Happy reading ;)
------------------
Yakutsk, Russia.
Kesunyian, kegelapan dan suasana dingin yang mencapai suhu -50°C di kota itu, tak menyulutkan api amarah pada seorang pria dengan pakaian serba hitam dan memakai kain penutup wajah.
Manik itu terus menghunus seakan dapat mematikan target hanya dengan tatapan itu, kini targetnya telah tergeletak bersimbah darah walau masih mampu mengerang dalam gerak yang teramat sakit.
Ia berjongkok, mengulurkan desert eagle mulai membidik diarea pelipis korban. Namun, tanpa ia ketahui dari arah belakang, seorang wanita menendang pistol itu dan menangkapnya dengan tangkas, ia tak segan segan menaruh deagle itu tepat di jantungnya.
Dor!
Satu tembakan mampu membuat pria itu tak bernyawa. Wanita itu berjalan lalu berjongkok mendekati korban yang terus mengerang meminta pertolongan. Ia meraih ponsel menghubungi ambulance lalu melangkah pergi.
Tanpa ia sadari pria yang menjadi korban itu meraih sebuah kalung perak dari saku kemeja wanita yang telah menyelamatkannya. Ia berjanji akan mencari wanita itu hingga dapat.
Dua Tahun Kemudian.
Suara dentuman musik terasa menelusup indra pendengaran seorang wanita bersurai golden blonde yang baru saja memasuki salah satu night club di kota New York. Aura dingin, tatapan tajam, dan keangkuhan yang mendominasi, begitu kentara ditengah wajah mungil yang ia miliki. Manik legam wanita itu seakan menjerat semua mata pria maupun wanita untuk tertuju padanya, namun tak ada satupun yang berani mendekat bahkan mencoba menggodanya.
Hingar bingar night club yang ia kunjungi benar benar membuatnya muak. Lebih dari itu ia sangat kesal dengan bossnya yang mengharuskan ia berada disini. Ia lebih suka menjadi bodyguard pejabat politik hingga beberapa Mentri di Russia dibanding harus mengawal pria yang terkenal brengsek dan badboy seperti Mike Delwyn.
Sepatu Yezzy Boost 350 V2 Cinder Black Gum yang ia kenakan membuatnya begitu berbeda dari wanita lain didalam sana. Celana jeans, jaket kulit hitam dengan rambut diikat membuat siapapun tahu bahwa dirinya adalah seorang bodyguard wanita. Tak ada yang mengira bahwa ia adalah bodyguard dari seorang pria brengsek incaran para wanita.
Emily Blunt. Ia menghentikan langkahnya saat berada didepan ruangan VVIP tempat pria yang akan ia temui untuk pertama kali dalam hidupnya. Jemari lentik yang jauh dari kata lembut itu mulai mendorong pintu secara perlahan dan menampakkan beberapa pria tengah melakukan adegan dewasa secara terang-terangan. Ia hanya menyeringai menunggu aktifitas sialan itu hingga selesai.
Emily meraih ponsel, mengirim pesan pada John yang sedang dirawat di salah satu rumah sakit terbaik di Russia. Andai saja insiden penembakan dua hari yang lalu tidak terjadi, mungkin saat ini ia tengah menikmati liburan bersama sahabatnya di Melbourne dan John lah yang bertugas disini.
"Awalnya aku tak percaya Loginova memberiku bodyguard wanita," Pria itu mengancingkan kemejanya lalu menenggak red wine hingga tandas.
"Ya Sir," Emily menunduk hormat saat berhadapan dengan pria brengsek yang sialnya sangat tampan, surai dark brown yang ia miliki, tampak keras dan terkesan sempurna ditengah wajah unik yang mempesona, manik coklat, alis tebal, hidung mancung dan rahang tegas dengan ditumbuhi bulu halus seakan menjelaskan bahwa ia pria yang piawai dalam menaklukkan para wanita, tatto dibagian lengan atas hingga dada membuat pria brengsek itu tampak liar dan panas.
"Jika tahu seperti ini aku akan membelimu dan kita akan....."
