[Ding! Level Naik: +5]
[Ding! Hadiah Ujian: Pedang Abyssal Eclipse diperoleh!] Fadil menatap layar sistem di depannya. Lima level dalam sekali lonjakan? Itu peningkatan yang gila. Tapi lebih dari itu... Ia menunduk, melihat pedang baru yang kini berada di tangannya. Abyssal Eclipse—bilah hitam legam dengan ukiran cahaya merah di sepanjang bilahnya. Energinya begitu kuat hingga udara di sekelilingnya bergetar. “Senjata yang cocok untuk seseorang yang telah menaklukkan kegelapan.” Wali Abyss berdiri di kejauhan, mengamati dengan mata tajam. Fadil menggenggam pedangnya erat. Tapi saat itu juga— [ Ding! Efek Samping: Kutukan Abyss Mulai Aktif...] Tiba-tiba, tubuhnya terasa berat. Bayangan merayap dari ujung jarinya, menjalar naik ke lengannya. "Agh...!" Fadil terhuyung, keringat dingin membasahi wajahnya. [Ding! Efek Kutukan: Kontrol Diri Berkurang 15%] Ia merasakan dorongan yang tidak wajar—sebuah keinginan untuk menebas, menghancurkan, menghabisi apa pun di depannya. "Kegelapan tidak bisa dikuasai begitu saja," kata Wali Abyss, matanya berkilat penuh peringatan. "Kau harus menjinakkannya... sebelum ia menelanmu hidup-hidup." Fadil menggeram, mencoba menenangkan napasnya. Tapi semakin ia melawan, semakin kuat tekanan yang menghantam pikirannya. Bayangan mulai mengamuk di sekelilingnya. Dan dalam momen itu— [Ding! Pilihan Muncul!] 1. Biarkan kutukan mengambil alih, meningkatkan kekuatan secara drastis tetapi kehilangan kendali. 2. Coba kendalikan kutukan dengan meditasi dan pengalaman bertarung. 3. Gunakan pedang Abyssal Eclipse untuk menyegel efek sampingnya sementara waktu. Fadil menggigit bibirnya. Ini bukan hanya sekadar ujian kekuatan—tapi ujian kehendak. Pilihan mana yang akan ia ambil...? "Sistem Buka Status" [Ding! Status Pemain Diperbarui!] Nama: Fadil Level: 35 (+5) Judul: Pewaris Abyss Kekuatan: 550 (+200) Kelincahan: 420 (+150) Daya Tahan: 480 (+180) Mana: 600 (+250) Skill: Abyss Step (Lv.3) Vision of the Abyss (Lv.2) Abyss Assimilation (Lv.1) Shadow Slash (Lv.4) Dark Resilience (Lv.2) Kutukan Abyss (Lv.1) – Efek Belum Dikendalikan "Gila Status Ku naik Drastis" [Efek Aktif: Kontrol Diri -15%] Fadil menatap statusnya. Lonjakan kekuatan ini luar biasa, tapi ada bahaya besar di baliknya. Kutukan Abyss masih menggerogoti pikirannya, memaksanya memilih jalan mana yang akan ia ambil. Ia menatap tiga pilihan yang melayang di hadapannya. Jika ia membiarkan kutukan mengambil alih, ia bisa mendapatkan kekuatan yang bahkan lebih besar... tapi dengan harga kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Jika ia mencoba mengendalikan kutukan dengan meditasi dan pengalaman bertarung, itu mungkin cara paling aman—tapi apakah cukup waktu untuk melakukannya? Dan pilihan terakhir... menggunakan Abyssal Eclipse untuk menyegel efeknya sementara waktu. Fadil mengepalkan pedangnya. Tidak ada waktu untuk ragu. Fadil menggenggam Pedang Abyssal Eclipse erat-erat. Bayangan kutukan terus merayap di kulitnya, menelan lengannya dalam kegelapan pekat. Napasnya berat, pikirannya berkabut, dan insting buas di dalam dirinya terus menggeram. [Ding! Pilihan Ditetapkan: Gunakan Abyssal Eclipse untuk menyegel efek sementara waktu!] Fadil mengayunkan pedangnya ke tanah. Cahaya merah di sepanjang bilahnya berkedip tajam sebelum melepaskan gelombang energi pekat. Segel sihir terbentuk di sekitar tubuhnya, menahan bayangan kutukan agar tidak semakin menyebar. [Ding! Kutukan Abyss Dihambat! Kontrol Diri Pulih +10%] Meski