Share

Maafkan Aku, Mas

Author: Nhaya_97
last update Last Updated: 2024-04-24 18:26:53

Seketika itu juga, mata Arga membulat sempurna, terkejut dan kesal mencampur baur dalam ekspresinya. “Ma!” pekiknya kemudian, suaranya terdengar penuh dengan keputusasaan. “Ini tidak adil! Aku tidak bersalah—”

“Kamu masih terus menyangkal hal ini, Arga. Kamu tahu kan, kenapa papa kamu menutup kasus kecelakaan adikmu? Karena dia masih memliki hati untuk tidak menjebloskan kamu ke penjara! Bukti ada di tangan kami. Dan jika kamu berulah dan tidak mau mengakhiri hubunganmu dengan Marisa, jangan harap kamu masih duduk di bangku kebanggaanmu itu!” potong Maya dengan suara tegas, tatapannya menembus kedalaman hati Arga.

Jani, yang mendengar percakapan itu dari balik pintu, hanya bisa menitikkan air mata. Ia telah menikah dengan pria yang, menurut kata ibu mertuanya sendiri, telah membunuh suaminya. Rasanya dunia seakan runtuh di hadapannya, keputusasaan memenuhi setiap serat jiwanya.

Tanpa berpikir panjang, Jani berlari menuju mobilnya, hatinya berdegup kencang di dalam dadanya. Entah kemana tujuannya, ia hanya ingin menjauh dari keluarga itu, dari semua drama yang memenuhi rumah itu.

Di seberang jalan, di atas jembatan yang melintasi sungai yang mengalir deras di bawahnya, Jani berhenti. Dia berdiri di tepi jembatan, angin malam menerpa wajahnya yang basah oleh air mata dan hujan yang mulai turun.

“Arghh!” Jeritan putus asa terlepas dari bibirnya, mencabik keheningan malam. Sekuat tenaga, ia melepaskan semua kekesalan, kesedihan, dan ketidakadilan yang telah menumpuk di dalam dirinya.

Berteriak sekuat mungkin, seolah ingin membuyarkan semua penderitaannya, agar hatinya bisa lega dan menerima nasib dan takdir yang harus dia alami.

Jani menangis tersedu-sedu di tepi jembatan, hatinya hancur dan pikirannya kacau. "Kenapa harus aku yang menerima nasib seperti ini? Hanya aku yang harus menikah dengan pria yang telah membunuh suamiku. Sebenarnya apa, yang kalian sembunyikan dariku selama ini?" bisiknya lirih, suaranya penuh dengan keputusasaan.

Dalam kebingungannya, ingin rasanya ia lompat saja dari sana, menyusul sang suami yang telah pergi meninggalkannya. Namun, tekad bulat yang telah ia yakini selama ini membuatnya bertahan, keyakinan bahwa Rayhan masih hidup memelihara semangatnya.

“Mas. Maafkan aku karena aku harus menikah dengan kakakmu. Tapi, aku akan memintanya untuk menceraikan aku jika benih yang dia tanam di rahimku tidak tumbuh. Aku hanya ingin menunggumu. Aku hanya ingin bersama kamu selamanya,” ucapnya lirih kemudian, menundukkan kepalanya dengan tulus.

Tiba-tiba, suara keras menggema di sekitarnya, membuyarkan kesunyian malam. "Ngapain kamu di sini, huh?!" teriak seorang lelaki, menyebabkan Jani terperanjat hingga hampir terjatuh.

“Aaaaa!” pekiknya hampir terjatuh, namun Arga dengan cepat menariknya dan mengangkatnya kembali. "Kamu gila, huh? Kalau mau mati, jangan di depanku! Kamu mau menyusul suami tercinta kamu itu?” pekik Arga dengan nada marah, wajahnya memancarkan kemarahan yang mendalam.

“Ngapain kamu tolongin aku kalau tidak ikhlas? Andai aku sudah melihat jasad suamiku, detik itu pula aku akan menyusulnya! Daripada harus bertahan dengan pria tak punya hati sepertimu!” jawab Jani dengan mata yang menatap tajam wajah pria di hadapannya, tanpa ada sepatah kata pun yang terucap dari hatinya yang terluka.