"Saya bertugas menjaga anda bukan melayani anda Sir," potong Emily segera, ia tahu kemana arah pembicaraan pria brengsek yang sialnya begitu tampan seperti Mike Delwyn. Kedua pria disamping Mike yang sudah ia tebak merupakan sahabatnya, terkekeh pelan menanggapi ucapan Emily.
Mike beranjak dari dua wanita yang menemaninya sedari tadi, ia berjalan menghadap Emily, menatap nya intens hingga mengikis jarak diantara mereka.
"Kau akan tahu apa yang akan terjadi nanti Emily Blunt." Senyum seringai menghiasi wajahnya yang rupawan. Wangi maskulin pria itu menggelitik indra penciuman Emily, namun Emily masih tak merespon apa yang pria itu katakan, justru pandangan dan sikap dinginlah yang ia berikan padanya.
Tepat pukul 02.00 am Mike menyudahi kegiatan party disana, ia bergegas meraih kunci mobil dan menyerahkan pada Emily. Wanita itu segera mengikuti langkah lebar pria bersurai dark brown tersebut dan membukakan pintu mobil penumpang untuknya. Emily menghela nafas panjang sebelum mengambil alih kemudi.
Mobil Bugatti La Voiture Noire Black membelah jalanan kota New York dini hari, suasana hening membuat Mike merasa tersiksa namun sedari tadi ia pun tak mengalihkan pandangannya dari sosok wanita mungil disampingnya, Emily.
"Mengapa kau bekerja sebagai bodyguard?" Mike menatap intens wanita bersurai golden blonde yang fokus pada jalanan didepannya. Ia tak percaya jika wanita bertubuh mungil dan cantik dengan bulu mata lebat, bibir tipis merona alami mampu menjadi seorang bodyguard yang hidup penuh dengan kekerasan. Ia juga tak sabar ingin sekedar berbincang dengan wanita yang terlihat dingin padanya. Benarkah ia sama sekali tak tertarik pada dirinya ditengah ia pun menjadi incaran para wanita?
Pertanyaan itu terjawab saat Emily sama sekali tak menanggapinya. Mike tersenyum tak percaya, ia lebih baik mengalihkan pandangan pada jalanan disamping jendela kaca, namun Mike menyadari saat jalan yang mereka tempuh ialah jalan menuju mansion milik kedua orangtuanya. Bagaimana wanita itu bisa tahu? Bahkan Emily tak bertanya apapun padanya?
"Kau??" Manik cokelat Mike menatap wanita disamping nya penuh tanya.
"Aku meretas ponsel yang kau gunakan Sir," jawab Emily santai. Mobil Bugatti La Voiture Noire Black melewati gerbang dan memasuki area mansion. Wanita itu segera keluar, membukakan pintu mobil untuk Mike.
"Kau sangat mengejutkan Emily." Manik cokelat Mike menatap tajam saat ia turun dan mulai memasuki pintu utama mansion. Langkah Mike terhenti melihat kedua orangtuanya tampak menunggu diruang utama. Emily yang saat itu berada dibelakang Mike membungkuk hormat. Sekilas Mike melirik wanita ber manik legam yang tetap bersikap dingin dan profesional padanya.
"Mom?? Daddy? Tak seperti biasanya menungguku seperti ini," Mike berjalan mendekat dan memeluk dua orang yang begitu dicintai nya.
"Kau salah paham," Alice melepas pelukan Mike dan mendekati Emily.
"Aku menunggu bodyguard mu, bukan menunggu anak brengsek sepertimu!" kesal Alice yang tahu tabiat anak laki-laki satu satunya itu. Sang ayah tertawa geli melihat wajah Mike mendelik tajam.
Mike terkejut mengapa sang ibu begitu terbuka pada orang yang baru dikenalnya, bahkan mereka baru pertama kali bertemu. Keterkejutan itu merambat pada Emily, ia tak mengerti mengapa wanita ini memandangnya penuh kasih, seakan mengutarakan rasa rindu yang teramat dalam.
