak diguyur hujan, gadis itu tidak tahu. Dia baru dua malam menginjakkan kaki di sana. "Hei, keluarkan aku!" Suara dari dalam sumur menggaung ketika gadis itu berteriak. Tentu saja tidak ada yang merespon permintaan tolong dari dasar sumur. Ketika mendongak ke mulut sumur, hanya tampak cahaya temaram. Mungkin itu berasal dari lentera yang digunakan oleh petugas ronda yang berdiri di dekat mulut sumur. Ingin rasanya dia menangis sekencang-kencangnya. Namun, hal tersebut ditahan agar tidak terdengar oleh orang-orang di atas sana. Dia hanya terisak, tentu saja air mata tidak bisa dibendung. Frustasi pun hinggap di pikiran. Secara fisik, hanya kakinya yang sakit tetapi jiwanya memang cukup tersiksa. "Aku pernah merasakan sakit yang lebih dari ini." Gadis itu berusaha melawan rasa takutnya. "Aku harus kuat

    Last Updated : 2023-09-05

Latest chapter

  • Negeri Tanpa Penghuni   109. Akhir

    Berbulan-bulan kemudian ...***Samantha dan James kembali melakukan perjalanan ke pedalaman hutan Borneo. Bukan tanpa tujuan, justru mereka ke sana untuk dua tujuan. Kali ini, mereka mempersiapkan banyak hal. Menggunakan tiga perahu yang bisa memuat banyak barang, akhirnya rombongan berhasil mencapai danau sebagai habitat kelelawar raksasa. Tujuan utama dari James, menangkap si makhluk eksotis untuk dijadikan koleksi. Dimana misi sebelumnya mereka gagal membawa pulang hewan liar nan langka tersebut. "Ah, aku tidak menyangka jika akan kembali lagi ke tempat ini," Samantha menghela nafas panjang. Kedua tangannya memegang pinggang sambil meringis. "Sungguh tempat yang membuat aku rindu.""Ya, memang tempat yang mengundang kerinduan." James pun turun dari perahu kemudian menginjakkan kaki di atas tanah berumput. "Tapi, kali ini perjalanan terasa melelahkan dibandingkan pertama kali ke sini.""Karena sekarang kau tengah hamil." James masih tetap bicara ketus sambil menyiapkan senapan y

  • Negeri Tanpa Penghuni   108. Kemudian

    Sekitar satu tahun kemudian ...***Kala itu, akhir pekan nan ramai oleh orang yang melakukan hal sama. Kota Singapura, menjadi tempat persinggahan bagi Samantha dan James setelah melakukan perjalanan bersama mengelilingi pulau Sumatera. Kini, keduanya kembali menuju kota tersebut karena masih ada Nyonya Edmund sebagai orang tua yang biasa dikunjungi. Kedua sejoli menghabiskan waktu bersama di dalam kota sejak pagi. Selain mengunjungi taman kota, mereka pun sempat singgah di sebuah toko barang serba ada yang menyediakan banyak keperluan. "Nah, ini toko langgananku," James turun dari kereta kuda kemudian berdiri tepat di depan sebuah toko yang dijaga oleh seorang lelaki Cina. "Haia, selamat datang, Tuan." Si Pemilik Toko menyambut mereka dengan ramah. "Apa kabar, Tuan?""Lebih baik, dibandingkan terakhir kali aku datang ke sini."Pemilik toko itu tampaknya tidak terlalu ingat kepada James. Mungkin sudah begitu banyak orang yang datang ke sana serta ingatannya pun mulai buruk sehingg

