"Masih penasaran sama si Meisya, lo?" tanya Samuel heran. Jani mengangguk sembari menoleh pelan ke arah sang kakak. "Iyalah. Dia udah pernah jebak Mas Rayhan, bilang kalau mereka masih jalin hubungan dan sering ketemu padahal udah nikah sama aku. Apa coba maksudnya.""Sayang, nggak gitu ceritanya. Dengarkan aku dulu, yaa." Rayhan mencoba berbicara dengan lembut dengan mata menatap lekat wajah istrinya itu. "Apa?" tanyanya kemudian. Rayhan menghela napasnya dengan panjang. "Aku sengaja mendirikan kantor di Bandung agar Papa dan Arga tidak tahu di mana aku kerja setelah memutuskan untuk keluar dari kantor milik Papa. Om Fadly juga yang meminta aku untuk dirikan usaha di sana saja. "Kebetulan SDM di sana juga cukup memadai untuk aku dirikan usaha di sana. Kamu juga sudah tahu kalau aku akan membangun usahaku, tapi belum sempat aku beri tahu di mana-mananya karena belum jelas saat itu."Jani menelan saliva dengan pelan. "Jadi, Om Fadly yang meminta kamu untuk bikin usaha di sana?" Ra
Samuel menggaruk alisnya seraya menatap adiknya yang benar-benar tidak tahu apa pun tentang pernikahan yang terjadi antara dirinya dan Arga. "Elo udah tahu kan, kalau Maya dan Papa selingkuh? Dan elo tahu, Maya juga tahu kalau Rayhan masih hidup. Dan Arga ngancem Maya bakalan kasih tahu penyebab Mama meninggal. "Dia cuma nggak mau elo benci sama dia dan akhirnya nurutin permintaan Arga untuk nikah sama elo. Karena dia masih ngincer harta elo dan juga jabatan dia di perusahaan Papa. Maya nggak punya pilihan lain selain rmerelakan elo nikah sama Arga."Fakta sebenarnya, Arga sengaja mabuk terus masuk ke dalam kamar elo. Perkosa elo, lempar batu sembunyi tangan. Maya baru cerita soal ini ke gue waktu kalian di Paris. Kalau membunuh nggak akan dihukum, udah gue dor saat itu juga. Kesel gue!" Samuel menjelaskan dengan panjang kali lebar kemudian menghela napas kasar. "Kampret emang keluarga Indra nih. Cuma Rayhan yang waras." Jani menelan saliva dengan pelan kemudian menghela napasnya
“Kenapa dengan kesuburan Mas Rayhan?” tanya Jani yang sudah penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh sang kakak. Samuel kemudian berdiri di depan kedua orang itu dan menatapnya bergantian. “Cairan yang gue suntikan dulu ke elo, itu hanya berdampak sampai lima tahun aja. Terhitung dari pertama kali gue suntikan itu cairan, berarti udah tiga tahun. Sisa dua tahun lagi, habis itu elo bisa minum penyubur mani.” Rayhan mengulas senyumnya kemudian menganggukkan kepalanya. “Iya. Aku sudah tahu.”Samuel menganga. “Haah? Gila lo! Tahu dari mana? Gue aja baru tahu.” Samuel terheran-heran. Rayhan terkekeh pelan. “Karena aku tidak ingin kamu melakukan hal itu lagi. Aku ini seorang suami, yang ingin memiliki keturunan bagaimanapun caranya. Akhirnya aku cari tahu dan efek samping itu hanya sampai lima tahun saja.”Jani kemudian menerbitkan senyumnya dan menghela napas lega. “Syukurlah, kalau Mas Rayhan masih bisa subur kembali. Setidaknya si bayi nanti bisa punya adik,” ucapnya kemudian men
Satu minggu kemudia ….Arga berhasil bertemu dengan Fadly di Bandung. Dengan segera lelaki itu menghampiri Fadly hendak menanyakan di mana Jani dan Rayhan berada.“Om!” pekik Arga memanggil Fadly.Lelaki itu menoleh ke belakang kemudian mengerutkan keningnya. Menatap datar wajah Arga setelah sampai di depannya.“Kamu rupanya. Saya pikir kamu sudah pergi. Ternyata kamu masih bertahan di sini. Jani dan Rayhan sudah tidak ada di sini sejak dua minggu yang lalu.” Fadly memberi tahu kepada Arga bila Jani dan Rayhan sudah tidak ada di Bandung lagi.“Jani dibawa ke mana oleh Rayhan, Om? Kenapa kalian membiarkan mereka pergi, huh?” ucap Arga tak terima karena kecolongan lagi.Fadly tersenyum miring. “Kamu ingin membunuh adikmu lagi, hm? Tidak akan bisa! Karena sebentar lagi statusmu akan menjadi tersangka. Kamu masih ingat kan, Rayhan koma karena kamu? Karena dia tahu kejahatan
