Beranda / Romansa / My Sugar Candy / 17. Alif Beraksi

Share

17. Alif Beraksi

Penulis: Viallynn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sambil memainkan kunci mobil, Gevan berjalan santai menuju tempat parkir. Dia melirik jam tangannya sebentar dan tersenyum. Dia tidak sabar untuk bertemu kekasih hatinya. Padahal baru tadi pagi mereka berpisah dan sekarang Gevan ingin bertemu lagi.

"Gevan!" suara panggilan itu menghentikannya yang akan membuka pintu mobil.

"Apa?" tanya Gevan pada Martin yang berlari ke arahnya.

"Lo mau ke mana?"

"Pulang."

Martin berdecak, "Nongkrong lah bentar. Ayo."

Dengan cepat Gevan menggeleng, "Nggak dulu hari ini."

"Lo udah jarang kumpul sekarang." Mata Martin mulai menyipit, "Lo mau ketemu Olin ya?"

Gevan menyeringai dan mengangguk senang, "Iya."

"Jadi hubungan lo sama dia beneran serius?"

"Gue nggak pernah main-main kalau udah komitmen, Tin."

"Gue paham. Selamat berusaha kalau gitu. Titip salam sama Dedek Olin ya?" goda Martin.

"Cuihh, nggak sudi."

Saat akan kembali masuk ke dalam mobil, Martin kembali mencegahnya.

"Apa lagi?" tanya Gevan jengah.

"Gue
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Sugar Candy   18. Calon Kesekian

    Suasana pagi yang seharusnya berjalan dengan baik dan menyenangkan mendadak berubah menjadi suram. Gevan menelan sarapannya dengan tidak napsu. Di tangannya terdapat sebuah undangan pernikahan yang masih ia lihat dengan tatapan aneh. Dia masih merasa asing dengan undangan pernikahan mengingat jika dia belum pernah memilikinya hingga saat ini. "Kenapa harus aku?" tanya Gevan untuk yang kesekian kalinya. Dia beralih pada ibunya yang tengah memotong buah melon menjadi potongan yang kecil. Wanita itu tampak santai, mengabaikan ekspresi kesal Gevan yang tidak ia tutupi. "Karena Mama nggak bisa." Gevan mendengkus mendengarnya. Jawaban yang sama lagi-lagi keluar. "Emang Mama kenapa nggak bisa? Om Burhan kan temen Mama, kenapa jadi aku yang dateng?" "Ih, Mama cape tau dateng terus ke nikahan Burhan. Udah tiga kali loh ini. Sekarang kamu aja yang wakilin Mama." Ibu Gevan tampak merengut kesal, "Awas aja kalau kamu nikah nanti amplop dari Burhan nggak tebel!" Gevan terbat

  • My Sugar Candy   19. Calon Istri Paksaan

    Suka karena terbiasa, mungkin itu yang Gevan alami saat ini. Pada awalnya dia memang memilih Olin untuk menjadi calon istrinya karena melihat bagaimana sederhana, polos, dan mandirinya wanita itu. Gevan memang menyukai wanita yang mandiri dan bebas, dalam kata lain mampu mengekspresikan dirinya sendiri. Namun seiring berjalannya waktu, Gevan menemukan sisi lain dari diri Olin, yaitu kecantikannya. Umumnya orang akan jatuh cinta terlebih dahulu pada fisik, akan tetapi Gevan kebalikannya. Itu yang membuat Olin selalu menarik di matanya. Seperti saat ini, dengan mengenakan dress selutut berwarna peach, Olin keluar dari rumah dengan langkah anggun. Rambut yang selalu diikat kali ini teruai bebas dengan sedikit gelombang di bagian bawah. "Dia dandan," gumam Gevan senang dari dalam mobil. Dia tersenyum saat Olin benar-benar sudah masuk ke dalam mobil. Gevan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Senyumnya semakin lebar saat sadar jika Olin menghindari tatapannya. "Olin," pangg

  • My Sugar Candy   20. Penyakit Rindu

    Banyak orang yang bertanya-tanya mengenai kehidupan asmara Olin. Tidak ada yang percaya jika dia tidak pernah dekat dengan pria manapun. Entah karena memang tidak ada yang mau atau berpikir jika Olin sudah memiliki kekasih. Namun saat Gevan datang, semua orang mulai berpikir jika Olin memang sudah memiliki kekasih. Hanya saja wanita itu merahasiakannya mengingat jika Gevan adalah sepupu Tama, atasannya di kafe. Tidak mungkin jika wanita seperti Olin tidak memiliki pujaan hati. Dia terlalu cantik dan manis untuk sendiri. Bahkan banyak pria yang kurang percaya diri saat mendekatinya. "Hp kamu bunyi terus, Lin," ucap Okta membuyarkan lamunan Olin. Olin tersadar dan berhenti mengelap meja. Dia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Melihat nama Gevan, dia berdecak dan mengabaikannya. "Ngapain telepon? Kirain udah lupa ingatan," cibir Olin kembali mengelap meja dengan kasar. Olin memang kesal dengan Gevan. Entah ke mana perginya pria itu karena sudah satu

