Share

212

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2023-11-14 16:59:09

212

#

Alhamdulillah, Maira kini tengah mengandung benihku. Usia kehamilannya sudah masuk Minggu ke dua belas sekarang. Sedang mabok-maboknya dan tidak mau dekat denganku.

Sejak hari di mana Mai dibuatkan positif dengan test pack bergaris dua. Ibu Hilma jadi bolak-balik setiap hari datang ke rumahku. Menemani Mai dan menjaga Keanu. Aku minta menginap saja, Ayah tidak setuju. Katanya, ia juga ingin menghabiskan malam berdua bersama Ibu. Memang Ayah itu, meski sudah akan tambah cucu, tapi tetap mesra dan makin sayang pada Ibu.

Karena kehadiranku di rumahku sendiri seperti tidak diinginkan, aku pun bekerja seperti biasa. Hingga pulang setiap sore karena tidak ada jam lembur.

Usai memarkirkan motor, aku pun bergegas masuk ke dalam rumah. Mendapati Ibu tengah bersama dengan Keanu di ruangan keluarga. Ibu seakan-akan selalu punya cara untuk membuat Keanu bisa lebih anteng dan tidak berlari-lari seperti kebiasaannya.

"Mai di mana, Bu?" tanyaku setelah berada di ruangan televisi.

"Ada di kamar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Naik Ranjang   213

    213#Waktu terus bergulir. Hari-hari berganti menjadi Minggu bahkan bulan. Perut Maira sudah mulai tampak menonjol di usia kehamilan memasuki Minggu ke dua puluh.Dia masih sulit makan, hanya bisa memakan bubur halus dengan bumbu kaldu yang dibuatkan Ibu. Tidak bisa makan nasi, jika dipaksakan maka selang lima menit akan dimuntahkan.Beruntungnya, ada Ibu yang dengan sigap selalu menemani Maira di rumahku. Sehingga aku tidak perlu khawatir ketika meninggalkannya untuk praktik.Kebiasaan baru Maira yang sangat aneh masih berlanjut. Aku yang harus bersih sebelum tidur malam, kini tidak bisa lagi. Mai menahan dan melarangku untuk mandi usai pulang praktik. Standar kebersihan yang kuterapkan sejak dulu, harus diubah demi keinginan ibu hamil.Mai akan memelukku yang hanya berganti pakaian tanpa mandi sore ketika ia hendak tidur. Memelukku erat dan ia benar-benar suka sekali mengendus aroma tubuhku yang telah bercampur keringat dan parfum.

    Last Updated : 2023-11-16
  • Naik Ranjang   214.

    214#Makin hari perut Mai makin buncit saja. Tanpa terasa usia kehamilannya sudah masuk bulan ke delapan. Aku bahkan punya kebiasaan baru yaitu mengobrol di depan perutnya. Memeluk perutnya yang menonjol itu dan menciumnya setiap sebelum pergi ke rumah sakit. Janin dalam rahimnya tumbuh dengan baik dan sehat. Jika tidak ada halangan, makan bayi itu akan lahir pada Minggu ke empat di bulan depan. Setelah masuk di trimester ke tiga ini, Mai mulai sadar akan bau keringatku yang sering dirindukannya setiap malam. Tiga hari terakhir, ia sudah tersadar kembali dan tidak lagi menahanku untuk tidak mandi sore. Mai nampaknya sudah normal lagi dan perlahan ia juga sudah mulai bisa makan nasi serta proteinnya.Hari ini aku akan mengantarnya ke rumah Ibu. Satu Minggu lagi, pernikahan Hafsa akan digelar. Semua persiapan sudah finish. Gedung pernikahan, catering, dekorasi, undangan, semua sudah siap. Maka hari ini, akan digelar pengajian dan siraman terlebih dahulu. Namun, aku tidak bisa menghadir