Egbert memahami sikap Alice yang sangat terbuka pada bodyguard sang anak, istrinya begitu kehilangan anak perempuan pertama mereka karena kecelakaan dimasa lalu, Alice bahagia saat Loginova memberitahu bodyguard wanita untuk anaknya dan mengirim foto Emily pada mereka. Ia sempat terkejut mendapati kemiripan yang hampir sama dengan mendiang anaknya. Manik legam itu begitu indah, terutama surai golden blonde itu menarik ingatan pada sang anak saat ia mengikat surainya terdahulu.
"Kau cantik sekali Emily.." puji Alice memegang kedua bahu wanita tersebut. Emily membalasnya dengan senyum manis yang tak ia sadari telah membuat Mike ikut tersenyum.
"W..wait jadi ia belum pernah ke mansion ini Dadd?"
"Tadi Dadd meminta nya untuk menyusul mu di club, berhati-hati lah posisi kita saat ini sedang berada diatas dan dalam incaran musuh musuh Daddy," Mike mengangguk paham pasalnya, saat ini keluarga Mike menjadi incaran para musuh karena keadilan sang ayah sebagai jaksa agung dinilai mampu mengendalikan kebijakan penegakan hukum di New York, dan memberikan sanksi pada siapapun yang bertindak sewenang-wenang apalagi mencoba memberikan suapan ke pihak yang bersangkutan baik dalam bentuk apapun. Namun hal itu membuat perpecahan, karenanya saat sang ayah menjabat, banyak orang dari kalangan atas, bahkan koruptor yang terbiasa aman berkeliaran, menjadi mendekam dalam penjara sesuai hukum yang berlaku.
Tak sedikit yang berusaha menggulingkan sang ayah dan melakukan beragam cara untuk meruntuhkan. Maka dari itu Egbert membayar Loginova untuk memberikan bodyguard handal demi menjaga anak semata wayangnya. Pria itu kembali menatap sang ibu yang asyik berbincang dengan Emily.
"Oh God! Orang tuamu pasti cantik hingga bisa melahirkan wanita cantik sepertimu," Emily ikut tersenyum ditengah hatinya yang merasa tersayat. Dan Mike menangkap itu semua dengan baik.
"Masuklah aku akan menunjukkan kamarmu," Alice membawa Emily kedalam mansion dan benar benar mengacuhkan anak semata wayangnya, Mike Delwyn.
"Astaga Dadd, apa ia benar benar melupakan siapa anaknya?"
"Kurasa begitu." Sang ayah merangkul Mike dan tertawa saat mendapat sikutan kekesalan dari sang anak.
***
-To Be Continued-
Terimakasih banyak udah baca sampai chapter ini ;) jangan lupa dukung lunalupin dengan cara berikan komentar di ulasan dan VOTE menggunakan GEM. Lyubov ;*
Novel karya Luna Lupin yang lain:
- My Brilliant Doctor: (Vincent, Tara, Nick - Romance Action 21+)
- BEATRIX ADELINE: (Beatrix Adeline & David Mills - Romance Erotic 21+) : Novel ini eksklusif hanya ada di HotBuku app.