  • My Sugar Candy   21. Jantung Aman

    Olin masih terdiam dengan pandangan tidak percaya. Dia pikir Gevan hanya bercanda, tapi ternyata pria itu benar-benar serius dengan ucapannya. "Om, mending saya balik kerja deh." "Loh, kenapa?" "Ya masa ke apartemen beneran?" Olin berdecak dengan kesal. Bayangan akan kasur empuknya di rumah sudah membuatnya ingin segera tidur dan beristirahat. Namun semua itu sirna karena Gaven yang benar-benar menculiknya ke apartemen. "Ayo, turun!" "Nggak mau ih." "Kamu takut?" Gevan menyeringai. Olin menggenggam erat sabuk pengaman, "Ya gimana nggak takut? Om Gevan kan mesum!" Gevan berdecak mendengar itu, "Sudah saya bilang jangan takut sama saya. Saya nggak akan ngapa-ngapain kamu. Orang kamu sakit gini masa saya apa-apain. Mana tega?" "Om!" "Bercanda, Sayang." Gevan tersenyum manis, "Ayo, turun!" ucapnya lagi yang langsung keluar dari mobil. Mau tidak mau Olin menurut. Tubuhnya benar-benar lemas dan butuh untuk istirahat. Jangan pernah berpikir jika dia adalah

  • My Sugar Candy   22. Wisata Masa Lalu

    Menjelang sore, Olin terbangun dari tidurnya. Kali ini tidurnya benar-benar pulas dan membuat badannya menjadi sedikit lebih ringan. Rasa berat di kepalanya juga perlahan mulai menghilang. Mungkin karena efek obat yang diberikan Gevan cukup berpengaruh pada tubuhnya. Olin mengikat rambutnya asal dan berjalan keluar kamar. Dari jauh dia bisa mendengar suara televisi yang menyala. Dia berjalan ke arah suara dan melihat Gevan yang tengah tertidur dengan lengan yang menutupi wajahnya. Olin tersenyum tipis melihat itu. Perlahan dia mendekat dan mematikan televisi. Setelah itu dia duduk di samping sofa agar bisa melihat wajah Gevan dengan leluasa. Olin menopang wajahnya dengan kedua tangan. Perlahan senyum tipis mulai muncul di wajahnya. Tangannya terulur untuk menyentuh dagu Gevan. Hanya sebentar karena setelah itu Olin terkejut karena Gevan yang mendadak bangun. Olin mundur dan secara tidak sengaja punggungnya menghantam meja. "Aduh!" ringisnya. Gevan terkejut dan bangun dar

  • My Sugar Candy   23. Cemburu Ya?

    Ada hal yang mengganggu Olin saat ini. Bukan tentang Gevan, melainkan dirinya sendiri. Dia benci saat sadar jika ada sesuatu yang mengusik hatinya. Olin ingin mengelak, tetapi sekain keras dia mencoba maka semakin jelas jika rasa itu memang ada. Dia cemburu. Setelah acara makan siang yang berubah menjadi ajang reuni itu, akhirnya Gevan dan Olin pulang. Kali ini bukan apartemen tujuan Gevan, melainkan rumahnya sendiri. Dia mengabaikan permintaan Olin yang ingin pulang ke rumahnya sendiri. Gevan tidak akan mengizinkannya sampai kesehatan wanita itu benar-benar pulih. "Kenapa, hm?" tanya Gevan mengelus kepala Olin sebentar dan kembali fokus pada jalanan. "Saya mau pulang." "Kita pulang kok...," Gevan melirik Olin dengan jahil, "Ke rumah saya." Olin mendengkus dan semakin beringsut menjauh hingga menyentuh pintu mobil. Dia menatap jendela dengan hati yang dongkol. Dia masih kesal dengan Gevan dan pria itu menambah kekesalannya dengan tidak menuruti keinginannya. Demi