Keduanya diborgol dan dibawa masuk ke dalam mobil polisi meski ada drama dari Arga yang terus memberontak karena tak ingin dibawa ke kantor polisi. “Pa! Kenapa Papa diem aja, huh?” pekik Arga setelah masuk ke dalam mobil polisi. Indra hanya menghela napasnya. Tak menjawab apa pun selain pasrah dan memang sudah tahu dari dulu, Rayhan akan melaporkan dia ke polisi atas kejahatan yang telah dilakukan oleh mereka.Indra masih menatap dengan wajah datarnya. Tidak berekspresi apa pun, hanya menelan salivanya sembari mendengar ocehan dari mulut Arga yang masih berusaha agar tidak ditahan seperti itu. Setibanya di kantor polisi. Keduanya langsung dibawa ke ruang interogasi. Rayhan, Samuel dan Jani masih berada di sana. Arga menatap sengit wajah Rayhan yang baru ia lihat lagi setelah dua tahun lamanya. Berdiri tegak di depannya seraya menatapnya dengan tatapan datarnya. Sementara Jani berdiri di samping Samuel dan digenggam erat oleh sang kakak. “Brengsek lo, Rayhan! Lihat aja! Gue nggak
Waktu sudah menunjuk angka delapan malam. Di ruang tengah, Jani tampak menatap kosong entah apa yang dia pikirkan. Rayhan yang baru saja membuatkan susu hamil untuk perempuan itu kemudian menghampirinya dan memberikan gelas tersebut seraya duduk di sampingnya. "Ada apa, hm?" tanyanya dengan lembut. Jani sedikit terkejut kemudian menggeleng dengan pelan. "Maaf, Mas. Aku hanya rindu Mama dan Papa saja." "Wanna hug?" tanyanya sembari merentangkan tangannya mempersilakan Jani agar masuk ke dalam dekapannya. Perempuan itu kemudian tersenyum lirih dan masuk ke dalam pelukan itu. "Aku sangat merindukan mereka. Entah apa yang buat aku jadi seperti ini, tiba-tiba saja kangen." Rayhan mengusapi punggungnya dengan lembut. "Besok, kita ke Jakarta lagi dan ziarah ke makam Mama dan Papa, yaa. Aku juga mau ke kantor polisi. Papa ingin bicara denganku. Dan besok baru bisa ditemui." Jani mengangguk dengan pelan. Air matanya kini sudah turun karena tidak bisa menahannya. Sangat merindukan kedua
Rayhan melangkahkan kakinya masuk ke dalam untuk menemui sang papa yang tengah menunggunya di sana. Entah apa yang ingin disampaikan oleh lelaki itu, Rayhan masih belum tahu. Ia lalu mengembuskan napasnya dan masuk ke dalam ruang besuk di mana Indra sudah duduk seorang diri di sana. Lelaki itu mengulas senyum canggung padahal itu adalah papanya. Hanya saja, kedekatan dia dan Indra tak seperti anak dan ayah pada umumnya, membuat Rayhan seperti asing melihat Indra di sana. "Ada apa, Pa?" tanyanya kemudian setelah duduk di depan sang papa. Indra menatap Rayhan dengan tatapan penuh sesal dan merasa bersalah atas apa yang telah dia lakukan kepada anaknya itu."Sebelumnya Papa minta maaf karena telah buat kamu kecewa. Tidak pernah menganggap kamu anak Papa padahal kamu dan Arga begitu mirip, tidak akan bisa mengelak kalau kamu bukan darah daging Papa. "Tapi, Papa egois. Papa mengedepankan ego padahal mama kamu melakukan itu karena ulah Papa sendiri yang mulai duluan. Papa yang salah, N
Satu minggu berlalu. Proses BAP yang dilakukan oleh semua saksi dan juga kedua tersangka akhirnya selesai diproses. Kini, Samuel dan Rayhan tengah berada di kantor milik keluarga Samuel untuk melakukan pendataan ulang. "Jani udah nggak bisa gerak, emang? Perasaan rebahan mulu gue lihat," ucap Samuel menghampiri Rayhan yang tengah melakukan proses pembaharuan data di kantor tersebut. Rayhan tersenyum kemudian mengangguk. "Iya. Usia kandungannya kan, sudah mau memasuki delapan bulan. Dia sudah tidak bisa banyak bergerak karena berat, katanya."Samuel manggut-manggut dengan pelan. "Bentar lagi gue punya ponakan, dong?" ucapnya lalu meringis pelan. Rayhan mengangguk. "Tentu! It's your sister. Meski bukan aku yang sudah buatnya hamil, aku harap kamu dapat menerima calon keponakan kamu nanti, Samuel."Pria itu menggaruk alisnya sembari tersenyum tipis. "Ya. Elo tenang aja. Gue akan nerimanya karena elo juga nerima bayi itu. Jangan sampai berubah pikiran, kalau elo masih pengen jadi laki