"Arrggh! Aku tidak peduli! Memangnya kamu saja, yang ogah menikah? Aku pun sama! Dan sekarang aku harus mengakhiri hubunganku dengan Marisa," desak Arga dengan nada yang penuh dengan ketidakpuasan.

Jani menatap tajam wajah suaminya itu. “Itu artinya, kamu memang merasa, jika kamulah yang telah membunuh Mas Rayhan?”

“Tidak!” pekik Arga menyangkal dengan keras. “Aku tidak membunuhnya, Jani! Apa yang dikatakan oleh Mama itu tidak benar.”

Jani tersenyum dengan pahit. “Jika kamu tidak merasa telah membunuhnya, kenapa harus takut dengan ancaman Mama? Bukankah seharusnya kamu tak perlu takut dan tak perlu mengakhiri hubunganmu dengan Marisa jika memang bukan kamu yang telah membunuh suamiku?”

Napas Arga tercekat mendengar ucapan dari Jani. Seolah apa yang telah ia ucapkan itu benar.

“Pulang! Mama mencarimu,” ucapnya lalu menarik paksa tangan Jani dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.

Sementara itu, mobil yang dibawa oleh Jani dikemudikan oleh sopir yang dikirim oleh Arga sebelumnya untuk mencari Jani. Tentu saja, itu adalah perintah Maya yang telah memerintahkan Arga untuk mencari menantunya itu.

“Ngapain kamu cari aku?” tanya Jani dengan suara yang tetap tenang meskipun penuh dengan kekecewaan.

“Jika bukan Mama yang memintaku mencarimu, mana mungkin aku mengejarmu!” ucap Arga dengan suara datarnya.

Jani menghela napasnya dengan panjang, merasakan kelelahan dan keputusasaan merayapi dirinya. “Kamu sangat patuh kepada mamamu. Tapi, selalu membantahnya juga. Dan sekarang, semua yang Mama katakan, selalu kamu turuti. Takut sekali rupanya kamu masuk hotel prodeo!” ujarnya dengan nada yang penuh dengan ironi dan kekecewaan.

Rahang Arga mengeras menahan gelombang emosi yang memuncak akibat ucapan dari Jani. Dalam benaknya, terbersit keinginan untuk mencekik perempuan itu saat itu juga. Namun, ia menyadari betapa berisiknya jejak kriminalnya akan semakin bertambah jika ia melakukan hal tersebut.

Sementara itu, Jani memasuki rumah dengan langkah lebar, menatap Maya yang berdiri di ambang pintu. Tatapan datar sang mertua bertemu dengan pandangan lelah Jani.

“Kenapa kamu pergi, Nak?” tanya Maya, mencoba memahami alasan di balik kepergian Jani.

Jani menghela napas panjang, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. “Aku hanya ingin mencari angin segar saja, Ma. Paru-paruku terasa sesak karena kejadian yang menimpaku hari ini dan kemarin,” ucapnya, tatapan matanya memancarkan rasa sedih yang mendalam.

"Mungkin jika Mama tidak melarang aku untuk pergi dari rumah ini, kejadian ini tidak akan terjadi 'kan, Ma?" lanjut Jani, air matanya menetes perlahan.

Maya mendekati Jani, mengusap lembut lengan menantunya. “Memangnya jika kamu pergi dari rumah ini, kamu mau ke mana? Rumah peninggalan orang tua kamu saja habis dilalap si jago merah. Perusahaan papa kamu bangkrut oleh kakak kamu. Ke mana, kamu pergi jika bukan di sini tempat untuk kamu bertahan hidup?” ujarnya dengan suara lembut, mencoba memberi pengertian pada Jani.