  • My Sugar Candy   24. Kata Hati

    Memasuki ruang istirahat para dokter, Gevan mulai melepaskan snelli-nya. Jam kerjanya baru saja berakhir dan dia berniat untuk bersantai sebentar sebelum pulang. Gevan memilih untuk duduk di sofa sambil merenggangkan punggungnya. Dia baru saja selesai mengoperasi pasien sekama empat jam. Oleh karena itu dia butuh kopi untuk merilekskan diri. "Mau saya buatin kopi, Dok?" tanya Eca, kekasih Martin yang baru saja masuk. Gevan membuka matanya dan mengangguk pelan, "Boleh." Kepala Gevan mengedar ke segala arah, "Di mana Martin? Jam praktek udah selesai kan?" Eca menunjuk ujung ruangan dengan dagunya. Di sana Gevan melihat Martin yang tengah berbaring di sofa sambil mengangkat tangan kanannya. "Gue di sini," lanjut Martin sambil membuka snelli yang sedari tadi menutupi wajahnya agar bisa tidur dengan nyaman. "Dokter Gevan langsung pulang?" tanya Eca meletakkan satu cangkir kopi. Kemudian dia menghampiri Martin dan juga memberikan kopi yang ia buat. "Kenapa?" "Anak-ana

  • My Sugar Candy   25. Jarak Terdekat

    Di ruang tamu, Olin duduk dengan gelisah. Sesekali dia melirik jendela untuk melihat keadaan luar rumah. Suasana yang hening seolah mendukung ketegangan di hatinya. Olin ingin mengutuk dirinya sendiri yang terlalu gegabah. Sekarang dia menyesali keputusannya sendiri. Karena ingin membuktikan ucapan Fika, Olin nekat meminta gajinya di muka pada Tama. Pria itu terlihat ingin menolak jika tanpa tujuan yang jelas. Namun saat Olin mengatakan akan membayar hutang pada Gevan, Tama mengizinkannya. Benar bukan? Tama itu bos yang baik tapi tidak bisa menjadi pasangan yang baik. "Aduh, bego lo, Lin. Udah bener Om Gevan nggak dateng hari ini. Kenapa malah cari mati mancing-mancing dia?" Olin menggigit jarinya. Suara deru mobil terdengar. Olin langsung melihat jendela dan melihat mobil Gevan sudah berada di depan rumahnya. "Aduh, gimana ini? Apa pura-pura pingsan aja ya?" Olin mulai panik. "Olin!" Ketukan pintu mulai terdengar. Olin semakin panik mendengar nada suara Gevan yang k

Bab terbaru

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 3: Kejutan Bidadari Prakarsa

    Di kantin sekolah, Lana mengaduk makanannya dengan tidak nafsu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya, tetapi rasa bahagia itu tidak ia rasakan. Keluarganya memang telah mengucapkan selamat ulang tahun semalam di jam 12 malam, tetapi tetap saja permintaan Lana akan pesta ulang tahun tidak terkabul. Kenapa sulit sekali untuk meyakinkan orang tuanya? Bahkan Alif juga tidak bisa meyakinkan ibunya. "Diaduk mulu sotonya, ntar pusing," tegur Sheila. Lana membanting sendoknya dengan wajah yang kesal. Bibirnya sudah melengkung ke bawah ingin menangis. "Kan, nangis lagi," ucap Sheila jengah. "Lo kok nggak bantuin gue sih? Tenangin gue kek? Galau nih!" Sheila menggaruk lehernya bingung, "Ya gimana, Lan? Lo mau gue ikut yakinin orang tua lo?" "Iya! Kan lo bisa minta bantuan Om Tama buat yakinin Papa gue." "Iya, deh. Ntar gue bilangin Papa gue buat yakinin Om Gevan." "Telat!" Sheila mendengkus. Lagi-lagi dia salah. Memang sulit menghadapi bidadari keluarga Prakarsa itu. "Ciyee

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 2 : Bidadari Prakarsa

    Malam minggu tidak menjadi malam yang spesial untuk anak-anak Gevan dan Olin. Mereka semua berada di rumah dengan tugas di mana Arkan, Ardan, dan Lana harus menjaga Zaine. Terlihat aneh memang di usia mereka yang sudah remaja, tiba-tiba ibunya hamil dan melahirkan Zaine. Kebobolan, itu yang sering neneknya ucapkan. Namun kehadiran Zaine memberikan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Bocah kecil itu sangat lucu dan menggemaskan. "Zaine udah tidur?" tanya Arkan saat Lana datang dengan satu toples makanan ringan dan duduk di tengah-tengah kedua kakak kembarnya. "Udah." Saat ini mereka berada di ruang tengah, menonton film horor di tengah malam. Bukan bermaksud uji nyali karena baik Arkan dan Ardan tidak menunjukkan ekspresi lain selain datar. Kadang Lana merasa heran, bagaimana bisa dia memiliki dua kakak laki-laki yang sikapnya sedingin es? Selain dingin, mereka juga menyebalkan. Apalagi jika sudah bersatu untuk mengerjainya. "Kak?" panggil Lana. "Hm?" jawab Arkan dan Arda

