Share

82. Makam

Mendengar keterangan dari Asih tentang sebuah makam, membuat Samantha bertambah penasaran. Dia menengok ke arah kandang kuda.

"Ingin sekali aku melihat makam itu, tapi ...."

"Sebaiknya, jangan. Nona tidak akan diizinkan oleh para centeng yang ada di sana." Asih menunjuk dengan bola matanya ke arah kandang kuda.

"Ah, masa? Aku hanya ingin melihatnya sebentar."

Samantha heran kenapa pula dia harus dilarang-larang. "Ki Lurah mengamanatkan demikian," Asih mempertegas alasan kenapa gadis berambut pirang itu tidak diperkenankan untuk mendekati makam. "Lagipula, tidak ada sesuatu yang menarik. Sama saja sebagaimana makam lainnya. Hanya ditandai dengan batu nisan."

"Ada namanya?"

"Tidak ada." Asih menggelengkan kepala. "Sampai sekarang, saya tidak tahu siapa nama orang itu."

"Ki Lurah tidak pernah membicarakannya?"

Asih menggelengkan kepala. Kedua bibirnya melengkung ke bawah.

Samantha memandang Asih yang tengah mencuci beras. Tangan kecilnya terampil melakukan hal demikian. Dalam hal ini,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status