  • Negeri Tanpa Penghuni   107. Tujuan

    Dalam benak Samantha, "sudah sejauh ini aku melangkah, maka aku harus menyelesaikannya," ketika Martin menodongkan senapan tepat di belakang lehernya. Hanya memiliki waktu beberapa saat saja untuk menentukan apakah bertarung sampai mati atau menyerah sebagaimana yang diinginkan pihak lawan. Kedua tangan gadis itu diangkat ke atas sambil menatap ke dalam ruangan gelap di bawah kabin. Belum bisa melihat bagaimana keadaan sang ibu, tetapi mendengar suara saja sudah bisa dipastikan jika wanita itu tidak baik-baik saja. "Martin, hentikanlah," terdengar suara parau dari Nyonya Edmund. "Kau boleh mengambil apa yang kau inginkan, tapi lepaskan anakku. Jangan kau sakiti dia."Martin tidak menghiraukan perkataan dari kakak iparnya. "Dia tidak tahu apa-apa."Samantha menantikan bagaimana sang paman bereaksi. Tetapi, bisa diduga jika Nyonya Edmund pun tidak tahu jika sang putri sudah tahu kebusukan pamannya tersebut. "Jika kau menginginkan harta itu, ambillah. Aku tidak membutuhkannya." Nyony

  • Negeri Tanpa Penghuni   106. Cepat

    Kapal Orion bergoyang-goyang setelah lubang menganga terbentuk di buritan bagian bawah. Dalam keadaan demikian, mistar layar bergoyang-goyang, membuat Samantha kesulitan menjaga keseimbangan. Ditambah, pinggang sebelah kanan gadis itu terluka. Darah membasahi bajunya sehingga berubah warna menjadi merah. Di buritan, ada seseorang yang siap menembak untuk kedua kalinya. Kali ini, dia bisa mengenali wajah orang itu. "Martin," batin Samantha berusaha memastikan jika orang yang akan membunuhnya adalah pamannya sendiri. Dor!Sekali lagi, suara senapan terdengar. Samantha berhasil mengelak dengan cara menggantungkan tubuhnya seperti seekor kelelawar. Kepala di bawah dengan kaki masih mengapit mistar layar. Tapi, tidak ada peluru yang mengenai tubuhnya. "Terima kasih, James." Bola mata Samantha tertuju kepada James yang merebut senapan dari tangan Martin. Mereka berdua pun terlihat bergumul.Bagi Samantha, dia tidak boleh terlihat kesakitan di mata James. Maka dari itu, rasa sakit pada

  • Negeri Tanpa Penghuni   105. Titik

    Setelah berbagai upaya dilakukan, pada akhirnya kapal Orion berhasil didekati oleh kapal Liberty. Posisi keduanya melaju dalam satu garis sehingga berlayar secara beriringan. Posisi yang tidak ideal untuk menembakkan meriam karena meriam-meriam dipasang di sisi lambung kapal. Dan, untuk menembakkan meriam, kedua kapal harus berada dalam posisi menyamping. Kecuali, meriam didorong hingga terpasang di posisi yang dikehendaki. Namun, itu pun bukan ide yang baik karena akan sangat merugikan. "Ah, mereka tahu kekuatan kapal ini," Samantha menyimpulkan keadaan. "Tentu saja, Nona. Kedua kapal berasal dari galangan yang sama."Kapal Orion tidak memulai untuk menembakkan meriam. Begitupula, kapal Liberty. Alasannya, "jaraknya belum cukup, Kapten." Samantha memberikan perkiraan. Apa yang akan dilakukan oleh Samantha dan para awak kapal Liberty bisa dibilang bentuk kenekatan semata. Cukup jelas terlihat awak kapal musuh sudah siap untuk menembak. Andaikan pihak kapal Liberty memulai seranga

  • Negeri Tanpa Penghuni   104. Kendala

    Dalam usia yang masih belia, Samantha memiliki musuh besar. Bukan hanya musuh biasa, gadis itu harus berhadapan dengan seorang pejabat Britania Raya yang memiliki kekuasaan. Orang tersebut masih memiliki pertalian kekerabatan dengannya, Paman Martin. "Jadi, dia pamanmu, Nona?" Kapten Sayyid bertanya demi meyakinkan dirinya sendiri tentang siapa yang tengah dihadapi. "Saya pun pernah mendengar namanya. Dia pejabat di Pontianak.""Ya, betul. Dia menikah dengan adik ibu saya.""Oh, adik ipar yang culas."Samantha tersenyum ketika mendengar komentar dari sang kapten. Gadis itu menoleh kepada Sayyid yang bertindak sebagai jurumudi. Sebuah senyuman ironi tersungging dari bibirnya. Mendengar cerita dari Samantha, sepertinya pria keturunan Arab itu punya alasan untuk terus menatap ke depan demi mengejar kapal Orion yang melaju begitu kencang. "Nona," terdengar Iskandar berteriak dari geladak, "semua sudah siap!" Samantha mengacungkan ibu jari. Iskandar pun kembali masuk ke dalam lambung k