belum sepenuhnya hilang, Fadil merasa pikirannya mulai jernih kembali. Ia mendongak dan melihat Wali Abyss menatapnya dengan sorot mata penuh penilaian. "Kau cukup bijak untuk menunda kehancuran dirimu sendiri," kata sang Wali. "Tapi ingat, menyegel kegelapan tidak berarti kau telah mengendalikannya." Fadil mengatur napasnya. "Aku akan menguasainya. Bukan menghindarinya." Sang Wali tersenyum samar. "Bagus. Maka ujian berikutnya akan menentukan apakah kau benar-benar pantas mewarisi kekuatan Abyss." [Ding! Quest Baru: Ujian Pewaris Kegelapan!] Tujuan: Bertahan dari gelombang serangan makhluk abyss selama 15 menit tanpa kehilangan kendali! Hadiah: Skill Abyss Awakening (Lv.1) "Sialan kapan ujian ini berakhirrrrrr" Fadil teriak dengan suara yang keras. Fadil menggertakkan giginya. Dari celah-celah kegelapan, sosok-sosok bayangan mulai bermunculan, mata merah mereka berkilauan penuh kebencian. Fadil berdiri tegak, napasnya stabil. Abyssal Eclipse bergetar di tangannya, merespons gelombang makhluk abyss yang kini mulai mengepungnya. [Ding! Quest Dimulai: Bertahan dari Serangan Abyss (15 Menit)] Waktu tersisa: 00:15:00 Bayangan pertama melesat ke arahnya—gerakan mereka cepat, hampir seperti asap yang berubah bentuk. Fadil mengayunkan pedangnya, Shadow Slash! Gelombang energi gelap menghantam makhluk itu, tetapi hanya membuatnya terhuyung. "Tidak cukup kuat," gumam Fadil, mengerutkan kening. Dua makhluk abyss lain menyerbu dari samping. Dengan cepat, ia melompat ke belakang, lalu menggunakan Abyss Step untuk berpindah posisi secepat bayangan. Dalam sekejap, ia sudah di belakang musuh dan menebas mereka tanpa ragu. [Ding! Makhluk Abyss Dihancurkan: +100 EXP] Namun, jumlah mereka tidak berkurang. Semakin banyak yang muncul dari dalam kegelapan, menggeram dengan kehausan yang tak terpuaskan. Waktu tersisa: 00:12:30 Peluh mulai mengalir di pelipis Fadil. Kutukan di tubuhnya masih aktif, meski terhambat oleh segel Abyssal Eclipse. Ia harus bertarung tanpa kehilangan kendali. "Kau tidak bisa hanya menghindar," suara Wali Abyss menggema. "Hadapi kegelapan dengan keberanian atau tenggelam di dalamnya!" Fadil menghela napas dalam. Lalu, ia membuat keputusan—bukannya melawan secara defensif, ia akan menerjang mereka langsung! Dengan dorongan kekuatan, ia mengaktifkan Abyss Assimilation (Lv.1)! Gelombang energi abyss menyelimuti tubuhnya, meningkatkan kekuatannya secara drastis. Bayangannya sendiri tampak bergerak seakan hidup, memperkuat serangan-serangannya. Dengan setiap tebasan, lebih banyak makhluk abyss yang hancur. Tapi ada satu risiko besar—kutukan abyss semakin menggoda pikirannya. Waktu tersisa: 00:08:00 "Jangan biarkan dirimu hanyut dalam kegelapan, Fadil!" suara hatinya memperingatkan. Namun, semakin lama ia bertarung, semakin ia merasakan ketertarikan yang aneh terhadap kekuatan ini... Waktu tersisa: 00:07:55 Tangan Fadil gemetar. Bukan karena kelelahan, tapi karena tarikan kegelapan yang semakin kuat. Energi Abyss berdenyut dalam tubuhnya, memompa kekuatan yang luar biasa—tapi juga membisikkan kata-kata yang nyaris membuatnya kehilangan diri sendiri. "Lepaskan segel itu..." "Terima kami..." "Jadilah bagian dari kegelapan..." Fadil mengertakkan gigi. "Tidak! Aku yang mengendalikan kekuatan ini, bukan sebaliknya!" Ia berusaha mengabaikan bisikan itu, tetapi efek Abyss Assimilation semakin dalam. Tiba-tiba, dunia di sekelilingnya tampak berbeda. Bayangan semakin pekat, waktu terasa melambat, dan setiap