  • My Sugar Candy   Bonus Ekstra Chapter 1 : Pasukan Prakarsa

    Suara berisik dari dalam dapur terdengar ke seluruh area rumah. Dari jauh, terlihat seorang bocah laki-laki yang tengah bermain dengan adonan tepung di island table. Tinggi badan yang tidak seberapa membuatnya harus menggunakan kursi kecil untuk bisa mencapai meja. Jari-jari kecilnya masih fokus bermain dengan bibir yang maju. Begitu lucu karena umurnya juga baru menginjak lima tahun. Ting! Bunyi oven yang terdengar membuat kegiatan Olin terhenti. Dia melihat anaknya sebentar sebelum beralih ke oven. Senyumnya mengembang melihat kue buatannya yang berhasil ia buat. "Udah mateng, Ma?" tanya Zaine mulai tertarik. Wajahnya sangat lucu dengan pipi bulat yang dipenuhi tepung. "Udah, dong. Tinggal dihias aja." Olin membawa kuenya ke hadapan Zaine. Zaine bertepuk tangan senang. Dia tidak sabar mencicipi kue buatan ibunya. "Zaine mau coba." Dengan lancarnya tangan Zaine bergerak menyentuh kue yang masih panas itu. Beruntung dengan cepat Olin menahannya, "Masih panas. Kita hias

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 7: Bahagia Bersama

    Kehidupan Olin benar-benar berubah setelah menikah. Dia menjadi wanita yang paling bahagia. Meskipun tidak selamanya pernikahan itu indah karena ada saat di mana dia harus beradu mulut dengan Gevan, tetapi semuanya kembali membaik karena mereka sama-sama tidak egois. Seperti pesan ibu mertuanya dulu, komunikasi adalah hal yang terpenting dalam suatu hubungan. Tiga bulan menikah telah memberikan banyak pelajaran yang berharga untuk Olin, bukan hanya Olin melainkan juga Gevan. Meskipun sifat jahilnya masih ada, tetapi pria itu benar-benar bertanggung jawab sebagai suami. "Om Gevan nggak ke sini, Kak?" tanya Alif sambil memakan kentang gorengnya. "Kan Om Gevan kerja, Lif." "Nanti kalau udah besar aku mau jadi dokter juga kayak Om Gevan." Olin tersenyum dan mengelus kepala Alif sayang, "Belajar yang pinter ya." Saat ini Olin tengah berada di kafe Tama bersama Alif. Kali ini dia tidak membawa Alif secara diam-diam. Ada alasan kenapa Olin jarang bertemu Alif akhir-akhir ini,

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 6: Pasutri Gemas

    Satu bulan telah berlalu. Baik Gevan dan Olin sudah kembali ke rutinitas seperti biasanya. Bedanya, kali ini Olin sudah tidak lagi bekerja. Meskipun berat, tetapi ia melakukannya juga untuk Gevan. Olin tahu jika suaminya itu ingin dirinya berada di rumah. Namun Olin tetaplah Olin, dia tidak bisa berdiam diri terlalu lama. Sudah tiga minggu ini Olin mengikuti kursus untuk mengisi waktu yang kosong. Kursus membuat permen dan kue adalah pilihannya. Gevan juga mendukung kegiatannya selama itu positif. Itu yang Gevan inginkan dari dulu, yaitu Olin yang menikmati hidupnya. Saat ini Olin tengah sibuk di dapur. Tempat ini adalah tempat favoritnya akhir-akhir ini. Hal itu membuat Olin merasa menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya. "Olin, Sayang!" Suara melengking itu membuat Olin menghentikan kegiatannya. Tak lama muncul ibu mertuanya dengan banyak belanjaan yang ia bawa. "Loh, Mama dianter siapa?" tanya Olin mencuci tangannya dan bergegas menghampiri mertuanya. "Sama abang ojol

