Tirta menganga mendengar pertanyaan dari Rayhan dengan muka memelasnya yang semakin membuatnya yakin bila ucapan Rayhan tadi benar-benar ingin ia lakukan.
“Aku tidak tahu, Rayhan. Tapi, jangan pernah kamu lakukan karena khawatir malah membuatmu semakin parah dan melupakan kenangan selama satu bulan ini bersama dengan Jani.” Tirta memberi saran agar lelaki itu tidak melakukan hal yang ia tanyakan tadi. Meski harus menunggu lama, ia tetap harus bersabar. “Lagi pula Jani masih setia bersamamu. Tidak ada yang mesti kamu takutkan, kan?” ucap Tirta bertanya kepada Rayhan. “Iya. Memang seperti itu kenyataannya. Tapi, ketakutan dalam diriku selalu ada dan selalu bersarang dalam benakku. Aku takut Jani menyerah sebab aku tak kunjung mengingat semuanya. Dia juga akan pergi jika memang benar, aku telah mengkhianatinya selama ini.”Tirta menghela napasnya dengan panjang. “Aku rasa, hanya Meisya saja yangBetapa terkejutnya Jani setelah tahu kebenarannya. “Serius?” tanyanya seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alan tadi padanya.Alan kemudian duduk di samping Reno yang berhadapan dengan Jani. Lalu menyeruput minuman milik adiknya itu.“Iya. Aku dan Meisya sudah dua tahun lebih pacaran. Kemudian dia bertemu dengan Rayhan dan menjalin hubungan dengannya. Ketahuan olehku. Dia bersumpah tidak selingkuh. Sampai akhirnya kami tidur bersama. “You know that. Aku nggak yakin kalau dia juga tidak tidur dengan Rayhan. Tapi, setelah aku tanyakan langsung padanya, dia bilang dia tidak pernah menyentuhnya sedikit pun. Bahkan menciumnya pun dia tidak berani.“Aku percaya itu. Rayhan akhirnya pulang ke Jakarta dan aku dapat kabar kalau dia akan menikah dengan wanita bernama Anjani, wanita yang dijodohkan oleh orang tuanya. Dan akhirnya, kita bisa bertemu di sini.”Jani meringis pelan mendengar cerita d
Jani mengulas senyum tipis melihat raut wajah Rayhan yang terlihat mengkhawatirkannya. “Aku habis dari café dan nggak sengaja ketemu sama teman kuliahku. Ternyata dia sudah lima tahun tinggal di sini.”Rayhan menghela napas panjang. “Jadi, kamu habis berbincang dengan teman kuliahmu itu?” tanyanya dengan mata terus menatap wajah Jani sebab ia tidak ingin dibohongi oleh perempuan itu. Masih ada rasa curiga dalam dirinya juga cemburu karena Jani berbincang dengan seorang pria.Jani mengangguk pelan. “Iya, Mas. Aku memang nggak langsung pulang ke sini. Karena ingin makan sesuatu di café. Nggak lama aku di sana, dia datang dan akhirnya kita berbincang agak banyak. Dan kamu tahu, dia adalah adik dari pria yang sudah menjalin hubungan dengan Meisya.”Jani memberi tahu pria yang pernah menjalin hubungan dengan Meisya. Sembari memainkan jarinya, ia menatap Rayhan yang masih menatapnya lekat-lekat.Rayhan menaikan al
Keeosokan harinya. Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Jani sudah bangun dari tidurnya dan bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan sebab hari ini Rayhan sudah mulai masuk kantor.“Pagi,” sapa Rayhan kemudian mengulas senyumnya kepada perempuan itu.“Pagi, Mas. Aku buatkan sandwich untuk sarapan hari ini, yaa.”“Apa saja, yang penting kamu yang buat,” ucapnya dan kembali mengulas senyum.Jani membalas senyum itu lalu kembali membuatkan sandwich untuknya dan juga Rayhan.“Aku buatkan susu hamil untuk kamu, yaa?” kata Rayhan menawarkan diri.Jani kemudian menoleh dan mengangguk. “Boleh. Dengan senang hati.”Rayhan mengangguk dan mengambil dus berisi susu ibu hamil di dalam lemari. Kemudian membuatkan susu ibu hamil tersebut dan ia bawa ke atas meja makan.“Hari ini ada kegiatan apa? Ada kabar apa lagi dari Jakarta?” tanya Rayhan kepada
Meisya melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Rayhan. Namun, lelaki itu tidak ada di sana. Meisya lantas mengerutkan keningnya mencari keberadaan Rayhan.Ia lalu menaruh gelas berisi teh itu di atas meja kerjanya. Melihat ada foto pengantin Rayhan dan Jani di sana, membuatnya sangat marah.“Kenapa harus ini, yang dia pajang di sini sih! Ngeselin banget!” gerutunya akan tetapi ia tidak membanting atau membuat figura tersebut.Bahkan tembok dekat jendela pun terdapat foto pengantin yang memang sudah Rayhan simpan di sana setelah mendirikan perusahaan tersebut.“Dan dia nggak ada niat buat turunin itu foto! Argghh!” Meisya kembali emosi.Pintu terbuka. Rayhan menghela napasnya dengan panjang melihat ada Meisya di sana. “Mau apa lagi, kamu ke sini?” tanyanya sembari menatap datar wajah perempuan itu.Meisya menghela napasnya dengan panjang. “Rayhan. Kamu masih mau mempertahan