serangan yang ia lakukan menjadi lebih brutal. Makhluk-makhluk Abyss yang sebelumnya sulit ditaklukkan kini hancur hanya dengan satu tebasan. Darah hitam mereka menguap di udara, dan Fadil merasakan sensasi adiktif dari setiap pembantaian. Waktu tersisa: 00:05:20 [Ding! Skill Vision of the Abyss (Lv.3) Terpicu!] Sekelebat, Fadil melihat sebuah bayangan besar berdiri di balik gerombolan makhluk abyss. Sosok itu tidak menyerang, hanya mengamati—dengan mata merah menyala yang penuh rasa ingin tahu. "Siapa itu?" pikirnya, tetapi tak sempat merenung lebih lama. Dua makhluk abyss yang jauh lebih besar menyerang bersamaan! Cakar mereka melesat ke arah Fadil, tapi tubuhnya bergerak sendiri. Seolah insting abyss di dalam dirinya telah mengambil alih. Abyss Step! Dalam satu kedipan mata, ia sudah di belakang salah satu monster itu. Shadow Slash Lv.5! Pedangnya berkelebat cepat, menebas kepala musuh hingga terpisah dari tubuhnya. Tapi sesuatu terasa berbeda—serangannya lebih ganas dari yang ia maksudkan. Waktu tersisa: 00:02:45 "Napasmu semakin liar," suara Wali Abyss terdengar. "Kau mulai tenggelam dalam kekuatan ini, Fadil. Jika kau tidak sadar, kau tidak akan pernah bisa kembali." Fadil mengepalkan tangan. Dadanya naik turun. "Aku..." Pilihan itu muncul di hadapannya. 1. Membiarkan Abyss sepenuhnya mengambil alih, mendapatkan kekuatan absolut tetapi kehilangan kendali. 2. Mencoba menyeimbangkan diri, menggunakan kekuatan Abyss tetapi tetap mempertahankan kesadaran. 3. Menghentikan pertarungan sekarang dan menyegel kekuatan, tetapi kehilangan peluang mendapatkan kekuatan baru. Fadil menggigit bibir. Keringat mengalir deras. Jika salah memilih, semuanya bisa berakhir... Waktu tersisa: 00:00:29 Fadil berdiri di persimpangan. Kegelapan merayap semakin dalam, mendesaknya untuk memilih. Bisikan-bisikan itu semakin menggema di pikirannya. "Kuatlah... lebih kuat..." "Buang batasanmu... Hancurkan semuanya..." Tapi di baliknya, ada suara lain yang lebih samar. Suara hatinya. "Kau bukan monster... Kau masih Fadil..." Ia mengepalkan pedangnya lebih erat. Wali Abyss mengamati, menunggu keputusannya. [Pilihan Diambil: Menyeimbangkan Kekuatan Abyss!] Gelombang energi gelap meledak dari tubuh Fadil, tetapi kali ini berbeda. Ia tidak membiarkan abyss mengambil alih, melainkan mengendalikannya. [Ding! Skill Unik Terbuka: Abyss Dominion (Lv.1)] Aura Fadil berubah. Matanya bersinar dengan cahaya violet gelap, bukan karena kehilangan kendali, tetapi karena telah menyatu dengan kegelapan tanpa tenggelam di dalamnya. Makhluk abyss yang tersisa mundur, merasakan tekanan luar biasa. Bahkan sosok misterius yang mengamatinya kini tampak tertarik. "Menarik..." Fadil mengangkat pedangnya. Napasnya masih berat, tapi kali ini, ia tidak berjuang sendirian melawan abyss. Ia telah menjadikannya bagian dari dirinya—tanpa kehilangan jati diri. Waktu tersisa: 00:00:05 Serangan terakhirnya membelah bayangan di depannya. [Ding! Quest Selesai!]Fadil berdiri di tengah kehancuran. Nafasnya berat, keringat bercampur dengan sisa energi abyss yang masih berdenyut di tubuhnya. Dia menatap ke depan—makhluk-makhluk abyss telah lenyap, namun bayangan besar yang mengamatinya masih ada."Kau telah memilih jalan yang menarik, Fadil..."Sosok misterius itu akhirnya melangkah maju. Ia tinggi, diselimuti jubah hitam yang seolah menyatu dengan kegelapan di sekitarnya. Matanya merah menyala, penuh kebijaksanaan dan bahaya."Siapa kau?" tanya Fadil, menyiapkan Abyssal Eclipse.Sosok itu tersenyum tipis. "Aku? Aku adalah pemilik asli kekuatan yang kini kau gunakan."Jantung Fadil berdegup lebih cepat. Sebelum ia bisa merespons, sosok itu mengangkat tangannya—dan tiba-tiba, kegelapan di sekeliling mereka berputar, membentuk domain yang asing.[Ding! Domain Abyssal Terbuka: Singgasana Kehampaan]"Jika kau ingin menggunakan kekuatan ini, kau harus membuktikan bahwa kau layak. Tunjukkan padaku, apakah kau akan menjadi Penguasa Abyss, atau hanya b
