Share

76. Sengit

Bau amis darah, tercium oleh hidung Samantha. Namun, dia tidak menghiraukan hal tersebut. Pikirannya lebih tertuju kepada pemandangan di depan. Sebuah pemandangan nan langka namun bukan peristiwa yang mengundang bahagia.

"Paman Martin," bibir Samantha mengatup rapat. "Aku tahu jika Paman membenci ayahku ...."

Orang yang diajak bicara tidak langsung menanggapi.

"Pergi Samantha, kenapa kau ada di sini? Sudah aku bilang, kau tidak boleh ada di sini." Justru Tuan Edmund menoleh kepada anaknya yang berdiri di tepi geladak. Suaranya tidak lagi jelas dan tegas sebagaimana sebelumnya. Luka di tubuh telah menguras tenaga.

Samantha tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Dia tahu jika Tuan Edmund tidak ingin anak gadisnya ada di sana.

"Paman Martin ... akan melakukan ini. Aku sudah memperkirakan sebelumnya."

Martin tersenyum. Sebuah senyuman yang penuh arti.

"Samantha, biarlah Ayah menyelesaikan urusan dengan orang tak tahu diri ini. Sebaiknya kau pergi." Sekali lagi Edmund meminta anaknya u
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status