Tirta menggedor pintu kamar privasi ruangan Rayhan. “Meisya! Keluar kamu!” pekiknya sembari terus menerus menggedor pintu kamar itu dengan sangat kencang.Hingga Rayhan yang tertidur pulas itu terbangun kemudian mengucek matanya. Ia tampak kebingungan karena bisa berada di dalam kamar.“Kenapa aku ada di sini?” gumamnya lalu melihat ke bawah. Kemeja yang ia kenakan sudah tidak ada di tubuhnya.Tampak Meisya yang baru saja mengenakan pakainnya bergegas keluar dan membuka pintu kamar tersebut.“Apa sih! Nggak sopan banget gedor pintu kamar orang!” ucapnya kesal.Tirta lantas menyeret keluar adiknya dengan sangat kasar hingga membuat Meisya merintih sakit.“Aww! Kak!” pekiknya sembari menatap kesal wajah sang kakak.“Keterlaluan kamu, Meisya! Apa maksud kamu melakukan hal ini, huh? Kamu sengaja menaburkan obat tidur ke dalam minuman Rayhan untuk menje
“Jangan dengerin omongan si kampret Meisya itu. Dia hanya lagi kalah aja karena Rayhan lebih milih elo padahal elo lagi hamil anaknya Arga. Sementara dia, merasa masih single dan gampang baginya buat ambil hati Rayhan lagi.”Mendengar penuturan dari Samuel membuat Jani terdiam sejenak. Apa yang dikatakan oleh kakaknya itu memang benar. Namun, rasa rendah dirinya dan juga tahu dirinya yang bukan siapa-siapa membuatnya selalu malu pada dirinya sendiri. “Kak. Kedatanganku ke sini bukan untuk bahas Mas Rayhan dan Meisya. Mungkin hanya aku saja yang merasa rendah dan tidak punya alasan untuk marah.”Samuel menghela napas kasar. “Terus, mau ngapain?” tanyanya dengan suara datarnya. “Kalau nyuruh gue kawinin Meisya, emangnya elo mau, punya kakak ipar modelan begitu?” Jani menggeleng pelan. “Nggak kok. Aku nggak minta Kakak untuk menikahi Meisya. Aku hanya ingin menanyakan tentang perusahaan Papa yang sengaja Kakak buat bangkrut.”Samuel menaikan kedua alisnya. “Perusahaan Papa yang sengaja
Tiga hari berlalu …. Marisa baru diperbolehkan pulang oleh dokter setelah kondisinya sudah membaik. Bahkan janin yang ada di dalam perutnya sudah kembali membaik padahal sempat mengalami guncangan. “Ma. Kenapa Mama menolak Arga untuk tanggung jawab? Kenapa Mama tega lakuin ini ke aku sih?” ucap Marisa setelah tahu jika Arga pergi dan tidak akan mau bertanggung jawab.“Untuk apa, Marisa? Dia sudah menikah meskipun wanita itu akan menceraikan dia setelah bayi itu lahir. Pria sepertinya yang kamu cintai? Tidak masuk akal! Di mana otak kamu ini, huh?” Nisa sangat marah pada anaknya yang masih saja menginginkan Arga dan menikah dengannya. Marisa menggelengkan kepalanya dengan pelan seraya menitikan air matanya.“Ma. Tapi, aku lagi hamil anak dia.”“Biar saja. Itu salah kamu karena mau-maunya dihamili oleh pria yang sudah menjadi suami orang! Tidak perlu menangis seperti ini, Marisa. Papa kamu sudah mencarikan ayah untuk anak kamu. Jangan menolak! Menikah dengan pilihan orang tuamu sudah
Arga melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh hendak pergi ke Bandung. Ia baru sadar bila Fadly ada mendirikan rumah sakit di Bandung. “Argh! Kenapa gue baru ingat kalau Om Fadly punya rumah sakit juga di Bandung! Sialan! Udah sadar, baru tahu kalau dia ada di sana. Berengsek! Rayhan udah siuman. Pantes aja Jani nggak mau pulang karena Rayhan udah siuman.“Arggh! Nggak bisa dibiarin! Gue nggak akan segan-segan buat elo hancur kedua kalinya. Harusnya elo tahu, Jani lagi hamil anak gue! Berengsek! Kenapa Rayhan malah nerima Jani yang lagi hamil sih. Kenapa?” Arga—seperti orang gila setelah tahu jika Rayhan masih hidup. Ia yang tidak menginginkan hal itu lantas marah karena wanita yang sudah dia incar selama ini harus kembali pada pria yang Jani cintai. Arga terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh agar segera sampai ke Bandung. Tidak akan ia biarkan Jani dan Rayhan bersama lagi setelah berhasil ia pisahkan dan kini Jani sudah menjadi miliknya. Arga kemudian tersenyum miring