[Ding! Ujian Selesai! Keluar dari Domain Abyss...]WOOSH!Fadil merasakan gravitasi menarik tubuhnya kembali ke dunia nyata. Sensasi dingin abyss menghilang, digantikan oleh angin sejuk dan aroma tanah basah.Ia berdiri di sebuah hutan yang sunyi, cahaya bulan menyinari tubuhnya yang berbalut energi kegelapan.Di depannya, Alden bersandar di pohon dengan tangan bersedekap. "Hmph. Kau kembali lebih cepat dari yang kuduga."Fadil menatap tangannya. Bayangan di sekelilingnya bergerak mengikuti kehendaknya, seperti makhluk hidup yang siap menjalankan perintahnya.Sebuah notifikasi muncul di benaknya.[Ding! Status Diperbarui!]Nama: FadilLevel: 65Gelar: Abyss SovereignSkill Baru: Abyssal Sovereignty, Abyssal Phantom StepMata Fadil membelalak. Naik lebih dari 30 level? Kekuatan ini jauh melampaui ekspektasinya.Alden mendengus. "Jadi, bagaimana rasanya menjadi Penguasa Abyss?"Fadil tersenyum tipis. "Seperti dunia ini akhirnya ada di genggamanku."Namun sebelum Alden sempat merespons—
Fadil dan Lily tiba di sebuah kota kecil di perbatasan Kerajaan Aurelia yang masih berada di bawah kendali kerajaan. Malam sudah larut, dan sebelum melanjutkan misi, mereka memutuskan untuk menginap di penginapan sederhana.Saat masuk ke dalam, mereka disambut oleh pemilik penginapan, seorang wanita tua dengan senyum ramah. "Selamat datang! Kalian pasangan muda yang ingin menginap?"Lily langsung tersedak air liurnya. "H-Hah?! Kami bukan pasangan!"Fadil tetap tenang dan hanya mengangkat alis. "Dua kamar, kalau boleh."Wanita tua itu terkekeh. "Maaf, nak, hanya ada satu kamar tersisa. Tapi jangan khawatir, ranjangnya cukup besar untuk berdua."Lily membeku di tempat, wajahnya memerah. "A-Apa nggak ada opsi lain?!"Fadil hanya menghela napas. "Baiklah, satu kamar saja."Di dalam kamar, Lily menatap Fadil dengan tatapan curiga. "Kamu nggak bakal aneh-aneh, kan?"Fadil duduk di kursi dan menatapnya datar. "Tenang, aku lebih takut sama musuh daripada kamu."Lily cemberut. "Huh, dasar ngga
Fadil menatap tajam ke arah Roderic, yang berdiri dengan percaya diri di atas genteng kota. Angin pagi bertiup kencang, membuat jubah mereka berkibar.[Ding! Quest Diperbarui!]Judul Quest: Duel di Atap!Target: Kalahkan Jenderal Roderic dalam pertarungan langsung!Hadiah: +700 EXP, "Shadow Cloak"Roderic menghunus pedangnya, bilah peraknya berkilat diterpa matahari. "Aku akui, kau cukup cepat, tapi menangkapku adalah hal yang berbeda!"Tanpa aba-aba, Roderic melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa! Fadil mengangkat pedangnya untuk menangkis—Clang! Benturan keras menggema di udara!Fadil hampir terdorong ke belakang, tapi dia segera mengaktifkan [Wall Run], melompat ke dinding sebelahnya, lalu menyerang balik dari sisi yang tidak terduga![Ding! Serangan Mendadak Berhasil!]Roderic terkejut, tapi masih sempat menangkis—Clang! Clang! Percikan api muncul dari setiap benturan pedang mereka!Di bawah, Lily akhirnya berhasil keluar dari tumpukan jerami dan melihat pertarungan di atas.