Visual book follow Instagra'm: @_lunalupin
Happy reading ;) ---------------- "Kau bisa menempati kamarmu," Emily menatap sekeliling kamar berwarna coklat untuk warna dominan, dilengkapi wallpaper dinding custom tile printing dengan pencahayaan sempurna. Serta pada bagian kiri kamar terdapat jendela kaca agar bisa mendapatkan cahaya matahari langsung di pagi hari. "Ini berlebihan Miss," "Tidak Emily, Ngomong ngomong dimana kopermu?" Alice melirik tangan kosong Emily. "Ah, aku akan menghubungi rekanku untuk mengantarnya kesini, jika kau mengizinkan." "Tentu, setelah itu kau sebaiknya istirahat Emi," Alice mengusap kedua lengan Emily sebelum beranjak pergi meninggalkan nya. Sesaat wanita bersurai golden blonde itu terpaku atas perlakuan manis dari wanita paruh baya itu. Ia menggeleng cepat mencoba menghilangkan perasaan yang merambat hangat dalam dirinya. Ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang untuk mengantar kopernya ke mansion. Tak butuh waktu lama, pria ber surai
Happy reading ;) --------------"Berhenti memandangi ku seperti itu, Sir." Kali ini ia benar benar muak pada Mike. Selain pembicaraan nya saat diruang makan tadi, Mike tak henti hentinya memandangi Emily sejak mereka keluar dari mansion. "Aku masih tak mengerti mengapa wanita cantik seperti mu bekerja sebagai bodyguard," Mike tetap berusaha mengajaknya bicara walau ia tahu tak akan ada jawaban dari bibir mungil wanita disampingnya. Benar saja, Emily kembali mengacuhkannya dan segera keluar dari mobil membukakan pintu penumpang untuk Mike. Emily menunduk hormat ketika pria itu turun dan membuka kancing jas perlahan. "Asal kau tahu aku tak suka diabaikan, Emily Blunt." Mike segera berlalu dan memasuki lobby utama perusahaan Citi Group. Ia benar benar merasa dilecehkan oleh wanita yang hanya bekerja padanya sebagai bodyguard. Bagaimana bisa wanita itu mengacuhkan dirinya yang rupawan. Sedangkan Emily sama sekali tidak peduli dengan semua perkataan pria brengs
Happy reading ;) --------------- Iris manik cokelat itu tetap tertuju pada hasil video rekaman yang ia dapat dari alat canggih milik Emily. Ya, mereka telah mengakhiri pertemuan dengan para investor dan menjelaskan bahwa Citi Group akan berusaha kembali seperti sebelumnya. Namun pikiran pria itu justru berpendar pada kejadian siang tadi, melihat Emily yang tak nyaman akan kehadiran Christian membuat segudang pertanyaan bertumpuk dalam benaknya. Bahkan dengan lantang Christian meminta izin padanya untuk mengajak wanita itu makan malam bersama. Sedangkan Emily, ia sedikit kagum pada pria disampingnya ini, pembawaan Mike yang ramah, santai dan juga tegas membuat seluruh investor yakin akan peningkatan saham di perusahaan yang Mike pegang, bahkan Mr Grey kembali mendanai suatu kegiatan Citi Group dalam sosial kemasyarakatan (citizenship) yang menjangkau berbagai lapisan komunitas yang membutuhkan. Itu adalah kegiatan salah satu diantara tiga puluh lima kegiatan y
Happy reading ;) -------------------"Aku minta maaf padamu atas kejadian di masa lalu," Christian berusaha meraih jemari itu, namun Emily terlalu muak akan kata maaf yang keluar dari bibir pria yang pernah ia cintai sebelumnya. Mike hanya mendengus pelan, ia terpaksa berpindah meja saat suasana tegang tadi hampir tak terkendali. Mike meminta menyelesaikan permasalahan dengan baik walaupun manik legam itu menatapnya tak suka. "Maafmu tak akan merubah apapun, keparat!" "Yeaah i know, setidaknya aku telah meminta maaf padamu," Christian mengangkat bahu acuh kemudian menyesap Vodka perlahan. Emily tersenyum masam, terlalu banyak kata maaf dari mulut para bedebah yang berharap urusannya selesai. Manusia biadab, yang berlaku seperti binatang dengan sikap dan perkataannya kemudian meminta maaf dengan mudah itu sama saja keparat gila yang menginginkan mati dengan tak manusiawi. Baik, ia akan mengabulkan permohonannya. "Apa itu sebuah permo