    Last Updated : 2023-11-17
  • Naik Ranjang   215

    215#"Sekarang di mana Ayah sama Ibu?" tanyaku cepat."Di Husni Medika, Bang," jawab Halwa.Aku melongo sebelum kemudian mengangguk. Rumah sakit itu sekitar satu jam dari sini, kenapa Hafsa bisa ada di daerah sana?"Abang mau ke sana, kamu tolong jaga Mba Mai, bisa kan?" pintaku kepada Halwa.Adik perempuanku itu mengangguk sanggup. Aku pun bersiap bangkit agar segera bisa pergi ke rumah sakit menyusuli Ayah dan Ibu. Namun dengan cepat tanganku ditahan oleh Maira, sehingga aku tidak jadi berdiri."Aku mau ikut, Mas. Aku mau tahu keadaan Hafsa," ujarnya. Tentu sajaa aku menggeleng."Janganlah, Mai. Kamu kan lagi hamil. Kamu di sini aja ya? Kan ada Halwa juga di sini," jawabku melarangnya ikut.Namun Maira menggeleng dan memegang erat tanganku. "Tapi aku juga mau tahu keadaan Hafsa, Mas.""Mba, aku juga mau tahu keadaan Kak Hafsa. Aku khawatir sama kakakku. Tapi Mba juga harus perhatikan keadaan Mba yang lagi hamil ini. Mba sama aku aja di sini. Oke?" sahut Halwa memberi Maira pengerti

    Last Updated : 2023-11-18
  • Naik Ranjang   216

    216#Senja telah berganti. Malam merangkak naik dan aku masih berada di rumah sakit. Menemani ibu yang begitu drop dan murung. Sementara Ayah, pulang dulu ke rumah untuk memastikan keadaan Halwa beserta Maira baik-baik saja.Hafsa masih di dalam ruangan ICU. Belum ada perubahan signifikan atas kondisinya. Ia masih belum sadarkan diri hingga kini hari telah malam.Aku bersama Ibu kembali mengisi kursi tunggu di depan ruang ICU seusai menunaikan shalat Isya berjamaah dan tentu berdoa untuk keadaan Hafsa.Ibu menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku pun berusaha untuk menjadi penguatnya di sini."Kapan Hafsa akan sadar, Sa?" tanya Ibu dengan suara lemahnya."Sabar ya, Bu? Kita jangan berhenti berdoa untuknya," timpalku sambil mengelus lembut lengan Ibu."Udah lima jam dia di dalam sana. Tapi belum juga ada kabar baik. Ibu khawatir, Sa. Ibu takut sekali" rintih Ibu begitu pilu.Aku meraup wajah kasar. Hatiku tiba-tiba saja merasa tidak enak. Suara lemah Ibu terdengar begitu menyayat. Kekha

    Last Updated : 2023-11-19
  • Naik Ranjang   217

    217#Sirine mobil ambulance terus berbunyi. Membawaku dan jasad adikku ke rumah Ayah. Sedangkan Ayah mengendarai mobilnya dan mengikuti dari belakang. Tepat pukul dua belas malam, kami akhirnya bisa keluar dari ruang sakit setelah menyelesaikan lebih dulu semuanya. Jenazah adikku telah dimandikan serta dikafani, dan akan disemayamkan di rumah hingga esok pagi baru bisa dimakamkan.Jangan tanya bagaimana hancurnya hati keluargku. Setelah Bang Arka, kami juga harus menerima kenyataan pahit akan kepergian Hafsa.Aku tahu, semua sudah takdir Yang Mahakuasa. Aku tahu semua sudah tertulis. Tapi, tidak bisakah bukan takdir ini yang tertulis? Apalagi Hafsa akan menggelar pernikahannya. Lantas bagaimana semua persiapan yang sudah rampung, ketika sang calon pengantin justru meninggalkan dunia ini?Allahu Akbar ....Terlalu berat rasanya cobaan ini ya Rabb.Sepanjang perjalanan, air mata ini tak hentinya mengalir. Aku yang begitu rapuh, hanya duduk sendirian di bagian belakang mobil ambulance,