Related chapters

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Sudah Lama Mendambakan Tubuh Jani

    Jani menundukkan kepalanya, terisak lirih mendengar ucapan dari Maya. “Maafkan aku, Ma. Aku terlalu menyalahkan diri aku sendiri karena tidak bisa menepati janjiku untuk menunggu Mas Ray—”“Jani. Berhenti mengharapkan Rayhan. Dia sudah meninggal dua tahun yang lalu. Andai pun masih hidup, seharusnya dia sudah kembali pada kamu, pada kita semua,” ucap Maya dengan suara lembut, sambil memegang pundak menantunya dengan penuh kelembutan.Jani kembali terisak. “Tapi, jasad Mas Rayhan belum juga ditemukan, Ma. Mana mungkin aku bisa percaya jika dia telah pergi. Aku masih berharap penuh jika dia masih hidup dan menolongku dari pernikahan ini.”Maya tersenyum lirih. “Ya. Andai itu terjadi. Tapi, semuanya mustahil. Mobil Rayhan terbakar, hancur berkeping-keping, jatuh ke dalam jurang yang curam. Mungkin jasadnya sudah terbawa arus sungai yang saat itu sedang meluap.”Menghela napas dengan panjang, Maya melanjutkan, “Jangan terlalu larut dalam duka atas kepergian dia, Sayang. Mama juga sedih. T

    Last Updated : 2024-04-24
  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Mana Punya Hati

    Namun, bukannya berhenti, ia malah semakin menjadi. Menyesapnya dengan sangat kencang dan liar. Penuh nafsu. Membuat Jani memekik hebat, kesakitan karena ulahnya.“Bajingan!” umpat Jani semakin membenci lelaki itu.Sorot mata tajam menatap Arga yang masih sibuk menyesap gundukan itu. Sepertinya ia tak peduli dengan umpatan yang dikeluarkan oleh Jani untuknya. Ia memilih melanjutkan aksinya menggerayangi tubuh indah nan mulus milik Jani.Puas bermain di atas dua gundukan yang padat berisi itu, Arga melorotkan celana dalam milik Jani.Perempuan itu menggelengkan kepalanya. Merapatkan kakinya agar Arga tak dapat menyentuhnya.“Buka!” titah Arga dengan suara beratnya.“Nggak! Aku nggak mau memberikan ini lagi kepada kamu!” ucapnya sembari menangis.Arga kemudian menyunggingkan senyum. Seringaian itu semakin membuat Jani takut.Mengambil sesuatu di dalam laci yang sudah dia siapkan itu. Mata Jani lantas membola kala melihat dua buah borgol di tangan Arga.“Aku yakin, Rayhan pasti tidak per

    Last Updated : 2024-04-24
  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Biarkan saja

    Jani mengusap wajahnya kemudian menangis histeris. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya saat ini juga. Memotong urat nadinya dan pergi untuk selamanya dari dunia ini. Namun, semuanya tak mudah seperti membalikan tangan.Ia tidak ingin mati konyol. Ada harapan yang belum tersampaikan. Masih berharap Rayhan kembali dan menolongnya.Waktu sudah menunjuk angka dua siang. Jani pamit kepada sang mama jika ia hendak pergi menemui teman-temannya di sebuah café.“Jani?” Maya memanggil menantunya yang sudah melangkah keluar. Namun, harus berhenti kembali setelah Maya memanggilnya.“Iya, Ma?”Maya menghela napasnya dengan panjang. “Apa yang telah Arga lakukan pada kamu? Mengapa wajahmu pucat sekali, Nak? Dia, telah melakukan itu lagi padamu?”Jani tersenyum lirih. “Bukankah dia sudah menjadi suamiku, Ma? Dia memang munafik. Pria paling munafik yang pernah aku kenal. Bilangnya tidak mau menikah denganku, tapi malah menikmati tubuhku.”Maya menghela napasnya. “Maaf, Jani. Sudah membawa kamu ke dal

    Last Updated : 2024-04-24
  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Akan Tahu Semuanya

    Satu bulan sudah, usia pernikahan Jani dan Arga. Lelaki itu masih belum berani memberi tahu Marisa jika ia sudah menikah dengan Jani. Jani melihat foto-foto di gallery yang masih ia simpan beberapa fotonya bersama sang suami. “Hari ini, tepat dua tahun kamu meninggalkan aku, Mas. Kamu sudah pergi selamanya, atau masih di sini? Kenapa feeling aku selalu berkata jika kamu masih hidup? Jika memang kamu masih hidup, aku mohon kembalilah.” Jani mengusapi wajah Rayhan di layar ponselnya seraya mengulas senyum lirih. “Sekali pun kamu tidak pernah hadir di mimpiku, Mas. Apakah kamu sudah tenang, di alam sana?” ucapnya lalu menarik napasnya dalam-dalam.Jani kemudian melajukan mobilnya menuju jalan di mana Rayhan mengalami kecelakaan. Membawa satu bucket bunga dan menaruhnya di sana. “Selamat jalan, Mas. Sepertinya kamu memang tidak akan pernah kembali padaku. Aku akan mendoakanmu setiap hari. Semoga di akhirat nanti kita akan bertemu lagi,” ucapnya lalu membuang bunga itu ke dasar jurang.