Malam itu dingin dan kelam. Angin berembus kencang, menyapu reruntuhan rumah-rumah reyot di pinggiran kota Eldoria. Di antara kegelapan itu, seorang pemuda berusia tujuh belas tahun berjalan tertatih di jalan berbatu, tubuhnya penuh luka dan bajunya compang-camping. Nama pemuda itu adalah Fadil, seorang yatim piatu yang hidup dalam kerasnya dunia sejak kecil.Fadil menggertakkan giginya menahan sakit. Hari itu, ia baru saja dihajar oleh sekelompok preman pasar karena dianggap mencuri sepotong roti. Padahal, roti itu diberikan oleh seorang pedagang tua yang kasihan padanya. Namun, hukum jalanan tidak mempedulikan kebenaran.Yang lemah hanya akan diinjak-injak."Aku harus menjadi kuat…" gumamnya dengan suara serak.Tiba-tiba, rasa sakit yang luar biasa menyerang kepalanya. Seolah ada sesuatu yang terbakar di dalam otaknya. Pandangannya kabur, napasnya tersengal. Saat Fadil hendak jatuh ke tanah, sebuah suara dingin menggema di kepalanya.[Selamat datang, pengguna baru. Sistem Leveling t
Fadil menahan napas di balik semak-semak, matanya tidak lepas dari dua bandit yang tengah mengamati area sekitar. Ia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat, dadanya naik turun karena ketegangan."Kita harus bergerak cepat sebelum ada petualang lain yang datang," ujar pria berbaju kulit."Kalau memang ada pemula yang membunuh Rabid Fang, dia pasti masih di sekitar sini. Kita tangkap saja dan lihat apakah dia punya sesuatu yang berharga," sahut pria bersenjata busur.Fadil menggertakkan giginya. Tidak ada waktu untuk ragu. Jika ia tetap bersembunyi terlalu lama, mereka mungkin akan menemukannya. Namun, jika ia bertindak gegabah, ia bisa terbunuh.Ia menimbang pilihannya. Kabur adalah opsi aman, tetapi kemungkinan mereka akan mengejarnya. Mengintai bisa memberi lebih banyak informasi, tapi juga berisiko ditemukan. Menyerang lebih dulu? Itu mungkin pilihan paling berbahaya, tetapi juga bisa menjadi kejutan bagi mereka.'Aku tidak bisa terus lari… Aku harus belajar menghadapi lawan
Setelah pertemuan anehnya dengan Alden, Fadil melanjutkan perjalanannya lebih dalam ke hutan. Langkahnya terasa lebih ringan, meski pikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang necromancer itu."Kenapa dia bisa santai aja ngobrol sama orang asing di tengah hutan? Terus, kenapa dia nggak langsung ngebunuhku? Biasanya karakter kayak gitu kan suka brutal…" gumamnya sendiri.Tiba-tiba, suara dari belakang membuatnya tersentak."Aku masih di sini, kau tahu?"Fadil hampir tersandung kakinya sendiri. Ia berbalik dan menemukan Alden berdiri tak jauh darinya, tangan terlipat dengan ekspresi datarnya."Kamu ngikutin aku?!""Aku hanya ingin tahu sesuatu," jawab Alden, tanpa mengubah ekspresinya."Kalau mau nanya alamat rumah, maaf, aku sendiri juga nyasar," kata Fadil, mencoba mencairkan suasana.Alden mengabaikan candaan itu. "Aku penasaran… Kenapa kau ada di sini sendirian? Kau bukan penduduk desa biasa, bukan?"Fadil menghela napas. "Jujur? Aku memang bukan orang biasa. Aku pengen jadi lebih