    Last Updated : 2023-11-21
  • Naik Ranjang   218

    218."Pasien Humaira mengalami perdarahan, detak jantung bayi terus melemah, pasien menjalani tindakan operasi agar bayi bisa segera dilahirkan," ucap seorang perawat, membawa berkas persetujuan meminta tandatangan dariku. Setelah kurang lebih lima belas menit Maira di dalam ruang IGD, akhirnya seorang perawat menemuiku dan mengabarkan hal ini.Kutarik napas dalam-dalam sepenuh dada. Menormalkan deru napas yang tak beraturan, kemudian mengambil berkas dari tangan perawat tersebut. Kububuhkan tanda tanganku di kolom persetujuan."Lakukan yang terbaik. Selamatkan anak dan istri saya," ucapku penuh keyakinan seraya menyerahkan kembali berkas yang sudah aku tanda tangani itu.Perawat berambut pendek di hadapanku itu mengangguk pasti. Berlalu dari depan mataku dengan membawa berkas persetujuan. Sosoknya menghilang di balik pintu IGD.Aku kembali duduk di kursi tunggu. Menunduk sambil menutup wajah dengan kedua tanganku. Benar-benar keadaan yang membuatku drop dan aku sendirian di sini. Aku

    Last Updated : 2023-11-22
  • Naik Ranjang   219

    219#Satu Minggu berlalu.Aku terpaksa benar-benar resign dari rumah sakit tempatku bekerja selama ini. Keadaan tidak memungkinkan untuk terus izin absen. Kematian Hafsa serta persalinan Maira yang lebih cepat dari HPL, benar-benar dua hal yang berbeda, tapi sama-sama butuh perhatian.Selama itu pula, aku menemani istriku di rumah sakit karena tidak mungkin untuk ditinggalkan sendirian. Menghabiskan waktu berkabung kami di sana. Belum lagi bayi kami yang harus diobservasi dan ternyata berhasil survive. Sampai akhirnya diperbolehkan pulang dengan catatan harus rutin check up untuk mengetahui keadaan sang bayi. Sekalipun aku dokter, tapi aku tetap perlu pemeriksaan dari dokter senior untuk putraku.Selama di rumah sakit, ada Halwa yang menjenguk Maira dan bergantian jaga denganku meski dengan mata sembabnya. Dan setengah jam yang lalu, aku baru saja pulang ke rumahku sendiri bersama istri dan putriku, tanpa Keanu karena masih di rumah Ayah.Aku juga belum tahu bagaimana keadaan di ruma

    Last Updated : 2023-11-24
  • Naik Ranjang   220

    Yaa siinwal-qur`ānil-ḥakīminnaka laminal-mursalīn'alā ṣirāṭim mustaqīmtanzīlal-'azīzir-raḥīmlitunżira qaumam mā unżira ābā`uhum fa hum gāfilụnlaqad ḥaqqal-qaulu 'alā akṡarihim fa hum lā yu`minụninnā ja'alnā fī a'nāqihim aglālan fa hiya ilal-ażqāni fa hum muqmaḥụnwa ja'alnā mim baini aidīhim saddaw wa min khalfihim saddan fa agsyaināhum fa hum lā yubṣirụnwa sawā`un 'alaihim a anżartahum am lam tunżir-hum lā yu`minụnBacaan Yaasin dan ayat-ayat tahlil, menggema di ruangan depan rumah Ayah. Para tetangga, kerabat terdekat, para santriwati yang menjadi anak didik Hafsa, rekan-rekan pengajar dan teman-temannya di pondok, keluarga dari calon besan Ayah pun turut hadir, memenuhi ruang depan saat ini. Bahkan hingga meluber sampai ke teras depan dan ruangan televisi. Malam ini, adalah malam ke-tujuh kepergian Hafsa dari dunia. Di balik kesedihan yang teramat dalam ini, ada rasa haru dan bahagia terselip, karena ternyata banyak yang mendoakan adik perempuanku itu.Sore tadi, pihak kepo