    Last Updated : 2024-05-06
  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Surat dari Rayhan

    Di Rumah Sakit Permata. Perempuan itu dibawa oleh orang yang menolongnya. Kemudian pergi setelah pihak rumah sakit menghubungi kedua orang tua Arga. “Bagaimana kondisi anak saya, Dok?” tanya Maya tampak cemas. Melihat tubuh Jani yang basah kuyup karena kehujanan dan kini sudah diganti oleh baju rumah sakit.“Selamat. Anak Anda sedang mengandung. Usianya sudah menginjak tiga minggu.” Maya menutup mulutnya terkejut. Pun dengan Indra—sang suami yang juga ikut ke rumah sakit setelah pihak rumah sakit menghubungi mereka. “Ha—hamil?” tanya Maya memastikan jika ia tidak salah dengar. “Betul, Bu. Anak Anda sedang hamil. Tolong sampaikan kepada suaminya ya, Bu. Agar lebih memperhatikan kondisi istrinya yang kini sedang mengandung.” Maya mengangguk sembari tersenyum tipis. “Baik, Dok. Terima kasih.” Ia kembali menatap Jani yang kini sudah membuka matanya. Menatap bergantian Maya dan Indra. “Aku di mana ini?” tanyanya dengan pelan.“Di rumah sakit. Kamu pingsan di jalan dan ada orang yang

    Last Updated : 2024-05-06
  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Pergi dari Rumah

    ‘Untuk Jani, istriku ….’ ‘Maaf. Jika aku tidak bisa memberikan banyak bahagia untuk kamu. Aku buat surat ini karena mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi. Jaga diri kamu baik-baik ya, Sayang. Cepat atau lambat, aku akan kembali dengan semua masalah yang sudah aku selesaikan. ‘Aku tidak akan melupakan kamu sampai kapan pun. Kita harus berpisah dan mungkin ini adalah jalan terbaik agar kamu tetap selamat, sehat dan bahagia. Aku harap kamu tetap bahagia setelah aku pergi. Jaga hati, jaga diri ya, Sayang. Kamu adalah wanita hebat, wanita kuat yang aku temui. ‘Aku pergi bukan berarti aku tidak menyayangi kamu. Hanya saja, ini semua demi kebaikan kita suatu saat nanti. Doakan aku semoga selamat. Dan kita bisa berkumpul kembali. Tapi, jika aku harus meninggalkanmu untuk selamanya, semoga ada lelaki yang bisa mencintai kamu lebih dari aku.’Deras air mata turun di pipi Jani ketika membaca sepucuk surat usang dua tahun yang lalu dari sang suami yang baru sampai ke tangannya. “Mas Rayha

    Last Updated : 2024-05-06
  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Tak Ingin Meneruskan Pernikahan ini

    “Oh, Jani. Aku pikir siapa. Kamu sudah siuman?” tanyanya di seberang sana. “Sudah, Tirta. Aku ingin menanyakan keberadaan suamiku. Dia masih hidup, kan?”Tirta terdiam di seberang sana. Ia kemudian menghela napasnya dengan panjang seraya tersenyum lirih. “Aku tidak tahu di mana dia berada sekarang, Jani. Sampai saat ini aku pun masih mencari keberadaannya yang dibawa oleh pamannya, adik dari papanya. Dia yang tahu semuanya dan dia juga yang menolong Rayhan saat terjadi kecelakaan itu.”Jani menutup mulutnya seraya menitikan air matanya. “Ma—maksud kamu, Om Fadly yang telah membawa Mas Rayhan?” “Sepertinya begitu. Bahkan anaknya saja, Vanesha tidak tahu papanya membawa Rayhan ke mana. Yang jelas, bukan di kota ini. Dia tidak mau keponakannya mengalami hal seperti itu lagi jika dia memberi tahu di mana sebenarnya Rayhan berada.” Jani terdiam sesaat. Ia kemudian mengusap air matanya seraya menyusut hidungnya dengan pelan. “Kalau kamu tahu soal ini, kenapa tadi kamu tidak bicara pada

    Last Updated : 2024-05-07
  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Dalam Mimpimu!

