Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Jani tertidur hingga empat jam lamanya. Sementara Rayhan masih mencoba menghidupkan computer yang sudah mati karena tidak pernah digunakan selama dua tahun lamanya. Rayhan mengusap wajahnya kemudian menghela napas dengan panjang. Menoleh ke arah tempat tidur yang mana Jani masih terlelap dalam tidurnya. “Semoga tidak lama. Usia kandungan Jani sudah masuk tujuh bulan. Setelah bayi itu lahir, jangan ada lagi ikatan pernikahan dengan Arga. Jani tidak pantas bersanding dengan pria yang telah membunuh papanya.” Rayhan kembali mengambil dokumen yang telah ia simpan dua tahun lalu di dalam brankas yang berhasil ia ambil di tangan Indra. Tak lama kemudian, Jani terbangun dari tidurnya. Terperanjat kaget karena hari sudah malam. “Lho! Mas, kamu nggak bangunin aku?” Jani mengucek matanya lalu menghampiri Rayhan yang masih duduk di depan computer miliknya. “Kamu tidurnya nyenyak banget. Aku nggak tega banguninnya. Memangnya kamu mau ke mana, minta ak
Usai makan malam. Keduanya kembali ke villa. Rayhan berjanji akan menceritakan semuanya karena sudah tidak ada lagi yang mesti ia tutupi dari perempuan itu. Lelaki itu mengambil dokumen yang berhasil ia ambil di gedung milik Ali dulu yang kini dikuasai oleh Indra dan Arga. Lalu memberikan dokumen tersebut kepada Jani. “Akta ini. Akta asli yang berhasil aku ambil di kantor milik papa kamu. Silakan kamu baca,” ucap Rayhan mempersilakan Jani membuka seluruh dokumen yang ia berikan kepada perempuan itu. Lembar demi lembar Jani buka dokumen tersebut. Tertera namanya begitu jelas di sana. Ia tidak menyangka jika gedung yang sering ia datangi adalah miliknya. “Kenapa Papa merahasiakan hal ini dariku? Kenapa dia hanya memberi tahu jika dia memiliki perusahaan yang dulu dikelola oleh Kak Samuel tapi sekarang sudah bangkrut? Kenapa, Mas?” tanyanya dengan bulir air mata keluar dari sudut matanya. Rayhan menghela napasnya dengan panjang. “Bukan keinginan dia untuk menutupi ini semua, Jani. K
Esok harinya. Jam sudah menunjuk angka delapan pagi. Jani baru bangun dari tidurnya setelah sempat tidak bisa tidur karena cerita mengenaskan mengenai orang tuanya. Suara bel pintu berbunyi membuat Rayhan beranjak dari duduknya dan memeriksa siapa yang datang di villa miliknya itu. "Oh, Samuel sudah sampai ternyata," ucapnya kemudian membuka pintu tersebut dan mempersilakan Samuel masuk ke dalam sana. "Jani belum bangun?" tanya Samuel kepada lelaki itu. "Sudah," jawab Jani kemudian menghampiri Samuel dan Rayhan sembari mengucek matanya. "Baru bangun tapi," ucap Rayhan sembari mengusapi pucuk kepala Jani. "Iya, baru bangun.""Nih! Obat dan perlengkapan elo yang lainnya." Samuel memberikan barang keperluan Jani kepada sang empunya. "Terima kasih, Kak. Selama dua bulan, sampai bayiku lahir, aku akan tinggal di sini. Kakak tinggal di sini juga atau kembali ke Bandung?" tanya Jani ingin tahu. "Elo udah ada Rayhan di sini. Gue balik ke Bandung. Urusan kantor Rayhan siapa yang urus k
"Masih penasaran sama si Meisya, lo?" tanya Samuel heran. Jani mengangguk sembari menoleh pelan ke arah sang kakak. "Iyalah. Dia udah pernah jebak Mas Rayhan, bilang kalau mereka masih jalin hubungan dan sering ketemu padahal udah nikah sama aku. Apa coba maksudnya.""Sayang, nggak gitu ceritanya. Dengarkan aku dulu, yaa." Rayhan mencoba berbicara dengan lembut dengan mata menatap lekat wajah istrinya itu. "Apa?" tanyanya kemudian. Rayhan menghela napasnya dengan panjang. "Aku sengaja mendirikan kantor di Bandung agar Papa dan Arga tidak tahu di mana aku kerja setelah memutuskan untuk keluar dari kantor milik Papa. Om Fadly juga yang meminta aku untuk dirikan usaha di sana saja. "Kebetulan SDM di sana juga cukup memadai untuk aku dirikan usaha di sana. Kamu juga sudah tahu kalau aku akan membangun usahaku, tapi belum sempat aku beri tahu di mana-mananya karena belum jelas saat itu."Jani menelan saliva dengan pelan. "Jadi, Om Fadly yang meminta kamu untuk bikin usaha di sana?" Ra