    Last Updated : 2023-11-26

Latest chapter

  • Naik Ranjang   263

    Aku membawa Halwa ke dalam kamar. Menutup pintu menggunakan kaki hingga berdebam kencang. Melanjutkan langkah menuju tempat tidur, lalu menjatuhkan bobotku tanpa menurunkan Halwa lebih dulu. Posisinya yang digendong seperti bayi koala, membuat ia kini berada di atas tubuhku yang sudah setengah bersandar di headboard kasur.Kedua tanganku terulur mengusap sisi rambutnya. Membelai wajah cantik itu lalu menyelipkan rambut ke belakang dan telinganya bersama pandangan kami yang saling mengunci."Syaratnya ... apa boleh aku meminta hak sebagai suami? Apa kamu tidak keberatan aku memintanya malam ini?" tanyaku seraya mengungkap syarat yang kumaksud.Halwa menunduk sambil menggigit bibirnya. Menggerakkan bola matanya tak tentu arah seakan salah tingkah. "Kamu ... menginginkannya malam ini, Mas? Tapi ... kondisiku seperti ini. Bagaimana jika tidak berjalan maksimal? Emmh, maksudku, tanganku sedang cedera seperti ini, apa tidak akan jadi masalah?"Aku tersenyum kecil dengan kedua tangan masih ak

  • Naik Ranjang   262

    Secangkir teh tawar hangat akhirnya tersaji. Aku bersama Halwa duduk berdua mengisi meja makan. Ia menikmati segelas susu vanila dengan roti selai kacang meski menggunakan tangan kirinya. Sampai kemudian Halwa selesai lebih dulu dan barulah aku. Halwa telah bangkit, membereskan meja makan bekas kami sarapan dengan satu tangannya."Udah, biar aku yang beresin," ujarku sembari menahan tangan Halwa.Ia menggeleng dan menarik tangannya dariku. "Gak papa, Mas. Biar aku aja," tolaknya masih terus membereskan meja.Aku lantas membiarkan. Halwa selesai menumpuk piring serta cangkir yang tadi kami gunakan. Ia beranjak dari meja makan ini, membawa perabot kotor menuju wastafel pencuci piring.Namun, tentu saja aku tak tinggal diam. Lekas aku menyusul dan berdiri di belakangnya. Terlihat sekali Halwa tak mampu bekerja dengan normal hanya dengan satu tangan. Aku menyentak napas membuatnya berbalik badan. Cepat aku meraih pinggangnya. Membawa tubuhnya sedikit bergeser lalu mengangkat hingga ia te

  • Naik Ranjang   261

    Setibanya di kamar, aku menurunkan Halwa di tempat tidur. "Aku siapkan dulu airnya, ya?"Halwa mengangguk cepat. Aku menjauh dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi berdinding kaca. Menyiapkan air hangat memenuhi bath tub, tak lupa menambahkan bath bomb hingga berbuih dan wangi semerbak.Setelah air siap, aku kembali menemui Halwa yang terduduk di bibir tempat tidur."Air hangat sudah siap," ucapku memberitahu. Aku lalu menjatuhkan tubuh di hadapan Halwa. Bertumpu dengan kedua lutut hingga tinggi kami sejajar.Aku mengulurkan tangan menangkup wajahnya yang bulat. Manik mata itu seakan menghipnotis membuatku selalu ingin menatapnya lama-lama. Semburat senyum tersungging di bibir Halwa. Tangannya tergerak meraih tanganku yang tengah membelai pipinya."Buka kerudungnya, ya?" ucapku merasa perlu meminta izin. Halwa mengangguk tanpa protes. Tanganku lalu dengan cepat menyingkap kain penutup kepalanya hingga terlepas.Aku tak mampu berpaling. Kupandangi Halwa dengan tangan menyelipkan si