[Ding!]Sistem Peringatan: Mental Anda sedang mengalami tekanan tinggi!Fadil menatap sosok dirinya yang lain—bayangan kelam yang mencerminkan ketakutannya. Mata kosong itu menatapnya, penuh cibiran dan rasa jijik."Kau pikir akan menjadi kuat?" Suara sosok itu terdengar serak, penuh kepahitan. "Lihatlah dirimu… masih ragu, masih takut."Fadil mengepalkan tangannya. Dia tahu ini hanya ujian, tetapi tekanan yang dia rasakan nyata. Bayangan itu tidak hanya berbicara—ia menyusup ke dalam pikirannya, menggali ketakutan yang bahkan tak berani ia akui.[Opsi Tindakan Terbuka!]1. Menyerang bayangan dengan kekuatan penuh (-20% Stamina)2. Menyangkal kata-kata bayangan itu (+5% Kemauan)3. Menerima dan menghadapi ketakutan itu (+15% Pemahaman Jiwa)Fadil menarik napas dalam. Menyerang mungkin solusi tercepat, tapi dia sadar ini bukan sekadar pertempuran fisik. Jika ini adalah uji mental, maka dia harus menghadapi ketakutannya, bukan menghindarinya."Aku tahu siapa diriku," katanya, memilih op
Fadil menatap tajam ke arah Roderic, yang berdiri dengan percaya diri di atas genteng kota. Angin pagi bertiup kencang, membuat jubah mereka berkibar.[Ding! Quest Diperbarui!]Judul Quest: Duel di Atap!Target: Kalahkan Jenderal Roderic dalam pertarungan langsung!Hadiah: +700 EXP, "Shadow Cloak"Roderic menghunus pedangnya, bilah peraknya berkilat diterpa matahari. "Aku akui, kau cukup cepat, tapi menangkapku adalah hal yang berbeda!"Tanpa aba-aba, Roderic melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa! Fadil mengangkat pedangnya untuk menangkis—Clang! Benturan keras menggema di udara!Fadil hampir terdorong ke belakang, tapi dia segera mengaktifkan [Wall Run], melompat ke dinding sebelahnya, lalu menyerang balik dari sisi yang tidak terduga![Ding! Serangan Mendadak Berhasil!]Roderic terkejut, tapi masih sempat menangkis—Clang! Clang! Percikan api muncul dari setiap benturan pedang mereka!Di bawah, Lily akhirnya berhasil keluar dari tumpukan jerami dan melihat pertarungan di atas.
Fadil dan Lily tiba di sebuah kota kecil di perbatasan Kerajaan Aurelia yang masih berada di bawah kendali kerajaan. Malam sudah larut, dan sebelum melanjutkan misi, mereka memutuskan untuk menginap di penginapan sederhana.Saat masuk ke dalam, mereka disambut oleh pemilik penginapan, seorang wanita tua dengan senyum ramah. "Selamat datang! Kalian pasangan muda yang ingin menginap?"Lily langsung tersedak air liurnya. "H-Hah?! Kami bukan pasangan!"Fadil tetap tenang dan hanya mengangkat alis. "Dua kamar, kalau boleh."Wanita tua itu terkekeh. "Maaf, nak, hanya ada satu kamar tersisa. Tapi jangan khawatir, ranjangnya cukup besar untuk berdua."Lily membeku di tempat, wajahnya memerah. "A-Apa nggak ada opsi lain?!"Fadil hanya menghela napas. "Baiklah, satu kamar saja."Di dalam kamar, Lily menatap Fadil dengan tatapan curiga. "Kamu nggak bakal aneh-aneh, kan?"Fadil duduk di kursi dan menatapnya datar. "Tenang, aku lebih takut sama musuh daripada kamu."Lily cemberut. "Huh, dasar ngga