    Maya kemudian mengusapi sisian wajah perempuan itu dengan mata menatapnya lekat. “Sayang. Jika kamu menggugurkan kandungan itu, Mama tidak yakin hidupmu akan baik-baik saja. Kebanyakan wanita setelah aborsi mengalami gangguan kejiwaan karena rasa bersalahnya.”Jani menghela napasnya dengan panjang. “Kenapa kamu ingin menggugurkan kandungan kamu, huh? Masih berharap Rayhan masih hidup?” Arga menyunggingkan senyum liciknya.Rasanya tangan Jani sudah gatal ingin menampar wajah Arga. Matanya memicing tajam menatap ke arah suaminya itu. “Ma. Aku ingin tidur pisah kamar dengannya!”Maya menoleh cepat ke arah menantunya itu. “Heuh?” tanyanya seolah tak paham dengan ucapan Jani tadi. Jani menghela napas kasar. “Aku tidak mau tidur satu kamar lagi dengannya. Aku sudah hamil, kan? Ini, yang kamu mau, kan? Untuk itu, jangan pernah sentuh aku lagi. Dan satu lagi.”Jani menatap lekat wajah Maya. “Dia masih menjalin hubungan dengan Marisa. Dan setiap hari perempuan itu datang ke kantor Mas Arga.

    Last Updated : 2024-05-07

Latest chapter

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Tamat!

    Usia kandungan Jani sudah memasuki usia sembilan bulan. Sudah sangat buncit dan kini tengah memeriksa kandungannya dan melihat kondisinya di monitor USG.“Posisi bayinya sudah sangat baik. Perkiraan melahirkannya sekitar dua sampai empat hari lagi,” ucap dr. Mira memberi tahu.Jani menerbitkan senyumnya. “Syukurlah kalau posisinya sudah baik. Saya lega mendengarnya, Dok. Dua sampai empat hari lagi ya, Dok?”“Betul, Ibu. Dua sampai empat hari lagi Anda akan melahirkan.”Jani menghela napasnya kemudian menoleh pada Rayhan yang tengah mengusapi punggung tangannya itu sembari menatap layar monitor USG yang tengah menampilkan wajah calon anaknya itu.Sepulang dari rumah sakit, Jani dan Rayhan mampir ke restoran dulu untuk makan siang bersama.“Mas. Dua sampai empat hari ke depan kamu nggak ke mana-mana, kan?” tanya Jani memastikan kalau Rayhan akan ada saat dia melahirkan nan

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Sudah Lima Minggu

    Malam harinya. Samuel teringat akan wajah perempuan lugu yang tengah mencari pekerjaan tadi pagi di rumah sakit.Kini, ia tak perlu memikirkan kondisi Rayhan kembali karena lelaki itu sudah sembuh dari obat yang sudah dia berikan pada Rayhan dulu.“Kenapa itu cewek nggak bisa hilang dari pikiran gue, sih? Kasihan banget ya, mimik mukanya. Kayak tertekan gitu.”Samuel menghela napasnya dengan panjang. “Semoga aja dia bisa menguasai kerjaannya di kantor nanti. Paling, gue yang harus sabar kalau nanti banyak yang salah.”Samuel kemudian menutup matanya sebab jam sudah menunjuk angka satu pagi. Ia harus ke kantor untuk interview Vira yang sudah ia tunjuk sebagai calon pengganti Tata.Pukul 07.00 WIB.Jani merasa perutnya seperti ini memuntahkan sesuatu. Baru saja ia bangun dari tidurnya, tiba-tiba saja tenggorokannya terasa pahit. Ia pun segera masuk ke dalam kamar mandi dan memuntahkan cairan kuni