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (260)

    260#Aku membawa kepala Halwa tenggelam di dada. Tidak peduli di jalanan umum, aku masih tetap mendekapnya erat. Kubelai lembut kepalanya yang tertutup kerudung instan. Wajahku tenggelam, menciumi puncak kepalanya. Entah keberanian darimana, entah bagaimana bisa aku melakukan semua, mendekapnya erat dan tanpa ragu seperti saat ini.“Jangan pergi …,” ucapku lirih tanpa berhenti mengecup puncak kepalanya. Terasa dekapan tangan Halwa kian erat di pinggang.“Aku sudah mengecewakan kamu, Mas. Aku bukan perempuan yang baik. Aku rasanya tidak pantas menjadi pendamping pria setulus dan sebaik kamu,” sahutnya membuatku menggeleng.“Gak ada yang bilang seperti itu. Abi dan Ummi tidak akan membiarkanku menikahi perempuan yang salah,” jawabku tanpa melepaskan dekapan.“Ehhem, ehhem. Jadi gimana nih? Mau peluk-pelukan terus di sini gitu?” Suara Abi membuat Halwa menarik diri dari dekapanku. Sementara aku membalik badan hingga berhadapan deng

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (259)

    259.Zulfikar mendengkus. “Mas Seno kenapa kayak kaget gitu, sih? Masa’ istrinya pergi ke rumah orang tuanya Mas gak tahu?”Aku menggeleng menanggapi keheranan dari adikku itu, “Mas gak tahu, Fik.”“Emangnya Mas ke mana? Mas gak tidur di rumah? Mas biarin Mba Halwa sendirian di rumah?”Aku menggeleng pelan. “Gak gitu, Mas Cuma ketiduran di masjid.”“Ya ampun … Mas. Bisa-bisanya malah ketiduran di masjid dan gak tahu istrinya pulang ke rumah orang tuanya.”Aku merasa gusar. Benar-benar tidak menyangka jika Halwa akan pergi ke rumah orang tuanya. Hatiku mendadak tidak enak. “Tolong sekarang kamu telfon Abi atau Ummi, Fik,” pintaku pada adik bontotku tersebut.“Mau ngapain, Mas?”“Ya bilang sama Abi, kalau Mas mau ikut.“Mas tinggal nyusul aja nanti. Mas belum siap-siap juga!”Aku mendesah. Aku lantas menjelaskan pada Fikar apa yang sednag terjadi.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (258)

    258.Detik dari jarum jam duduk di atas nakas terus terdengar. Menemani malamku yang berlalu tanpa bisa tidur. Sejak masuk kamar dan memutuskan untuk membawa tubuh ini rebah di atas kasur, aku sama sekali belum dapat tidur. Entah sudah berapa kali aku berguling ke kana juga kiri. Tengkurap lalu terlentang lagi. Menutup wajah dengan bnatal. Membaca wirid tapi tetap sama. Aku tak dapat tidur. Aku masih terjaga. Entah kenapa, tapi satu yang terasa mengganggu malamku ialah Halwa dan pembicaraan kami tadi. Wajah cantik yang tak lagi dipenuhi keangkuhan itu tertus membayang di pelupuk mata. Juga pelukannya yang tiba-tiba ia lakukan padaku. Semua terasaa membekas dan menari-nari dalam ingatan.“Fiuhh …’’ Aku mendesah seraya memutar badan hingga terlentang. Menatap langit-lagit kamar dengan perasaan entah.Terdiam sesaat sebelum kemudian tangan ini terulur meraih jam di atas nakas. “Jam dua malam, tapi aku masih gak ngantuk,” gumamku lirih. Kuhembus napas kasar dan akhirnya menyibak selimut.

