Share

26. Hari Istimewa

Olin menunduk mendengarkan omelan yang Gevan berikan padanya. Wajah pria itu terlihat merah karena rasa kesal yang ia rasakan saat ini. Tangannya tidak berhenti mengelus sesuatu yang membuatnya meringis sedari tadi. Sepertinya Olin harus diberi arahan agar tidak langsung mengultimatum dirinya.

"Maaf," ucap Olin untuk yang kesekian kalinya.

"Seharusnya kamu hati-hati! Ini juga buat masa depan kamu." Gevan mendengkus kesal.

"Ya lagian Om Gevan tadi mau ngapain? Kan saya reflek tendang Om Gevan."

"Emang saya mau ngapain? Kadang otak kamu yang harus dibersihin."

Olin menatap Gevan kesal. Dia berpikir seperti itu hanya saat berada di dekat Gevan. Pria itu selalu membawa aura negatif yang harus Olin waspadai sewaktu-waktu. Seperti tadi misalnya, tanpa aba-aba pria itu mendekat membuat Olin terkejut dan bergerak mundur. Namun Gevan tetap maju sehingga Olin tidak memiliki pilihan lain selain menendang benda berharga milik Gevan. Alhasil rencanya berhasil, Gevan menjauh dan merin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status