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Hasil Pemeriksaan

    Keesokan harinya, Jani dan sang suami pergi ke rumah sakit bersama-sama. Pun dengan Samuel yang dari jam sembilan sudah ada di rumah hendak ikut dengan adik dan iparnya itu.Bahkan Samuel juga yang menggendong Elvan saat tiba di rumah sakit. Dan kini tengah menunggu Jani dan Rayhan yang sudah masuk ke dalam ruangan dokter.“Elvan mau makan apa? Biar Om belikan,” tanya Samuel kepada keponakannya itu.Elvan menggelengkan kepalanya. “Udah makan, Om. Nggak lapel.”“Ooh!” Samuel menyunggingkan senyumnya menatap keponakannya itu. “Elvan, sayang nggak, sama Om?”Elvan mengangguk. “Sayang, Om.”“Bagus. Anak pintar. Kalau sama Mama dan Papa?”“Sayang banget.”Samuel lantas tertawa mendengarnya. “Lucu banget sih, kamu ini. Nggak pantes rasanya kalau bapak kamu itu si Arga. Nggak ada pantes-pantesnya sumpah, dah!”

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Menunggu Hasil

    Satu minggu berlalu. Keluarga kecil yang tengah liburan itu sekarang sudah kembali ke Jakarta.Pun dengan Samuel. Lelaki itu juga ikut cuti selama satu minggu itu. Sebab terlalu penat dirinya dengan pekerjaan yang setiap hari tak pernah ada habisnya.Di sebuah taman di halaman depan rumah. Jani dan Elvan tengah bermain bersama dengan anak dari dua sahabatnya yang sedang berkunjung ke sana."Jani. Gue mau nanya tentang Rayhan ke elo."Jani menolehkan kepalanya kepada Ellena. "Kenapa El?" tanyanya kemudian.Ellena menghela napasnya dengan panjang seraya menatap Jani dengan lekat. "Elo pernah bilang kalau Rayhan akan sembuh dari cacat kesuburannya karena ulah kakak elo waktu itu."Jadi menganggukkan kepalanya. "Iya. So?" tanyanya kembali."Yaa ... sekarang kan, udah lima tahun. Kalian udah periksa lagi ke dokternya?""Oh, itu. Iyaa. Gue dan Mas Rayhan rencana besok mau ke rumah sakit untuk periksa lagi. Semoga

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Happy Birthday to You!

    Pukul 20.00 WIB.Kejutan yang akan diberikan oleh Rayhan kepada Jani sebentar lagi akan dimulai. Lelaki itu tengah menunggu Janu yang masih menidurkan anaknya."Woy!"Rayhan menoleh kemudian mengerutkan keningnya melihat Samuel ada di sana."Kok kamu ada di sini?" tanya Rayhan bingung.Samuel menyunggingkan senyumnya. "Gue nanya sekretaris elo, katanya elo cuti selama seminggu karena mau liburan ke Bali. Ya udah, gue susul aja ke sini. Emangnya Jani nggak bilang, kalau gue tadi telepon dia?"Rayhan menggeleng dengan pelan. Ia kemudian menerbitkan senyumnya dengan lebar. Punya ide untuk menjaga Elvan selama dia dan Jani dinner."Kebetulan kamu datang ke sini, aku mau minta tolong sama kamu buat jagain Elvan di sini. Nanti jam sembilan aku dan Jani mau dinner."Samuel lantas menyunggingkan bibirnya. "Beber aja dugaan gue. Pasti, bakalan disuruh jagain Elvan." Ia pun mendengus kasar.Rayh

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Samuel Protes

    Sudah tiba di Bali ….Suasana yang indah, yang akhirnya bisa Jani rasakan lagi setelah sekian lama tak pernah mengunjungi tempat itu. Betapa bahagianya ia akhirnya bisa liburan bersama keluarga kecilnya.“Bagus banget pemandangannya. Udah lama banget nggak pernah ke sini. Banyak perubahan juga,” ucap Jani sembari memandang pantai yang indah dan bersih di depan matanya.Tangan Rayhan kemudian melingkar di pinggang Jani, menghampiri perempuan itu setelah menidurkan Elvan di kamar sebab anak itu masih tidur dengan lelapnya.“Makasih ya, Mas. Udah bawa aku dan Elvan ke sini. Seneng banget akhirnya bisa liburan lagi,” ucap Jani berterima kasih kepada suaminya itu.Cup!Rayhan mencium pipi Jani. “Sama-sama. Aku juga sama, seneng akhirnya bisa bawa kamu dan Elvan liburan ke tempat yang cukup jauh. Biasanya keliling mall atau taman saja. Maafin, karena terlalu sibuk dan lupa liburan.”