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (257)

    257.Aku membisu.Kupandangi paras cantik perempuan di hadapanku ini. Memandangnya tak mengerti sama sekali. Begitu juga dengannya yang menatapku. Pendar mata itu kini lain. Tidak ada binar keangkuhan di sana. Melainkan tatap sayu dan raut memelas yang kulihat. Tidak ada jejak kesombongan serta kebencian yang sebelumnya selalu tegas ia tunjukkan.Genggamannya di tanganku terasa lebih erat. Membuatku akhirnya tersadar dan aku menarik tanganku hingga terlepas dari pegangannya.“Mas?”Aku menggeleng cepat. “Mau kamu ini sebenarnya apa?” tanyaku sambil menatapnya sengit.“M— mas?”Aku menepis tanganku ketika Halwa mencoba meraihnya lagi. “Di saat aku menaruh harapan besar pada pernikahan kita. Di saat aku mencoba membuka hati dan siap untuk memulai jalannya rumah tangga ini, kamu mematahkan hatiku begitu hebat. Kamu menjatuhkanku tanpa ampun hingga hati ini remuk. Kamu menolakku seakan aku ini adalah lelaki yang buruk dan tidak pantas dicintai. Kamu bukan hanya membuatku kecewa, tapi kam

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 (256)

    256.Aku memijat kening dengan kepala agak menunduk. Mengumpulkan segenap kesadaran dalam diri. Meraup wajahku, menyugar rambut samil mengembus napas kasar. Membuka mata lebar-lebar dan ternyata semua ini bukan mimpi. Aku sama sekali tidak sedang bermimpi. Halwa benar-benar mengajakku untuk shalat dhuha berjamaah.“Bisa kamu ulangi?” ucapku hanya ingin memastikanjika ini bukanlah mimpi. Barangkali pendengaranku yang bermasalah.Terdengar helaan napas berat dari Halwa. “Kita berjamaah shalat dhuha di kamar, Mas.”Aku terdiam menatapnya.“Kamu mengigau?” tanyaku cepat,Halwa menggeleng pelan. “Aku gak lagi tidur, Mas. Jadi gak mungkin aku ngigau. Aku sadar. 100 persen!” tukasnya dengan yakin.Lagi-lagi aku melongo dibuatnya.Halwa memandangku samapi aku mengerjap dan memaligkan wajah. “ya sudah, kalau kamu mau kita berjamaah—““Aku tunggu di atas ya, Mas!” Halwa berucap cepat memotong perkataanku.“E—“ Ucapanku menggantung di udara. Halwa telah lebih dulu melangkah. Menjauh dari tempatk

  • Naik Ranjang   NR - SEASON 5 BAB 255

    *“Ada remahan makanan di sini, Mas. Sekarang sudah bersih,” ucap Halwa sambil mengusap bawah bibirku. Jari tangannya masih bertengger di wajahku. Refleks wajahku tertarik ke belakang. Tanganku tergerak merraih jari jemarinya itu dan menurunkannya dari wajah ini.“lain kali kamu bisa memberitahu. Aku yang akan membersihkannya sendiri,” sahutku kemudian melangkah melewatinya.Aku melangkah tanpa mempedulikan lagi Halwa yang tertinggal di sana. Kakiku terus melangkah dan berjalan sampai keluar meninggalkan ruangan makan. Di mana akhirnya aku menghempaskan bobotku di sofa ruangan baca. Mengambi sebuah buku novel yang ada pada rak kecil di samping sofa ini. Tugas mengurusi Halwa untuk mandi dan sarapan sudah selesai. Aku juga tidak diperbolehkan ke madrasah, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu di ruangan baca ini saja.Namun baru saja sampai pada lembar halaman ke tiga dari buku novel di tanganku, suara derap langkah menyapa indera pendengaran. Kepalaku terangkat seiring dengan derap y

DMCA.com Protection Status