Beranda / Romansa / My Sugar Candy / 30. Kesabaran Olin

Share

30. Kesabaran Olin

Penulis: Viallynn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sambil menggoyangkan kakinya, Olin menatap ke arah jalanan yang mulai sepi. Dia melirik jam tangannya dan kembali duduk dengan tenang. Sudah satu jam dia duduk di depan kafe yang sudah tutup, tetapi hingga saat ini belum terlihat tanda-tanda kedatangan dari seseorang yang ia tunggu. Seseorang sudah berjanji akan menjemputnya hari ini.

"Apa ada operasi mendadak ya?" gumam Olin sambil menunduk.

Jujur saja tubuhnya sangat lelah. Dia ingin segera pulang dan merebahkan diri. Tangannya juga masih terasa panas karena harus memisahkan cabai dari bijinya sebanyak satu ember tadi. Ada sedikit rasa menyesal di hatinya karena tidak membawa kendaraan hari ini.

Merasa jenuh, akhirnya Olin kembali berusaha menghubungi Gevan. Jika tidak bisa menjemput, setidaknya pria itu harus memberi kabar. Olin memang orang yang sabar, tapi bukan berarti dia bisa menunggu tanpa kepastian seperti ini.

"Kok nggak diangkat?" Lagi-lagi Olin menghela napas lelah.

Cahaya dari lampu kendaraan yang mende
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Sugar Candy   31. Permintan Maaf

    Hawa dingin terasa menusuk kulit Olin. Dia mengerang dan semakin mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia kembali nyaman dengan posisinya dan berniat untuk melanjutkan tidurnya. Namun satu detik kemudian dia langsung tersadar. Dengan cepat Olin membuka matanya dan segera bangkit. Matanya mengedar ke segala arah dengan tatapan meneliti. Mulutnya terbuka saat mulai sadar di mana dirinya saat ini. "Kok gue di sini?" gumam Olin menutup mulutnya tidak percaya Dengan panik dia menyingkap selimut dan menghela napas lega. Pakaian masih terpasang sempurna di tubuhnya dan tidak ada yang terlepas satu pun. Olin memejamkan mata dan mengusap wajahnya kasar. Seketika rasa pening karena mendadak bangun mulai menyerangnya. Perlahan Olin bangkit dari kasur dan menggulung rambut panjangnya secara asal. Dia keluar dari kamar mencoba mencari keberadaan seseorang, seseorang yang ia yakini telah membawanya ke tempat ini. Sepertinya Olin benar-benar kelelahan sehingga tidak menyadari ke man

  • My Sugar Candy   32. Banyak Akal

    Gevan memasuki kedai kopi dengan langkah lemas. Pandangannya mengedar ke segala arah untuk mencari seseorang. Di ujung ruangan, terlihat dua orang pria yang duduk bersantai dengan berbincang. Raut wajah mereka tampak berbeda saat Gevan yang tampak menyedihkan. "Kusut banget muka lo, kenapa?" tanya Martin. Gevan menggeleng dan menunduk. Dia mengambil cangkir kopi milik Anton dan meminumnya cepat. Helaan napas kasar lolos begitu saja dari mulutnya. "Kenapa? Dijodohin lagi sama Tante Ajeng?" tanya Anton. "Ya kali dijodohin, Ton. Kan udah ada Olin, si dedek gemes." Martin terkekeh. "Bisa diem nggak?" Gevan menatap kedua temannya kesal. Martin menutup mulutnya dan mengangkat kedua tangannya menyerah. Jika sedang dalam suasana hati yang buruk lebih baik mereka menghindar dari Gevan. Pria itu hanya butuh ketenangan. "Tunggu...," ucap Martin tiba-tiba. "Gue tau kenapa muka lo lecek gitu. Berantem sama Olin kan?" "Hm." "Kenapa? Pasti lo bikin ulah. Olin nemu kondom di mob

  • My Sugar Candy   33. Kartu AS

    Dengan santai, Gevan memasuki ruangan Tama tanpa mengetuk pintu. Dia berdiri di depan pintu dengan terkejut. Di depannya. Tama tampak berdebat dengan seorang wanita yang ia kenal sebagai teman Olin. Pikacu, itu panggilan Olin untuk Fika. "Ada apa, Van?" tanya Tama menghela napas kasar. Dia masih menahan tangan Fika untuk tidak pergi. "Gue mau ijin bawa Olin pergi." Tama mendengkus, "Sampe kapan lo mau monopoli karyawan gue?" Gevan berdecak, "Dia calon gue kalau lo lupa." "Terserah, tapi lo nggak bisa seenaknya. Harus bisa bedain mana urusan pribadi sama pekerjaan." Gevan tersenyum mengejek mendengar itu. Dia melipat kedua tangannya di dada dan bersandar pada pintu. "Terus lo itu apa? Urusan pribadi atau pekerjaan?" tanya Gevan melirik tangan Tama yang menggenggam erat lengan Fika. Dengan reflek Tama melepaskan cengkeramannya. Hal itu dimanfaatkan oleh Fika untuk segera pergi. Gevan berjalan masuk dan menutup pintu. Dia bisa melihat wajah kusut Tama. Dia tidak sakit

  • My Sugar Candy   34. Sugar Gevan

    Terbiasa hidup sendiri selama bertahun-tahun membuat Olin sulit untuk membuka hati. Dia seperti tidak membutuhkan orang lain untuk membantunya. Dia sudah merasa bisa untuk menyelesaikan semua masalahnya sendiri. Namun semua itu berubah saat ia mulai bertemu dengan Fika, satu-satunya sahabat senasib yang berhasil menarik rasa simpati di hatinya. Hanya Fika seorang, selain itu tidak ada lagi manusia yang mendapatkan perhatian lebih darinya. Kemudian muncul Alif, anak kecil yang dulu hampir pernah ia tabrak di tengah malam. Melihat kondisi Alif yang menyedihkan membuat rasa simpati Olin kembali muncul. Manusia kedua yang mendapat perhatiannya adalah Alif. Seolah tidak berhenti di situ saja. Tuhan kembali mengirimkan seseorang yang bukan hanya menarik perhatian Olin, melainkan emosinya juga. Pria itu adalah Gevan, seorang dokter gila yang entah kenapa mendadak terobsesi padanya. Melihatnya yang pantang menyerah membuat Olin perlahan luluh. Bukan hanya simpati, melainkan juga jatuh hat

  • My Sugar Candy   35. Sedekat Nadi

    Mobil berhenti tepat di depan rumah Alif. Baik Gevan, Olin, dan Alif mulai turun dari mobil. Hari yang sudah malam membuat keadaan sekitar cukup sepi. Sedikit membantu Gevan yang sudah siap beradu amarah dengan Ibu Alif jika membuatnya kesal. "Kurang malem pulangnya," sindir Ibu Alif sambil membuka pintu. "Niatnya mau saya bawa pulang, Buk. Tapi Alif berbaik hati mau bantuin Ibuk bungkus kue," celetuk Olin. Seperti biasa, dia bersembunyi di balik punggung Gevan. "Ibuk, ini Caca dibeliin boneka sama Om Gevan." Dengan tersenyum Alif berusaha menengahi. "Iya, makasih," jawab wanita itu singkat. "Cuek banget, sini balikin!" Olin berniat kembali mengambil bonekanya, tidak serius tentu saja. Seperti dugaannya, dengan sigap Ibu Alif maju dan menatapnya tajam. "Bintitan kalau kamu ambil lagi bonekanya." "Lagian, nggak ikhlas banget bilang makasih." "Yang beliin kan cowok ini bukan kamu!" "Cowok ini calon suami saya, Buk!" Olin menatap Ibu Alif tajam. "Tetep aja bukan k

  • My Sugar Candy   36. Kembali Kecewa

    Suara pisau yang beradu dengan papan kayu dari dapur terdengar hingga luar. Di dalam sana, tampak Olin tengah memasak bersama Tante Ajeng, Ibu Gevan. Sekarang Olin tahu dari mana kebiasaan Gevan yang suka membawanya kabur. Ternyata itu dari Ibunya. Secara tiba-tiba wanita paruh baya itu muncul di kafe dan menculiknya. Tentu saja dengan the power of orang dalam, akhirnya Olin bisa lolos meskipun Tama tampak pasrah saat mengizinkannya pergi. "Ini wortelnya kamu potong kecil-kecil ya, Lin." "Iya, Tante." "Kapan kamu panggil saya Mama, Lin?" Pertanyaan itu membuat gerakan tangan Olin terhenti. Dia berdeham pelan dan melirik Tante Ajeng dengan senyuman konyol. "Enaknya kapan ya, Tan?" "Ya, sekarang dong. Itung-itung latihan. Kan kamu calon mantu Mama." Olin menggaruk lehernya dengan meringis. Lagi-lagi anak dan ibu memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menginginkan pernikahan. "Gevan udah ajak kamu nikah kan?" Lagi-lagi pertanyaan berat yang diucapkan dengan santai itu m

  • My Sugar Candy   37. Keresahan Hati

    Dengan langkah lemas, Gevan berjalan kembali ke kantin rumah sakit. Napas yang tersengal karena lelah berlari tidak membuatnya terganggu. Dia terlambat, Olin sudah pergi. Gevan melihat punggung wanita itu keluar dari area rumah sakit dengan mengendarai motornya. Gevan menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar. Lagi-lagi dia kembali membuat hubungannya dengan Olin kembali merenggang. Kenapa hal ini sering terjadi? Kenapa di saat dia yakin dan serius dengan suatu hubungan, banyak permasalahan yang muncul. Jika tidak ada jadwal operasi, mungkin Gevan bisa langsung menyusul Olin detik itu juga. Namun dia tidak bisa melakukannya sekarang. Gevan harus tetap fokus agar pekerjaannya berjalan dengan lancar. Dari jauh, Gevan bisa melihat Anton dan Putri yang tengah berbincang di salah satu meja. Melihat Anton membuka tas bekal yang Olin berikan tadi membuat Gevan dengan cepat berlari mendekat. Belum sempat makanan itu masuk ke mulut Anton, Gevan harus mengamankannya terlebih dahulu

  • My Sugar Candy   38. Membuka Hati dan Pikiran

    Di belakang kafe, Olin memilih untuk duduk bersila dengan Ayang, kucing kesayangannya yang berada di pangkuannya. Dengan melamun, tangannya aktif membelai kepala Ayang. Pikiran Olin benar-benar kacau hari ini. Apa lagi jika bukan memikirkan Gevan yang kembali merusak kepercayaannya? Getaran pada sakunya membuat lamunan Olin buyar. Dia mengambil ponselnya dan melihat nama yang terus menghubunginya sejak tadi. Gevan selalu menelepon dan mengirimkan pesan singkat, akan tetapi Olin enggan membalas. Entah kenapa dia masih belum menerima fakta jika masa lalu Gevan benar-benar membuatnya berpikir yang tidak-tidak, terutama tentang Putri. Gevan memang pemain wanita. Sudah banyak wanita yang terperangkap dalam jeratan pesonanya tetapi ada dua wanita yang sulit ia dapatkan, yaitu dirinya dan Putri. Fakta itu yang membuat Olin sangat gelisah. Pintu belakang kafe terbuka membuat lamunan Olin lagi-lagi buyar. Dia menoleh dan menemukan Fika yang akan membuang sampah. "Loh, gue pikir lo ud

Bab terbaru

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 3: Kejutan Bidadari Prakarsa

    Di kantin sekolah, Lana mengaduk makanannya dengan tidak nafsu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tetapi rasa bahagia itu tidak ia rasakan. Keluarganya memang telah mengucapkan selamat ulang tahun semalam di jam 12 malam, tetapi tetap saja permintaan Lana akan pesta ulang tahun tidak terkabul. Kenapa sulit sekali untuk meyakinkan orang tuanya? Bahkan Alif juga tidak bisa meyakinkan ibunya. "Diaduk mulu sotonya, ntar pusing," tegur Sheila. Lana membanting sendoknya dengan wajah yang kesal. Bibirnya sudah melengkung ke bawah ingin menangis. "Kan, nangis lagi," ucap Sheila jengah. "Lo kok nggak bantuin gue sih? Tenangin gue kek? Galau nih!" Sheila menggaruk lehernya bingung, "Ya gimana, Lan? Lo mau gue ikut yakinin orang tua lo?" "Iya! Kan lo bisa minta bantuan Om Tama buat yakinin Papa gue." "Iya, deh. Ntar gue bilangin Papa gue buat yakinin Om Gevan." "Telat!" Sheila mendengkus. Lagi-lagi dia salah. Memang sulit menghadapi bidadari keluarga Prakarsa itu. "Ciyee

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 2 : Bidadari Prakarsa

    Malam minggu tidak menjadi malam yang spesial untuk anak-anak Gevan dan Olin. Mereka semua berada di rumah dengan tugas di mana Arkan, Ardan, dan Lana harus menjaga Zaine. Terlihat aneh memang di usia mereka yang sudah remaja, tiba-tiba ibunya hamil dan melahirkan Zaine. Kebobolan, itu yang sering neneknya ucapkan. Namun kehadiran Zaine memberikan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Bocah kecil itu sangat lucu dan menggemaskan. "Zaine udah tidur?" tanya Arkan saat Lana datang dengan satu toples makanan ringan dan duduk di tengah-tengah kedua kakak kembarnya. "Udah." Saat ini mereka berada di ruang tengah, menonton film horor di tengah malam. Bukan bermaksud uji nyali karena baik Arkan dan Ardan tidak menunjukkan ekspresi lain selain datar. Kadang Lana merasa heran, bagaimana bisa dia memiliki dua kakak laki-laki yang sikapnya sedingin es? Selain dingin, mereka juga menyebalkan. Apalagi jika sudah bersatu untuk mengerjainya. "Kak?" panggil Lana. "Hm?" jawab Arkan dan Arda

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 1 : Pasukan Prakarsa

    Suara berisik dari dalam dapur terdengar ke seluruh area rumah. Dari jauh, terlihat seorang bocah laki-laki yang tengah bermain dengan adonan tepung di island table. Tinggi badan yang tidak seberapa membuatnya harus menggunakan kursi kecil untuk bisa mencapai meja. Jari-jari kecilnya masih fokus bermain dengan bibir yang maju. Begitu lucu karena umurnya juga baru menginjak lima tahun. Ting! Bunyi oven yang terdengar membuat kegiatan Olin terhenti. Dia melihat anaknya sebentar sebelum beralih ke oven. Senyumnya mengembang melihat kue buatannya yang berhasil ia buat. "Udah mateng, Ma?" tanya Zaine mulai tertarik. Wajahnya sangat lucu dengan pipi bulat yang dipenuhi tepung. "Udah, dong. Tinggal dihias aja." Olin membawa kuenya ke hadapan Zaine. Zaine bertepuk tangan senang. Dia tidak sabar mencicipi kue buatan ibunya. "Zaine mau coba." Dengan lancarnya tangan Zaine bergerak menyentuh kue yang masih panas itu. Beruntung dengan cepat Olin menahannya, "Masih panas. Kita hias

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 7: Bahagia Bersama

    Kehidupan Olin benar-benar berubah setelah menikah. Dia menjadi wanita yang paling bahagia. Meskipun tidak selamanya pernikahan itu indah karena ada saat di mana dia harus beradu mulut dengan Gevan, tetapi semuanya kembali membaik karena mereka sama-sama tidak egois. Seperti pesan ibu mertuanya dulu, komunikasi adalah hal yang terpenting dalam suatu hubungan. Tiga bulan menikah telah memberikan banyak pelajaran yang berharga untuk Olin, bukan hanya Olin melainkan juga Gevan. Meskipun sifat jahilnya masih ada, tetapi pria itu benar-benar bertanggung jawab sebagai suami. "Om Gevan nggak ke sini, Kak?" tanya Alif sambil memakan kentang gorengnya. "Kan Om Gevan kerja, Lif." "Nanti kalau udah besar aku mau jadi dokter juga kayak Om Gevan." Olin tersenyum dan mengelus kepala Alif sayang, "Belajar yang pinter ya." Saat ini Olin tengah berada di kafe Tama bersama Alif. Kali ini dia tidak membawa Alif secara diam-diam. Ada alasan kenapa Olin jarang bertemu Alif akhir-akhir ini,

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 6: Pasutri Gemas

    Satu bulan telah berlalu. Baik Gevan dan Olin sudah kembali ke rutinitas seperti biasanya. Bedanya, kali ini Olin sudah tidak lagi bekerja. Meskipun berat, tetapi ia melakukannya juga untuk Gevan. Olin tahu jika suaminya itu ingin dirinya berada di rumah. Namun Olin tetaplah Olin, dia tidak bisa berdiam diri terlalu lama. Sudah tiga minggu ini Olin mengikuti kursus untuk mengisi waktu yang kosong. Kursus membuat permen dan kue adalah pilihannya. Gevan juga mendukung kegiatannya selama itu positif. Itu yang Gevan inginkan dari dulu, yaitu Olin yang menikmati hidupnya. Saat ini Olin tengah sibuk di dapur. Tempat ini adalah tempat favoritnya akhir-akhir ini. Hal itu membuat Olin merasa menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya. "Olin, Sayang!" Suara melengking itu membuat Olin menghentikan kegiatannya. Tak lama muncul ibu mertuanya dengan banyak belanjaan yang ia bawa. "Loh, Mama dianter siapa?" tanya Olin mencuci tangannya dan bergegas menghampiri mertuanya. "Sama abang ojol

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 5: Bulan Madu

    Suara ombak pantai yang beradu dengan batu karang tidak membuat tidur Gevan terganggu. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Olin dengan nyaman. Cahaya matahari yang masuk dari cela-cela jendela juga tidak membuat mereka terbangun. Ini karena mereka kelelahan. Semalam, Olin dan Gevan baru sampai di villa dan langsung terlelap karena perjalanan yang menguras tenaga. Sebenarnya perjalanan tidak begitu lama, hanya saja akhir-akhir ini mereka memiliki jadwal yang padat setelah resepsi sehingga tenaga mereka sudah berkurang. Saat ini, Gevan dan Olin sudah berada di Bali. Tujuan awal bulan madu mereka sebenarnya bukan di tempat ini. Karena keterbatasan waktu, mereka memilih untuk ke tempat yang lebih dekat, akan tetapi Om Burhan tiba-tiba berkata jika ia sudah menyiapkan Gevan dan Olin Villa di Bali untuk bersenang-senang. Akhirnya mereka pun terbang ke Bali. Elusan lembut di kepala mulai membangunkan tidur Gevan. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya. Setela

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 4: Resepsi Pernikahan

    Hari resepsi pernikahan telah tiba. Suasana di dalam gedung acara sudah sangat ramai. Tak heran karena memang banyak tamu undangan yang datang, terutama dari pihak Gevan dan ibunya. Sedangkan Olin? Dia hanya mengundang teman-teman sekolahnya dulu yang juga mengundangnya ke acara pernikahan mereka. Olin bukan tipe orang yang mudah bergaul seperti Gevan. "Akhirnya!" Suara menggelegar itu membuat Gevan dan Olin menoleh. Om Burhan, pria paruh baya itu datang bersama istrinya. Olin masih ingat saat datang ke pernikahan pria itu dulu bersama Gevan. "Om seneng banget pas dapet undangan dari kalian." Om Burhan memeluk Gevan erat. Pria itu memang sudah menganggap Gevan sebagai anaknya. "Selamat ya," ucap Istri Om Burhan. "Terima kasih, Tante." Olin tersenyum manis. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya Olin mengeluarkan senyuman yang begitu lepas dan tulus. Tidak ada lagi benteng pertahanan yang ia buat. Olin bahagia karena akhirnya bisa berada di titik ini bersama

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 3: Kencan Halal

    Menjelang resepsi pernikahan, semua orang terlihat sangat sibuk. Undangan sudah mulai disebar dan tentunya itu menimbulkan banyak keterkejutan dari banyak pihak. Akhirnya seorang Gevan Prakarsa melepas masa lajangnya. Itu juga membuat banyak hati wanita —yang pernah berkencan dengan Gevan— patah hati. Terutama anak dari teman-teman Ibu Gevan yang sempat melakukan pendekatan tetapi berakhir mengecewakan. "Gue terharu," ucap Fika menatap undangan di tangannya dengan wajah ingin menangis, "Lo beneran udah nikah." Olin terkekeh melihat itu. Jangankan Fika, dirinya sendiri juga tidak percaya. Semua terjadi begitu cepat, bahkan Olin tidak tahu betapa repotnya Gevan menyiapkan acara akad nikah secara mendadak di tengah kesibukannya sebagai seorang dokter. Hingga saat ini, Olin masih mengapresiasi dan memuji apa yang Gevan lakukan. Semua itu rela ia dilakukan agar bisa mengikatnya. Itu yang Olin dengar dari mulut Gevan di malam pertama mereka. Pria itu tidak mau dirinya lari lagi.

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 2: Rumah Baru

    Olin tidak akan menyangka jika kehidupannya setelah menikah akan banyak yang berubah. Beruntung perubahan itu membuatnya nyaman. Seperti saat ini, hari ini adalah tepat hari kedua ia tinggal di rumah Gevan—lebih tepatnya Ibu Gevan. Awalnya Olin kira kehidupannya akan berjalan canggung, tetapi ternyata tidak. Olin terharu saat melihat Ibu Gevan benar-benar menerimanya di rumah ini. Bahkan saat Gevan bekerja pun, Olin tidak merasa terasingkan. "Ini semua Mama yang tanem?" tanya Olin melihat kumpulan bunga di dalam pot. Saat ini mereka berada di halaman rumah. Setelah pulang dari bekerja, Olin melihat Ibu Gevan tengah menyiram tanaman. "Enggak, Mama nggak suka bunga," ucapnya terkekeh, "Tapi Papa mertua kamu suka." Olin mendekat dan mengelus bahu mertuanya, mencoba memberikan ketenangan agar suasana tidak berubah sedih. "Gimana persiapan resepsi, udah semua?" Olin mengangguk, "Udah kok, Ma. Tinggal sebar undangan aja h-7 nanti." "Bagus, Mama dapet 300 undangan kan? Temen

DMCA.com Protection Status