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Thank You, for Serving Me

    Jani membuka sendiri lingerie yang ia kenakan di depan Rayhan yang sudah tak sabar ingin mendekap tubuh perempuan itu.“Eits!” Jani menahan tangan Rayhan yang hendak menyentuh dirinya.Rayhan mengerutkan keningnya bingung. “Kenapa lagi, hm?” tanyanya kemudian.Jani hanya tersenyum. Ia kemudian memiringkan kepalanya lalu duduk di atas paha Rayhan. Melingkarkan tangannya di ceruk leher Rayhan dan memulai lebih dulu ciumannya bersama dengan suaminya itu.Tangan Rayhan mengusap sensual punggung Jani yang sudah telanjang. Membuat perempuan itu menggeliat hangat merasakan sentuhan yang dibuat oleh Rayhan kepadanya.“Eumh ….” Jani mendesah lirih. Ia kemudian melepaskan ciuamannya itu lalu menatap penuh wajah Rayhan dengan mata yang sudah gelap oleh kabut gairah.Rayhan kemudian meraup pucuk merah muda milik perempuan itu dan meremasnya bagian yang menganggur.“Ough

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Sesuatu yang Dilupakan Jani

    Dua hari kemudian, Rayhan sudah kembali ke Jakarta. Membawakan banyak oleh-oleh untuk anak dan istrinya.Cup!Jani lantas terkejut karena Rayhan datang dengan tiba-tiba lalu mencium pipinya. “Mas Rayhan! Aku pikir siapa tadi, astaga! Bikin aku kaget aja.”Jani memukul pelan lengan suaminya karena kesal dan juga terkejut. Bila ia tengah memegang sesuatu, mungkin benda itu akan melayang ke kepala Rayhan. Beruntung, perempuan itu hanya sedang duduk sembari menonton televisi.Rayhan lantas terkekeh pelan. “Aku pikir kamu lagi tidur. Makanya aku cium biar bangun.”Jani mengerucutkan bibirnya. “Mana ada tidur sambil duduk. Kecuali di dalam kendaraan.”Rayhan kembali terkekeh. Ia kemudian memberikan lima paper bag kepada perempuan itu. “Semua yang aneh-aneh yang belum pernah kamu temui, aku beli.”Jani terperangah kemudian membuka satu persatu paper bag tersebut. “Woah! Banyak b

  • Naik Ranjang Kakak Ipar Kejam   Harusnya sudah Hilang

    Dua tahun kemudian …. Tidak terasa, usia Elvan pun sudah memasuki dua tahun. Sudah pintar bicara meski masih tak jelas bicara apa akan tetapi orang-orang terdekatnya paham apa yang dikatakan oleh anak kecil itu. “Elvan sudah besar, sudah pintar. Berhenti ASI pun sangat pintar ya, Nak.” Anak kecil itu memang sudah disapih sebelum usianya dua tahun. Hanya sampai dua puluh bulan saja, Elvan sudah berhenti menyusui. Jani sangat lega, karean Elvan tidak terlalu rewel saat berhenti menyusui. “Morning,” sapa Rayhan kemudian mencium pipi Jani dan menerbitkan senyumnya. “Pagi. Mau berangkat sekarang, Mas?” tanya Jani kepada suaminya itu. Rayhan melihat jam yang melingkar di tangannya lalu mengangguk. “Hanya dua hari kok. Nggak akan lama. Atau mau ikut aja?” Jani menggelengkan kepalanya. “Nggak deh, Mas. Aku sama Elvan nunggu di rumah aja.” Rayhan harus pergi ke Malang selama dua hari di sana untuk menyelesaikan program yang sudah ia selesaikan dan perlu diinstalasi ulang agar bisa bero

DMCA.com Protection Status