Happy reading ;) ------------ Mike tersenyum saat gelas berisikan red wine memanjakan rongga mulutnya hingga bagian terdalam, rasa manis bibir Emily tertinggal merekat sempurna pada tiap inci kulit tebal yang piawai dalam memberi sensasi. Bagaimana bisa rasanya semanis itu? Ia seperti bocah ingusan yang pertama kali berciuman. Debaran rongga dada sulit di kendalikan sedari tadi, ia terkekeh pelan menertawakan kebodohannya. Sebaliknya, manik legam Emily menajam sempurna. Ia menghubungi Jeff untuk menyelidiki pelaku yang berusaha membunuh Mike di perjalanan tadi. Jemari itu terkepal erat menahan amarah, gigi yang menggelatuk berusaha menahan diri dari segala cacian. Ia menggeser layar ponsel saat panggilan masuk dari Jeff memenuhi indra penglihatannya. "Turunlah." Satu kata dari Jeff mampu membuat Emily menyambar jaket kulit yang ia letakkan diatas bed dan setengah berlari menuruni anak tangga. Tanpa ia ketahui Mike yang saat itu berada di
Happy reading ;)--------------Emily berlari dan melayangkan kakinya tepat diwajah pria itu hingga tersungkur."Shit!" Geramnya, ia berbalik dan hendak memberikan balasan, namun Emily melesat di antara kedua kaki dan menendang punggungnya dengan tangkas. Seringai mengolok tampak jelas diwajah mungil Emily.Pria itu kembali melayangkan pukulan keras untuk Emily, wanita itu menghindar lalu menghantamnya dengan pukulan bertubi-tubi dibagian wajah dan menendang lutut dari belakang hingga bertekuk, tak segan-segan Emily menghantam bahu pria itu oleh sikut, ia tertelungkup meringis menahan sakit. Emily meraih rambut pria itu menghempasnya pada dinding berkali kali bersama dengan percikan darah yang keluar dari pelipisnya."Katakan siapa yang menyuruhmu untuk membunuh Mike?" Desis Emily terdengar mengerikan, ia menarik rambut pria itu hingga menengadah."Ch-Christian," jawabnya terbata.Emily meraih pisau eickhorn dari balik saku celana, da
Happy reading ;)***Suasana di ruang konferensi pers tampak riuh, Mike memilih membawa semua reporter menuju ruang pers untuk diliput. Ia tak ingin berdesak saat di wawancarai. Emily dan Laurent membantu keperluan pria itu hingga seluruh staff dan reporter memasuki ruangan tersebut. Mike menjelaskan secara rinci perihal kejadian yang terjadi padanya. Ia juga membawa nama Emily sebagai bodyguard dalam penyelamatan. Ia tidak tahu siapa dalang dari kejadian tersebut dan berharap pelaku segera tertangkap. Pihak kepolisian juga turut hadir namun meminta keterangan lebih lanjut dikantor polisi.Sesuai perintah, Emily menunggu dimobil saat Mike masuk kedalam kantor polisi untuk membuat keterangan. Wanita itu menggulir layar ponsel dan menyeringai tajam membaca satu pesan dari Jeff. Kepala cantiknya telah menyusun rencana indah untuk malam nanti. Emily memasukkan ponsel ketika Mike meminta nya keluar."Aku yang mengemudi." Tanpa kata, wanita itu keluar dan duduk
Happy reading ;)***Sepanjang perjalanan menuju mansion, Mike tak henti hentinya mengumpat kesal. Bagaimana bisa wanita itu menolak untuk kesekian kali ditengah respon tubuh yang sama sama menggetarkan. Mike menghela napas panjang seakan sesaknya melebihi yang ia rasakan sebelumnya."Aku hanya butuh waktu." kali ini Emily menjawab segala kegusaran pria bersurai dark brown disampingnya. Mike melirik sesaat, dan kembali menatap jalanan kota Manhattan yang mulai lengang. Ia tahu wanita itu butuh waktu, hanya saja ia pikir tak perlu waktu jika mereka sama sama menginginkan.Maybach Exelero hitam terparkir sempurna di halaman utama mansion. Keduanya berjalan bersama namun Emily mundur beberapa langkah saat Alice berdiri tak jauh dari hadapan mereka."Mom??" Mike memeluk dan menanamkan kecupan hangat di pelipis sang ibu."Apa yang kalian lakukan hingga pulang selarut ini?" Alice menatap curiga yang dibalas kekehan Mike."Oh God! Bahkan sek
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika