Share

16. Pulpen

Author: MY Ansori
last update Last Updated: 2023-05-13 23:19:42

Letnan Felix benar-benar murka. "Kejar mereka!"

Lelaki itu menendang gundukan bara api unggun yang tercecer. Bara itu seketika berubah menjadi abu ketika tersentuh oleh sepatu but. Dia berniat menggunakan kaki kirinya untuk melakukan hal yang sama, namun itu urung dilakukan. Cahaya api unggun menunjukkan sesuatu yang dianggap berharga bagi Felix.

"Aha, ternyata benda ini ada gunanya," seraya merunduk kemudian meraih sebuah pulpen yang tergeletak bersama dengan kantung uang dan pisau belati. "Dia lupa tidak membawa barang miliknya. Nona, kau terburu-buru ingin pergi."

Pria berseragam warna khaki itu tertawa sendiri. Untungnya tidak ada anak buahnya yang memperhatian. Jika dilihat, orang akan mengira jika dia sudah gila. Sungguh aneh, ketika kegagalan menghampiri dia malah tertawa. Orang juga akan sulit menerka alasan dia tertawa apalagi binatang liar yang ada di sana.

Dia memperhatikan ke sekelilingnya. Berpikir keras.

"Bagaimana?" lelaki itu berjalan ke arah para prajurit yang seda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Negeri Tanpa Penghuni   17. Tunggu

    "Faisal," Samantha berhenti melangkah."Ayo, Nona. Mereka tidak berhenti mengejar kita.""Terima kasih," Samantha memegang pundak Faisal."Aiss, sekarang bukan waktunya bicara demikian."Faisal menatap gadis itu. Samantha menggelengkan kepala. "Aku sudah tidak sanggup lagi.""Mereka akan menangkapmu ....""Biar saja. Toh, mereka tidak akan membunuhku.""Kami tidak yakin dengan hal itu.""Dia membutuhkan aku untuk menemui ayahku.""Setelah itu? Setelah mereka tidak membutuhkanmu, apakah mereka akan tetap membiarkanmu hidup?"Samantha berpikir ulang tentang janji Letnan Felix yang tidak akan membunuhnya. "Benar juga apa katamu.""Ayolah, Tuan Muhsin sudah mengangkatmu menjadi anak buahnya. Dia merasa bertanggungjawab akan keselamatanmu. Jadi, biarkan saya menyelesaikan tugas. Menjemputmu dan kembali ke kapal Bintang Timur."Hutan itu benar-benar gelap. Mereka berdua tidak sanggup menentukan arah pulang. Terlebih, langit tertutup awan sehinggga tidak ada bintang yang bisa dijadikan petun

    Last Updated : 2023-05-14
  • Negeri Tanpa Penghuni   18. Formasi

    Jika tiga anak buah Letnan Felix telah lumpuh, maka hanya tersisa dua belas prajurit yang melindungi dirinya. Mereka membentuk formasi melingkar dimana si Komandan berada di tengah. Masih bermodalkan dua lentera yang menyala, para serdadu itu berusaha mencari seseorang yang menyerang mereka di tengah kegelapan hutan."Perhatikan, di dahan pohon atau di bawah air!" Perintah dari Letnan Felix cukup jelas dan mudah diterjemahkan dalam tindakan oleh sisa serdadu yang ada. Mereka bukan pemburu namun diharuskan berpikir seperti seorang pemburu yang siap menembak mangsanya. "Berjalan perlahan, terus perhatikan sekitar!"Formasi melingkar itu bergerak ke arah depan. Sebagian berjalan mundur mengikuti rekannya yang memandu arah. "Berhenti!"Temaram cahaya tidak cukup menegaskan siapa atau apa yang ada. Jika sinar lampu petromak tidak sanggup menjangkau maka hanya siluet yang tampak. Begitupula monyet-monyet yang merasa terganggu dengan kehadiran manusia terlihat bergerak-gerak. Siluet merek

    Last Updated : 2023-05-15
  • Negeri Tanpa Penghuni   19. Sendiri

    Samantha benar-benar sendiri. Kembali sendiri. Hutan hujan Borneo yang lebat bisa saja membuatnya tersesat. Tidak ada Faisal yang bisa menunjukkan arah. Tidak tampak bintang di langit malam untuk menunjukkan di mana utara, selatan, timur atau pun barat. Gadis itu benar-benar kebingungan. Entah berapa jam dia berlari. Kakinya terasa sakit karena lelah melangkah. Dirinya semakin menjauh dari tempat perkelahian dia dengan gerombolan serdadu pimpinan Letnan Felix. Bukan hanya ingin menjauh dari bahaya, namun dia juga ingin sekali menghindari kemelut yang menimpa dirinya. Jika sebelumnya dia bersama Faisal, maka kini hanya Samantha yang menanggung sendiri beban. Baginya, kini hanya Tuhan yang menjadi pengharapan. "Ya, Tuhan. Lindungi hamba, hamba mohon," begitulah ucapnya dengan lirih. Samantha merenungkan alasan kenapa dia bisa terdampar hingga jauh ke tempat yang tidak dikenalinya. Bahkan sempat terbersit perasaan menyesal karena tidak mendengarkan perkataan ibunya. Kala itu, sang ib

    Last Updated : 2023-05-18
  • Negeri Tanpa Penghuni   20. James

    Lelaki itu bertubuh sedang saja, tidak terlalu tinggi ataupun terlalu pendek. Ketika air merendam tubuhnya, dia tidak tampak tenggelam. Masih tampak perut dan dadanya di permukaan, begitu pun kedua tangannya yang memegang senapan. Meskipun baju warna putih kusam yang dikenakan tampak basah. Hanya topi laken cokelat berbahan kulit lembu yang masih kering karena tidak ada jalan bagi air untuk meresap. "Tuan James, bisakah kita berhenti sebentar?""Untuk apa?" James bertanya kepada Iskandar yang kesusahan berjalan di rawa. "Kakimu terbenam ke dalam lumpur?""Ya.""Paksakan untuk bergerak. Bila tidak, kau bisa diterkam buaya."James berjalan paling depan. Diikuti oleh Muhsin serta Iskandar. Mereka bertiga bermaksud mencari Faisal dan Samantha yang tidak kunjung tiba. Menyusuri hutan rawa yang rapat oleh pepohonan bukanlah sesuatu yang menyulitkan. Justru, bahaya akan hewan buas seperti buaya menjadi kekhawatiran mereka. Dan, tentu saja komplotan Letnan Felix yang bisa saja muncul tiba-tib

    Last Updated : 2023-05-18
  • Negeri Tanpa Penghuni   21. Buaya

    Samantha tegang ketika mendapati seekor buaya ada tepat di bawah kakinya. Benar-benar sebuah pengalaman baru bagi gadis itu. Bukan hanya melihat reptil itu melintas, tetapi dia berenang-renang mengelilingi batang pohon yang terendam. Sepertinya dia tahu jika ada mangsa yang bisa mengenyangkan perut tengah ketakutan di atas pohon.Buaya itu hanya butuh kesabaran agar bisa menikmati daging manusia yang langka."Hei, pergi dari sini!" Samantha bukan bermaksud mengusir. Dia hanya berusaha mengurangi ketakutannya. Tentu saja buaya itu tidak akan menggubrisnya. Makhluk tersebut berenang dengan tenang. Namun, tidak serta merta membuat Samantha lebih tenang. Kedua mata si buaya terbuka dengan bola mata yang mengarah kepada si gadis berambut pirang. Baru kali ini dia melihat buaya sebesar itu. Walaupun bukan pertama kali dia melihat buaya. Hanya saja, kala itu dia melihat buaya yang sudah mati. Itu pun karena penduduk mengarak reptil raksasa tersebut seperti mengarak pengantin. Pernah suatu

    Last Updated : 2023-05-20
  • Negeri Tanpa Penghuni   22. Sepatu

    Samantha benar-benar panik. Dia tidak bisa melepaskan gigitan yang mencengkram kaki. Andaikan tidak ada sepatu yang melindungi, mungkin pergelangan kakinya akan putus saat itu juga. Dia ditarik hingga tenggelam ke dalam air. Pandangan Samantha kabur untuk sementara. Keberuntungan masih ada di pihaknya. Ah, selalu ada sisi "keberuntungan" meskipun berada dalam masa kesulitan. Bahkan, ketika garis kematian tidak lebih lebar dari garis kehidupan. Tuhan masih menyayanginya. Itu pula yang terbersit dalam pikiran Samantha. Ketika nama Tuhan selalu ada dalam ingatan, maka dia pun masih memiliki alasan untuk tidak mengingkari karunianya."Ya, Tuhan!"Si buaya tidak mau menunda lagi hasratnya untuk segera membunuh si mangsa. Tubuh Samantha diombang-ambing seperti sebuah boneka yang dimainkan gadis itu ketika masih kecil. Tubuh Samantha berputar di udara. Berkali-kali. Arena pergulatan hewan dan manusia itu mendadak jadi sangat keruh. Lumpur terangkat ke permukaan karena ekor si buaya menya