  • Negeri Tanpa Penghuni   103. Ibu

    Samantha kesal sekaligus kaget karena dia harus dihadapkan pada situasi yang mengejutkan. Untuk sekian kalinya, gadis itu menghadapi keadaan yang selalu membutuhkan kekuatan mental lebih besar dari keadaan biasanya. Menghadapi seekor buaya, diterkam ikan hiu atau dikurung dalam sumur tua, ternyata belum seberapa jika dibandingkan dengan keadaan saat ini. "Hei, bajingan! Lepaskan ibuku!" Samantha berteriak lantang tatkala dua kapal saling mendekat. Suara orang tertawa terdengar dari kapal Orion. Ketika mendengar orang tertawa itu emosi Samantha semakin memuncak. Tangan kanannya memukul tiang layar untuk melampiaskan kekesalan. Lagi, terdengar suara orang tertawa terbahak-bahak dari atas geladak kapal Orion. "Kenapa kau melakukan ini kepada kami?! Apakah kematian ayahku tidak cukup untuk menyiksa kami?!" Tidak ada jawaban yang jelas atas pertanyaan dari Samantha. "Baiklah, apa maumu?"Orang yang diajak bicara itu ternyata menjawab dengan mantap, "kau pergi dari negeri ini bersama

  • Negeri Tanpa Penghuni   102. Tawaran

    Samantha berdiri di haluan. Di pinggangnya tergantung pedang panjang menjuntai nyaris menyentuh lantai. Tangan kanannya memegang teropong yang digunakan untuk melihat ke depan. Suatu benda yang terapung di permukaan air laut. "Kau yakin?""Sejujurnya aku belum begitu yakin dengan keputusan yang kita ambil." Samantha menjawab pertanyaan dari James dengan suara pelan. "Aku hanya merasa ....""Tenang saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Bagaimanapun, aku harus bisa melakukan ini demi keselamatan kita semua."Pada akhirnya, Samantha dipercaya untuk menjadi juru runding. Meskipun dia seorang gadis muda yang tidak berpengalaman, namun semua awak kapal yakin jika seorang gadis keturunan Inggris memiliki posisi tawar lebih kuat dibandingkan orang-orang Melayu ataupun orang Arab. Mereka berharap jika kapten kapal Inggris yang akan berpapasan nanti memberi mereka izin untuk terus melaju. "Mereka mendekati kapal kita!" suara Iskandar lantang berteriak dari atas tiang layar. Pemuda itu ta

  • Negeri Tanpa Penghuni   101. Pulang

    Samantha menatap lautan luas. Dari kejauhan, tampak beberapa pulau kecil. Bisa diperkirakan jika pulau tersebut tidak berpenghuni. Hanya dijadikan tempat berlabuh sementara bagi para pelaut tatkala ada kendala ketika melaut. "Aku berharap tidak ada lagi kendala atau halangan apa pun yang bisa menghambat perjalanan kita.""Ya, aku selalu berharap demikian," James bicara sembari mengangkat alis sedangkan bibirnya ditarik ke bawah. "Hei, aku serius. Kenapa kau berpikir jika tantangan selalu ada. Apakah menurutmu tantangan selalu menyenangkan?"James menganggukkan kepala. "Terkadang begitu. Aku merasa jika kendala dalam perjalanan menjadi hiburan tersendiri ....""Hiburan? Ah, kau ini terluka sedikit saja sudah banyak mengeluh." Samantha memegang bahu James yang terluka. "Seperti anak kecil.""Hei, sakit!" "Tuh, kan."Awak kapal Liberty seakan enggan turut campur pada mereka berdua. Semua orang mengerti bagaimana rasanya kasmaran. Ketika menyaksikan dua sejoli yang sedang jatuh cinta,

DMCA.com Protection Status