[Ding! Ujian Selesai! Keluar dari Domain Abyss...]WOOSH!Fadil merasakan gravitasi menarik tubuhnya kembali ke dunia nyata. Sensasi dingin abyss menghilang, digantikan oleh angin sejuk dan aroma tanah basah.Ia berdiri di sebuah hutan yang sunyi, cahaya bulan menyinari tubuhnya yang berbalut energi kegelapan.Di depannya, Alden bersandar di pohon dengan tangan bersedekap. "Hmph. Kau kembali lebih cepat dari yang kuduga."Fadil menatap tangannya. Bayangan di sekelilingnya bergerak mengikuti kehendaknya, seperti makhluk hidup yang siap menjalankan perintahnya.Sebuah notifikasi muncul di benaknya.[Ding! Status Diperbarui!]Nama: FadilLevel: 65Gelar: Abyss SovereignSkill Baru: Abyssal Sovereignty, Abyssal Phantom StepMata Fadil membelalak. Naik lebih dari 30 level? Kekuatan ini jauh melampaui ekspektasinya.Alden mendengus. "Jadi, bagaimana rasanya menjadi Penguasa Abyss?"Fadil tersenyum tipis. "Seperti dunia ini akhirnya ada di genggamanku."Namun sebelum Alden sempat merespons—
Fadil berdiri di tengah kehancuran. Nafasnya berat, keringat bercampur dengan sisa energi abyss yang masih berdenyut di tubuhnya. Dia menatap ke depan—makhluk-makhluk abyss telah lenyap, namun bayangan besar yang mengamatinya masih ada."Kau telah memilih jalan yang menarik, Fadil..."Sosok misterius itu akhirnya melangkah maju. Ia tinggi, diselimuti jubah hitam yang seolah menyatu dengan kegelapan di sekitarnya. Matanya merah menyala, penuh kebijaksanaan dan bahaya."Siapa kau?" tanya Fadil, menyiapkan Abyssal Eclipse.Sosok itu tersenyum tipis. "Aku? Aku adalah pemilik asli kekuatan yang kini kau gunakan."Jantung Fadil berdegup lebih cepat. Sebelum ia bisa merespons, sosok itu mengangkat tangannya—dan tiba-tiba, kegelapan di sekeliling mereka berputar, membentuk domain yang asing.[Ding! Domain Abyssal Terbuka: Singgasana Kehampaan]"Jika kau ingin menggunakan kekuatan ini, kau harus membuktikan bahwa kau layak. Tunjukkan padaku, apakah kau akan menjadi Penguasa Abyss, atau hanya b
[Ding! Level Naik: +5] [Ding! Hadiah Ujian: Pedang Abyssal Eclipse diperoleh!] Fadil menatap layar sistem di depannya. Lima level dalam sekali lonjakan? Itu peningkatan yang gila. Tapi lebih dari itu... Ia menunduk, melihat pedang baru yang kini berada di tangannya. Abyssal Eclipse—bilah hitam legam dengan ukiran cahaya merah di sepanjang bilahnya. Energinya begitu kuat hingga udara di sekelilingnya bergetar. “Senjata yang cocok untuk seseorang yang telah menaklukkan kegelapan.” Wali Abyss berdiri di kejauhan, mengamati dengan mata tajam. Fadil menggenggam pedangnya erat. Tapi saat itu juga—[ Ding! Efek Samping: Kutukan Abyss Mulai Aktif...] Tiba-tiba, tubuhnya terasa berat. Bayangan merayap dari ujung jarinya, menjalar naik ke lengannya. "Agh...!" Fadil terhuyung, keringat dingin membasahi wajahnya. [Ding! Efek Kutukan: Kontrol Diri Berkurang 15%] Ia merasakan dorongan yang tidak wajar—sebuah keinginan untuk menebas, menghancurkan, menghabisi apa pun di depannya. "Kegel
Fadil jatuh ke dalam kehampaan.Tidak ada cahaya, tidak ada suara. Hanya kegelapan absolut yang menelannya. Tubuhnya terasa ringan, seolah melayang di antara dimensi yang tak berujung.[Ding! Anda Memasuki ‘Abyss Sejati’] [Efek Lingkungan: Tidak Diketahui] [HP Regenerasi: Terhenti] [Skill Tertentu: Dinonaktifkan]Fadil mengerutkan kening. Semua sistem yang biasanya membantunya kini seakan kehilangan kendali.Tiba-tiba, kegelapan di sekelilingnya mulai bergerak. Seperti kabut hitam yang hidup, perlahan-lahan membentuk sesuatu.Sosok itu muncul—tinggi, berwibawa, dengan mata merah menyala seperti bara api. Jubah panjangnya seolah terbuat dari bayangan itu sendiri."Selamat datang, Pewaris Kegelapan," suara itu menggema, dalam dan berlapis, seolah berasal dari ribuan jiwa yang terperangkap.Fadil berdiri dengan hati-hati. "Siapa kau?"Sosok itu tersenyum tipis. "Aku adalah Wali Abyss. Yang menjaga gerbang ini... dan yang akan menguji apakah kau pantas melangkah lebih jauh."Fadil mengepa