    Last Updated : 2023-05-20
  • Negeri Tanpa Penghuni   23. Bertemu

    "Mari kita pergi dari tempat terkutuk ini," James berbisik kepada Samantha.Gadis itu mengangguk setuju. Matanya masih memandangi James seakan tidak percaya jika pemuda itu menemukannya. "Ayo, pegi." James meraih tangan Samantha. "Mau sampai kapan kau memandangiku seperti itu?"Samantha hanya tersenyum tipis. Senja bercampur naungan pohon yang lebat menambah kegelapan petang itu. Hujan yang semakin deras malah membuat kegelapan menjadi. Sesekali kilatan cahaya petir menerangi langit serta menampakkan keadaan hutan dengan dedaunan yang bergoyang diterpa angin. "Di mana Faisal?"Samantha menggelengkan kepala."Ah, sudah aku duga."Samantha tidak mau bercerita lebih tentang Faisal. Hal yang ingin dia capai saat itu kembali ke kapal Bintang Timur. Berkumpul bersama orang-orang yang ternyata dirindukan oleh gadis itu.Mereka berdua tidak memegang lentera atau benda apa pun yang bisa membantu menerangi jalan di depannya. Hal yang bisa dirasakan hanyalah arus air yang terus menerpa tubuh.

    Last Updated : 2023-05-21
  • Negeri Tanpa Penghuni   24. Kelelawar

    "Apakah hari ini kita akan menemukan kelelawar raksasa yang kau maksud, Tuan James?" "Aha, kenapa jadi kau yang terlihat bersemangat, Nona?" James menyaksikan Samantha kembali mengenakan stelan berpetualangnya. "Bukankah seharusnya memang demikian?"Pagi yang cerah membuat orang-orang menjadi lebih bersemangat. Mereka yang semula bersedih, tidak bisa terus memelihara kesedihannya. Bukan bermaksud melupakan kesedihan itu, tetapi waktu jualah yang memaksa mereka untuk mengganti kesedihan dengan sebuah dorongan untuk berbuat sesuatu. Menjalankan rencana yang telah disusun, sembari berharap keberhasilan akan diperoleh. "Masih jauhkah tujuan kita?" Samantha bertanya kepada Kapten Muhsin yang memegang kemudi. "Cukup jauh." "Selama perjalanan, apa yang bisa saya lakukan, Tuan?" Samantha meminta tugas untuk dikerjakan."Obati kakimu. Dan duduk di geladak.""Tuan ... saya bisa mati karena bosan.""Ini perintah, ingat di atas kapal, saya yang memimpin."Samantha hanya mengangguk pelan. Mata

    Last Updated : 2023-05-22

Latest chapter

  • Negeri Tanpa Penghuni   109. Akhir

    Berbulan-bulan kemudian ...***Samantha dan James kembali melakukan perjalanan ke pedalaman hutan Borneo. Bukan tanpa tujuan, justru mereka ke sana untuk dua tujuan. Kali ini, mereka mempersiapkan banyak hal. Menggunakan tiga perahu yang bisa memuat banyak barang, akhirnya rombongan berhasil mencapai danau sebagai habitat kelelawar raksasa. Tujuan utama dari James, menangkap si makhluk eksotis untuk dijadikan koleksi. Dimana misi sebelumnya mereka gagal membawa pulang hewan liar nan langka tersebut. "Ah, aku tidak menyangka jika akan kembali lagi ke tempat ini," Samantha menghela nafas panjang. Kedua tangannya memegang pinggang sambil meringis. "Sungguh tempat yang membuat aku rindu.""Ya, memang tempat yang mengundang kerinduan." James pun turun dari perahu kemudian menginjakkan kaki di atas tanah berumput. "Tapi, kali ini perjalanan terasa melelahkan dibandingkan pertama kali ke sini.""Karena sekarang kau tengah hamil." James masih tetap bicara ketus sambil menyiapkan senapan y

  • Negeri Tanpa Penghuni   108. Kemudian

    Sekitar satu tahun kemudian ...***Kala itu, akhir pekan nan ramai oleh orang yang melakukan hal sama. Kota Singapura, menjadi tempat persinggahan bagi Samantha dan James setelah melakukan perjalanan bersama mengelilingi pulau Sumatera. Kini, keduanya kembali menuju kota tersebut karena masih ada Nyonya Edmund sebagai orang tua yang biasa dikunjungi. Kedua sejoli menghabiskan waktu bersama di dalam kota sejak pagi. Selain mengunjungi taman kota, mereka pun sempat singgah di sebuah toko barang serba ada yang menyediakan banyak keperluan. "Nah, ini toko langgananku," James turun dari kereta kuda kemudian berdiri tepat di depan sebuah toko yang dijaga oleh seorang lelaki Cina. "Haia, selamat datang, Tuan." Si Pemilik Toko menyambut mereka dengan ramah. "Apa kabar, Tuan?""Lebih baik, dibandingkan terakhir kali aku datang ke sini."Pemilik toko itu tampaknya tidak terlalu ingat kepada James. Mungkin sudah begitu banyak orang yang datang ke sana serta ingatannya pun mulai buruk sehingg

  • Negeri Tanpa Penghuni   107. Tujuan

    Dalam benak Samantha, "sudah sejauh ini aku melangkah, maka aku harus menyelesaikannya," ketika Martin menodongkan senapan tepat di belakang lehernya. Hanya memiliki waktu beberapa saat saja untuk menentukan apakah bertarung sampai mati atau menyerah sebagaimana yang diinginkan pihak lawan. Kedua tangan gadis itu diangkat ke atas sambil menatap ke dalam ruangan gelap di bawah kabin. Belum bisa melihat bagaimana keadaan sang ibu, tetapi mendengar suara saja sudah bisa dipastikan jika wanita itu tidak baik-baik saja. "Martin, hentikanlah," terdengar suara parau dari Nyonya Edmund. "Kau boleh mengambil apa yang kau inginkan, tapi lepaskan anakku. Jangan kau sakiti dia."Martin tidak menghiraukan perkataan dari kakak iparnya. "Dia tidak tahu apa-apa."Samantha menantikan bagaimana sang paman bereaksi. Tetapi, bisa diduga jika Nyonya Edmund pun tidak tahu jika sang putri sudah tahu kebusukan pamannya tersebut. "Jika kau menginginkan harta itu, ambillah. Aku tidak membutuhkannya." Nyony

  • Negeri Tanpa Penghuni   106. Cepat

    Kapal Orion bergoyang-goyang setelah lubang menganga terbentuk di buritan bagian bawah. Dalam keadaan demikian, mistar layar bergoyang-goyang, membuat Samantha kesulitan menjaga keseimbangan. Ditambah, pinggang sebelah kanan gadis itu terluka. Darah membasahi bajunya sehingga berubah warna menjadi merah. Di buritan, ada seseorang yang siap menembak untuk kedua kalinya. Kali ini, dia bisa mengenali wajah orang itu. "Martin," batin Samantha berusaha memastikan jika orang yang akan membunuhnya adalah pamannya sendiri. Dor!Sekali lagi, suara senapan terdengar. Samantha berhasil mengelak dengan cara menggantungkan tubuhnya seperti seekor kelelawar. Kepala di bawah dengan kaki masih mengapit mistar layar. Tapi, tidak ada peluru yang mengenai tubuhnya. "Terima kasih, James." Bola mata Samantha tertuju kepada James yang merebut senapan dari tangan Martin. Mereka berdua pun terlihat bergumul.Bagi Samantha, dia tidak boleh terlihat kesakitan di mata James. Maka dari itu, rasa sakit pada

  • Negeri Tanpa Penghuni   105. Titik

    Setelah berbagai upaya dilakukan, pada akhirnya kapal Orion berhasil didekati oleh kapal Liberty. Posisi keduanya melaju dalam satu garis sehingga berlayar secara beriringan. Posisi yang tidak ideal untuk menembakkan meriam karena meriam-meriam dipasang di sisi lambung kapal. Dan, untuk menembakkan meriam, kedua kapal harus berada dalam posisi menyamping. Kecuali, meriam didorong hingga terpasang di posisi yang dikehendaki. Namun, itu pun bukan ide yang baik karena akan sangat merugikan. "Ah, mereka tahu kekuatan kapal ini," Samantha menyimpulkan keadaan. "Tentu saja, Nona. Kedua kapal berasal dari galangan yang sama."Kapal Orion tidak memulai untuk menembakkan meriam. Begitupula, kapal Liberty. Alasannya, "jaraknya belum cukup, Kapten." Samantha memberikan perkiraan. Apa yang akan dilakukan oleh Samantha dan para awak kapal Liberty bisa dibilang bentuk kenekatan semata. Cukup jelas terlihat awak kapal musuh sudah siap untuk menembak. Andaikan pihak kapal Liberty memulai seranga