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 5: Bulan Madu

    Suara ombak pantai yang beradu dengan batu karang tidak membuat tidur Gevan terganggu. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Olin dengan nyaman. Cahaya matahari yang masuk dari cela-cela jendela juga tidak membuat mereka terbangun. Ini karena mereka kelelahan. Semalam, Olin dan Gevan baru sampai di villa dan langsung terlelap karena perjalanan yang menguras tenaga. Sebenarnya perjalanan tidak begitu lama, hanya saja akhir-akhir ini mereka memiliki jadwal yang padat setelah resepsi sehingga tenaga mereka sudah berkurang. Saat ini, Gevan dan Olin sudah berada di Bali. Tujuan awal bulan madu mereka sebenarnya bukan di tempat ini. Karena keterbatasan waktu, mereka memilih untuk ke tempat yang lebih dekat, akan tetapi Om Burhan tiba-tiba berkata jika ia sudah menyiapkan Gevan dan Olin Villa di Bali untuk bersenang-senang. Akhirnya mereka pun terbang ke Bali. Elusan lembut di kepala mulai membangunkan tidur Gevan. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya. Setela

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 4: Resepsi Pernikahan

    Hari resepsi pernikahan telah tiba. Suasana di dalam gedung acara sudah sangat ramai. Tak heran karena memang banyak tamu undangan yang datang, terutama dari pihak Gevan dan ibunya. Sedangkan Olin? Dia hanya mengundang teman-teman sekolahnya dulu yang juga mengundangnya ke acara pernikahan mereka. Olin bukan tipe orang yang mudah bergaul seperti Gevan. "Akhirnya!" Suara menggelegar itu membuat Gevan dan Olin menoleh. Om Burhan, pria paruh baya itu datang bersama istrinya. Olin masih ingat saat datang ke pernikahan pria itu dulu bersama Gevan. "Om seneng banget pas dapet undangan dari kalian." Om Burhan memeluk Gevan erat. Pria itu memang sudah menganggap Gevan sebagai anaknya. "Selamat ya," ucap Istri Om Burhan. "Terima kasih, Tante." Olin tersenyum manis. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun lamanya Olin mengeluarkan senyuman yang begitu lepas dan tulus. Tidak ada lagi benteng pertahanan yang ia buat. Olin bahagia karena akhirnya bisa berada di titik ini bersama

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 3: Kencan Halal

    Menjelang resepsi pernikahan, semua orang terlihat sangat sibuk. Undangan sudah mulai disebar dan tentunya itu menimbulkan banyak keterkejutan dari banyak pihak. Akhirnya seorang Gevan Prakarsa melepas masa lajangnya. Itu juga membuat banyak hati wanita —yang pernah berkencan dengan Gevan— patah hati. Terutama anak dari teman-teman Ibu Gevan yang sempat melakukan pendekatan tetapi berakhir mengecewakan. "Gue terharu," ucap Fika menatap undangan di tangannya dengan wajah ingin menangis, "Lo beneran udah nikah." Olin terkekeh melihat itu. Jangankan Fika, dirinya sendiri juga tidak percaya. Semua terjadi begitu cepat, bahkan Olin tidak tahu betapa repotnya Gevan menyiapkan acara akad nikah secara mendadak di tengah kesibukannya sebagai seorang dokter. Hingga saat ini, Olin masih mengapresiasi dan memuji apa yang Gevan lakukan. Semua itu rela ia dilakukan agar bisa mengikatnya. Itu yang Olin dengar dari mulut Gevan di malam pertama mereka. Pria itu tidak mau dirinya lari lagi.

  • My Sugar Candy   Ekstra Chapter 2: Rumah Baru

    Olin tidak akan menyangka jika kehidupannya setelah menikah akan banyak yang berubah. Beruntung perubahan itu membuatnya nyaman. Seperti saat ini, hari ini adalah tepat hari kedua ia tinggal di rumah Gevan—lebih tepatnya Ibu Gevan. Awalnya Olin kira kehidupannya akan berjalan canggung, tetapi ternyata tidak. Olin terharu saat melihat Ibu Gevan benar-benar menerimanya di rumah ini. Bahkan saat Gevan bekerja pun, Olin tidak merasa terasingkan. "Ini semua Mama yang tanem?" tanya Olin melihat kumpulan bunga di dalam pot. Saat ini mereka berada di halaman rumah. Setelah pulang dari bekerja, Olin melihat Ibu Gevan tengah menyiram tanaman. "Enggak, Mama nggak suka bunga," ucapnya terkekeh, "Tapi Papa mertua kamu suka." Olin mendekat dan mengelus bahu mertuanya, mencoba memberikan ketenangan agar suasana tidak berubah sedih. "Gimana persiapan resepsi, udah semua?" Olin mengangguk, "Udah kok, Ma. Tinggal sebar undangan aja h-7 nanti." "Bagus, Mama dapet 300 undangan kan? Temen

DMCA.com Protection Status