Samuel menggaruk alisnya seraya menatap adiknya yang benar-benar tidak tahu apa pun tentang pernikahan yang terjadi antara dirinya dan Arga. "Elo udah tahu kan, kalau Maya dan Papa selingkuh? Dan elo tahu, Maya juga tahu kalau Rayhan masih hidup. Dan Arga ngancem Maya bakalan kasih tahu penyebab Mama meninggal. "Dia cuma nggak mau elo benci sama dia dan akhirnya nurutin permintaan Arga untuk nikah sama elo. Karena dia masih ngincer harta elo dan juga jabatan dia di perusahaan Papa. Maya nggak punya pilihan lain selain rmerelakan elo nikah sama Arga."Fakta sebenarnya, Arga sengaja mabuk terus masuk ke dalam kamar elo. Perkosa elo, lempar batu sembunyi tangan. Maya baru cerita soal ini ke gue waktu kalian di Paris. Kalau membunuh nggak akan dihukum, udah gue dor saat itu juga. Kesel gue!" Samuel menjelaskan dengan panjang kali lebar kemudian menghela napas kasar. "Kampret emang keluarga Indra nih. Cuma Rayhan yang waras." Jani menelan saliva dengan pelan kemudian menghela napasnya
“Kenapa dengan kesuburan Mas Rayhan?” tanya Jani yang sudah penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sang kakak. Samuel kemudian berdiri di depan kedua orang itu dan menatapnya bergantian. “Cairan yang gue suntikan dulu ke elo, itu hanya berdampak sampai lima tahun aja. Terhitung dari pertama kali gue suntikan itu cairan, berarti udah tiga tahun. Sisa dua tahun lagi, habis itu elo bisa minum penyubur mani.” Rayhan mengulas senyumnya kemudian menganggukkan kepalanya. “Iya. Aku sudah tahu.”Samuel menganga. “Haah? Gila lo! Tahu dari mana? Gue aja baru tahu.” Samuel terheran-heran. Rayhan terkekeh pelan. “Karena aku tidak ingin kamu melakukan hal itu lagi. Aku ini seorang suami, yang ingin memiliki keturunan bagaimanapun caranya. Akhirnya aku cari tahu dan efek samping itu hanya sampai lima tahun saja.”Jani kemudian menerbitkan senyumnya dan menghela napas lega. “Syukurlah, kalau Mas Rayhan masih bisa subur kembali. Setidaknya si bayi nanti bisa punya adik,” ucapnya kemudian men
Satu minggu kemudia ….Arga berhasil bertemu dengan Fadly di Bandung. Dengan segera lelaki itu menghampiri Fadly hendak menanyakan di mana Jani dan Rayhan berada.“Om!” pekik Arga memanggil Fadly.Lelaki itu menoleh ke belakang kemudian mengerutkan keningnya. Menatap datar wajah Arga setelah sampai di depannya.“Kamu rupanya. Saya pikir kamu sudah pergi. Ternyata kamu masih bertahan di sini. Jani dan Rayhan sudah tidak ada di sini sejak dua minggu yang lalu.” Fadly memberi tahu kepada Arga bila Jani dan Rayhan sudah tidak ada di Bandung lagi.“Jani dibawa ke mana oleh Rayhan, Om? Kenapa kalian membiarkan mereka pergi, huh?” ucap Arga tak terima karena kecolongan lagi.Fadly tersenyum miring. “Kamu ingin membunuh adikmu lagi, hm? Tidak akan bisa! Karena sebentar lagi statusmu akan menjadi tersangka. Kamu masih ingat kan, Rayhan koma karena kamu? Karena dia tahu kejahatan
Keduanya diborgol dan dibawa masuk ke dalam mobil polisi meski ada drama dari Arga yang terus memberontak karena tak ingin dibawa ke kantor polisi. “Pa! Kenapa Papa diem aja, huh?” pekik Arga setelah masuk ke dalam mobil polisi. Indra hanya menghela napasnya. Tak menjawab apa pun selain pasrah dan memang sudah tahu dari dulu, Rayhan akan melaporkan dia ke polisi atas kejahatan yang telah dilakukan oleh mereka.Indra masih menatap dengan wajah datarnya. Tidak berekspresi apa pun, hanya menelan salivanya sembari mendengar ocehan dari mulut Arga yang masih berusaha agar tidak ditahan seperti itu. Setibanya di kantor polisi. Keduanya langsung dibawa ke ruang interogasi. Rayhan, Samuel dan Jani masih berada di sana. Arga menatap sengit wajah Rayhan yang baru ia lihat lagi setelah dua tahun lamanya. Berdiri tegak di depannya seraya menatapnya dengan tatapan datarnya. Sementara Jani berdiri di samping Samuel dan digenggam erat oleh sang kakak. “Brengsek lo, Rayhan! Lihat aja! Gue nggak