  • Negeri Tanpa Penghuni   104. Kendala

    Dalam usia yang masih belia, Samantha memiliki musuh besar. Bukan hanya musuh biasa, gadis itu harus berhadapan dengan seorang pejabat Britania Raya yang memiliki kekuasaan. Orang tersebut masih memiliki pertalian kekerabatan dengannya, Paman Martin. "Jadi, dia pamanmu, Nona?" Kapten Sayyid bertanya demi meyakinkan dirinya sendiri tentang siapa yang tengah dihadapi. "Saya pun pernah mendengar namanya. Dia pejabat di Pontianak.""Ya, betul. Dia menikah dengan adik ibu saya.""Oh, adik ipar yang culas."Samantha tersenyum ketika mendengar komentar dari sang kapten. Gadis itu menoleh kepada Sayyid yang bertindak sebagai jurumudi. Sebuah senyuman ironi tersungging dari bibirnya. Mendengar cerita dari Samantha, sepertinya pria keturunan Arab itu punya alasan untuk terus menatap ke depan demi mengejar kapal Orion yang melaju begitu kencang. "Nona," terdengar Iskandar berteriak dari geladak, "semua sudah siap!" Samantha mengacungkan ibu jari. Iskandar pun kembali masuk ke dalam lambung k

  • Negeri Tanpa Penghuni   103. Ibu

    Samantha kesal sekaligus kaget karena dia harus dihadapkan pada situasi yang mengejutkan. Untuk sekian kalinya, gadis itu menghadapi keadaan yang selalu membutuhkan kekuatan mental lebih besar dari keadaan biasanya. Menghadapi seekor buaya, diterkam ikan hiu atau dikurung dalam sumur tua, ternyata belum seberapa jika dibandingkan dengan keadaan saat ini. "Hei, bajingan! Lepaskan ibuku!" Samantha berteriak lantang tatkala dua kapal saling mendekat. Suara orang tertawa terdengar dari kapal Orion. Ketika mendengar orang tertawa itu emosi Samantha semakin memuncak. Tangan kanannya memukul tiang layar untuk melampiaskan kekesalan. Lagi, terdengar suara orang tertawa terbahak-bahak dari atas geladak kapal Orion. "Kenapa kau melakukan ini kepada kami?! Apakah kematian ayahku tidak cukup untuk menyiksa kami?!" Tidak ada jawaban yang jelas atas pertanyaan dari Samantha. "Baiklah, apa maumu?"Orang yang diajak bicara itu ternyata menjawab dengan mantap, "kau pergi dari negeri ini bersama

  • Negeri Tanpa Penghuni   102. Tawaran

    Samantha berdiri di haluan. Di pinggangnya tergantung pedang panjang menjuntai nyaris menyentuh lantai. Tangan kanannya memegang teropong yang digunakan untuk melihat ke depan. Suatu benda yang terapung di permukaan air laut. "Kau yakin?""Sejujurnya aku belum begitu yakin dengan keputusan yang kita ambil." Samantha menjawab pertanyaan dari James dengan suara pelan. "Aku hanya merasa ....""Tenang saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Bagaimanapun, aku harus bisa melakukan ini demi keselamatan kita semua."Pada akhirnya, Samantha dipercaya untuk menjadi juru runding. Meskipun dia seorang gadis muda yang tidak berpengalaman, namun semua awak kapal yakin jika seorang gadis keturunan Inggris memiliki posisi tawar lebih kuat dibandingkan orang-orang Melayu ataupun orang Arab. Mereka berharap jika kapten kapal Inggris yang akan berpapasan nanti memberi mereka izin untuk terus melaju. "Mereka mendekati kapal kita!" suara Iskandar lantang berteriak dari atas tiang layar. Pemuda itu ta

  • Negeri Tanpa Penghuni   101. Pulang

    Samantha menatap lautan luas. Dari kejauhan, tampak beberapa pulau kecil. Bisa diperkirakan jika pulau tersebut tidak berpenghuni. Hanya dijadikan tempat berlabuh sementara bagi para pelaut tatkala ada kendala ketika melaut. "Aku berharap tidak ada lagi kendala atau halangan apa pun yang bisa menghambat perjalanan kita.""Ya, aku selalu berharap demikian," James bicara sembari mengangkat alis sedangkan bibirnya ditarik ke bawah. "Hei, aku serius. Kenapa kau berpikir jika tantangan selalu ada. Apakah menurutmu tantangan selalu menyenangkan?"James menganggukkan kepala. "Terkadang begitu. Aku merasa jika kendala dalam perjalanan menjadi hiburan tersendiri ....""Hiburan? Ah, kau ini terluka sedikit saja sudah banyak mengeluh." Samantha memegang bahu James yang terluka. "Seperti anak kecil.""Hei, sakit!" "Tuh, kan."Awak kapal Liberty seakan enggan turut campur pada mereka berdua. Semua orang mengerti bagaimana rasanya kasmaran. Ketika menyaksikan dua sejoli yang sedang jatuh cinta,

DMCA.com Protection Status