[Ding!]Sistem Peringatan: Mental Anda sedang mengalami tekanan tinggi!Fadil menatap sosok dirinya yang lain—bayangan kelam yang mencerminkan ketakutannya. Mata kosong itu menatapnya, penuh cibiran dan rasa jijik."Kau pikir akan menjadi kuat?" Suara sosok itu terdengar serak, penuh kepahitan. "Lihatlah dirimu… masih ragu, masih takut."Fadil mengepalkan tangannya. Dia tahu ini hanya ujian, tetapi tekanan yang dia rasakan nyata. Bayangan itu tidak hanya berbicara—ia menyusup ke dalam pikirannya, menggali ketakutan yang bahkan tak berani ia akui.[Opsi Tindakan Terbuka!]1. Menyerang bayangan dengan kekuatan penuh (-20% Stamina)2. Menyangkal kata-kata bayangan itu (+5% Kemauan)3. Menerima dan menghadapi ketakutan itu (+15% Pemahaman Jiwa)Fadil menarik napas dalam. Menyerang mungkin solusi tercepat, tapi dia sadar ini bukan sekadar pertempuran fisik. Jika ini adalah uji mental, maka dia harus menghadapi ketakutannya, bukan menghindarinya."Aku tahu siapa diriku," katanya, memilih op
Setelah pertemuan anehnya dengan Alden, Fadil melanjutkan perjalanannya lebih dalam ke hutan. Langkahnya terasa lebih ringan, meski pikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang necromancer itu."Kenapa dia bisa santai aja ngobrol sama orang asing di tengah hutan? Terus, kenapa dia nggak langsung ngebunuhku? Biasanya karakter kayak gitu kan suka brutal…" gumamnya sendiri.Tiba-tiba, suara dari belakang membuatnya tersentak."Aku masih di sini, kau tahu?"Fadil hampir tersandung kakinya sendiri. Ia berbalik dan menemukan Alden berdiri tak jauh darinya, tangan terlipat dengan ekspresi datarnya."Kamu ngikutin aku?!""Aku hanya ingin tahu sesuatu," jawab Alden, tanpa mengubah ekspresinya."Kalau mau nanya alamat rumah, maaf, aku sendiri juga nyasar," kata Fadil, mencoba mencairkan suasana.Alden mengabaikan candaan itu. "Aku penasaran… Kenapa kau ada di sini sendirian? Kau bukan penduduk desa biasa, bukan?"Fadil menghela napas. "Jujur? Aku memang bukan orang biasa. Aku pengen jadi lebih
Fadil menahan napas di balik semak-semak, matanya tidak lepas dari dua bandit yang tengah mengamati area sekitar. Ia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat, dadanya naik turun karena ketegangan."Kita harus bergerak cepat sebelum ada petualang lain yang datang," ujar pria berbaju kulit."Kalau memang ada pemula yang membunuh Rabid Fang, dia pasti masih di sekitar sini. Kita tangkap saja dan lihat apakah dia punya sesuatu yang berharga," sahut pria bersenjata busur.Fadil menggertakkan giginya. Tidak ada waktu untuk ragu. Jika ia tetap bersembunyi terlalu lama, mereka mungkin akan menemukannya. Namun, jika ia bertindak gegabah, ia bisa terbunuh.Ia menimbang pilihannya. Kabur adalah opsi aman, tetapi kemungkinan mereka akan mengejarnya. Mengintai bisa memberi lebih banyak informasi, tapi juga berisiko ditemukan. Menyerang lebih dulu? Itu mungkin pilihan paling berbahaya, tetapi juga bisa menjadi kejutan bagi mereka.'Aku tidak bisa terus lari… Aku harus belajar menghadapi lawan